Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENURUNAN KESADARAN
(KOMA)
A. PENGERTIAN
Pengertian kesadaran menurut Corwin Elizabeth ( 2009 ) adalah pengetahuan penuh atas
diri, lokasi, dan waktu di setiap lingkungan. Agar sadar penuh diperlukan sistem aktivasi
retikular yang utuh, dalam keadaan berfungsinya pusat otak yang lebih tinggi di korteks
serebri. Hubungan melalui talamus juga harus utuh.
Menurut Brunner dan Suddart ( 2001 ), ketidaksadaran adalah kondisi dimana fungsi
serebral terdepresi, direntang dari stupor sampai koma. Pada stupor pasien menunjukkan
gejala mengabaikan stimulasi sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti cubitan atau kepukan
tangan yang keras, dan dapat menarik atau membuat kerutan wajah atau bunyi yang tidak
dapat dimengerti.
Koma adalah keadaan pada mana kesadaran menurun pada derajat yang rendah.
(Neurologi Klinis Dasar , hal 192, 1989 ).
Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsangan apapun. ( Robert Priharjo., 2006). Menurut Price Sylvia ( 2005 ) ada
beberapa tingkat kesadaran antara lain:
1) Sadar
Karakteristik :
Sadar penuh akan sekeliling, orientasi baik terhadap orang, tempat dan waktu.
Kooperatif
Dapat mengulang beberapa angka beberapa menit setelah diberitahu.
2) Otomatisme
Karakteristik :
a. Tingkah laku relatif normal ( misal : mampu makan sendiri )
b. Dapat berbicara dalam kalimat tetapi kesulitan mengingat dan memberi penilaian,
tidak ingat peristiwa-peristiwa sebelum periode hilangnya kesadaran; dapat
mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali.
c. Bertindak secara otomatis tanpa dapat mengingat apa yang baru saja atau yang telah
dilakukannya.
d. Mematuhi perintah sederhana.
3) Konfusi
Karakteristik :
a. Melakukan aktivitas yang bertujuan ( misal : menyuapkan makanan ke mulut )
dengan gerakan yang canggung.
b. Disorientasi waktu, tempat dan atau orang ( bertindak seakan-akan tidak sadar ).
c. Gangguan daya ingat, tidak mampu mempertahankan pikiran atau ekspresi.

d. Biasanya sulit dibangunkan.


e. Menjadi tidak kooperatif.
4) Delirium
Karakteristik :
a. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
b. Tidak kooperatif.
c. Agitasi, gelisah, bersifat selalu menolak ( mungkin berusaha keluar dan turun dari

5)

6)

7)

8)

tempat tidur, gelisah di tempat tidur, membuka baju).


d. Sulit dibangunkan.
Stupor
Karakteristik :
a. Diam, mungkin tampaknya tidur.
b. Berespons terhadap rangsang suara yang keras.
c. Terganggu oleh cahaya.
d. Berespons baik terhadap rangsangan rasa sakit.
Stupor dalam
Karakteristik :
a. Bisu.
b. Sulit dibangunkan ( sedikit respons terhadap rangsanag nyeri ).
c. Berespons terhadap nyeri dengan gerakan otomatis yang tidak bertujuan.
Koma
Karakteristik :
a. Tidak sadar, tubuh flaksid.
b. Tidak berespons terhadap rangsangan nyeri maupun verbal.
c. Refleks masih ada : muntah, lutut, kornea.
Koma irreversibel dan kematian
Karakteristik :
a. Refleks hilang.
b. Pupil terfiksasi dan dilatasi.
c. Pernapasan dan denyut jantung berhenti.

