Oleh
Ahmad suhir
(UMI)
2018
BAB I
PENDAHULUAN
sesuatu dari ala mini, dimana makhluk Allah SWT yang lain tidak mampu untuk
menyebutkan apalagi sampai kepada yang lebih tinggi dari itu ( menganalisis,
sintesis, evaluasi dan kreasi) Hal ini terjadi karena Allah SWT menjadikannya
Khalifah dan melengkapinya dengan akal pikiran yang dinamis, perangkat kehidupan
pengetahuan dalam rangka mengatasi kebutuhan hidup dan bahkan lebih dari itu
manusia memiliki kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu
PEMBAHASAN
dari rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu. Dengan keempat inilah manusia mencari
1. Rasio
Rasio biasa kita mengenalnya sebagai akal pikiran.Kata akal berasal dari kata
Arab, yaitu al-‘aql ( ) yang dalam bentuk kata benda tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an hanya menyebutnya dalam bentuk kata kerja seperti ‘aqaluh, ta’qilun,
na’qil, ya’qiluha dan ya’qilun yang mengandung arti faham dan mengerti seperti
terdapat pada ayat 46 surat al Hajj yang artinya: Apakah mereka tidak melakukan
perjalanan dipermukaan bumi dan mereka mempunyai qalbu untuk memahami atau
telinga untuk mendengar; sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tetapi qalbu
paham yang menyatakan bahwa idea tentang kebenaran itu sudah ada dan pikiran
manusia dapat mengetahui idea tersebut namun tidak menciptakannya dan tidak
idea tentang kebenaran, yang menjadi dasar pengetahuan, diperoleh lewat berpikir
Masalah utama yang timbul dari cara berpikir rasional adalah kriteria untuk
mengetahui akan kebenaran dari suatu ide dimana menurut seseorang adalah jelas
dan dapat dipercaya namun belum tentu bagi orang lain. Jadi masalah utama yang
bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari
pengalaman maka evaluasi semacam ini tak dapat dilakukan. Oleh sebab itu maka
mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima
oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat
menyatakan bahwa manusia tidak mempelajari apapun; dia hanya “teringat apa
yang telah dia ketahui”.Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum telah ada
ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah
2. Pengalaman / empiris
alamiah merupakan sesuatu yang bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat
4
JuJun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu ( Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1997) cet.ke-13 hlm. 10
5
Jujun S. Suriasumantri, op.cit hlm.51
tangkapan pancaindera manusia.Melalui gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang
merupakan gejala yang dapat tertangkap oleh pancaindera, sedangka panca indera
melihat sebatang pensil yang dimasukkan ke dalam gelas bagian yang terendam air
terlihat bengkok.6
3. Intuisi
melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai situ.
Bagimana hal tersebut dapat terjadi pada diri manusia? Para filosof muslim
Menurut Ibnu Sina, dalam kehidupan ini terdapat tiga jiwa, yaitu jiwa tumbuh-
tumbuhan, jiwa binatang, dan jiwa manusia. Masing-masing jiwa tersebut memiliki
daya-daya.Jiwa tumbuhan memiliki tiga daya, yaitu daya makan, daya tumbuh, dan
6
Ibid hlm 53
7
Ibid.
daya membiak.Sedangkan jiwa binatang memiliki daya penggerak dan daya
1. Akal Praktis yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera
2. Akal Teoritis yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tidak ada pada
mencurahkan perhatiannya pada dunia immateri dan bersifat metafisis. Akal toeritis
1. Akal materil
2. Akal bakat
3. Akal aktuil
Akal dalam derajat yang terakhir inilah yang merupakan akal tertinggi dan terkuat
dayanya yang dimiliki para filosof atau orang-orang tertentu.Akal ini mampu
terhubung dan dapat menangkap cahaya yang dipancarkan Tuhan ke alam materi
melalui Akal yang sepuluh seperti tersebut dalam falsafat emanasi Al Farabi.8
menyebutnya intuisi dan Kant menyebutnya dengan moral atau akal praktis.
8
Harun Nasution, op.cit hlm 11
mistik ( mystical knowledge ) dengan paradigma mistik ( mystical paradigm),yang
hukumnya bukanlah objek empiris dan bukan pula dapat dijangkau akal rasional dan
dapat dikenali melalui rasa, bukan pancaindera dan atau akal rasional.[10]10
4. Wahyu
Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy ( ) dan al-wahy adalah kata asli Arab
dan bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api dan
kecepatan. Disamping itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.
