Anda di halaman 1dari 22

Dispnea dan Sianosis

Dispnea (Sesak Nafas)


Rasa tidak nyaman dalam bernafas yang bersifat subjektif
dengan kualitas dan intensitas keluhan yang berfariasi,
dispneu merupakan gejala dan harus dibedakan dengan
peningkatan kerja pernafasan

Sianosis
Peningkatan kadar hb tereduksi (RedHb) >5gr/dl di
dalam darah, sehingga menimbulkan warna
kebiruan pada kulit dan mukosa
Hipoksia
• Berkurangnya kadar oksigen di dalam
jaringa tubuh di bawah batas
fisiologis.

HIpoksemia
• Berkurangnya kadar oksigen di dalam
darah
Takipnea
• Keadaan dimana pernafasan menjadi
cepat dan dangkal, RR> 18x/menit

Bradipnea
• Pernafasan yang lambat, frekuensi
<12x/menit
Hiperpnea/Hiperventilasi
• Pernafasan yang cepat dan dalam

Ortopnea
• Sesak nafas pada posisi berbaring ex:
pasien dengan gagal jantung kongesif
Ortopnea
• a

Platipnea
• Sesak nafas pada posisis tegak (berdiri) dan
hilang pada posisi berbaring, misal pada
pasien miksoma atrial kiri dan sindroma
hepatopulmonal
Trepopnea
• Sesak nafas pada posisi berbaring
kekanan atau kekiri

Paroxysmal Noctunal Dyspnea


• Keadaan sesak nafas pada saat posisi
berbaring yang akan membangunkan
pasien dari tidurnya secara tiba-tiba
Dyspnea d’effort
• Sesak nafas setelah melakukan
aktivitas

Cheyne Stokes
• Apernafasan dengan periode apneu (henti nafas) disusul periode
hiperpneu (dimulai dengan pernafasan yang kecil amplitudonya,
kemudian makin cepat dan amplitudonya makin besar, kemudian
melambat amplitudonya mengecil kembali) dengan siklus berulang
ulang Ex: pada pasien dengan kerusakan otak
Pernafasan Biot
• Bentuk pernafasan yang tidak teratur,
baik frekuensi dan amplitudonya Ex:
pada pasien dengan kerusakan otak
Etiologi
• Sesak nafas kardiak :
terjadi akibat peningkatan tekanan kapiler paru dan
kadang – kadang juga akibat kelelahan otot pernafasan.
Kapasitas vital dan compliance paru menurun disertai
peningkatan resistensi jalan nafas. Sesak dimulai dengan
dyspnea d’affort kemudian ortopnea, paroxysmal noctural
dyspnea, dan dispnea pada waktu istirahat . Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang lain,
Ex : Stenosis mitral, galop , murmur, kardiomegali,
peningkatan JVP, hepatomegali dan edem perifer dan
diperlukan pemeriksaan tambahan berupa EKG
• Obstruksi jalan nafas
Dapat terjadi pada jalan nafas baik dari Ekstra – Torakal hingga
ke paru bagian perifer. Sesak nafas akut disertai kesulitan
inspirasi merupakan tanda obstruksi jalan nafas atas, pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan stridor dan retraksi fosa
supraklavikular. Sesak nafas akut yang interminten disertai
mengi dan ekspirasi memanjang, merupakan tanpa obstruksi
intratorakan yang reversibel akibat asma bronkiale. Sesak
nafas yang kronik, terutama setelah akifitas yang bersifat
progresif lambat, didapatkan pada penderita PPOK atau gagal
jantung. Sesak nafas setelah aktivitas timbul sejak awal
penyaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipnea dan
ronki basah pada akhir inspirasi.
• Sesak nafas pada penyakit parenkim paru difus
misal pada pneumokoniosis, granulomatosis wagener,
sarkoidosis dsb. Sesak nafas setelah aktivitas timbul
sejak awal penyakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
takipnea dan ronki basah pada akhir inspirasi
• Emboli Paru
Ditandai sesak nafas, nyeri dada, takipnea dan
takikardia, dan P2 yang mengeras : biasanya didahului
trombosis vena dalam atau hypercoagulable state.
• Kelainan Vaskuler
misal hipertensi pulmonal, ditandai oleh sesak
nafas setelah aktivitas (akibat hipoksia), nyeri
dada setelah aktivitas(iskdemia ventrikel
kanan ), tanda tanda gagal jantung kanan,
suara jantung P2 mengeras, pada foto thorax
didapatkan dilatasi a.pulmonalis dan
pembesaran atrium serta ventrikel kanan,
pada EKG didapatkan RAD, RVH dan P
pulmonal
• Gangguan transport oksigen
Ex: anemia, methemo – globinemia, intoksikasi karbon
monoksida.
• Kelainan pleura dan mediastibum
Ex Efusi pleura, pneumothorax, tumor mediastinum,
sindromm vena kava superior
• Kelainan dinding dada dan otot otot pernafasan
Ex : hifoskoliosis berat, paralisis diafragma, miastenia gravis,
GBS dll, pasien dengan paralisis diafragma akan
menunjukan ortopnea berat parysmal abnormal respiratory
movement (pergerakan dinding abdomn ke dalam pada
waktu inspirasi) bila berbaring, dan kembali normal bila
berdiri
• Kelainan Psikologis
Ex : Anksietas, depresi, somatisasi
Hiperventilasi
• Keadaan dimana penafasan lebih dalam dan lebih cepat dari norml, sehingga CO2
banyak keluar dan megakibatkan pCO2 turun.
• Hiperventilasi Sekunder
– Asidosis metanolik
menyebabkan pernafasan kussmaul, Ex: Ketoasidosis diabetik, uremia, sepsis, ensefalopati
hepatik
– Keracunan
Ex: Aspirin, karbon-monoksida, sianida, etilen-glikol
– Nyeri
– Hipoksia
– Hipovolemia
– Gangguan pernafasan
Ex: emboli paru, asma, pneumothorax
• Hiperventilasi Primer (Psikogenik)
Khas pada wanita, teragitasi, depresi, dengan riwayat serangan panik atau episode
hiperventilasi.penderita dapat mengeluh pusing, parestesis, spasme karpopedal
dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan takipneu tanpa kelainan
objektif pada kedua lapangan paru, walaupun demikian, sebelum menegakkan
diagnosis hiperventilasi primer, kemungkinan penyebab hiperventilasi sekunder
harus disingkirkan

Anda mungkin juga menyukai