B. ETIOLOGI
Sebab terjadinya koma dibagi menjadi 2. Diantaranaya:
1. Faktor intra cranial
a). Perdarahan
Dapat berupa perdarahan epidural, pedarahan subdural atau intra cranial. Terutama
pada perdarahan epidural dapat berbahaya karena perdarahan berlanjut akatn
mengakibatkan peningkatan tekanan intra cranial yang lebih berat
b). Lesi besar pada serebral dan herniasi
Lubang cranial pisahkan menjadinya kompartemen oleh lipatan. Herniasi adalah
pergeseran jaringan otak ke kompartemen yang secara normal
1) Herniasi transtentorial uncal

Merupakan impaksi girus temporal media anterior (uncus) ke bagian anterior


bukan ke tentorial. Koma yang terjadi merupakan akibat dari tekanan lateral dari
tengah otak tengah yang berbenturan dengan sudut tentorial yang berseberangan
karena pergeseran karena penrgeseran gyrus parahlpokampus
2) Herniasai transtenterol sentra
Merupakat gerakan simpatik kebawah dari bagian thalamus atau melalui bukan
tentorial, tanda utama adalah pupil miotik dan drowsiness.
c). Gangguan metabolic
Gangguan metabolic mengakibatkan koma dan mengganggu pengiriman subrstak
energy (hipoksia, iskemia, hipoglikemia) mengganti eksitabilitas neuron.

d). Epileptik
Pengeluaran listrik menyeluruh dn berkelanjutan dari korteks berhubungan
dengan koma, koma yang terjadi setelah koma disebakan oleh kekurangan persediaan
energy atau efek molekul toksik local yang merupakan hasil dari kejang.
2. Faktor ekstra cranial
a) Fraktur tengkorak kepala
Fraktur kalvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka (tidak ada hubungan otak
dengan dunia luar) tidak memerlukan perhatian segera. Yang lebih penting adalah
keadaan intra kranialnya. Pada fraktur basis cranium dapat berbahaya karena terjadi
perdarahan yang ditimbulkan sehingga menimbulkan ancaman penurunan kesdaran
dan jalan nafas.
b) Kelainan psikis
Malingerin (pura-pura

sakit

atau

terluka)histeria

dan

kataton

(keadaan

skizofrenikdimana penderita tampak dalam keadaan stupor).


c) Mengkonsumsi obat-obatan
Overdosis beberapa obat dan toksin dapat menekan fungsi system saraf. Ada pula
yang menyebabkan koma dengan menggunakan nucleus batang otak termasuk RAS
dan kortek serebral. Diantara obatnya: obat dieretik, narkotika, anestetik, sedative
(Aru W. Sudoyo, dkk,2007).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. System persepsi sensori
a. Perubahan respon pupil

Perubahan pupil yang sering terjadi pada kerusakan otak adalah pupil pinpoint
yang tampak pada overdosis opiate serta dilatasi dan fiksasi pupil bilateral yang
biasanya terjadi pada akibat overdosis babiturat.cedera batang otak memperlihatkan
fiksasi pupil bilateral dengan posisi di tengah
b. Perubahan gerakan mata
Pada cedera batang otak, terjadi gangguan gerakan mata, dan mata terikfasi dalam
posisi kedepan langsung.
c. Disfasia
Disfasia adalah gangguan pemahamaan atau pembentukan bahasa. Afasia adalah
kehilangan total pemahaman atau pembenyukaan bahasa. Disfasia biasanya
disebabkan oleh hipoksia serebral yang sering berkaitan dengan stroke, tetapi dapat
juga disebabkan oleh trauma atau infeksi. Kerusakan otak yang menyebabkan disfasia
biasanya mengenai hemisfer serebri kiri.
d. Perubahan respons motorik dan gerakan
Respons motorik abnormal meliputi tidak sesuainya atau tidak adanya gerakan
sebagai respons terhadap stimulus nyeri, refleks batang otak seperti respons mengisap
dan menggengam terjadi apabila pusat otak yang lebih tinggi rusak.
e. Agnosia
Agnosia adalah kegagalan mengenali obyek karena ketidaknyamanan memahami
stimulus sensorik yang datang. Agnosia dapat berupa visual, pendengaran, taktil, atau
berkaitan dengan pengucapan atau penciuman. Agnosia terjadi akibat kerusakan pada
area sensorik primer atau asosiatif tertentu di korteks serebri.
f. Disfasia broca
Disfasia broca terjadi akibat kerusakan area broca di lobus frontalis. Individu
yang mengalami disfasia broca memahami bahasa,tetapi kemampuanya untuk
mengekspresikan kata secaara bermakna dalam bentuk tulisan atau lisan terganggu.
Hal ini disebut disfasia ekspresif.
g. Disfasia wernicke
Disfasia wernicke terjadi akibat kerusakan area wernicke di lobus temporalis kiri.
Pada disfasia wernicke, ekspresi bahasa secara verbal utuh, tetapi pemahaman
bermakna terhadap kata yang diucapkan atau tertulis terganggu. Hal ini disebut
disfasia reseptif.
2. System respirasi
a. Kerusakan pada batang otak

