Anda di halaman 1dari 13

INTERKONEKSI STUDI HADIS DAN

ASTRONOMI

Di Tulis Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Studi Islam Integratif (SII)

Di susun Oleh :

MOHAMAD ARIEF
Kelas B

PROGRAM PASCA SARJANA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN PEKALONGAN
TAHUN 2018
A. JUDUL
INTERKONEKSI STUDI HADIS DAN ASTRONOMI

B. KEGELISAHAN AKADEMIK
Secara mendasar, ilmu pengetahuan terbagi kepada tiga kelompok besar, ilmu
pengetahuan alam (Natural Science), ilmu pengetahuan sosial (social scince) dan humaniora.
Studi agama masuk pada kelompok humaniora. Dewasa ini studi agama telah menyongsong
pada perjalanan baru ketika bersentuhan dengan metodologi keilmuan alam dan sosial.
Dengan persentuhan ini, studi agama diharapkan semakin mempertajam kualitas ilmiahnya
sembari memperdalam dan memperluas obyek dan kontribusinya dalam kehidupan manusia.1
Dalam metodologi hadis, unsur sanad merupakan tonggak semua analisis hadis.
Analisis matan tidak dapat dilakukan sebelum analisis sanad dapat membuktikan otentisitas
sanad hadis. Setelah dapat dibuktikan bahwa sanad sebuah hadis adalah shahih baru analisis
matan dilakukan. Apabila penelitian matan mengatakan bahwa hadis itu dhaif maka hadis itu
ditolak dan dinyatakan dhaif. Sebaliknya jika penelitian matan menyatakan shahih maka
shahihlah hadis tersebut.2 Arti semua ini adalah bahwa kita tidak mungkin mendapatkan
matan yang shahih tanpa melalui sanad. Sanad adalah kanal melalui mana matan dialirkan
dari generasi ke generasi hingga sampai kepada Mukharij.
Beberapa ulama sudah mulai mencoba melakukan kajian-kajian hadis yang
bersifat interkonektif pada hadis-hadis yang saling bertentangan baik pertentangan internal
maupun eksternal. Namun kajian tersebut masih sebatas membenturkan pendapat-pendapat
fikih antar mazhab yang juga berdasarkan literatur klasik dan hanya sedikit yang mencoba
menelaah dengan data-data keilmuan lain.3 Hingga saat ini kita masih sulit menemukan karya
yang berkaitan dengan studi hadis dengan pendekatan interkoneksi yang berpijak pada teori
dan cara operasional yang sistematis. Adalah Syamsul Anwar yang mampu menghadirkan
kajian interkoneksi hadis dengan paparan akademis yang berpijak pada bangunan
epystimologi yang kuat.4
Buku ini membahas penelitian matan hadis yang diinterkoneksikan dengan
astronomi. Istilah astronomi yang digunakan dala buku ini lebih sempit yaitu practical

1
Fadhli Lukman, 2016. Interkoneksi dalam Studi Hadis. E journal Stain Pekalongan. 19(2): 1 dari http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/746/1010.
2
https://lib.ummetro.ac.id/index.php?p=show_detail&id=7065&keywords= hlm 1
3
Qaem Aulassyahied, 2016. Wacana Studi Interkoneksi Hadis (Telaah Ringkas Pemikiran Hadis Syamsul Anwar ). Jurnal Tarjih
13(2): 2 dari https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download/108/105
4
Ibid. hlm 2
5
astronomi atau dalam Islam dikenal dengan ilmu Falak. Ini merupakan kajian baru dalam
penelitian matan hadis, mungkin yang pertama dalam pendekatan ini, buku ini mampu
membuktikan bahwa melalui pendekatan astronomi dapat ditunjukkan, dalam kasus-kasus
tertentu, ada atau tidaknya waham rawi atau kemungkinan kekeliruan matan terutama yang
berkaitan dengan angka dan tahun peristiwa.6
Hadis yang dibahas dalam buku “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi” yang
kemungkinan menjadi kegelisahan akademik Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA adalah :
1. Hadis Kuraib dan Masalah Matlak
Dalam pembahasan dan diskusi tentang kalender global islam, hadis Kuraib
merupakan salah satu obyek perdebatan hangat karena harfiah hadis itu menekankan
prinsip perbedaan matlak, dan sumber hadis itu Ibn ‘Abbas, menolak kesatuan matlak dan
sekaligus menyatakan bahwa hal demikian adalah perintah Nabi SAW. Sementara itu
dipihak lain, pembuatan kalender terpadu Islam Internasional tidak menghendaki
perbedaan matlak, karena ajaran perbedaan matlak itu sama dengan meniadakan penyatuan
penanggalan itu sendiri.7
Pertanyaan yang muncul menyangkut hadis kuraib ini adalah :
a. bagaimana pandangan para ulama mengenai perbedaan matlak dalam hadis kuraib,
apakah harus diikuti secara harfiah atau harus ditakwil dengan suatu ilat tertentu?
b. dari sudut pandang studi hadis menarik juga dipertanyakan tentang kapan hadis ini
muncul? 8
2. Hadis Abu Hurairah, Zakwan Abu Salih, dan Ibn’ Umar
Hadis Abu Hurairah menegaskan bahwa pada masa Rasulullah SAW hari raya
pernah jatuh hari jumat. Bahkan dalam hadis Ibn ‘Umar dan hadis Zakwan disebutkan
bahwa hari raya yang jatuh pada hari jumat adalah hari raya idul fitri.9
Berdasarkan hal tersebut diatas timbul beberapa pertanyaan yaitu :
a. apabila hari raya pernah terjadi bersamaan dengan hari jumat, hari raya apakah itu,
apakah hari raya idul fitri atau hari raya idul adha atau bahkan keduanya?
b. tahun berapakah hari raya pada masa rasulullah SAW itu terjadi bersamaan dengan hari
jumat?

5
Setyaningsih R . Resum buku “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, SuaraMuhammadiyah, 2011) hal 2 dari
.http://blog.umy.ac.id/rhilla/2013/10/26/resume-interkoneksi-studi-hadis-dan-astronomi/
6
https://www.goodreads.com/book/show/15827523-interkoneksi-studi-hadis-dan- astronomi hlm 2
7
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hal 74
8
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hal 74
9
Ibid. hlm 117
c. apakah hadis Abu Hurairah, Zakwan dan Ibn ‘Umar yang menyatakan bahwa hari raya
pada masa rasulullah SAW pernah jatuh bertepatan dengan hari jumat adalah shahih?
d. bagaimana perspektif astronomi tentang hari raya pada masa Rasulullah SAW terjadi
bertepatan dengan hari jumat?
e. apakah ada paralelisme antara studi hadis dan studi astronomi mengenai masalah ini? 10
3. Hadis-Hadis tentang keberangkatan haji Wadak
Nabi saw selama 9 tahun bermukim di Madinah sesudah hijrah tidak pernah
melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Selama di mekah beliau
dikabarkan pernah melakukan haji dua kali. Akan tetapi tidak ada rekaman apapun tentang
dua haji sebelum hijrah ini. Satu satunya haji yang terekam dengan lengkap dan menjadi
sumber hukum haji adalah haji wadak yang dilaksanakannya pada tahun ke-10 setelah
beliau berhijrah dan bermukim di madinah. Oleh karena itu para ulama memberikan
perhatian ekstra terhadap haji ini baik menyangkut perjalanan Nabi saw dalam haji itu
maupun menyangkut hukum yang terkait dengannya sejak dar Nabi saw berangkat
meninggalkan madinah hingga selesai mengerjakan haji. Hanya saja dalam beberapa aspek
data historis terjadi silang pendapat. Diantaranya mengenai keberangkatan beliau dimana
ada perbedaan pendapat tentang hari dan tanggal keberangkatan tersebut.11
Berdasarkan hal tersebut diatas, timbul beberapa pertanyaan sebagai berikut :
a. keberangkatan tanggal 5 sisa Zulkaidah 10 H yang disebutkan dalam hadis itu dari
mana: apakah dari Madinah atau dari Zulhulaifah?
b. hari apa terjadinya keberangkatan tersebut, apakah hari kamis atau hari sabtu seperti
yang diperdebatkan oleh para fukaha?
c. sejauhmana interkoneksi studi hadis dan astronomi dapat berperan dalam mengoreksi
dan atau mengkonfirmasi hasil-hasil kajian hadis terkait masalah keberangkatan Nabi
saw dalam perjalanan haji wadak? 12
4. Hadis gerhana matahari dan wafatnya Ibrahim
Di zaman Nabi saw pernah terjadi gerhana matahari dan peristiwa itu dilaporkan
dalam banyak riwayat hadis yang ditakhrij oleh para ahli hadis. Hanya saja riwayat-riwayat
hadis itu tidak mencatat tanggal dan hari terjadinya gerhana itu. Riwayat riwayat tersebut
tampaknya lebih terfokus pada aspek tuntunan ibadah saat terjadinya gerhana, yaitu sholat
gerhana.13

10
Ibid. hlm 118
11
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hal 140
12
Ibid. hlm 140
13
Ibid. hlm 156
Pada sisi lain putera Nabi saw, Ibrahim, dilaporkan meninggal saat berusia masih
kecil pada hari terjadinya gerhana matahari tersebut. Beberapa riwayat menyepakati bahwa
ia lahir bulan zulhijah tahun 8 H tanpa merinci tanggalnya. Namun riwayat-riwayat itu
berbeda-beda menyebutkan usia ibrahim saat meninggal dunia, ada yang mengatakan
usianya ketika meninggal dunia adalah 16 bulan, ada pula yang mengatakan 18 bulan dan
ada pula yang menyebutkan satu tahun sepuluh bulan (22 bulan). Beberapa riwayat lain
memastikan secara jelas tanggal meninggalnya Ibrahim. Namun riwayat-riwayat itu
berbeda-beda. Ada yang mengatakan ibahm wafat hari selaasa 10 Rabiul Awal tahun 10 H,
ada yang mengatakan bulan Ramadan 10 H, ada yang mengatakan bulan Zulhijah 10 H,
Dari hal diatas, timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a. tanggal berapa sebenarnya gerhana matahari yang bersamaan dengan wafatnya Ibrahim
Ibn Rasulullah saw terjadi?
b. Manakah diantara riwayat-riwayat diatas yang benar? 14
5. Hadis “Rukyah” tinjauan Astronomi.
Masalah rukyah versus hisab telah lama menjadi pertikaian ketika hendak
memasuki bulan-bulan ibadah seperti Ramadan, Idul fitri dan Zulhijah. Terdapat hadis-
hadis yang secara tegas memerintahkan agar dilakukan rukyat dan melarang memulai
Ramadan dan Idul fitri sebelum melakukan rukyat. Namun rukyat itu sendiri tidak lepas
dari berbagai kesulitan antara lain karena tidak bisa memberikan kepastian aktu sebelum
H-1. Dilihat dari sudut manajemen waktu yang baik, keadaan seperti ini tidak dapat
dihandalkan karena sebelum H-1 tidak bisa dibuat perencanaan jauh ke depan.15
Oleh karena itu banyak pendapat yang menyuarakan penggunaan hisab, yang
dapat memprediksi waktu jauh ke depan serta memiliki kepastian dan akurasi yang lebih
tinggi. Akan tetapi banyak yang beranggapan bahwa hisab itu tidak sesuai dengan sunnah
Nabi saw yang secara tegas memerintahkan menggunakan rukyat untuk penentuan bulan
komariyah dan sebaliknya melarang berpuasa dan beridul fitri sebelum terjadi rukyat.
Bahkan ada pula pendapat yang mencoba mengambil semacam jalan tengah dengan
mengusulkan penggunaan rukyat yang dihisab yang oleh pengusulnya dipandang sebagai
metode yang paling sesuai dengan sunnah Nabi saw.16
Dari hal diatas, timbul pertanyaan-pertanyaan. Diantaranya :
a. apakah rukyat memang harus digunakan untuk penentuan bulan komariyah, khususnya
bulan-bulan terkait ibadah?

14
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hal 157
15
Ibid. hlm 181
16
Ibid. hlm 181
b. apakah hisab sebagai alternatif terhadap rukyat mempunyai dasar syar’i yang kuat?
c. Mengapa harus meninggalkan rukyat dan menggantinya dengan hisab?

C. BIOGRAFI
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, Syamsul Anwar lahir pada tanggal 17 Rajab 1375 H
pada hari kamis sore pukul 17:30 yang bertepatan dengan 30 maret 1956. Lahir dari pasangan
H. Abbas dan Hj. Maryam di Midai, Kepulauan Riau. Pendidikan Dasar dijalani di kampung
halaman (1963-1956). Pendidikan Menengah di Tanjung Pinang (1969-1974). Pendidikan
Tinggi di Fakultas syariah IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta : Sarjana Muda
1978, Sarjana 1981, S2 1991, dan S3 2001. Tahun 1989 menikah dengan Dra. Suryani. Tahun
1989-1990 kuliah di Universitas Leiden, dan Tahun 1997 di Hartford, Connectitut, USA.
Sehari-hari bekerja sebagai dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, sejak tahun 1983 hingga sekarang. Tahun 2004 diangkat sebagai guru
besar. Selain itu juga memberi kuliah pada Pasca Sarjana sejumlah Perguruan Tinggi, seperti
S2 dan S3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program S3 Ilmu Hukum UII, S3 IAIN
Ar-Raniry Banda Aceh, disamping PPS UIN Sunan Kalijaga sendiri.
Pernah menjabat sekretaris Prodi Hukum Islam PPS IAIN Sunan Kalijaga (1999),
Dekan Fakultas Syariah Sunan Kalijaga (1999-2003). Sering Mengikuti kegiatan Seminar
(terakhir “Second Experts” Meeting on the Study of Establishment of the Islamic Calender”
di Rabat Maroko, 15-16 Oktober 2008). Sering melakukan penelitian termasuk di manca
negara, antara lain tahun 2003 di Leiden disponsori oleh International Institute for Asian
Studies (IIAS) dan di Kairo 2007 dalam program Visiting Professor Award disponsori oleh
UIN Sunan Kalijaga. Tentang kegiatan sosial pernah mengikuti Youth Religious Servive di
Spanyol tahun 1987, World Religion Day di New York tahun 1997, dan sekarang aktif di
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan jabatan terakhir Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid
periode 2005-2010 dan 210-2015.
Karya ilmiah beliau antara lain buku Islam, Negara dan Hukum (terjemahan,
1993), Studi Hukum Islam Kontemporer (2006 dan 2007), Hukum Perjanjian Syariah (2007,
2010), Hisab Bulan Kamariah (terjemahan, 2008 dan 2009), Hari Raya dan Problematika
Hisab Rukyat (2008), Tambahan Wabarakatuh dalam salam Penutup salat: Studi tentang
Hadist Wa’il Ibn Hujr (2010), serta artikel-artikel ilmiah tentang hukum Islam di beberapa
jurnal seperti Islam Futura, profetika, Mukaddimah, Al-Jami’ah, Islamic Law and Society
(Leiden) dan lain-lain.
D. TAWARAN TENTANG STUDI ISLAM INTEGRATIF
Menurut Syamsul Anwar, pendekatan integrasi-interkoneksi memiliki sisi
terpisah: sisi integrasi dan sisi interkoneksi. Dalam integrasi terjadi restrukturisasi ilmu
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Restrukturisasi itu dilakukan dengan mengadakan
perubahan menyangkut paradigma, teori, metode, dan prosedur-prosedur teknis dalam ilmu
bersangkutan. Contohnya adalaha ilmu ekonomi Islam yang oleh para ahlinya dikembangkan
dengan melakukan restrukturisasi terhadap ilmu ekonomi (konvensional) berdasarkan prinsip-
prnsip syariah. Sedangkan dalam interkoneksi tidak terjadi restrukturisasi semacam itu,
melainkan yang terjadi adalah perluasan prespektif dengan menyerap informasi pelengkap
dari ilmu lain. Atas dasar itu pendekatan interkoneksi dapat dirumuskan sebagai proses
pengkajian dalam suatu bidang ilmu dengan memanfaatkan data dan analisis ilmu lain terkait
disamping menggunakan data dan analisis ilmu bersangkutan sendiri dalam rangka
komplementasi, konfirmasi, kontribusi atau komparasi (4k).17
Komplementasi artinya bahwa data dan temuan ilmu terkait (dalam hal ini:
astronomi) dapat melengkapi data dan analisis dalam ilmu dimana pendekatan interkoneksi
dilakukan (dalam kajian ini: ilmu hadis) sehingga dimungkinkan menarik kesimpulan yang
lebih valid. Konfirmasi artinya memperkuat hasil temuan dalam kajian ilmu tertentu (disini:
ilmu hadis). Kontribusi artinya suatu ilmu terkait dapat menyumbangkan temuan-temuan
sehingga dapat mempertajam temuan ilmu tertentu (dalam hal ini: ilmu hadis). Komparasi
artinya bahwa hasil-hasil analisis ilmu terkait dapat menjadi bahan banding dalam analisis
ilmu tertentu dalam rangka perluasan cakrawala pengetahuan. Dalam kajian ini tidak ada
unsur komparasi antara hasil temuan-temuan ilmu hadis dan temuan astronomi.18
Sumber-sumber dalam kajian ini berdasarkan sumber-sumber kehadisan,
kesejarahan, dan sumber-sumber astronomi. Sumber-sumber kehadisan meliputi kitab-kitab
ilmu hadis baik ilmu hadis riwayat seperti kitab-kitab koleksi hadis dan syarahnya, maupun
kitab-kitab ilmu hadis dirayat seperti kitab-kitab jarhu dan takdil dan kitab-kitab mustalah
hadis. Sementara sumber-sumber kesejarahan meliputi karya-karya sejarah yang ditulis oleh
sejarawan muslim seperti al-Ya’qubi, al-Balazuri, at-Tabari, Ibn Asakir, Ibn al-jauzi, Ibn al-
Asir, Ibn Kasir dan banyak yang lainnya termasuk kitab-kitab sirah. Sedangkan untuk
sumber-sumber kajian astronomi digunakan beberapa buku yang mengkaji astronomi secara
umum seperti Practical Astronomy, Sibahah Fada’iyyah Fi’ilm al-Falak, dan karya-karya
ilmu falak syar’i. Beberapa situs internet juga dimanfaatkan seperti situs ICOP, situs AMAS,
dan situs NASA. Untk kepentingan perhitungan digunakan tiga software, yaitu: (1) al-
17
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 3
18
Ibid. hlm 4
Mawaqit ad-Daqiqah untuk menghitung posisi bulan, (2) Moon Calculator 6.0 (digunakan
sebagai perbandingan saja), dan (3) JavaScrip Solar Explorer dari NASA untuk menghitung
gerhana matahari.19
1. Hadis Kuraib dan Masalah Matlak
Data penelitian yang digunakan pada kasus ini berwujud dua macam,yaitu (1) data
historis berupa teks hadis dan informasi biografis dan historis berupa tokoh yang dikaji dan
(2) data astronomis berupa informasi tentang posisi bulan Ramadan yang diklaim oleh
Kuraib (salah seorang tokoh rawi dalam hadis yang diteliti) dilihatnya pada malam jumat
di Damaskus ketika ia menemui Mu’awiyah disana. Data Pertama diperoleh dari kitab-
kitab hadis, biografi (rijal) dan sejarah (tarikh), dan data kedua diperoleh dengan
melakukan pertitungan terhadap sejumlah Ramadhan selama periode yang diperkirakan
kuraib melihatnya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Program al-Mawaqit ad-
Daqaqah yang dibuat oleh Audah.20
Analisis untuk menentukan kemunculan hadis dilakukan dengan mengkonfirmasi
data historis dengan data astronomis untuk daripadanya ditarik suatu kesimpulan yang
logis dan cocok dengan kedua jenis data tersebut. Sedang analisis mengenai isi hadis
menyangkut masalah matlak digunakan analisis ilat (metode kaukasi) dalam usul fikih
berdasarkan bahan-bahan astronomis.21
Dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
a. Berdasarkan analisis astronomi dan sejarah, hadis ini diperkirakan muncul tahun 35 H
menjelang terbunuhnya khalifah Usman.
b. Konsep perbedaan matlak yang tersirat dalam hadis ini tidak dapat dipegangi, karena
berpegang kepada adanya perbedaan matlak akan mengakibatkan pembuatan kalender
Hijriah internasional mengalami inkonsistensi karena umur bulan di daerah tertentu 30
hari dan pada daerah lain 29 hari yang akan berujung dengan perbedaan memulai bulan
kamariah baru sehingga menghambat penyatuan kalender seduania.22
2. Hadis Abu Hurairah, Zakwan Abu Salih, dan Ibn’ Umar
Pendekaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interkonektif
ilmu hadis dan ilmu falah. Model intekoneksinya adalah konfirmatif, dalam arti bahwa
hasil-hasil analisis ilmu hadis dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dikonfirmasikan dengan hasil-hasil analisis astronomis. Dengan pendekatan demikian