yang diturunkan kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada umat manusia
agar dijadikan pegangan hidup berisi ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan
bagi umat manusia di dunia dan akhirat.Dalam Islam wahyu yang disampaikan
dengan manusia yang bersifat materi.Menurut Ibnu Sina manusia yang telah
memiliki akal musstafad dapat melakukan hubungan dengan Akal Kesepuluh yang
dijelaskannya sebagai Jibril.Filosof memiliki akal perolehan yang lebih rendah dari
9
Ahmad Tafsir,Filsafat Ilmu mengurai ontology, Epistemologi dan aksiologi pengetahuan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010) cet. ke-15, hlm10
10
ibid
11
Harun Nasution
para nabi sehingga filosof tidak bisa menjadi nabi. Menurut kaum sufi, komunikasi
dengan Tuhan dapat dilakukan melalui daya rasa manusia yang berpusat dihati
sanubari. Kalau filosof mendapatkan akal perolehan dengan mempertajam daya pikir
atau akalnya, sedangkan kaum sufi dengan memusatkan perhatian pada hal-hal
yang bersifat murni abstrak, mereka mempertajam daya rasa atau kalbunya dengan
jiwa.12
SAW dengan penerimaan ilham oleh sufi dan filosof. Pada sufi dan filosof terdapat
terlebih dahulu dalam diri mereka ide dan barulah kemudian ide itu
mendengar suara yang jelas tanpa ad aide yang mendahului ataupun bersamaan
SAW sendiri terperanjat pada awalnya ketika menerima atau menangkap kata-kata
yang didengarnya dan beliau merasa dirinya dipaksa untuk mengucapkan kata-kata
Wahyu yang datang dari Tuhan, Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui
kepada para utusan / nabi, memiliki nilai kebenaran yang absolut.Semua ayat yang
terdapat dalam Al Qur’an memang absolut benar dating dari Allah SWT.Yang
arti yang jelas (qath’i al dalalah) dan banyak diantaranya mengandung arti tidak jelas
12
Harun Nasution ibid hlm 18
Wahyu dalam hal ini adalah Al Qur’an merupakan sumber pengetahuan bagi
manusia, yang memberikan petunjuk tentang sesuatu yang berguna bagi kehidupan
manusia.
1. Sumber Pengetahuan Menurut paradigma filsafat barat
pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat? Dari situ timbul
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
a. Idealisme
Pertama, idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme
diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme atau
nasionalisme menitik beratkan pada pentingnya peranan ide, kategori atau bentuk-
bentuk yang terdapat pada akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. Plato ( 427-347
SM), seorang bidan bagi lahirnya janin idealisme ini, menegaskan bahwa hasil
ubah tidak dapat dipercayai kebenarannya. Karena itu suatu ilmu pengetahuan agar
dapat memberikan kebenaran yang kokoh, maka ia mesti bersumber dari hasil
pengamatan yang tepat dan tidak berubah-ubah. Hasil pengamatan yang seperti ini
hanya bisa datang dari suatu alam yang tetap dan kekal. Alam inilah yang disebut
oleh guru Aristoteles itu sebagai "alam ide", suatu alam dimana manusia sebelum ia
lahir telah mendapatkan ide bawaannya (S.E Frost;1966). Dengan ide bawaan ini
manusia dapat mengenal dan memahami segala sesuatu sehingga lahirlah ilmu
pengetahuan. Orang tinggal mengingat kembali saja ide-ide bawaan itu jika ia ingin
memahami segala sesuatu. Karena itu, bagi Plato alam ide inilah alam realitas,
sedangkan yang tampak dalam wujud nyata alam inderawi bukanlah alam yang
sesungguhnya.
b. Empirisme
boleh dikata sebagai bapak empirisme ini, dengan tegas tidak mengakui ide-ide
bawaan yang dibawakan oleh gurunya, Plato. Bagi Aristoteles, hukum-hukum dan
pemahaman itu dicapai melalui proses panjang pengalaman empirik manusia. (Amin
Abdullah;1996).
bukan berarti bahwa rasio tidak memiliki arti penting. Hanya saja, nilai rasio itu tetap
akal di sini hanyalah mengikuti eksperimentasi karena ia tidak memiliki apapun untuk
dipersepsi (Ali Abdul Adzim;1989). Berawal dari sinilah, John Locke berpendapat
bahwa manusia pada saat dilahirkan, akalnya masih merupakan tabula (kertas
putih). Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan,
terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang
Berdasarkan teori ini, akal hanya mengelola konsep indrawi, hal itu
panca indra. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang
kabur.