Pusat pernafasan di batang otak bagian bawah mengontrol pernafasan berdasarkan


konsentrasi ion hidrogen dalam CSS yang mengelilinginya. Kerusakan batang otak
menyebabkan pola nafas yang tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan. Overdosis
opiat merusak pusat pernafasan dan menyebabkan penurunan frekwensi pernafasan
secara bertahap sampai pernafasan terhenti.
b. Kerusakan serebral
Pernafasan cheynes-stokes juga merupakan pernafasan yang didasarkan pada kadar
karbondioksida. Pada kasus ini pusat pernafasan berespons berelebihan terhadap
karbondioksida yang menyebabkan pola nafas tenang meningkat frekwensi dan
kedalaman pernafasan kemudian turun dengan mudah sampai terjadi apnea
( decrescendo breathing ). Pernafasan chynes-stokes mirip dengan apnea pasca
ventilasi, yang dijumpai pada kerusakan hemisfer serebri, dan sering berkaitan
dengan koma metabolic. Tanda dan gejala herniasi otak
1. Kontusio serebri
Manifestasinya tergantung area hemisfer otak yanag kena. Kontusio pada lobus
temporal: agitasi, konfusi. Kontusio frontal: hemiparise. Kontusio frontotemporal:
aphasia
2. Kontusio batang otak
a. Respon segera menghilang dan koma
b. Penurunan tingkat kesadaran berhari-hari, bila keruskan berat
c. Pada system reticular terjadi komatose permanen
d. Pada perubahan tingkat kesadaran:
Respirasi: dapat normal/periodic/cepat
Pupil: simetris konstriksidan reaktif
Kerusakan pada batang otak bagian atas pupil abnormal
Gerakan bola mata: tidak ada ( Corwin Elizabeth, 2009)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan kesadaran biasanya dimulai dengan gangguan fungsi diensefalon yang
ditandai dengan kebuntuan, kebingungan, letargi dan akhirnya stupor. Penurunan kesadaran
yang berkelanjutan terjadi pada disfungsi otak tengan dan ditandai dengan semakin
dalamnya keadaan stupor. Akhirnya dapat terjadi disfungsi medula dan pons yang
menyebabkan koma. Penurunan progresif kesadaran ini digambarkan sebagai perkembangan
rostal-kaudal. Menurut Brunner dan Suddarth (2001) Ruang kranial yang kaku berisi
jaringan otak (1400 g),darah (75 ml), dan cairan serebrospinalis (75 ml),volume dan tekanan
.pada ketiga komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan.adanya

peningkatan salah satu dari komponen ini menyebabkan perubahan pada volume yang lain.
Keadaan patologis seperti lesi,epileptik,stroke,infeksi dan bedah intrakranial dapat
mengubah hubungan antara volume intrakranial dan tekanan.sehingga dapat menyebab kan
gangguan pada batang otak / diensefalon.ketika terjadi gangguan kompensasi intracronial
gagal dan terjadi peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK secara
singnifikan dapat menurunkan aliran darah dan menyebabkan iskemia. Bila terjadi iskemia
komplet dan lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat di
perbaiki. Hal ini terjadi di sebabkan oleh penurunan perfusi serebral yang mempengaruhi
perubahan keadaan sel dan mengakibatkan hipoksia serebral. Pada fase-fase ini
menunjukkan perubahan status mental dan tanda tanda vital bradikardi, tekanan denyut
nadi melebar dan perubahan pernafasan.( Bunner & Suddarth, 2001).
E. PATHWAY
Terlampir
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi diantaranya:
a. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien tidak sadar.jika pasien tidak
dapat bernafas sendiri, beri dukungan perawatan dengan memulai pemberian ventilasi
adekuat.
b. Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan ventilator atau mereka
yang tidak dapat untuk mempertahankan jalan nafas.
c. Pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan tubuh, hal ini
menyebabkan dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan pasien
mengalami dekubitus, yang akan mengalami infeksi dan merupakan sumber sepsis.
d. Aspirasi isi lambung atau makanan dapat terjadi yang mencetuskan terjadinya
pneumonia atau sumbatan jalan nafas.
e. Kardiovaskuler terganggu sehingga irama jantung terganggu.
f. Ginjal terganggu sehingga mengalami penurunan fungsi ginjal dan juga sekresinya
terganggu (Bunner & suddarth, 2001)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mempertahankan jalan nafas. Pasien dapat di intubasi melalui hidung atau mulut
2. Pemasangan Kateter Intravena.
3. Digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian makanan
dilakukan dengan selang makanan atau selang gastrostomi
4. Memantau status sirkulasi pasient (tekanan darah, frekuensi jantung)
untuk mengetahui perfusi tubuh yang adekuat dan perfusi otak dapat dipertahankan.

