MUSYTARAK
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fikih yang diampu
oleh Bapak Mahmuji, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Fitri ( 1931710200 )
Nadia Defira Ananda Hartoyono ( 1931710207 )
Syifa Urrahmah ( 1931710184 )
Wahid Nur Ramadhan ( 1931710163 )
i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Musytarak”.
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Musytarak......................................................................................................3
A. Kesimpulan ......................................................................................................................14
B. Saran ................................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa lisan manusia atau nash Syar‟i tak lepas dari penggunaan lafadz
yang memiliki makna beragam atau lebih dari satu. Sebagai contoh sederhana
dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang memiliki makna lebih dari
satu. Demikian juga dalam dalam al Quran yang merupakan firman Allah
yang turun dalam bentuk bahasa arab yang fasih dan lugas tak lepas adanya
pola kalimat yang pelafalan dan pengejaannya sama namun memiki makna
berbeda.
Para mufasir sejak generasi awal sebenarnya sudah melakukan tindakan
prefentif agar umat tidak salaham paham dalam memahami teks, dengan
menyusun banyak kitab yang mendeskripsikan setiap mufradat Alquran dan
hadis dengan komprehensif. Yaitu konsep musytarak, satu kata banyak
terulang dan memiliki arti yang berbeda-beda sesuai konteks dan siyaq ayat.
Sebagai contoh dalam al Quran yang menjadi high light dalam diskursus
lafadz Musytarak adalah kata مستم أوال, kalimat مستم أوالdalam ayat an Nisa
43 tersebut apakah yang dimaksudkan adalah bersentuhan kulit secara hakikat
atau bersetubuh secara majazi, atau makna sebaliknya, atau kedua-duanya
merupakan makna hakikat atau majazi kedua-duanya. Oleh karena itu riset ini
akan menganalisis eksistensi lafadz Musytarak dalam bahasa, al Quran dan
pengaruhnya dalam tafsir ahkam. Yaitu konsep musytarak, satu kata banyak
terulang dan memiliki arti yang berbeda-beda sesuai konteks dan siyaq ayat.
Ragam ungkapan damai dalam Al-Qurān secara jelas menegaskan bahwa
karakter dasar dari ajaran Islam adalah menyebarkan perdamaian. Dalam
ungkapan teks agama, perdamaian sering dibahasakan dengan “Amān”. Dalam
terminologi, “Amān” adalah sebuah kesepakatan untuk menghentikan
peperangan dan pembunuhan dengan pihak musuh. Selain Amān masih ada
beberapa istilah lain yang juga merujuk pada perdamaian, yakni Amān,
1
Janaḥu, Dhimmah, Salām, Ṣulḥu dan Hudnah semua ragam ungkapan lafaẓ-
lafaẓ ini dapat diartikan dengan damai, tentu dengan sedikit perbedaan antara
lafaẓ yang satu dengan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Lafadz Musytarak ?
2. Macam-macam Musytarak ?
3. Hukum Musytarak ?
4. Pengertian Lafadz Muradhif ?
5. Hukum Lafadz Muradhif ?
6. Kaidah Muradhif ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui lafadz Musytarak.
2. Untuk mengetahui macam-macam lafadz Musytarak.
3. Untuk mengetahui hukum Musytarak.
4. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab timbulnya lafadz musytarak.
5. Untuk mengetahui pendapat ahli bahasa tetang lafadz Musytarak.
6. Untuk Mengetahui sikap ulama Ushul dan Tafsir terkait lafadz Musytarak
dalam al Quran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musytarak
Musytarak adalah sebuah lafadz yang mempunyai arti banyak dengan
kegunaan yang banyak pula. Seperti lafadz ( ( ) ﺍىﺴْتtahun) yang bisa berarti
tahun hijriah atau miladiyah. Lafadz ( ( ) ﺍىٍذtangan) yang bisa berarti tangan
kanan dan juga bisa berarti tangan kiri. Musytarak juga bisa berarti suatu
lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih dengan kegunaan yang banyak
yang dapat menunjukkan arti ini atau arti itu. Seperti lafadz ( ٍِ ) ﺍىﻌyang bisa
berarti mata, sumber mata air, dan reserse (mata-mata). Pengertian musytarak
(homonim) dalam bahasa Arab sama dengan definisi polisemi dalam bahasa
Indonesia, yaitu kata atau frasa yang memiliki makna lebih dari satu, atau
memiliki makna yang bebeda-beda.1
Musytarak, ialah suatu lafaẓ yang mempunyai dua arti yang sebenarnyadan
arti-arti tersebut berbeda-beda. Seperti lafaẓ laun yang artinya putih atau
hitam. Apabila arti yang sebenarnya hanya satu dan yang lain arti majaz,
maka tidak dikatakan musytarak.2
1
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/05/musytarak-macam-macam-musytarak/ diakses
pada tanggal 12 november 2020
2
MISS. KHOLEEFAH JUKENG,2016,(RAGAM UNGKAPAN DAMAI DALAM AL-QURĀN
Kajian Lafaẓ Muradif dan Musytarak Fi Ulumil Al-Qurān, Banda Aceh, 13 Juli 2016).Hal. 25.
3
pengertian musytarak di dalam kitab Mudjakar al-Lughah al-Arabiyah bahwa
homonim adalah lawan kata dari sinonim, homonim adalah setiap kata yang
memiliki beberapa makna, homonim juga dapat dikatakan setiap kata yang
memiliki beberapa makna, baik makna yang sebenarnya atau makna kiasan.
Para ahli bahasa, bebeda pendapat tentang definisi homonim (musytarak)
tersebut ada yang menolaknya dan ada juga yang mengakui keberadaannya,
dengan menunjukkan berbagai fakta yang ada dan tidak dapat diragukan lagi.
Pada dasarnya bahasa dunia, dan yang pasti juga terjadi pada bahasa Arab.
4
homonimi, sebab ada ”cangkul” yang berupa kata benda, dan ada cangkul
yang lain yang berupa kata kerja, hanya berdasarkan pada bahwa kata cangkul
bisa digunakan dalam kalimat perintah (sebagai kata kerja) dan kalimat berita
(sebagai kata benda). Di antara kedua sikap ekstrim itu, mana yang patut kita
ikuti, tentunya tergantung pada persepsi kita terhadap konsep homonimi dan
polisemi. Apabila dalam nas terdapat lafaz musytarak, maka jika ia adalah
musytarak antara makna kebahasaan dan makna terminologi secara syar‟i,
maka lafazh itu wajib dibawa kepada makna syar‟inya. Jika ia adalah
musytarak antara dua makna atau lebih dari makna kebahasaan, maka ia wajib
dibawakan kepada salah satu maknanya dengan suatu dalil yang
menentukannya.
Jadi lafaz musyatarak adalah lafaz yang diletakkan untuk dua makna
atau lebih dengan peletakkan yang bermacam-macam, dimana lafaz itu
menunjukkan makna yang ditetapkan secara bergantian, artinya lafaz itu
menunjukkan makna ini atau makna itu. Apa pun yang menjadi sebab-sebab
persekutuan makna dalam lafazh menurut bahasa, maka sesungguhnya lafaz
yang musytarak antara dua makna atau lebih tidaklah sedikit di dalam bahasa,
dan terdapat dalam nash-nash al-Quran maupun Hadits Nabi.3
B. Macam-macam musytarak
Berikut ini adalah macam-macam musytarak (homonim) dalam bahasa
Arab :
1. Musytarak lafdzi
Musytarak lafdzi adalah tulisan dan pengucapannya sama, akan
tetapi maknanya berbeda. Sedangkan musytarak lafdzi dalam bahasa
Indonesia sama dengan makna homonimi.4
Kata musytarak berakar dari syin ra kaf (syaraka) yang bermakna
berserikat, bersekutu, bercampur. Musytarak di sini menurut DR. Zain
3
Yatmi,2010,(ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR‟AN TERJEMAHAN
H.B JASSIN, YATMI-FAH.PDF, 5-Oct-2012,).Hal. 11.
4
Yatmi,2010,(ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR‟AN TERJEMAHAN
H.B JASSIN, YATMI-FAH.PDF, 5-Oct-2012,).Hal. 13.
5
bin Ali bin Mahdi Maharisy dalam kitabnya shuwarul musytarak
allafdzi fil qur‟anil karim wa atsaruha fil ma‟na, adalah,” satu lafadz
yang memiliki banyak arti yang berbeda dan tidak ada hubungannnya
satu sama lainnya”, dari sini bisa dipahami bahwa musytarak lafdzi
dalam al qur‟an adalah setiap kata yang ada dalam al qur‟an yang
memiliki banyak makna yang beragam, dan antara makna yang ada itu
tidak ada hubungannya.
Banyak perbedaan penafsiran yang terjadi karena perbedaan
mereka dalam memahami kata musytarak ini, misalnya dalam surat al
mudatsir: 51, mengenai arti “qaswarah”
ْ َفَ َّشثْ ٍِ ِْ ق
ﺴ َى َس ٍة
Dimaksud di sini adalah “ orang yang melempar “ tetapi bisa juga yang
dimaksud adalah “ singa”, juga berarti “ suara – suara orang “ juga
berarti “gelapnya malam”.