19
Ibid. hlm 5
20
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 76
21
Ibid. hlm 76
22
Ibid. hlm 115
diharapkan dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang lebih memuaskan dan lebih
menyakinkan.23
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, (1) data hadis yang melaporkan adanya
id yang jatuh hari jumat pada jaman Nabi saw. Data ini bersumber kepada kitab-kitab
hadis.(2) dibutuhkan pula data historis tentang kapan Nabi saw pertama kali melaksanakan
Idulfitri dan Iduladha dan kapan terakhir kali beliau melakukannya. Data ini diperlukan
untuk membatasi waktu penelitian. Sumber untuk data ini adalah sumber-sumber turas
Islam termasuk juga kitab-kitab hadis sendiri. (3) diperlukan data tentang peristiwa
konjungsi dan kondisi astronomis hilal menjelang awal syawal dan awal Zulhijah selama
periode Nabi saw melaksanakan perayaan id. Data ini diperoleh dari perhitungan (hisab)
terhadap konjungsi menjelang Syawal dan Zulhijah dengan menggunakan Program al-
Mawaqit ad-Daqiqah.24
Dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
a. Hari raya yang jatuh hari jumat itu adalah hanya sat kali, yaitu hari raya Iduladha,
sedang Idulfitri pada zaman nabi saw tidak ada yang jatuh pada hari Jumat.
b. Iduladha yang jatuh pada hari jumat itu adalah Iduladha tahun 8 H yang bertepatan
dengan tanggal 30 Maret 630 M.
c. Hadis-hadis yang menyatakan hari raya pernah jatuh hari Jumat di Zaman Nabi saw
tanpa menyebutkan rincian adalah sahih dan dapat dibenarkan dari segi analisis
astronomi, sedangkan hadis at-Tabarani yang menyatakan idulfitri pernah jatuh pada
hari jumat tidak sahih dan bertentangan dengan data astronomi. Adapun hadis Zahwan
tentang Idulfitri atau Iduladha pernah jatuh hari jumat adalah hadis mursal. Para ulama
ahli hadis memperselisihkan kualifikasi hadis mursal: Jumhur menyatakannya daif,
sebagian lain menyatakannya sahih apabila sanad mursal itu sendiri sahih. Bila
diandaikan hadis zakwan adalah sahih, maka makna ‘au” (atau) dalam hadis itu adalah
alternatif dan temuan analisis astronomi memperlihatkan bahwa alternatif hari raya
yang jatuh di masa Nabi hari jumat itu adalah Iduladha.
d. Temuan analisis astronomi sejalan dengan pernyataan hadis hadis tentang hari raya
yang pernah jatuh pada hari jumat pada masa Rasulullah saw.
e. Analisis astronomi dapat mendukung analisis hadis dan mengkonfirmasi temuan ilmu
hadis tentang kedaifan dan kesahihan hadis-hadis yang memiliki keterkaitan dengan
data astronomi.25

23
Ibid. hlm 119
24
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 120
25
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 138
3. Hadis-Hadis tentang keberangkatan haji Wadak
Pada penelitian ini data-data yang diperlukan berwujud (1) data-data hadis sendiri
beserta data interpretasi ulama mengenai berbagai hadis itu, dan (2) data astronomis di
sekitar konjungsi jelang bulan Zulkaidah dan Zulhijah yang merupakan bulan dimana
keberangkatan dan pelaksanaan haji dilakukan Nabi saw. Untuk data hadis digali dari
berbagai sumber orisinil hadis baik kitab-kitab sembilan maupun diluar kitab sembilan.
Data mengenai interpretasi ulama mengenai hadis-hadis terkait diambil dari dua tokoh Ibn
Hazm dalam karyanya Hajjat al-Wada, dan Ibn al-Qayyim dalam karyanya Zad al-Ma’ad.
Untuk data astronomi diperoleh dengan cara melakukan perhitungan dengan menggunakan
al-Mawaqit ad-Daqiqoh, sebuah program yang dibuat oleh Muhammad Audah, astronom
Yordania yang bermukim di Abu Dhabi dan Ketua Islamic Crescents’ Observation Project
(ICOP). Program ini diakui kehandalannya dan digunakan oleh ISESCO (Islamic
Eduational, Scientific and Cultural Organization) guna melakukan uji validitas terhadap
beberapa ranangan kalender Islam Internasional yang akan ditentukan menjadi kalender
Hijriyah Islam terpadu.
Analisis dilakukan dengan cara menelusuri kembali argumen para fukaha,
khususnya Ibn Hazm dan Ibn al_qayyim, sambil melakukan kritik terhadap argumen
tersebut dan hasilnya dikonfirmasikan dengan data dan hasil analisis astronomi.26
Dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
a. Bahwa keberangkatan Nabi saw pada 5 sisa Zulkaidah adalah keberangkatan dari
madinah setelah salat zuhur empat rakaat, dan beliau tiba di zulhulaifah sore harinya
dan bermalam satu malam di sana, yaitu malam Ahad, kemudian siangnya setelah salat
dua rakaat (di qasar) beliau berangkat meninggalkan zulhulaifah menuju mekah.
b. Keberangkatan pada 5 sisa Zulkaidah itu adalah pada hari sabtu yang bertepatan dengan
tanggal 22 Februari 632 M
c. Data dan analisis astronomi telah mengoreksi pandangan Ibn Hazm bahwa
keberangkatan dari Madinah adalah pada hari Kamis tanggal 6 sisa Zulkaidah 10 H, dan
mengkonfirmasi pandangan Ibn al-Qayyim yang menyatakan bahwa keberangkatan dari
Madinah adalah pada hari sabtu 5 sisa Zulkaidah 10 H.
d. Temuan in sekaligus menunjukkan pentingnya analisis astronomi dalam interpretasi
hadis-hadis yang berkaitan dengan penyebutan hari dan tanggal.27

26
Ibid. hlm 141
27
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 155
4. Hadis gerhana matahari dan wafatnya Ibrahim
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data hadis dan data gerhana
matahari pada zaman Nabi saw. Data hadis bersumber kepada kitab-kitab hadis yang
memuat riwayat-riwayat gerhana matahari di zaman Nabi saw dan wafatnya Ibrahim putra
beliau. Sedangkan data gerhana matahari pada zaman Nabi saw diperoleh dari perhitungan
berdasarkan Software Solar Eclipe Explorer (NASA).
Dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
a. Pernyataan hadis-hadis bahwa pada zaman Nabi saw pernah terjadi gerhana matahari
dapat dibenarkan berdarkan astronomi, bahkan menurut astronomi terjadi empat kali
gerhana matahari yang dapat dilihat dari Mekah selama periode Mekah dari kerasulan
Nabi saw dan empat kali gerhana matahari yang dapat dilihat dari Madinah selama
periode Madinah.
b. Gerhana pada masa Nabi saw yang bertepatan dengan wafatnya Ibrahim putera Nabi
saw gerhana pada hari Senin 27 januari 632 M (29 Syawal 10 H), dan dengan demikian
Ibrahim wafat pada hari dan tanggal tersebut.
c. Temuan astronomi mengkonfirmasi riwayat-riwayat yang mengatakan bahwa usia
Ibrahim saat meninggal adalah 1 tahun 10 bulan, dan mengoreksi riwayat-riwayat yang
menyatakan selain itu termasuk riwyat populer di kalangan literatur turas Islam bahwa
ia meninggal tanggal 10 Rabiul Awal 10 H.
d. Analisis astronomi dapat memperkuat dan sebaliknya mengoreksi hasil analisis hadis.28
5. Hadis “Rukyah” tinjauan Astronomi.
Data penelitian berwujud dua macam. (1) data berupa informasi tentang ayat-ayat
al-Qur’an dan hadis-hadis rukyat serta pendapat fukoha mengenai penafsiran dan
pemahamannya. Sumber-sumber data ini adalah al-Qur’an, kitab-kitab hadis, karya-karya
fikih dan syarat hadis atau tafsir, serta kitab-kitab yang berbicara masalah rukyat. (2) data
berupa informasi astronomis tentang terjadinya konjungsi dan kedudukan bulan pada bulan
tertentu. Data ini diperoleh dengan melakukan perhitungan (hisab) terhadap posisi bulan
pada waktu-waktu tertentu, khususnya bulan romadhon, syawal dan Zulhijah. Perhitungan
dimulai dengan memakai program al-Mawaqit ad-Daqiqoh yang dibuat oleh Muhammad
Syaukat Audah.29
Dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
a. Apabila hadis-hadis rukyat dilihat di dalam keseluruhan semangat al-Qur’an dan
mempertimbangkan bahwa hukum islam adalah, pada pokoknya, tedas makna serta
28
Ibid. hlm 180
29
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 183
memperhatikan ilat (kausa hukum) dari perintah rukyat dalam hadis-hadis Nabi saw,
yaitu keadaan sosio-budaya umay pada waktu itu yang masih umi, maka hisab dapat
diterima dan sesuai dengan semangat al-Qur’an dan inilah pilihan banyak ulama besar
zaman modern serta menjadi keputusan Temu Pakar II di Maroko tahun 2008. Alasan
penentangan fukaha terkemuka seperti Ibn Taimiyah dan Ibn Hajar adalah karena pada
zaman itu perkembangan atronomi belum begitu maju dan masih terkait dan berbau
astrologi.
b. Penggunaan Rukyat di zaman modern di mana Islam telah menyebar di seluruh pelosok
dunia dapat menyebabkan kelemahan sebagai berikut :
1) Penggunaa rukyat tidak daat mengcover seluruh permukaan bumi sehingga saat
visibilitas pertama ada bagian muka bumi dapat melihat hilal, ada bagian lain belum
dapat melihat hilal.
2) Rukyat berpotensi akibatkan puasa ramadhan 28 hari (mengacu hadis Nabi saw
bahwa tidak mungkin suatu bulan komariah 28 hari). Contoh pada romadhon tahun
35 H berjumlah 28 hari.
3) Penggunaan rukyat tidak memungkinkan kita meramalkan tanggal jauh ke depan
karena kepastian baru diketahui sehari sebelum bulan baru setiap bulannya.30
c. Dalam rangka penyatuan penanggalan (kalender) Hijriah internasional dan bahkan
untuk membuat kalender apapun rukyat tidak mungkin digunakan, dan hanya hisab
satu-satunya sarana yang mungkin untuk menyatukan kalender Islam sedunia.31

E. KESIMPULAN
1. Kajian yang disampaikan Syaiful Anwar merupakan kajian baru dalam penelitian matan
hadis yaitu penelitian matan hadis dengan melibatkan ilmu lain (astronomi). Ini
memungkinkan mengoreksi kekeliruan analisis matan terutama yang berkaitan dengan
angka dan tahun peristiwa. Tidak Menutup kemungkinan bisa juga menganalisis matan
hadis dengan melibatkan ilmu lain.
2. Berdasarkan analisis astronomi dan sejarah, hadis Kuraib diperkirakan muncul tahun 35 H
menjelang terbunuhnya khalifah Usman.
3. Iduladha yang jatuh hari jumat pada zaman Nabi saw adalah Iduladha tahun 8 H yang
bertepatan dengan tanggal 30 Maret 630 M.

30
Niki Alma FF, ......... Samsul Anwar dan Pemikirannya dalam Bidang Hisab-Rukyat hlm 123 dari
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/almarshad/article/download/742/pdf_15
31
Anwar Samsul. “Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi”. (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah. 2011). Hlm 207
4. Data dan analisis astronomi keberangkatan Nabi saw pada haji Wada dari Madinah adalah
pada hari sabtu tanggal 5 sisa Zulkaidah 10 H yang bertepatan tanggal 22 Februari 632 M
5. Gerhana pada masa Nabi saw yang bertepatan dengan wafatnya Ibrahim putera Nabi saw
gerhana pada hari Senin 27 januari 632 M (29 Syawal 10 H).
6. Dalam rangka penyatuan penanggalan (kalender) Hijriah internasional dan bahkan untuk
membuat kalender apapun rukyat tidak mungkin digunakan, dan hanya hisab satu-satunya
sarana yang mungkin untuk menyatukan kalender Islam sedunia.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anwar Samsul, 2011. Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi. Suara Muhammadiyah.
Yogyakarta.

Fadhli Lukman, 2016. Interkoneksi dalam Studi Hadis. E journal Stain Pekalongan. 19(2):
171-192.
http://ejournal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/746/1010.
2 April 2018 (20.30)

Niki Alma FF, .........Samsul Anwar dan Pemikirannya dalam Bidang Hisab-Rukyat.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/almarshad/article/download/742/pdf_15. 2 April
2018 (20.15)

Qaem Aulassyahied, 2016. Wacana Studi Interkoneksi Hadis (Telaah Ringkas Pemikiran
Hadis Syamsul Anwar). Jurnal Tarjih 13(2): 171-192
https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/download/108/105. 2 April 2018
(21.15).

Rila setyaningsih, 2011. Resume Buku Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi
http://blog.umy.ac.id/rhilla/2013/10/26/resume-interkoneksi-studi-hadis-dan-
astronomi/ 3 April 2018 jam 09.05

.............., https://www.goodreads.com/book/show/15827523-interkoneksi-studi-hadis-dan-
astronomi 3 April 2018 jam 08.36

..............., https://lib.ummetro.ac.id/index.php?p=show_detail&id=7065&keywords= 3 April


2018 jam 10.00

Anda mungkin juga menyukai