Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RS


Dr.M.YUNUS KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH:

IKA PURNAMASARI
1826010016

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Dian Dwiana Maydinar, S.Kep., M.Kep) (Ns. Firman, S.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit
ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan
jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau
respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).

B. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan


yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen
dan atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis

c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis
sebagai penangkal benda asing yang mengandung interferon dan
dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk
meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya
sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat
terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik
napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2
atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan
tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara
maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat
mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO,
kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kamler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru Tebalnya membran respirasi atau
permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial.
Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
b. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
c. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling
mengikat hb
3. Transportasi gas

Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan


tubuh CO2,jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut
dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb
membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%)
dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat
menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung,
kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim
ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan
transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung
berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel.
(Pradana, 2019)

C. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi
tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu


takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

a. Faktor fisiologis

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi


saluaran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu
hamil, luka.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit
kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan

1) Bayi prematur

2) Bayi dan toodler

3) Anak usia sekolah dan pertengahan

4) Dewasa tua

5) Faktor prilaku

6) Nutrisi

7) Latihan fisik

8) Merokok

9) Penyalahgunaan substansi kecemasan

c. Faktor lingkungan

1) Tempat kerja

2) Suhu lingkungan

3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)

E. Masalah-Masalah Yang Terjadi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen


dalam tubuh di bagi menjadi 7 bagian yaitu:
1. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen


dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah
normal (normal PaO 85-100 mmHg, SaO,95%). Pada neonates, PaO2
< 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60
mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh ganguuan
ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang
kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi.
Tanda dan gejala hipoksemia di anaranya sesak nafas, frekuensi nafas
dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta
sianosis.
2. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak


adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:

1) Menurunnya hemoglobin

2) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di


puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti
pada keracunan sianida
4) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia;
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok;

6) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di


antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis
sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).
c. Gagal nafas

Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi


kebutuhan oksigen karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekut sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon
dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh adanya
peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan.
Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan
obat, gangguan metabolism, kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif
jalan nafas.
d. Perubahan pola nafas

Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa


sekitar 12-20 x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi. Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas
dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan
asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi
lebih dari 24 x/menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit.
5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya
pada pasien koma dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang
secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,penyakit jantung,
dan penyakit ginjal.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
(Ambara, 2019)
F. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan


trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing
yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016).
G. WOC
H. Penatalaksanaan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah


tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui
atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan
kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas

2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3) Hipoksemia

4) Menurunnya kerja napas

5) Menurunnya kerja miokard

6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan


beberapa metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian
oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan
penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan
keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru-paru
melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem
inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien
yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri
dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk
menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen
diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan
sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat
yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran
1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan
secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka
dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi
pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka
nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada
saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup
yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan
aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 –
100%
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen
dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe
pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah
dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan
aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen
dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan
alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna
alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%,
merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan


dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
1) Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada


punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan
penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan
menjadi lancar.
2) Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara


memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua
tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar,
tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara
yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus
terlepas.
3) Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran


sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk


memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang
dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan
batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
napas (Eki, 2017)
5) Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan


yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Eki, 2017)

I. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

b. Anamnese

1) Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama

Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam


tidak terlalu tinggi tiga hari yang lalu.
3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab


terjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh
pasien untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang


ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat- obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain
yang berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga
lain
6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,


berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada


leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument

Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka


atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit,
tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan

Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan


terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler

Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun,


nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal

Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,


muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary

Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,


inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal

Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi


badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis

Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,


parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul

a. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu diatas normal

b. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d


nafsu makan menurun
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

d.d pola napas abnormal

d. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
yang tidak efektif

e. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea
DAFTAR PUSTAKA
Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6–53.
Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada..., SUPRAPTI BUDYASIH,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014.
Eki. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGEN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF) DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG TAHUN 2017.
Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI.
(201902040042).
Sasmi, A. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI. 0–27.
Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Bumi
Medika.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc
Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Ti

Anda mungkin juga menyukai