Begitu juga dengan surat at takwir: 17, mengenai kata “ „as‟as”
س
َ َﺴﻌ َ َوﺍىيَّ ٍْ ِو إِرَﺍ
ْ ع
6
Juga seperti yang dijelaskan oleh Abu Ishaq az zujaj, mengenai surat ar
rahman: 6.
َُﺍ
ِ ﺴ ُجذ َّ وﺍىَّْجْ ٌُ َوﺍى
ْ ٌَ شج َُش
Kata “ an najm” di sini menurut mayoritas ahli bahasa dan tafsir adalah
semua yang tumbuh di permukaan tanah tetapi tidak memiliki batang.
Sedangkan “ asy syajar “ adalah yang memiliki batang. Tetapi bisa
juga berarti bintang di langit yang juga bersujud kepada Allah
sebagaimana Allah sebutkan dalam surat an nahl: 49.
Kata “shalawat” dari Allah di sini artinya bisa berarti rahmat, bisa pula
berarti pujian dan pengormatan, bisa pula berarti memperhatikan
urusannya. Al alusi dalam tafsirnya memilih arti pujian dan ampunan
dari Allah,
Begitu juga kata yang memiliki arti berlawanan juga bagian dari
musytarak ini, misalnya kata “ dhann” dalam bahasa Arab berarti “
ragu dan yaqin”, kata “ raja “ bisa berarti “takut dan ambisi”. Kata
“qur‟un” sebagaimana contoh di awal yang bermakna “ haidh dan suci
“.
Kata “dhann” yang berarti “yakin” misalnya dalam surat al baqarah: 46
7
Sedangkan “dhann” yang berarti “ragu” bisa dilihat dalam surat al
jatsiyah: 32
ُ َّ ُْ ِﺴاعَتُ إ
ْ َُ ظُِّ إِ ََّّل َظًّْا َو ٍَا َّحْ ُِ ِب
ٍَِِْﺴتَ ٍْ ِق َّ قُ ْيت ُ ٌْ ٍَا َّذ ِْسي ٍَا ﺍى
Ath thahir bin „Asyur mengatakan makna “duluk syams” dalam surat
al Isra: 78 bisa berarti tiga makna:
Sebagai contoh perbedaan arti hakiki dan majaz ini adalah kata
“bakhil” dalam surat an nisa‟: 37.
8
Dalam ayat ini makna “bakhil” adalah bukan bakhil dalam harta benda,
karena agama apapun, kepercayaan apapun, budaya apapun dahulu
kala dan sekarang ini memandang sikap bakhil dalam harta merupakan
perbuatan tercela. Tetapi bakhil dalam ayat ini berarti majaz yakni “
bakhil “ dalam ilmu, maksudnya adalah bahwa Allah telah
memberitahukan akan adanya nabi terakhir yakni nabi Muhammad r,
pemberitahuan ini sudah disampaikan oleh Allah dalam kitab-kitab
mereka, tetapi mereka menyembunyikan informasi ini sehingga
banyak orang tidak mengetahui, sebagaimana dipahami bahwa orang-
orang sebelum Islam mendominasi pemahaman kitab hanya oleh para
pendeta dan rahib – rahib saja. 5
2. Musytarak makna
Musytarak makna adalah kata atau frasa yang tulisan dan
pengucapannya berbeda, akan tetapi maknanya sama. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia sama dengan makna polisemi.
Contoh : Wanita dan Perempuan
Maksud dari contoh di atas adalah kalau di lihat dari makna biologis
bahwa kata Wanita dan Perempuan memiliki kesamaan yaitu memiliki
cirri-ciri yang sama, akan tetapi di lihat secara bentuk sosial Wanita itu
mempunyai makna negative dan Perempuan mempunyai makna
positif.6
C. Hukum Musytarak
Yang dimaksudkan dengan hukum musytarak. Disini adalah tentang boleh
tidaknya menggunakan lafaẓ musytarak. Tentang hal ini para ulama berselisih,
pendapat satu pihak membolehkan, sedang di pihak lain sebaliknya.
Menurut jumhur ulama adalah :
5
https://assalaam.or.id/blog/2014/07/03/musytarak-lafdzi/ diakses pada tanggal 12 november 2020
6
Yatmi,2010,(ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR‟AN TERJEMAHAN
H.B JASSIN, YATMI-FAH.PDF, 5-Oct-2012,).Hal. 14.
9
اِسْت ْعمال ْالمثْتر ِك فِي م ْعن ْي ِو يج ْوز
Mereka ini beralasan dengan firman Allah swt. (QS. Al-Haj: 18):
َّ س َوٱ ْىقَ ََ ُش َوٱىُّْ ُجى ًُ َوٱ ْى ِج َبا ُه َوٱى
ش َج ُش ُ ََّْ ض َوٱىش ِ ث َو ٍَِ فِى ْٱْلَ ْس ِ ﺴ َٰ ََ َٰ َى
َّ ﺴ ُج ُذ ىَ ۥهُ ٍَِ ِفى ٱى َّ ََُّأَىَ ٌْ ت َ َش أ
ْ ٌَ َٱّلِل
َّ َُِّٱّلِلُ فَ ََا ىَ ۥهُ ٍِِ ٍُّن ِْش ًٍ إ
ٱّلِلَ ٌَ ْف َﻌ ُو ٍَا ُ َعيَ ٍْ ِه ٱ ْىﻌَز
َّ ِِ ﺍب ۗ َو ٍَِ ٌُ ِه َ ق َّ ٍش َح ِ ٍَّْش ِ ٍَِّ ٱى
ٌ ِاس ۖ َو َمث ٌ َِوٱىذ ََّوﺍ ُّٓب َو َمث
شا ٓ ُء
َ ٌَ
Atrinya: Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa
yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-
pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia?
7
MISS. KHOLEEFAH JUKENG,2016,(RAGAM UNGKAPAN DAMAI DALAM AL-QURĀN
Kajian Lafaẓ Muradif dan Musytarak Fi Ulumil Al-Qurān, Banda Aceh, 13 Juli 2016).Hal. 82.
10
Salam
Sulu
Hudnah
*Yang bermakna damai
8
Basiq Djalil, Ilmu Uṣul Fiqih(satu dan dua) (Jakarta: Kencana, 2010), 116-117.
9
Syafi‟i Karim, Fiqih/ Uṣul Fiqih (Bandung: Pustia Studio, 1997), 195.
11
berpendirian bahwa bacaan Al-Qurān yang bersifat ta’budi, tidak
boleh diganti dengan lafaẓ muradif-nya karena Al-Qurān dan seluruh
lafaẓ nya adalah mengandung mukjizat, sedang muradif satu lafaẓ
F. Kaidah Muradhif
“Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan
jika tidak ditetapkan oleh syara‟.”
Mempertukarkan dua muradif satu sama lain itu diperbolehkan jika
dibenarkan oleh syara‟. Namun kaidah ini tidak berlaku bagi Al Qur‟an,
karena ia tidak boleh diubah. Bagi mazhab malikiah, takbir shalat tidak
boleh dilakukan kecuali dengan lafal “Allah akbar.” Imam Syafi‟i
membolehkan dengan lafal “Allahu Akbar”. Sementara imam Abu
Hanifah membolehkan lafal “Allah Akbar” diganti dengan lafal “Allah Al-
Azim” atau “Allah Al-Ajal”.
10
Syafi‟i Karim, Fiqih/ Uṣul Fiqih , 120.
12
Ulama‟ yang tidak membolehkan beralasan karena adanya
halangan syar‟i yaitu bersifat ta‟abudi (menerima apa adanya tidak boleh
diubah). Sedang yang membolehkan, beralasan karena adanya kesamaan
makna dan tidak mengurangi maksud ibadah tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musyatarak adalah lafaz yang diletakkan untuk dua makna atau lebih
dengan peletakkan yang bermacam-macam, dimana lafaz itu menunjukkan
makna yang ditetapkan secara bergantian, artinya lafaz itu menunjukkan
makna ini atau makna itu. Apa pun yang menjadi sebab-sebab persekutuan
makna dalam lafazh menurut bahasa, maka sesungguhnya lafaz yang
musytarak antara dua makna atau lebih tidaklah sedikit di dalam bahasa, dan
terdapat dalam nash-nash al-Quran maupun Hadits Nabi.
Macam-macam musytarak :
Musytarak lafdzi adalah tulisan dan pengucapannya sama, akan tetapi
maknanya berbeda. Sedangkan musytarak lafdzi dalam bahasa Indonesia
sama dengan makna homonimi
Musytarak makna adalah kata atau frasa yang tulisan dan pengucapannya
berbeda, akan tetapi maknanya sama. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
sama dengan makna polisemi.
Yang dimaksudkan dengan hukum musytarak adalah tentang boleh
tidaknya menggunakan lafaẓ musytarak. Tentang hal ini para ulama berselisih,
pendapat satu pihak membolehkan, sedang di pihak lain sebaliknya.
Disamping itu, memang ada juga Ulama yang beranggapan bahwa
menggunakan lafaẓ musytarak dalam dua makna atau lebih adalah tidak boleh.
14
Salam
Sulu
Hudnah
*Yang bermakna damai
B. Saran
Demikian pembahasaan dari makalah kami. Kami berharap semoga
pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari para pembaca
untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terimakasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
16