5. Intravena feeding
Untuk mengetahui terjadinya perut kembung dan perdarahan pada lambung.( bunner &
suddarth, 2001)
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner dan Suddart ( 2001 ), uji laboratorium digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab kesadaran yang mencakup tes glukosa darah, elektrolit, amonia
serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan
keton serum, alkohol, obat-obatan dan analisa gas darah arteri.
Selain itu pemriksaan tes BGA yang berfungsi untuk mengetahui kandunagn oksigen dalam
darah

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


KLIEN GAWAT DARURAT DENGAN SISTEM
NEUROLOGI PENURUNAN KESADARAN : KOMA
A. PENGKAJIAN
1) Pengkajian Primer
a. Airway
1. Memastikan ada tidaknya sumbatan jalan nafas. Sumbatan jalan nafas total:
pasien koma tidak terdengar suara nafas dan terjadi sianosis
2. Adanya Distress pernafasan
3. Kemungkinan fraktur servikal

Adapun tehnik mempertahankan Airway adalah


a. Tehnik head-Tilt-chin-Lift Maneuver
b. Tehnik Jaw-Thrudt Maneuver
b. Breathing
Memastikan pasien masih bernafas atau sudah tidak bernafas, diantarannya dengan 3
cara:
1. LOOK: lihat ada trauma, lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau
tidak
2. LISTEN: dengarkan suara nafas dengan stetoskop
3. FEEL: rasakan adanya hembusan nafas dari hidung
c. Circulation
1. Memastikan ada tidaknya denyut nadi karotis
2. Ada tidaknya tanda-tanda koma
3. Ada tidaknya perdarahan eksternal
2) Pengkajian sekunder
Identitas
1) Identitas pasien. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, status,
pekerjaan.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, status, pekerjaan,
hubungan dengan klien
Riwayat penyakit sebelumnya.
Apakah klien pernah menderita :
1. Penyakit stroke.
2. Infeksi otak.
3. Diabetes mellitus.
4. Diare dan muntah yang berlebihan.
5. Tumor otak.
6. Intoksiasi insektisida.
7. Trauma kepala.
8. Epilepsy.
9. Pengkajian pola fungsional
1) Aktivitas dan istirahat
Gejala :
1. Kesulitan dalam beraktivitas.
2. Kelemahan.
3. Kehilangan sensasi / paralis.
4. Mudah lelah.
5. Kesulitan beristirahat
6. Nyeri / kejang otot.
Tanda :
1. Perubahan tingkat kesadaran.
2. Perubahan tonus otot ( flasid / spastic ).