2. Indra menipu, pada yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan tersa
3. Objek yang menipu, contohnya fammorgana dan ilusi. Jadi obyek itu
4. Berasal dari indra dan objek sekaligus. Dalam hal ini indra mata tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kernau itu juga tidak
dapt memperlihatkan badanya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah
c. Rasionalisme
dipandu oleh tokoh seperti Rene Deskrates (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-
1677) dan Gottfried Leibniz (1646-1716). Menurut kelompok ini, dalam setiap benda
sebenarnya terdapat ide – ide terpendam dan proposisi - proposisi umum yang
disebut proposi keniscayaan yang dapat dibuktikan sebagai kebenaran yang dapat
empiris.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Menurut aliran ini kekeliruan pada
aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indra dapt dikoreksi, seandainya
tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahua yang benar. Jadi fungsi panca
indra hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya
ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat
benda konkret, seperti hukum kuasalitas atau gambaran umum tentang kursi.
Akal, selain bekerja karena ada bahan indra, juga akal dapat menghasilkan
pegetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali, jadi akal juga dapat
mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorag dalah jelas dan
dapat dipercaya tetapi menurut orang lain tidak. Jadi masalah yang utama yang
semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak. Terbebas dari
Suriasumantri;1998).
d. Positivisme
metode ilmiah melahirkan aliran positivisme oleh August Comte dan Immanuel Kant.
August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh ilmu
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen.
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif
filsafat dan ilmu pengetahuan.(Drs. Drs. H. Ahmad Syadali, M.A; 2004 :133).
Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen dan eksperimen itu sendiri
memerlukan ukuran-ukuran yang jelas seperti panas diukur dengan drajat panas,
jauh diukur dengan meteran, dan lain sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api
panas atau metahari panas, kita juga tidak cukup mengatakan panas sekali, panas,
dan tidak panas. kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains
Dalam hal ini Kant juga menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap
apa yang telah dihasilkan oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal
dapat menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa penelitian
mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan sebab akibat antara kuman tipus dan
demam tipus.
Pada dasarnya aliran ini (yang diuraikan oleh August Comte dan Immanuel
Kant) bukanlah suatu aliran khas yang berdiri sendiri, tetapi ia hanya
diberikan oleh pakar pendidikan. Akan tetapi, sudah menjadi kesepakatan umum
bahwa Islam memandang sumber utama ilmu adalah Allah. Selanjutnya Allah
Sumber: Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofik dan
Dengan uraian bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui (al-‘Alim)
(QS. Saba’:1-2, QS. Al- Taghabun: 4, QS. Al-A’raf: 88-89, QS. Al-Mujadilah: 7)
sehingga ilmunya tak terhingga banyaknya (QS. Al- Kahfi:109). Diantara kesekian
banyak ilmu-Nya, ada yang diberikan kepada manusia, akan tetapi hanya sebagian
kecil saja yang dibeberkan melalui ayat-ayat Qur’aniyah (QS. Al-Isra’:85) dan ayat-
ayat kauniyah (QS. Al-An’am: 38) (Muhaimin & Mujib, 1993: 83). Kedua ayat
pengetahuan itu berasal dari dua sumber, yaitu: sumber Ilahi dan sumber insani.
Kedua jenis sumber ini merupakan jenis pengetahuan yang saling berintegrasi dan
secara asasi kembali kepada Allah sebagai Dzat yang menciptakan manusia.
Sumber Ilahi adalah sejenis ilmu pengetahuan yang didatangkan kepada manusia
secara langsung dari Allah melalui ilham, wahyu atau mimpi-mimpi yang benar. Dan
ilmu yang bersumber dari sumber insani adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan
saluran ilmu dalam Islam itu amat banyak dan bisa dikembalikan kepada lima
sumber pokok, yaitu indera, akal, intuisi, ilham dan wahyu Ilahi. Di dalamnya meliputi
ilmiah; dan aktivitas-aktivitas ilmiah lainnya. Hal ini senada dengan pendapat al-
Attas yang membagi sumber pengetahuan (istilah yang digunakan adalah saluran
akal pikiran yang sehat (al-’aql al-salim), berita yang benar (alkhabar al-shadiq), dan
intuisi (ilham) (Wan Daud, 2003: 158; 2005: 71; Arif, 2005: 28). Sebagaimana yang
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi
Dari berbagai pendapat di atas, secara garis besar, peneliti membagi sumber
pengetahuan dalam Islam menjadi dua, yaitu (1) sumber Ilahi, berupa wahyu atau
berita yang benar (al-khabar al-shadiq), yang terdiri dari al-Qur’an dan al-Sunah
serta intuisi (ilham); (2) sumber insani yang terdiri dari akal pikiran yang sehat (al-
sebagaimana Gambar 2.
Wahyu
Wahyu sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi kekuatan yang sangat
samping itu, wahyu memberikan bantuan intelektual yang tidak terjangkau oleh
kekuatan rasional dan empiris. Wahyu bisa juga dijadikan sebagai sumber
pengetahuan, baik pada saat seseorang menemui jalan buntu ketika melakukan
perenungan secara radikal maupun dalam kondisi biasa. Artinya wahyu bisa
dijadikan sebagai rujukan pencarian pengetahuan kapan saja dibutuhkan, baik yang
bersifat inspiratif maupun terkadang ada juga yang bersifat eksplisit (Wan Daud,
2003: 105).
