Neo-Kantianisme adalah paham filosofis yang mengalir dari pemikiran Immanuel Kant.
Aliran ini lahir sebagai tanggapan atas ketidakmampuan paham Idealisme yang berusaha
menanggapi tantangan ilmu empiris dan positivisme dalam bidang agama. Ketidakmampuan ini
dikarenakan argumen-argumen idealisme tetap berada dalam tataran teoritis. Dengan kata lain,
argumen atau pemikiran mereka sulit untuk diterapkan dalam tataran praktis. Padahal di lain
pihak, baik ilmu empiris dan positivisme menyatakan apa yang benar adalah apa yang dapat
dibuktikan melalui dan dalam pengalaman. Agama memang berurusan dengan apa yang super-
sensibilis, tapi sekaligus agama juga harus dapat memperlihatkannya dalam kehidupan konkret,
praktis, dan aktual. Inilah yang kemudian hendak diusahakan oleh para filsuf Neo-Kantianisme.
Akan tetapi, aliran ini tidak hendak menekankan peranan akal budi teoritis dan sintesenya dalam
pemikiran religius, melainkan mencari interpretasi baru terhadap agama dalam hubungan dengan
Ada beberapa aliran atau usaha yang mencari interpretasi baru atas agama berdasar pada
pemikiran Kant, yakni pertama, Aliran atau Sekolah Marburg yang menekankan tema logika,
epistemologi dan metodologi. Kedua, Sekolah Baratdaya Jerman yang memfokuskan diri pada
persoalan mengenai nilai. Ketiga, Hans Vaihinger yang mempersoalkan fiksi dan hipotesa dalam
revelasi dan kesempurnaan moral Yesus sambil menolak intelektualisasi yang berlebihan
terhadap agama serta menjelaskan pentingnya kekuatan moral dalam kehidupan umat
berimanLatar belakang aliran Neo-kantianisme adalah karena banyak filosof jerman yang tidak
puas terhadap materialism, Positifisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis.
Dan gerakan ini disebut Neo-Kantianisme. Neo-kantianisme lahir pada abad ke-19. Tokohnya
antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-
mengemukakan bahwa keyakinannya kepada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa
demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’ apabila terlibat dahulu dipikirkan.
Artinya, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi
pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person tetapi sebagai cita-cita dari seluruh
perilaku manusia.
pengetahuan, ilmu pengetahuan dibagi 2 macam yaitu ilmu pengetahuan alam (NOMOTHETIC
SCIENCES ) yaitu ilmu pengetahuan yang obyeknya adalah fenomena-fenomena yang dapat
diulangi terus menerus dan hanya merupakan suatu kasus yang menyangkut suatu hukum alam,
pikiran dan Tidak ada pengamatan di luar aspek kuantitas, kualitas dan relasi. Objek tidak di luar,
barulah orang tahu apa yang disebut kenyataan dan bukan sebaliknya. Neo-kantianisme menurut
Heinrich Reickhart Pertama orang harus mempertimbangkan, barulah orang tahu apa yang
disebut kenyataan dan bukan sebaliknya. Pertimbangan atau lebih tepat mempertimbangkan itu
adalah aktivitet, kegiatan dari fikiran. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan batu tidak
mempertimbangkan,tetapi manusia mempertimbangkan tentang semua itu. Jika sebuah
pertimbangan itu ditaruh dalam pusat penyelidikan filsafat. Artinya dengan menaruh hal berfikir
ditengah-tengah. Berfikir ialah berfikir yang menurut logika, berfikir yang menurut ilmu, berfikir
menurut metode.
Aliran Neo-kantianisme berasal dari nama seorang filsuf besar yang bernama imanuel
kant (kant). Pemikiran Kant melahirkan tradisi baru berupa kritik terhadap sumber ilmu
murni.
Istilah Neo-kantianisme dipandang searti dengan kritikisme yang bergerak dalam dua
aliran, yaitu realisme dan prakmatisme, Pemikirannya lahir untuk mencari peranan yang
dimainkan oleh akal budi manusia dalam proses mengetahui, dan nilai yang dapat dilekatkan
kepada usaha mengetahui, dan mencari hubungan antara usaha mengetahui ini dengan dunia-
luar. Pokok pembahasan neo-kantianisme membahasa teori pengetahuan yang harus dapat
pengetahuan dalam ilmu pengetahuan positif dan filsafat, pengetahuan dalam moral serta
Ilmu-ilmu mempelajari bermacam-macam objek. Tapi ilmu itu sendiri menjadi objek bagi
renungan filsafat. Kaum Neo-kantian menyatakan mereka bukan realis dan mereka menolak
metafisika yang lama. Mereka menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang melanjutkan
kant, sebagai ahli-warisnya dan dalam beberapa hal juga menjadi pengoreksi kant.
Kantianisme adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus
membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan. Paha mini menjelaskan bahwa
bila memang harus dilakukan sebuah tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa