Anda di halaman 1dari 15

Makalah Tafsir Tarbawy

“Pengertian Ta’lim Dalam Al-Quran”

Dosen pembimbing : Dr. Abdul Hamid, Lc. MA

Dibuat Oleh :

Mudrika Latif 3120190133


Rini Nuryani 3120190125
Evita Puji Rahayu 3120190117
Siti Mufidatul khoiria 3120190006

Universitas Islam As-Syafi’iyah

Pendidikan Agama Islam

2020/2021
Kata pengantar

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "pengertian ta’lim dalam al-
qur’an"

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah tafsir tarbawi. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang tafsir pendidikan beserta pengembangannya
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak hamid selaku dosen Mata kuliah


Tafsir Tarbawi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta,11 Oktober 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Al-Quran sebagai Kalamullah yang diturunkan (al-munazzal) kepada Nabi Muhammad


Saw., selain sebagai wahyu terakhir yang melengkapi kitab-kitab samawi yang
sebelumnya juga melingkupi ajaran-ajaran Islam yang paripurna, walau demikian, harus
pula ditandaskan bahwa keparipurnaan ajarannya seakan tidak dapat “berbicara” dengan
sendirinya melainkan membutuhkan justifikasi penafsiran yang dalam hal ini adalah
hadis nabi yang diposisikan sebagai sumber ajaran kedua setelah al-Quran. Dengan
demikian, al-Quran dan hadis dalam struktur kajian keislaman menempati posisi yang
istimewa walaupun pada akhirnya seringkali menimbulkan “perkelahian” antar
golongan dalam mengklaim dirinya sebagai penganut yang paling absah untuk
menyuarakan slogan “al-ruju‟ ila al-Quran wa al-Sunnah” (kembali kepada al-Quran
dan hadis).

Demikian contoh yang dapat diungkap dalam menunjukkan ketelitian redaksi ayat-ayat
al-Quran, yang mana ketelitian itu juga dapat dikaji dalam kaitannya dengan ayat-ayat
atau lebih tepatnya kata kunci dalam al-Quran yang menunjukkan pada istilah
pendidikan seperti kata al-Tansyi‟ah, al-Ishlah, al-Ta‟dib, al-Tahzib, al-Thahir, al-
Ta‟ziyah, al-Ta‟lim, al-Siyasah, al-Irsyad, dan al-Akhlaq, al-Tabyin dan al-
Tadris.Namun demikian, dari sekian ketentuan yang telah disebutkan, hanya terdapat
tiga kata yang seringkali diperselisihkan pemaknaannya dalam konteks relevansinya
dengan konsep dasar pendidikan dalam Islam, yaitu kata tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib.

Dalam salah satu kajian, kata tarbiyah dinilai lebih relevan jika dikaitkan dengan
konteks pendidikan karena di dalamnya tersimpul makna proses pengembangan dan
bimbingan baik jasad, akal, maupun jiwa yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga
mutarabbi (murid) bisa dewasa dan mandiri hidup di tengah masyarakat, karenanya
pula, seorang murabbi diposisikan pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan mu‟allim
ataupun mudarris.Berbeda dengan al-Attas yang lebih mengunggulkan istilah ta‟dib
dalam konteks pendidikan,karena menurutnya, istilah tersebut mencakup beberapa
unsur seperti adab, 'ilm, ta'lim dan tarbiyah.

Untuk menjawab persoalan di atas, makalah ini menggunakan pendekatan tafsir


maudhu‟i (thematic approach) dengan corak penafsiran eksploratif terhadap ayat-ayat
yang memiliki relevansi terhadap tema pembahasan dalam lintas surat yang dalam hal
ini adalah ayat-ayat al-Quran yang menggunakan kata ta‟lim dengan berbagai
derivasinya. Adapun langkah operasional tafsir tematik ini meliputi tahap pengumpulan
ayat-ayat al-Quran yang memiliki tema yang sama atau ayat-ayat yang relevan dengan
tema yang dikaji; menyusun ayat-ayat yang telah terkumpul sesuai dengan kerangka
kajian yang telah dibuat secara sistematis; melakukan elaborasi terhadap penafsiran
yang telah ada yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut; melakukan analisa atau proses
penafsiran terhadap ayat-ayat yang telah terkumpul dengan menggunakan teori tertentu,
yang dalam hal ini penulis menggunakan teori munasabat al-ayat dengan asumsi adanya
korelasi antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya; terakhir, mengemukakan
pandangan al-Quran terhadap tema yang dikaji yang sekaligus menjadi kesimpulan.

B.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas timbulah berbagai masalah yang dapat didefiniskan :

1. Apa Pengertian Ta’lim dalam Al-Qur’an?


2. Apa isi dari Tafsir ayat ke 31 Surat Al-Baqarah ?
3. Apa isi dari Tafsir ayat ke 2 dan ayat 4 Surat Ar-Rahman ?
4. Apa isi dari Tafsir ayat ke 66 Surat Al- Kahfi ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ta’lim Dalam Al-Qur’an

Kata ta’lim dalam kajian kebahasaan memiliki arti pengajaran yang bersifat
pemberian atau penyampaian pengertian dan keterampilan.1 Kata tersebut
merupakan bentuk masdar dari kata "allama" yang mana kata “allama” beserta
derivasinya terulang dalam al-Quran tidak kurang dari 105 kali, 2 dengan rincian
lima kali terulang dengan menggunakan bentuk "allama" dan selebihnya dengan
menggunakan bentuk lain semisal "ilman" yang terulang 14 kali dalam al-Quran.

Dua kali terulang dengan menggunakan kata "Ulama" tiga kali dengan
menggunakan kata "alimta" lima kali dengan redaksi "alimtum" terulang sebanyak 4
kali dengan menggunakan kata "allamakum" dan seterusnya.3

B. Tafsir Ayat ke 31 Surat Al-Baqarah

ۤ
ْ َ ‫ي بِا‬Gْ ِ‫ ْون‬Gُُٔ‫ َك ِة فَقَا َل اَ ۢ ْنبِٔـ‬Gِ‫ض ُه ْم َعلَى ا ْل َم ٰل ِٕٕى‬
ْ‫س َم ۤا ِء ٰ ٓه ُؤاَل ۤ ِء اِن‬ َ ‫س َم ۤا َء ُكلَّ َها ثُ َّم َع َر‬
ْ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل‬
َ‫ص ِدقِيْن‬ٰ ‫ُك ْنتُ ْم‬

Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Namanama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
1
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1996), hal. 26
2
Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam alMufahras Li Alfaz al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar al-Fikr,
1992), hal.488
3
„Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras, hal. 689 dan setelahnya
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-
orang yang benar!"

Terhadap beberapa ayat yang telah dikemukakan di atas, dalam berbagai tafsir yang
telah ditulis oleh para sarjana dalam bidang tersebut diperoleh beragam pemaknaan.
Misalnya pemahaman terhadap kata “asma” yang terungkap dalam surat alBaqarah ayat
31, di situ dijelaskan dalam tafsir Zad al-Masyir, bahwa pengajaran Allah terhadap
Adam yang diungkapkan dengan kata “asma” dipahami dalam beragam makna.

Menurut ibnu Abbas, Mujahid, Qutadah dan Said ibn Jubair bahwa yang dimaksudkan
adalah semua nama benda yang ada di muka bumi. Pendapat lain menjelaskan bahwa
yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah nama yang terbatas pada objek yang juga
terbatas.4 Di samping dua pemahaman itu, masih terdapat pemaknaan lain yang
memahami bahwa kata asma‟ yang diajarkan oleh Allah kepada Adam adalah nama-
nama malaikat. Demikian pendapat Abu al-„Aliyah. Sedangkan Ibn Zayd
menyatakannya sebagai nama-nama keturunan Adam.5

Pada Ayat ini juga menerangkan bahwa Allah Swt mengajarkan kepada Adam a.s.
nama-nama, tugas dan fungsinya seperti Nabi dan Rasul,tugas dan fungsinya sebagai
pemimpin umat. Manusia memang makhluk yang dapat dididik (rducable),bahkan harus
dididik (educandus),karena ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-
apa,anngota badan dan otak serta akalnya masih lemah.Tetapi setelah melalui proses
pendidikan bayi manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang
dan melalui pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.

Adam sebagai manusia pertama dan belum ada manusia lain yang mendidiknya,maka
Allah secara langsung mendidik dan mengajarinya.Apalagi Adam dipersiapkan untuk
menjadi khalifah yaitu pemimpin du bumi.Tetapi cara Allah mendidik dan mengajar dan
mengajar Adam tidak seperti manusia yang mengajar sesamanya,melainkan dengan

4
Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43 (Al-Maktabah alSyamilah (http://www. Shamela.w
5
Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43
mengajar secara langsungdan memberikan potensi kepadanya yang dapat berkembang
berupa daya pikirnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui semua nama yang ada
di hadapannya.

Setelah nama-nama itu diajarkan-Nya kepada Adam,maka Allah memperlihatkan


benda-benda itu kepada para malaikat dan di perintahkan-Nya agar mereka
menyebutkan nama-nama benda tersebut yang telah diajarkan kepada Adam dan
ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya. Hal ini untuk memperlihatkan
keterbatasan pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui keunggulan
Adam sebagai manusia terhadap mereka, dan agar mereka mengetahui ketinggian
hikmah Allah dalam memilih manusia sebagai Khalifah. Hal ini juga menunjukan
bahwa jabatan khalifah yaitu mengatur segala sesuatu dan menegakkan kebenaran dan
keadilan di muka bumi ini memerlukan pengetahuan yang banyak dan kemampuan serta
daya pikir yang kuat.6

C. Tafsir Surat Ar-Rahman


 Ayat ke 2 Surat Ar-Rahman

َ‫عَلَّ َم ْالقُرْ ٰا ۗن‬

Artinya : “Yang telah mengajarkan Al-Qur’an (Ar-rahman/55:2)”

Pada Ayat ini di jelaskan Allah menyebut rahmat-Nya yang paling agung. Dialah Tuhan
Yang telah mengajarkan Al-Qur’an kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajarkan Al-
Qur'an kepada Muhammad saw yang selanjutnya diajarkannya ke umatnya. Ayat ini
turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:

6
Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 1 juz 1halaman 76,kementerian Agama RI tahun 2012
‫اِنَّ َما يُ َعلِّ ُمهٗ بَ َش ۗ ٌر‬

“Sesungguhnya Al-Qur'an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya


(Muhammad). (an-Nahl/16: 103)

Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka
surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling
banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajarkan Al-Qur'an kepada
manusia. Hal itu karena manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur'an akan berbahagia di
dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya akan
tercapai tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur'an adalah induk kitab-kitab samawi
yang diturunkan melalui makhluk Allah yang terbaik di bumi ini yaitu Nabi Muhammad
saw.7

Kemudian, pada ayat 2 surat Ar-Rahman, kalimat “allama al-Quran” diartikan dengan
pengajaran yang tidak hanya terbatas pada lafadz semata melainkan pada
kandungannya. Dengan begitu kata “allama” digunakan untuk menunjuk kepada objek
yang agung karena Al-Quran merupakan nikmat yang memiliki posisi terhormat yang
sekaligus menjadi ukuran kesenangan dunia dan akhirat.8

 Ayat ke 4 Surat Ar-Rahman

‫َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان‬

Artinya :” Mengajarnya pandai berbicara.”

Pada Tafsir ini di jelaskan bahwa makhluk yang paling memerlukan tuntunan-Nya, dan
kemudian mengajarnya pandai berbicara untuk mengungkapkan ide dalam benaknya.

Pada ayat ini Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain yaitu penciptaan manusia.
Nikmat itu merupakan landasan nikmat-nikmat yang lain. Sesudah Allah menyatakan
nikmat mengajarkan Al-Qur'an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia
7
Al-qur’an dan tafsirnya jilid 9 juz 25-26-27,kementerian Agama Islam RI tahun 2021,hal 591
8
Tafsir al-Alusi, Juz 20, hlm. 110 (Al-Maktabah alSyamilah (http://www. Shamela.w
menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan diajari-Nya pandai
mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir dalam otaknya,
karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur'an bisa diajarkan kepada umat
manusia.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dijadikan-Nya tegak, sehingga
tangannya lepas. Dengan tangan yang lepas, otak bebas berpikir, dan tangan dapat
merealisasikan apa yang dipikirkan oleh otak. Otak menghasilkan ilmu pengetahuan,
dan tangan menghasilkan teknologi. Ilmu dan teknologi adalah peradaban, dengan
demikian hanya manusia yang memiliki peradaban.

Lidah adalah organ yang terletak pada rongga mulut. Organ ini, yang merupakan
struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi
pengecap rasa adalah salah satu fungsi lidah yang utama. Terdapat sekitar 10.000 titik
pengecap di lidah. Lidah juga berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi untuk
berkomunikasi.

Lidah, dalam agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk
mengukur baik-buruknya perilaku seseorang. Manusia akan menjadi baik apabila
keduanya baik. Dan manusia akan menjadi buruk, apabila keduanya buruk. Nabi
Muhammad saw menunjuk lidah sebagai faktor utama yang membawa bencana bagi
manusia, dan ia merupakan tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya. Beliau bersabda
dalam hadisnya:

“Bukankah manusia dijungkirbalikkan wajah mereka di neraka karena lidah mereka?


(Riwayat at-Tirmidhi dan Ibnu Majah dari Mu’az bin Jabal )”
“Jika manusia bangun di pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya mengingatkan lidah
dan berpesan, "Bertakwalah kepada Allah menyangkut kami, karena kami tidak lain
kecuali denganmu. Jika engkau lurus, kami pun lurus, dan jika engkau bengkok, kami
pun bengkok." (Riwayat at-Tirmizi dari Abu Sa’id al-Khudri)”

Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut berbicara, lidah
bekerjasama dengan beberapa organ lainnya, seperti bibir, rongga mulut, paru-paru,
kerongkongan, dan pita suara. Kita dapat berkomunikasi dengan berbicara, setelah
seluruh masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi. Kemudian bunyi-bunyi yang
masing-masing sudah disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat
untuk menjadi kalimat. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa. Bahasa
diuraikan dalam salah satu ayat Allah demikian:

ٍ ‫ف اَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َواَ ْل َوانِ ُك ۗ ْم اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬


َ‫ت لِّ ْل ٰعلِ ِم ْين‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬
ُ ‫اختِاَل‬ ْ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه‬
ُ ‫خَل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

Artinya :”Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi,
perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (ar-Rum/30: 22)”9

Sementara pada ayat “allamahu al-bayan” Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan
al-bayan ialah berbicara. Ad-Dahhak dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan
kebaikan dan keburukan. Tetapi pendapat Al-Hasan dalam hal ini lebih baik dan lebih
kuat karena konteks ayat membicarakan pengajaran Al-Qur'an, yang intinya ialah
menunaikan bacaannya. Dan sesungguhnya hal tersebut dapat terealisasi (terwujudkan)
bila Allah menjadikan makhluk-Nya pandai berbicara, dan dimudahkan-Nya untuk
9
Al-qur’an dan tafsirnya jilid 9 juz 25-26-27 surat ar-rahman ,kementerian Agama Islam RI tahun
2021,hal 592
mengeluarkan bunyi huruf dari makhraj-nya masing-masing, yaitu dari halaq dan lisan
serta kedua bibir dengan berbagai macam makhraj dan perbedaannya.10

D. Tafsir Ayat ke 66 Surat Al-kahfi

ْ ‫سى َه ْل أَتَّبِ ُعكَ َعلَى أَنْ تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْمتَ ُر‬
‫شدًا‬ َ ‫قَا َل لَهُ ُمو‬

Artinya : Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau


mengajarkan kepadaku (Ilmu yang benar ) yang telah diajarkan kepadamu
(untuk menjadi) petunjuk?” (Al-kahf/18:66)

Tafsir dari ayat ini adalah Nabi Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu,
yakni menjadi pengikut dan muridmu yang senantiasa bersamamu ke mana pun engkau
pergi, agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari ilmu yang telah diajarkan Allah
kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku?"

Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s. datang menemui Khidir,
yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Khidir dan berkata
kepadanya, "Saya adalah Musa." Khidir bertanya, "Musa dari Bani Israil?" Musa
menjawab, "Ya, benar!" Maka Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata, "Apa
keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa menjawab bahwa beliau datang kepadanya
supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud agar Khidir mau mengajarkan
kepadanya sebagian ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya, yaitu ilmu yang
bermanfaat dan amal yang shaleh.
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon
murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan.
Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan merendahkan hati. Beliau
menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan mohon diperkenankan
mengikutinya, supaya Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah diberikan

10
Tafsir Ibnu Katsir
kepadanya. Menurut al-Qadhi, sikap demikian memang seharusnya dimiliki oleh setiap
pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.11

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kata ta’lim dalam kajian kebahasaan memiliki arti pengajaran yang bersifat pemberian
atau penyampaian pengertian dan keterampilan,Kata tersebut merupakan bentuk masdar
dari kata "allama" yang mana kata “allama” beserta derivasinya terulang dalam al-
Quran tidak kurang dari 105 kali, dengan rincian lima kali terulang dengan
menggunakan bentuk "allama" dan selebihnya dengan menggunakan bentuk lain
semisal "ilman" yang terulang 14 kali dalam al-Quran.

Misalnya pemahaman terhadap kata “asma” yang terungkap dalam surat alBaqarah ayat
31, di situ dijelaskan dalam tafsir Zad al-Masyir, bahwa pengajaran Allah terhadap
Adam yang diungkapkan dengan kata “asma” dipahami dalam beragam makna.

Pendapat lain menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah nama
yang terbatas pada objek yang juga terbatas.

Manusia memang makhluk yang dapat dididik (rducable),bahkan harus dididik


(educandus),karena ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-apa,anngota
badan dan otak serta akalnya masih lemah.Tetapi setelah melalui proses pendidikan bayi
manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang dan melalui
pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.

Adam sebagai manusia pertama dan belum ada manusia lain yang mendidiknya,maka
Allah secara langsung mendidik dan mengajarinya.Apalagi Adam dipersiapkan untuk
menjadi khalifah yaitu pemimpin du bumi.Tetapi cara Allah mendidik dan mengajar dan

11
Al-Qur’an dan Tafsirnya surat al-kahf ayat 66 jilid 5 juz 13-14-15 ,Kementerian Agama Islam RI,halaman
640
mengajar Adam tidak seperti manusia yang mengajar sesamanya,melainkan dengan
mengajar secara langsungdan memberikan potensi kepadanya yang dapat berkembang
berupa daya pikirnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui semua nama yang ada
di hadapannya.

Setelah nama-nama itu diajarkan-Nya kepada Adam,maka Allah memperlihatkan


benda-benda itu kepada para malaikat dan di perintahkan-Nya agar mereka
menyebutkan nama-nama benda tersebut yang telah diajarkan kepada Adam dan
ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya.

Hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan pengetahuan para malaikat itu dan agar
mereka mengetahui keunggulan Adam sebagai manusia terhadap mereka, dan agar
mereka mengetahui ketinggian hikmah Allah dalam memilih manusia sebagai Khalifah.

Hal ini juga menunjukan bahwa jabatan khalifah yaitu mengatur segala sesuatu dan
menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini memerlukan pengetahuan yang
banyak dan kemampuan serta daya pikir yang kuat.

Tafsir Surat Ar-Rahman • Ayat ke 2 Surat Ar-Rahman َ‫ عَلَّ َم ْالقُرْ ٰا ۗن‬Artinya : “Yang
telah mengajarkan Al-Qur’an (Ar-rahman/55:2)” Pada Ayat ini di jelaskan Allah
menyebut rahmat-Nya yang paling agung.(an-Nahl/16: 103) Oleh karena isi ayat ini
mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai
dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya
bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajarkan Al-Qur'an kepada manusia.

Dengan begitu kata “allama” digunakan untuk menunjuk kepada objek yang agung
karena Al-Quran merupakan nikmat yang memiliki posisi terhormat yang sekaligus
menjadi ukuran kesenangan dunia dan akhirat.

Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur'an pada ayat yang lalu, maka
pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan
diajari-Nya pandai mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir
dalam otaknya, karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur'an bisa
diajarkan kepada umat manusia.

Dan sesungguhnya hal tersebut dapat terealisasi (terwujudkan) bila Allah menjadikan
makhluk-Nya pandai berbicara, dan dimudahkan-Nya untuk mengeluarkan bunyi huruf
dari makhraj-nya masing-masing, yaitu dari halaq dan lisan serta kedua bibir dengan
berbagai macam makhraj dan perbedaannya.

Artinya : Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau


mengajarkan kepadaku (Ilmu yang benar ) yang telah diajarkan kepadamu (untuk
menjadi) petunjuk?” (Al-kahf/18:66) Tafsir dari ayat ini adalah Nabi Musa berkata
kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu, yakni menjadi pengikut dan muridmu yang
senantiasa bersamamu ke mana pun engkau pergi, agar engkau mengajarkan kepadaku
sebagian dari ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu untuk menjadi petunjuk
bagiku?"

Nabi Musa menjawab bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan


mengikutinya dengan maksud agar Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu
yang telah diajarkan Allah kepadanya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
Daftar Pusaka

Darajat,Zakiah.(1996).Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara


Fu’’ad Muhammad.(1992).Abd al-Bqi al-Mu’’jam alMufahras Li Alfaz al-Qur’’an al-
Karim.Beirut:Dar al-Fikr
Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras, hal. 689 dan setelahnya
Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43 (Al-Maktabah alSyamilah (http://www. Shamela.w

Kementerian Agama RI.(2012).Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 1 juz 1 halaman 76

Anda mungkin juga menyukai