Wahyu ini secara hierarki terbagi menjadi tiga bagian; yaitu al-Qur’an, al-Sunah dan
intuisi. Maka sumber yang orisinil dari wahyu adalah al-Qur’an sebagai sumber
pengetahuan utama dalam Islam dan al- Sunah sebagai sumber pengetahuan yang
perhatian yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini bisa dibuktikan
dengan turunnya surat yang pertama kali yang menyeru kepada manusia untuk
membaca, mengajarkan ilmu pengetahuan yang belum diketahuinya serta
menunjukkan kedudukan qalam (pena), yaitu alat yang digunakan oleh Allah
benih-benih ilmu pendidikan, ilmu hukum, sosiologi, sejarah, ekonomi, teologi, sains,
dan sebagainya.
secara mendetail dan matang dengan tujuan agar umat Islam berupaya secara
melalui sanad yang shahih, baik berupa perkataan, perbuatan, peninggalan, sifat,
pengakuan, larangan, hal yang disukai dan dibenci, peperangan, tindak-tanduk dan
Sunah sebagai sumber hukum atau sumber pengetahuan yang kedua mempunyai
tiga fungsi, yaitu: pertama sebagai tasyri, yang menunjukkan hukum atau
ketika nyamuk masuk ke dalam makanan. Kedua sebagai tabyin, yaitu menjelaskan
hukum atau pengetahuan yang dijelaskan dalam al-Qur’an yang masih bersifat
global seperti proses penciptaan manusia. Ketiga berfungsi sebagai taqrir, yaitu
penciptaan manusia. Al-Sunah tidak hanya mengkaji tentang hal-hal yang ada di
masa sekarang, akan tetapi juga mengkaji tentang hal-hal yang bersifat
transendental, seperti alam ghaib, yaitu alam yang tidak dapat ditangkap oleh indera
yang bersifat praktis dan berkaitan dengan kemajuan yang terus berkembang hingga
saat ini. Tentang teknis urusan duniawi, al-Sunah memberikan hak prerogatif
Intuisi (Ilham)
Dengan intuisi, manusia dapat mengenal hakikat setiap sesuatu. Untuk memperoleh
intuisi, individu harus terlebih dahulu memiliki kegiatan batiniah yang tidak disadari
dan harus bebas dari berbagai keinginan pribadi yang mementingkan diri sendiri.
Sedangkan salah satu sifat dari intuisi adalah deduksi yang dapat secepat kilat
sebagai akibat dari penginderaan sekejap. Ini sangat identik dengan ilmu laduni
saluran yang absah dan penting untuk mendapatkan pengetahuan kreatif dengan
alasan: Karena intuisilah yang mampu mensintesis hal-hal yang dilihat secara
terpisah oleh nalar dan pengalaman tanpa mampu digabungkan ke dalam
Akal pikiran sehat merupakan salah satu saluran penting bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang jelas; yaitu sesuatu yang dapat dipahami dan
dikuasai oleh akal, dan sesuatu yang dapat diserap oleh indera. Akal pikiran
manusia akan mengatur dan menemukan hubungan yang sesuai dalam setiap ruang
ilmu pengetahuan dan hubungan antara pengetahuan yang satu dengan lainnya.
Iqbal (dalam Al-Attas, 1989:38) berpendapat bahwa, Islam tidak pernah mengecilkan
peranan indera yang pada dasarnya merupakan saluran yang sangat penting dalam
sebagai instrumen pokok bagi jiwa dalam mengetahui aspek-aspek tertentu dari sifat
Arifin (1994:74) menegaskan bahwa panca indera adalah pintu gerbang bagi
pengetahuan untuk berkembang. Oleh karena itu, Tuhan mewajibkan panca indera
KESIMPULAN
Sumber pengetahuan dalam Islam secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu
sumber ilahi dan sumber insani. Sumber ilahi merupakan sumber pokok yang
datangnya dari Allah yang berupa wahyu. Wahyu ini pun terbagi menjadi tiga; yaitu
al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama dalam Islam, al-Sunah sebagai
sumber yang kedua, dan intuisi. Sedangkan sumber yang kedua, datangnya dari
kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang disebut sebagai sumber insani, yang
terdiri dari akal yang sehat dan panca indera. Sumber-sumber pengetahuan ini
Al-Attas, S. M. N.. 1989. Islam dan Filsafat Sains. Bandung: Mizan. Gema Insani
Press.
Anshari, E. S. 2002. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.
Cet.9.
Anshari, E. S.. 1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu Offset. cet. Vii.
Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama I. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.