Anda di halaman 1dari 11

RESUME BUKU AKHLAK TASAWUF

OLEH :

1. DR.JA'FAR,MA : AKHLAK TASAWUF

2. AKHLAK TASAWUF - Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A

3. AKHLAK TASAWUF - Drs. H. A. Mustofa


I.DR.JA'FAR,MA : AKHLAK TASAWUF

TASAWUF DEFINISI, HIERARKI DAN TUJUAN

A. Definisi Tasawuf

Karya-karya modern dalam bidang tasawuf telah mendiskusikan asal ussul kata
tasawuf , meskipun kerya-karya klasik harus lebih diutamakan untuk dimanfaatkan
sebagai upaya memahaminya secara baik berdasarkan data otentik. Dalam kitab
Kasyfal al-Mahjub, al-Hujwin telah menjelaskan asal-usul kata tasawuf. Pertama,
istilah tasawuf berasal dari kata Al-Shuf yaitu wol. Disebut sufi karena kaum sufi
mengenakan jubah yang terbuat dari bulu domba.Kedua,istilah tasawuf berasal dari
kata al-shaf yaitu barisan pertama yang bermakna bahwa kaum sufi berada pada
barisan pertama,yang bermakna bahwa kaum sufi berada pada barisan pertama
didepan tuhan,karena besarnya keinginan mereka terhadap tuhan, kecenderungan
hati mereka terhadap-nya dan tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka
dari hadapan nya.Ketiga,istilah tasawuf berasal dari kata ahl al-shuffah karena para
sufi mengaku sebagai golongan ahl al-shuffah yang diridai Allah. Mereka disebut
sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-oranag yang tinggal diserambi
masjid (Shuffah) yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW.
Keempat, istilah tasawuf berasal dari kata al-shafa yang artinya kesucian, sebagai
makna bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-noda bawaan,
dan karena kemurnian hati dan kebersihan tindakan mereka.

Menurut Abd al-Qadir al-jailani yang cukup dikenal sebagai pendiri terekat
qadiriyah menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai sufi karena tiga alasan.

1. Terjadinya proses penjernihan terhadap hati mereka berkat cahaya makrifat.


2. Ia dinisbahkan kepada ashhab al-shuffah, yakni para sahabat yang meninggalkan
segala sesuatu karena cinta kepada Allah dan rasulnya.
3. Ia memakai shuf (pakaian dari bulu),dimana untuk sufi tingkat pemula
mengenakan pakaian dari bulu biri-biri, seedangkan untuk sufi tingkat pertengahan
dari bulu kambing, sedangkan untuk sufi tingkat puncak dari bulu mirizza (bulu
halus kambing).

Al-Jailani menambahkan bahwa kata tashawwuf terdiri atas empat huruf,yakni ta',
shad, waw, dan fa'. kata ta' bermakna taubah, kata shad bermakna shafa' ,
kata waw bermakna Wilayah(kewalian), dan kata fa' bermakna fana; fi Allah.
B. Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam

Dalam tradisi intelektual Islam, para ulama membuat spesifikasi ilmu berdasarkan
sudut pandang islam. Diantara mereka, pendapat Ibn Khaldun cukup penting
diutarakan. Dalam Muqaddimah, Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis.
Pertama, ilmu-ilmu hikmah dan filsafat ('ulum al-hikmiyah al-falsafiyyah) yang
diperolah dengan akal manusia dan ilmu yang di ajarkan dan di transformasikan
(ulum al-naqliyyah al-wadhiyah) yang bersumber kepada syariat Islam (Alquran
dan hadis). Ibn Khaldun mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu dari beragam
ilmu-ilmu syariah (ulum al-naqliyyah al-wadhiyah). Dalam pembagian ilmu
menurut al-Ghazali (w.1111) berdasarkan cara perolehan ilmu, disebutkan bahwa
ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan ('ilm al-hudhart/presential) dan ilmu
yang dicapai ('ilm al-hushuli/attained), sedangkan tasawuf dikategorikan
sebagai ilm al-hudhuri Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (W.1350) membagi ilmu
menjadi tiga derajat: 'ilm jaliyun ( didasari observasi, eksperimen, dan
silogisme), 'ilm khafiyun (ilmu makrifat) dan 'ilm laduniyun (didasari ilham dari
Allah), dan tasawuf dikelompokan kepada 'ilm khafiyun dan ilm laduniyun. Syeh
Muhammad Naquib al-Attas membagi ilmu menjadi dua jenis:

1. Ilmu pemberian Allah (the God Given Knowledge) yang disebut ilmu-ilmu
agama ( The religious sciences),
2. Ilmu Capaian (The acquired Knowledge) yang disebut ilmu-ilmu
rasional,intelektuan dan filosofis (The rational,Intellectual and philosophical
sciences),

Sedang kan tasawuf dikategorikan sebagai metafisika Islam yang merupakan


bagian dari ilmu-ilmu agama (the religious sciences). Dapat ditegaskan bahwa para
ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian ilmu-ilmu agama,meskipun sebagian
ahli menyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi dipengaruhi oleh
agama dan aliran filsafat tertentu.

Ibn Khaldun telah mengulas tasawuf sebagai sebuah disiplin ilmu dalam
kitab Muqaddimahnya. Dari aspek sumber tasawuf sebagai salah satu dari ilmu
syariah, menurut Ibn Khaldun, Bersumber dari syariat yakni Alquran dan hadis,
dan tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali menarik kecimpulan
dari kaidah-kaidah utama untuk cabang-cabang permasalahannya. Menurut Ibn
Khaldun kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang tasawuf.

Penolakan fukaha (Sunni) tidak serta merta ditujukan kepada semua jenis tasawuf.
Menurut al-Taftazani,dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf
terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tasaawuf Sunni,Yaitu aliran yang memagari pengikutnya dengan Alquran dan
Hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan tingkatan rohani
mereka,dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut.

2. Tasawuf Falsafi, Yaitu aliran yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil


(syathahat), memadukan antara visi mistis dan visi rasional dan banyak
menggunakan terminilogi filosofis,bahkan dipengaruhi banyak ajaran filsafat.

C.Tujuan Tasawuf

Tujuan tasawuf tersebut tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia
sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Islam Alquran menegaskan bahwa manusia
diciptakan dengan suatu tujuan tertentu seperti syahadah.,ibadah,khalifah,dan
hasanah.
Para sufi dan filsuf tidak menampilkan teori dasar tersebut, dan karya-karya
mereka menjadi wujud nyata dari interpretasi terhadap teori dasar tersebut.Mereka
mengembangkan tujuan hidup manusia menjadi tujuan dari sebuah perjalanan
spiritual.
Para sufi telah merumuskan tujuan dari tasawuf. Sekedar pemetaan,Ibn Khaldun
menjelaskan bahwa puncak perjalanan spiritual para penempuh jalan tasawuf
setelah melewati beragam tingkatan spiritual (al-maqamat) adalah kemantapan
tauhid dan makrifat.

Dua sumber ajaran Islam, Alquran dan hadis, memberikan sinyal kuat bahwa
manusia berpotensi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,bertauhid dan
bermakrifat kepada nya. Dalam Q.S Al-Baqarah/2L186,Allah SWT berfirman :

‫ان ۖ فَ ْليَ ْست َِجيبُوا ِلي َو ْليُؤْ ِمنُوا بِي لَعَلَّ ُه ْم‬ ُ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي َعنِِّي فَإِنِِّي قَ ِريب ۖ أ ُ ِج‬
ِ ‫يب دَع َْوة َ الدَّاعِ إِذَا دَ َع‬ َ ‫َوإِذَا‬
َ‫شدُون‬ ُ ‫يَ ْر‬

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.
PERBANDINGAN DARI BUKU LAIN TERDAPAT YAITU :

II.AKHLAK TASAWUF - Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A

A. Pengertian Ilmu Akhak tasawuf

Definisi akhlak secara bahasa berarti perangai, watak dasar, kebisaan, kelaziman
dan peradaban yang baik.

Sedangkan akhlak menurut istilah adalah sebagaimana menurut Ibnu Miskawaih


(w.421 H/1030 M) yaitu :

‫َحالــــ ِللنَّ ْف ِس دَا ِعيَة الَ َها ِإلَى أ َ ْفعَا ِل َها ِم ْن َغي ِْر فِ ْك ٍر َوالَ ُر ِويَ ٍة‬

Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

Ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadinannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjaknannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dikalakukan dengan sesungguhnya,


bukan bermain-main atau bersandiwara.

5. Sejalan dengan ciri ke empat perbuatan akhlak (khusus perbuatan baik) adalah
perbuatan yang dilakuakna karena ikhlas semata-mata karena Alloh SWT.
Adapun pengertian ilmu akhlak adalah “Ilmu yang objek pembahasannya adalah
tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan
dengan baik atau buruk.” Atau ilmu akhlak dapat pula disebut “Ilmu yang berisi
pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan
nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbautan tersebut
tergolong baik atau buruk.”

B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak

Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk selanjutnya


diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri yang telah
disebutkan diatas yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan,
telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.

C. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Ahmad Amin mengatakan : “Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan


permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya
sebagai yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk.”

Menurut Mustafa Zahri :”untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa


nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat
menerima Nur Allah.”

III. AKHLAK TASAWUF - Drs. H. A. Mustofa

PENGERTIAN AKHLAK
1. DEFINISI

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.Kata tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga
erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan
makhluqun yang berarti di ciptakan.

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya


hubungan balik antara khaliq dengan makhluk.

Ibnu Athair menjelaskan bahwa:

“Hakikat makna khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa
dan sifat-sifatnya), sedang khaluq merupakan gambaran bentuk luarnya (raut
muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya.
Ibnu Maskawih memberikan definisi sebagai berikut:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi sebagai berikut:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak melakukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu)”.
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang di sebut akhlak “Adatul-
Iradah, atau kehendak yang di biasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu
tulisannya yang berbunyi:
“sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu,
maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.

Sekalipun ketiga definisi akhlak di atas berbeda-beda kata-katanya, tetapi


sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu dengan
yang lain. Sehingga Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi
akhlak sebagai berikut:

“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena


kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

Dalam pengertian yang hamper sama dengan kesimpulan di atas, Dr. M Abdullah
Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,kekuatan dan
kehendak berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar
(dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.

Ada istilah lain yang lazim di pergunakan di samping kata akhlak ialah apa yang
disebut Etika. Perkataan itu berasal dari bahasa yunani “Ethos” yang berarti adat
kebiasaan.Dalam pelajaran filsafat, etika adalah merupakan bagian dari padanya, di
mana para ahli memberikan takrif dalam redaksi yang berbeda-beda.

Jadi, akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang
tersembunyi.Oleh karenanya dapatlah disebutkan bahwa “akhlak itu adalah nafsiah
(bersifat kejiwaan) atau maknawiah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang
keliataan kita namakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka akhlak
adalah sumber dan prilaku adalah bentuknya”.

2. POKOK PERSOALAN AKHLAK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di alami oleh manusia sekarang
ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan prilakunya; baik ia
sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial.

Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan
yang di alaminya, di tandai dengan adanya kecendrungan menganggap bahwa satu-
satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materil.Sehingga
manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang
sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

Nilai-nilai spiritual yang di maksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang
berwujud perintah, larangan dan anjuran; yang kesemuanya berfungsi untuk
membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota
masyarakat.

3. HUBUNGAN AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA

Filsafat adalah sebagai pusat semua ilmu pengetahuan dan ilmu akhlak merupakan
salah satu cabang dari filsafat.
a. Hubungan antara akhlak dengan psikologi

Hubungan antara akhlak dengan psikologi mempunyai pertalian yang erat dan
kuat.Objek penyelidikan psikologi adalah kekuatan perasaan, paham, mengenal,
ingatan, kehendak, kebebasan, khayal, rasa kasih, kelezatan dan rasa sakit. Adapun
akhlak memerlukan apa yang di persoalkan oleh ilmu jiwa tersebut. Dapat di
katakana bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah sebagai pendahuluan daalam ilmu
akhlak.

b. Hubungan akhlak dengan sosiologi

Dalam ilmu akhlak mempelajari dan mengupas masalah prilaku, perbuatan


manusia yang timbul dari kehendak.Ilmu sosiologi mempersoalkan tentang
kehidupan masyarakat.Ilmu sosiologi mempersoalkan tentang kehidupan
masyarakat.

Dapat disebutkan pula bahwa ilmu sosiologi mempelajari masyarakat manusia


yang bagaimana supaya meningkat ke atas, bagaimana tentang menyelidiki tentang
bahasa, agama dan keluarga dan bagaimana membentuk unang-undang dan
pemerintahan dan sebagainya. Dengan demikian akan dapat membantu
memberikan pengertian dari perbuatan manusia dan cara menentukan hukum baik
atau buruk dan benar atau salah dari perilaku seseorang yang di perdalam oleh
akhlak.

Dengan demikian ilmu akhlak erat hubungannya dengan ilmu sosiologi


(kemasyarakatan).

c. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu hukum

Pokok pembicaran kedua ilmu (akhlak dan ilmu hukum) adalah perbuatan
manusia.Tujuannya mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaanya.

Akhlak memerintahkan berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala
yang mudarat. Sedankan ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik
dan berguna tidak di perintahkan oleh ilmu hukum.Seperti berbuat baik kepada
fakir miskin dan perlakuan baik antara suami istri.Demikian juga beberapa
perbuatan yang mendatangkan kemudaratan tidak dicegah oleh ilmu hukum,
umpamanya dusta dan dengki. Ilmu hukum tidak mencampuri urusan ini karena
ilmu hukum tidak memerintah dan tidak melarang,kecuali apabila dapat menjatuhi
hukuman kepada orang yang menyalahi perintah dan larangannya.

d. Hubungan Akhlak dengan Iman

Iman menurut bahsa berarti : membenarkan, sedangkan menurut syara’ adalah


membenarkan dengan hati dalam arti menerima dan tunduk pada apa yang
diketahui bahwa hal tersebut dari agama Nabi Muhammad Saw. Dan ada yang
menyatakan lebih tegas lagi bahwa di smping membenarkan dalam hati, juga
menuturkan dengan lisan dan mengerjakan dengan anggota badan.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapatlah di ambil pengertian bahwa iman
bukan hanya sekedar tasdiq (membenarkan) dalam hati saja, tetapi di perlukan juga
menerima dan tunduk.

Hubungan antara akhlak dengan ilmu sangat erat, hal tersebut di sebabkan
keduanya mempunyai titik pangkal yang sama, yaitu hati nurani.

4. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK

Sebagai salah satu cirri khas ilmu adalah bersifat pragmatis.Keberadaan suatu ilmu
harus mempunyai fungsi atau faedah bagi manusia. Dengan ditemukan suatu teori-
teori pada ilmu, akan lebih menambah wawasan dalam bertindak atau berproses.
Kegunaan ilmu semata-mata untuk dapat mengetahui rahsia-rahasia disamping
juga dapat diperhitungkan baik dan buruknya suatu langkah yang dijalani.

Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan bats
mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu yang sesuai dengan
tempatnya.Dengan maksud dapat menempatkan sesuatu pada proporsi yang
sebenarnya.
Walaupun demikian, untuk mendapatkan semua diatas yaitu meraih kebahagiaan,
kesejahteraan, dan ridho ALLAH tidak begitu mudah.manusia harus dapat
membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik.Membedakan keduanya
berarti dapat menilai.

Anda mungkin juga menyukai