OKSIGENASI
Di Griya Akupuntur Jl. Karimata, Jember
NIM : 21101091
b. Status Kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler
dan penyakit kronis.
c. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting
yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
1. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun
d. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu :
1. Suhu lingkungan
2. Ketinggian
3. Tempat kerja (polusi)
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2
> 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan
dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat
dilakukan pada :
a. Perubahan frekuensi atau pola napas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat
1.4 Patofisiologi Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi-ekspirasi). Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Jalan napas
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya
saat ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat
nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang
merupakan hasil metabolism sel yang mampu dengan mudah
melewati sawar darah otak atau sawar darah cairan cerebrospinalis.
Kenaikan CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi hydrogen
dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan
oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang
penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya
trauma kepala atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial
dapat menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini.
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai
mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
1) Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gasgas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan
membran yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas
yang hebat saat olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada konsolidasi
paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada tuberkulosa
paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas
permukaan membran respirasi
2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan
PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
4) Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
hb.
c. Transportasi Gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
oksigen akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %)
dan larut dalam plasma (3%) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb
membentuk karbominohemiglobin (30%) dan larut dalm plasma (50%)
dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang,
maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2. Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan
lancar menuju daerah tujuan.
4. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah
(Eki, 2017).
1.5 Pathway
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI. (2017).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A
NIM : 21101091