3. Paralysis ( hemiplegia ), kelemahan umum.


2) Gangguan penglihatan.
3) Sirkulasi
Gejala :
1. Riwayat penyakit stroke.
2. Riwayat penyakit jantung.
3. Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung, endokarditis bacterial.
4. Polisitemia.
Tanda :
1. Hipertensi arterial.
2. Disritmia.
3. Perubahan EKG.
4. Pulsasi = kemungkinan bervariasi.
5. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka / aorta abdominal
4) Eliminasi
Gejala :
1. Inkontinensia urin / alvi.
2. Anuria
Tanda :
1. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ).
2. Tidak adanya suara usus ( ileus paralitik ).
5) Makan / minum
Gejala :
1. Nafsu makan hilang.
2. Nausea.
3. Vomitus menandakan adanya PTIK.
4. Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan.
5. Disfagia.
6. Riwayat diabetes mellitus.
Tanda : Obesitas.
6) Sensori neural
Gejala :
1. Syncope.
2. Nyeri kepala= pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
3. Kelemahan.
4. Kesemutan / kebas.
5. Penglihatan berkurang.
6. Sentuhan = kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka.
7. Gangguan rasa pengecapan.
8. Gangguan penciuman
Tanda :
1. Status mental.
2. Penurunan kesadaran

3. Gangguan tingkah laku ( seperti : latergi, apatis, menyerang ).


4. Gangguan kognitif.
5. Ekstermitas = kelemahan / paralysis genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek teandom dalam.
6. Wajah : paralysis / parese.
7. Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa , kemungkinan ekspresif /
kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global /
kombinasi dari keduanya ).
8. Kehilangan kemampuan mengenal / melihat, stimuli taktil.
9. Kehilangan kemampuan mendengar.
10. Apraksia = kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
11. Reaksi dan ukuran pupil = reaksi pupil terhadap cahaya positif / negative, ukuran
pupil isokor / anisokor, diameter pupil.
7) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
Tanda :
1. Tingkah laku yang tidak stabil.
2. Gelisah.
3. Ketegangan otot.
8) Respirasi
Gejala : Perokok ( factor resiko )
9) Keamanan
Tanda :
1. Motorik / sensorik= masalah dengan penglihatan.
2. Perubahan persepsi terhadap tubuh.
3. Kesulitan untuk melihat obyek.
4. Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
5. Tidak mampu mengenali obyek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenali.
6. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin / gangguan regulasi suhu tubuh.
7. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan.
8. Berkurang kesadaran diri.
10) Interaksi social
Tanda :
1. Problem berbicara
2. Ketidakmampuan berkomunikasi.
3) Pemeriksaan Fisik (heat to toe)
1) Kepala
I: rambut merah menandakan intrepesi kurang cairan
P: dari depan ke belakang. Rambut rontok: nutrisi terganggu kurang dari kebutuhan
2) Mata
1) Mata pucat : mengalami anemia menandakan asupan zat besi kurang
2) Sclera kuning: adanya gangguan hepar (jaundice)

3) Reaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri)


4) Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera neurologis penggunaan
atropta, adrenalin, dan kokain.
5) Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh kerusakan batang otak, penggunaan
narkotik dan heroin
3) Mulut
1) Giginya: lengkap atau tidak, kebersihan dari gigi, ada karies atau tidak
2) Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada
lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
4) Lidah
1) Kotor atau tidak, ada stomatisnya atau tidak
5) Leher. Ada masa atau tidak/ pembengkakan pada leher, penurunan kemampuan
menelan.
6) Dada
1) Bentuk dada : Perubahan diameter anterior - posterior (AP) menunjukan adanya
COPD
2) Ekspansi

dada

Dinilai

penuh

tidak

penuh,

dan

kesimetrisannya.Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi


pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, tube
trakeostomi yang kurang tepat.
3) Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-otot
interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi paradoks (retraksi
abdomen saat inspirasi)
7) Perut
1) Distens abdomen Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat
diketahui dengan memeriksa adanya gelombang air pada abdomen
2) Nyeri Dapat menunjukan adanya perdarahan gastrointestinal
8) Kulit
1) Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
2) Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya sianosis
(ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa).
3) Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya
kadar haemoglobin atau shok. Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan
ventilator dapat terjadi akibat adanya hipoksemia.
4) Jaundice (warna kuning) pada pasien yang menggunakan respirator dapat terjadi
akibat penurunan aliran darah portal akibat dari penggunaan FRC dalam jangka

waktu lama. Pada pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak
begitu jelas terlihat,.
5) Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam, infeksi. Pada
pasien yang menggunkan ventilator, infeksi dapat terjadi akibat gangguan
pembersihan jalan napas dan suktion yang tidak steril
6) Integritas kulit
Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitus
Menilai GCS
Menurut Brunner dan Suddart ( 2001 ), ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif
kesadaran yang menggunakan Skala Koma Glasgow yaitu membuka mata, respons motorik dan
respons verbal.
1. Membuka mata ( E )
1) Spontan
:4
2) Dengan perintah
:3
3) Dengan nyeri
:2
4) Tidak berespon
:1
2. Respons motorik ( M )
1) Dengan perintah
:6
2) Melokalisasi nyeri
:5
3) Menarik area yang nyeri: 4
4) Fleksi abnormal
:3
5) Ekstensi abnormal
:2
6) Tidak berespon
:1
3. Respons verbal ( V )
1) Berorientasi
:5
2) Bicara membingungkan : 4
3) Kata-kata tidak tepat : 3
4) Suara tidak dapat dimengerti : 2
5) Tidak ada respons
:1
B. DIAGNOSA
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernafasan
2) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipoksia jaringan
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret
4) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresan pusat pernafasan


Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawat selama 2x24 jam
Kriteria hasil:
a. RR 16-24 x permenit
b. Ekspansi dada normal
c. Sesak nafas hilang /berkurang
d. Tidak suara nafas abnormal
Intervensi:
1) Mandiri
a. Kaji frekuensi ,irama, kedalaman pernafasan.
R/ Kecepatan biasanya meningkat
b. Auskultasi bunyi nafas
R/ Bunyi nafas menurun /tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder
c. Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
R/Memungkinkan ekspansi paru dan memudah kan pernafasan
d. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
R/ memungkin kan meningkatkan pernafasan.
2) Kolaborasi
Berikan oksigen sesuai advis.berikan obat sesuai indikasi
R/:maksimal kan bernafas dan menurunkan merja paru
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda tanda peningkatan TIK
b. Tanda tanda vital dalam batas normal
c. Tidak adanya penurunan kesadaran
Intervensi :
1. Mandiri
a. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
R: mempengaruhi penetapan intervensi,kemunkinan tanda/gejala neurologis
b. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
R: mengetahui kecenderungan tingkat kesaran dan potensial peningkatan TIK
c. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman penglihatan dan
penglihatan kabur
R: menentuakan apakah batang otak tersebut masih baik
d. Pantau irama dan frekuensi jantung

R: adanya bradikardi dapat terjadi sebagi akibat adanya kerusakan otak


e. Tinggikan kepala 15-45 derajat
R: menurunkan tekanan arteri dengan meningkat kan drainase
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen sesuai indikasi dan obat sesuai indikasi.
R/:menurunkan hipoksia
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret
Tujuan: Jalan nafas bersih setelah di lakukan perawatan selama 1X24 jam
Kriteria hasil
1. Mempertahankan jalan nafas
2. Mengeluarkan secret tanpa bantuan
Intervensi
1. Mandiri
a. Auskultasi bunyi nafas
R/ : menunjukkan penumpukan secret
b. Tinggikan posisi tidur pasien
R/ :memungkinkan ekspansi paru maksimal
c. Observasi jumlah dan karakter sputum
R/: adanya sputum yang tebal /kental berdarah atau purulen di duga masalah
sekunder.
d. Pengihisapan bila batuk lemah atau ronkhi
R/: meningkat kan pengeluaran sputum
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hr
R/: pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret
2. Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, missal: agen mukolitik
R/: menurunkan kekentalan secret
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler
Tujuan: membran alvioler membaik
Kriteria hasil
a) Penurunan dipsnae
b) Perbaikan ventilasi dan oksigenasi
Intervensi
1. Mandiri

1) Kaji pipsnea, takipnea, dan penurunan bunyi nafas


R/: TB paru menyebabkan efek luas pada paru
2) Evaluaasi perubahan pada tingkat kesadaran
R/: akumulasi sekret dapat mengganggu organisasi organ vital
3) Tingkatkan tirah baring dan batu aktifitas diri
R/: penurunan konsumsi oksigen
2. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan yang sesuai
R/: alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 )
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.EGC: Jakarta.
Manurung, santa,SKM,M.Kep, dkk (2009). Asuhan keperawatan gawat darurat, edisi 1, TIM,
Jakarta
http://mirzastory.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatn-pada-pasien-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai