Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 masehi dan
berlangsung hingga sekarang. Diawal periode ini kondisi Islam sejarah politis
berada dibawah penetrasi kolonialisme. Dan pada pertengahan abad ke-20 M,
dunia Islam mulai bangkit dan memerdekakan negerinya dari penjajahan
kolonialisme.
Periode ini dilatarbelakangi oleh munculnya Renaissance di Eropa. Dan
kejadian tersebut membangkitkan bangsa barat dari keterpurukan yang telah lama
terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan mereka, mereka mulai
melakukan berbagai reset dan perjalan ke belahan bumi yang lain hingga
mengalami kemajuan berbagai bidang. Dan terjadilah perputaran nasib yang hebat
dalam kesejahteraan umat manusia.
Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam kemunduran jumat Islam dan
mulai membangun untuk kebangkitan Islam. Dan kebangkitan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah pertama, timbulnya kesadaran di
kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan di terima
sebagai ajaran Islam.
Dengan kesadaran umat islam akan ketertinggalan mereka oleh bangsa
barat, para intelektual muslim mulai melakukan berbagai upaya untuk
membangkitkan umat islam dari keterpurukannya yang diantaranya melalui
bidang pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah dan motivasi pendirian Madrasah!
2. Apa dukungan pemerintah terhadap pendirian Madrasah?
3. Jelaskan apa itu Madrasah Nizhamiyah dan al-Azhar!
4. Jelaskan munculnya tokoh-tokoh pendidikan Islam!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan motivasi pendirian madrasah


Sejarah dan motivasi pendirian madrasah paling tidak dilandasi dengan
dengan tiga teori tentang timbulnya madrasah. Hal ini sebagaimana dikutip oleh
Abuddin Nata.1
Pertama, madrasah selalu dikaitkan dengan nama Nizham al-Mulk (wafat
485 H/1092 M). Salah seorang wazir dinasti Saljuk sejak 456 H sampai dengan
wafatnya, dengan usahanya membangun madrasah Nizhamiyah di berbagai kota
utama daerah kekuasaan Saljuk. Begitu dominannya peran Nizham al-Mulk,
terkadang mendorong pada kesimpulan yang keliru dengan mengatakan bahwa
Nizham al-Mulk adalah orang pertama yang membangun madrasah. Sebagimana
yang dikemukakan oleh Ahmad Amin dengan merujuk Al-Dzahabi, pendapat ini
dibantah oleh Hasan dengan mengajukan argumentasi bahwa belakangan sebelum
berdirinya dinasti Saljuk telah dikenal secara luas di daerah Nisakur. Dibawah
naungan Dinasti Sammaniyah (204-395 H), berkembang menjadi salah satu pusat
budaya dan pendidikan di dunia islam, dan telah banyak madrasah sebelum
Nizham al-Mulk.
Kedua, menurut al-Makrizi2 ia berasumsi bahwah madrasah pertama
adalah madrasah Nidzamiyah yang didirikan tahun 457 H.
Ketiga, madrasah sudah eksis semenjak awal Islam, seperti baitul Hikmah
yang didirikan al-Makmun di baghdad abad ke-3 Hijriah.
Dari informasi diatas dapat diketahui bahwa madrasah pertama berada di
Nisyapur, hanya kurang dikenal, mengingat motivasi pendirian madrasah itu
masih bersifat ahliyah. Lahirnya lembaga pendidikan berbentuk madrah
merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada
awalnya berlangsung di masjid-masjid. Dalam pandangan Hasan Azhari madrasah

1
Ibid, hal.51
2
Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-islamiyah, hal 99

2
merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan, dan Khan
sebagai asramnya.
Selanjutnya Zuhaerini,3 mengemukakan alasan-alasan berdirinya madrasah
diluar masjid, yaitu :
1. Halaqah-halaqah yang diselenggarakan di masjid, sering mengganggu
terutama terhadap orang-orang yang beribadah.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan halaqah-halaqah yang
tidak tertampung di masjid.
3. Ketika bangsa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani
Abbassiyah dan dalam rangka mempertahankan status quo, mereka
berusaha menarik dengan memperhatikan pendidikan dan pengajaran
guru-guru diberi gaji dan fasilitas yang layak.
4. Sebagai konvensasi dari dosa yang dilakukan juga berharap ampunan
dan pahala dari Tuhan.
5. Ketakutan akan tidak dapat mewariskan harta kepada anak-anaknya
sehingga mereka membuat waqaf prinadi yang dikelola keluarga.
6. Usaha mempertahankan dan mengembangkan aliran keagamaan para
pembesar agama.
Disisi lain,Syalabi4 mengemukakan bahwa perkembangan dari mesjid dan
madrasah secara langsung.Madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin
ramainya pengajian di mesjid,yang fungsi utamanya adalah ibadah.Agar tidak
mengganggu ibadah, di buatlah tempat khusus yang dikenal madrasah.
Menurut Glase,madrasah merupakan sekolah tradisional sebagai
pendidikan tinggi. Dilain pihak, aliran Sunni membuka madrasah untuk
menghadapi ancaman penyerbuan doktrin Syi’ah,seperti Nizham al-Mulk dan
Sultan Salahudin yang bertujuan menahan subversi teologis yang dilancarkan
pihak Fatimyiah.
Menurut analisis penulis,model pendidikan dimasa nabi muhammad SAW
(klasik) sebelum berdirinya madrasah secara formal dapat melahirkan inspirasi

3
Ibid
4
Ibid

3
model-model pendidikan pada masa moderen(sekarang). Pertama,munculnya
model pendidikan pesantren nbaik tradisional maupun moderen, dapat dilihat dari
sistem pendidikan maupun metodologoi pengajarannya, seperti dimasa Nabi,
terdapat lembaga pendidikan suffah,kuttab, halaqah,majelis,masjid,dll. Kedua,
munculnya model pendidikan semaca khursus/privat bahasa,seperti khan maupun
badiyah. Ketiga, dalam kegiatan transmisi keilmuan, muncul model pendidikan
perpustakaan. Keempat, dari aspek kurikulum yang diajarkan pada lembaga
pendidikan, muncul dikotomi antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum
sampai sekarang, setelah terjadinya persentuhan dengan peradaban Helenisme.
Kelima, berdirinya madrasah atau sekolah formal dari masa klasik sampai
sekarang tidak bisa lepas dari motivasi atau kepentingan-kepentingan
ekonomi,maupun sosial didalamnya.
Pada zaman nabi muhammad SAW pendidikan islami secara institusional
telah berperan secara mapan dengan embrio model pendidikan, seperti halaqah,
majelis, kuttab, dll. Hal ini dimungkinkan untuk mengingaatkan pendidikan
memiliki peran strategis dalam rangka penanaman nilai-nilai islam pada
masyarakat.
Kurikulum yang diajarkan pada lembaga pendidikan periode awal
hanyalah ilmu agama. Namun setelah adanya persentuhan dengan peradaban
Helenisme, maka materi pelajaran yang ditawarkan tidak hanya ilmu agama,
tetapi juga ilmu pengetahuan umum seperti filsafat, matematika,dan kedokteran.
Atas dasar ini, lembaga pendidikan islam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
lembaga pendidikan formal dan informal. Lembaga pendidikan yang informal
biasanya menawarkan materi pelajaran umum,sementara yang formal tidak.
Disini tampak bahwa ketika itu telah muncul pandangan dikotomi antara
pengetahuan umum dan agama dilingkungan lembaga pendidikan islam. Hal ini
terjadi akibat persentuhan antara islam dan peradaban Helenisme. Pandangan
dikotomi masih berlangsung hingga sekarang. Padahal, islam tidak mengenal
adanya perbedaan antara ilmu agama dan umum. Bahkan sebaliknya, puncak
sejarah dan peradaban islam justru terjadi keyika menyatunya pengetahuan agama
dan pengetahuan agama.

4
Adapun motivasi yang mendasari kelahiran madrasah, selain motivasi
agama dan motivasi ekonomi karena berkaitan dengan kenagakerjaan, juga
motivasi politik. Madrasah sebagai sebuah institusi pendidikan yang lahir karena
kondisi sosial politik pada masa itu yang mendukung lahirnya madrasah,
disamping faktor-faktor lainnya.
Menurut Mahmud Yunus, diantara motivasi pendirian madrasah dimasa
Dinasti saljuk adalah untuk mengambil hati rakyat, mengharap pahala dan
ampunan dari Allah memelihara kehidupan anak-anaknya dikemudian hari,
memperkuat aliran keagamaaan bagi sultan, pembesar.5 Motif-motif ini terutama
motif politik dan motif doktrin keagamaan tampak dominan pada madrasah
Nizhamiyah.
Dengan berdirinya madrasah, maka pendidikan islam lainnya memasuki
periode baru, yaitu pendidikan menjadi fungsi bagi negara, dan madrasah-
madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan sekretarian dan indokrinasi
politik.
Meskipun madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran di dunia
islam baru timbukl sekitar abad ke-4 hijria. Ini bukan berarti sejak awal
perkembangannya islam tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran.
Pada periode awal , telah berdiri beberapa madrasah yang menjadi cikal bakal
munculnya madrasah Nizhamiyah. Madrasah-madrasah tersebut berada di wilayah
Persia tepatnya di daerah Nisyapur, dan madrasah yang terdapat di Khurasan.

B. Dukungan pemerintah terhadap pendirian madrasah

Pada masa awal, munculnya madrasah tidak selalu dilatar belakangi oleh
keinginan untuk menambah pusat-pusat pendidikan bagi masyarakat. Akan tetapi
ada 2 faktor yang memicu lahirnya madrasah yaitu meliputi faktor exsternal dan
internal.

Perkembangan politik menjadi salah satu faktor exsternal yang mendongkrak


kebangkitan madrasah. Pada akhir abad ke4 hijriah terjadi persaingan antara

5
Mahmud Yunus, Op.cit.,hal.69-72

5
golongan syiah dan sunni. Para pengikut paham syiah yang berkembang dikairo
mesirterus melakukan dokrin melalui lembaga pendidikan yang disebut dar al-
ilmu, pendirian lembaga pendidikan yang direncanakan untuk menyebar luaskan
paham syiah ternyata dijadikan tantangan oleh kelompok sunni di Baghdad.
Mereka juga tidak mau ketinggalan dengan syiah. Pada abad ke5 hijriah,
kelompok sunni mendirika lembaga pendidikan yang disebut dengan madrasah.

Konflik antara kelompok dakam islam terjadi pada abad ke5 hijriah pada saat
kerajanan saljuk di pimpin oleh Al-kunduri yang menganut mazhab Hanafi dan
pendukung muktazilah. Salah satu kebijakannya adalah mengusir penganut
Ashariyah yang juga menganut mazhab Syafii.

Kemudian Al-kundri digantikan oleh Nizham al-mulk (w.485 H/1992 M). Ia


penganut syafii dan azhari secara langsungberhadapan dengan penganut
Muktazillah, Syiah, Hambaliyah, dan Hanafiyah.

Dinasti saljuk setelah dikuasai oleh Nizham al-mulk yang sebagai pengikut
sunni mempunyai lawan politik yaitu dinasti Fatimiyah di Mesir yang beraliran
Syia. Nizham al-mulk menyadari bahwa untuk melawan fathimiyah tidak cukup
dengan serangan militer, mengingat pengikut syiah yang semakin besar karena
proses pendidikannya berkembang pesat, maka Nizham al-mulk kemudian
mengikuti langkah dinasti Fathimiyah dan mendirikan pusat pendidikan yang
diberi nama madrasah. Madrasah inilah yang kahirnya dikenal dengan sebutan
madrasah Nizhamiyah. Pendirian lembaga pendidikan itu, salah satunya bertujuan
untuk menyebarluaskan dan indoktrinasi paham keagamaan yang beraliran sunni.

Menurut Muhammad akmansyah yang mengutip pendapat Abdul majid futu


mengatakan bahwa madrasah Nizhamiyah didirikan dengan tiga tujuan.

a. Menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan dari


pemikiran syiah.
b. Menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab
sunni dan menyebarkannya ke tempat-tempt lain.

6
c. Membentuk kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintahan, khususnya di bidang peradilan dan
managemen.

Sehingga dapat disimpulkan pendirian madrasah dikarenakan adanya ,otivasi


agama, ekonomi, dan politik.

C. Madrasah Nizhamiyah dan Madrasah al-Azar


1. Madrasah Nizhamiyah

Di antara pembesar-pembesar zaman Saljuk yang mendirikan madrasah-


madrasah nizam al-Mulk sangat termashyur.Pada tiap-tiap kota,nizam al-Mulk
mendirikan suatu madrasah yang besar. Diantaranya dibaghdad, balk, naisyabur,
harat, asfahan, basran, marw, mausul, dll.Bahkan pada tiap-tiap kota diseluruh
irak dan kurasan ada satu madrasah.Tetapi madrasah nizamiyah baghdad adalah
yang terbesar dan terpenting dari semua madrasah itu.Madrasah nizamiyah dapat
di samakan dengan lembaga pendidikan pada saat ini,menginggat guru-gurunya
adalah ulama besar yang termashyur pada abad V H seperti syiraz,algazali,ibnu
shabagh,ibn al-anbar,dll.

Tujuan nizam al-Mulk mendirikan madrasah ialah untuk memperkuat


pemerintahan turki Saljuk,dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan
pemerintah.Sultan-sultan turki itu adalah kelompok ahli sunnah sedangkan
pemerintah bawaihiyah sebelumnya adalah kaum syah.Oleh sebab itu,madrasah
nizamiyah adalah penyokong sultan dan menyiarkan madzhab pemerintah
keseluruh rakyat diantara guru-guru pada madrasah nizamiyah baghdad adalah
abu ishak al-sirazi W.1083M, Abu nashr al-shabbagh (W.1084M),Abu al-qosim
al-alawi (W.1111M).Radliy al-dim al-qazwaini(W.1179M),dan al-
firuzabadi(W.1414M).

Kurikulum yang dikembangkan pada madrasah sangat menitik beratkan


pada pengembangan ilmu fiqih,dan tidak di ajarkan ilmu filsafat.Selain yang
berkaitan dengan fiqih,juga diajarkan didalamnya ilmu nahwu dan ilmu

7
kalam.Fiqih yang diajarkan pada madrasah ini diperkirakan oleh banyak ahli
sejarah adalah fiqih empat mazhab.Terbukti bahwa diantara gurunya ada ibnu al-
jauzi salah seorang kepala mazhab hambali.Tetapi mazhab syafii memiliki
kedudukan istimewa,syek al-wajih mula-mula bermazhab hambali,kemudian
pindah menjadi mazhab hanafi.Setelah itu ai ditetapkan sebagai guru
nahwu.Adapun tujuan pendidikan madrasah nizamiyah tidak terlepas dari tiga
tujuan pokok: pertama, mengkader calon-calon ulama yang mentyebarkan
pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran syia’ah; Kedua,
menyediakan guru-guru sunniyang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan
menyebarkannya ketempat-tempat lain; Ketiga, membentuk kelompok pekerja
sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin
kantornya, khususnya dibidang peradilan dan manajemen6.

Pengajaran pada madrasah Nizhamiyah dengan cara para guru berdiri


didepan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah/teladan) , sementara para
siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja kecil yang disediakan, kemudian
dilanjutkan dengan dialog atau diskusi (munaqasyah) antara guru dan para siswa
mengenai materi yang di sajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi7.

Sumber lain mengatakan bahwa di madrasah ini ilmu fiqih di uraikan oleh
guru dalam satu silabus yang disebut dengan ta’liqah. Karangan ini di susun oleh
masing-masing tenaga pengajar berdasarkan catatan perkuliahannya selagi
menjadi mahasiswa,bacaannya, dan kesimpulan pribadinya tentang topik terkait.
Mahasiswa menyalin ta’liqah dalam proses dikte dan dalam banyak kasus mereka
betul-betul hanya menyalin, dengan sangat sedikit perubahan. Sedangkan yang
lain mungkin menambahkan ide-ide dari diskusi-diskusi kelas atau dari penelitian
sendiri sehingga ta’liqah mereka lebih merupakan refleksi pribadi mereka tentang
materi kuliah yang di sampaikan oleh tenaga pengajar.

2. Madrasah al-azhar

6
Abdul Majid Abdul Fatah,Op.cit.
7
Dewan Redaksi, Ensiklopedi islam (jakarta: Ichtiar baru van hoeve, 1994),hal.45

8
A. Al-azhar pada masa permulaan pembaharuan

Sebagaimana telah di ungkapkan pada pembahasan terdahulu, bahwa awal


tonggak sejarah kebangkitan umat islam adalah awal abad ke-19 yang berawal
setelah pendudukan Mesir dan Napoleon Bonaparte. Para ahli yang dibawa
Napoleon telah melakukan banyak penilitian. Penelitian mereka bertujuan untuk
menggembangkan dan menguasai berbagai sumber kekayaan alam di Mesir.

B. Al-azhar pada masa pembaharuan (Modern)

Perkembangan al-azhar pada jaman modern, di tandai dengan adanya


sistem pendidikan yang mengubah sistem pendidikan yang di atur sebelumnya.
Sistem tersebut adalah (1) untuk mata kuliah tertentu terdapat satu guru besar.
Mahasiswa berusaha mendampingi guru besar sehingga ia meninggalkan dunia.
Tujuannya untuk mencapai tingkat ketinggian ilmiah seperti yang di miliki
gurunya; (2) mahasiswa mungkin mendapatkan ijazah untuk mata kuliah tertentu
sedangkan mta kuliah lain di tunda. Mahasiswa dapat menjadi guru pada mata
kuliah yang lulus dan menjadi murid pada mata kuliah yang belum lulus; (3)
setiap mahasiswa yang mempunyai kemampuan untuk mata kuliah tertentu di
berikan kesempatan untuk mengajarkan dan memfatwakan ilmu yang
bersangkutan, maka ia berhak memperoleh ijazah; (4) setiap mahasiswa di
bebaskan memilih mata kulih yang diminatinya tanpa terkait dengan daftar
kehadiran.

Pengembangan al-azhar selanjutnya tanpa kembali pada masa


kepemimpinan syaikh muhammad abbasi al-mahdi al-hanafi, rektor al-Azhar
ke21. Dia bermadzhab Hanafi pertama yang memegang jabatan rektor. Di antara
pembaharuan yang dilakukannya adalah pada bulan februari 1872 memasukkan
sistem ujian untuk mendapatkan ijazah al-Azhar. Calon a’lim berhadapan dengan
satu tim yang beranggotakan enam orang syaikh yang bertugas mengujinya.
Materi yang diujikan ialah bidang studi: ushul, fiqih, tauhid, tafsir, hadist, dan
ilmu bahasa.

9
Pada bulan maret 1885 keluar undang-undangmengenai pengaturan tenaga
pengajar di al-Azhar. Seseorang dapat menjadi tenaga pengajar, setelah ia dapat
menyelesaikan buku-buku induk dalam dua belas bidang studi seperti tersebut di
atas. Kandidat yang lulus dalam ujian tersebut mendapat ad-darajat a-uliya
(tingkah pertama), ad-darajah at-Tsanawiyah (tingkat dua), ad-darajah at-Tsalitsah
(tingkat tiga). Lulusan nilai pertama dapat bekerja sebagai pengajar untuk buku-
buku tingkat tinggi, nilai kedua untuk buku-buku nilai menengah, dan nilai ketiga
untuk buku-buku tingkat dasar8.

Pada tahun 1896 untuk pertama kali di bentuk idarah al-azhar (dewan
administrasi al-azhar). Usaha pertama dari dewan ini adalah mengeluarkan
peraturan yang membagi masa belajar di al-azhar menjadi dua periode.
Pendidikan dasar dan pendidikan menengah dan tinggi. Masa belajar untuk
periode pertama 8 tahun dan periode kedua 6 tahun. Usaha pembaharuan
selanjutnya di lakukan oleh syaikh Muhammad Abduh (1849-1905). Ia melakukan
pengaturan lubur yang lebih pendek dan masa belajar yang lebih panjang. Uraian
pelajaran bertele-tele yang di kenal dengan Syarah al-Hawasyi di usahakan untuk
di hilangkan. Sementara itu, ia juga memasukkan kurikulum modren, seperti
fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi, dan sejarah. Disamping masjid didirikan
dewan administrasi al-azhar, sekaligus mengangkat beberapa orang sekretaris
untuk membantu tugas Syaikh al-azhar. Tahun 1908 jenjang pendidikan al-Azhar
di bagi tiga: (1) Pendidikan dasar; (2) Pendidikan menengah; (3) Pendidikan
Tinggi. Tahun 1911 keluar undang-undang yang menyatakan setiap jenjang
pendidikan berdurasi lima tahun. Tahun 1930, jenjang pendidikan di sempurnakan
menjadi empat; (1) Pendidikan rendah selama 4 tahun; (2) Pendidikan menengah
selama 5 tahun; (3) Pendidikan tinggi selama 4 tahun; (4) Pendidikan tinggi
keterampilan selama 5 tahun. Fakultas-fakultas yang ada adalah Ushuluddin,
Syariah, dan Bahasa Arab. Semenjak inilah al-Azhar yang dulunya mesjid
menjadi universitas.

8
Ibid,hal.192

10
Pada masa kepemimpinan Syaikh Mahmud Syaltut, Rektor al-Azhar ke-
41, dibentuk organisasi untuk mengatur pemeliharaan al-Quran, dan lahir
fakultas-fakultas baru, antara lain Fakultas Kedokteran, Teknik, dan Pertanian.

Lembaga ini telah melahirkan respon positif bagi dunia pendidikan islami,
yakni semakin banyaknya umat islam yang menuntut ilmu di al-Azhar, bukan saja
dari Mesir, bahkan dari seluruh dunia. Pengaruh lembaga ini telah melahirkan
banyak ilmuwan dan mengembangkan ilmu-ilmu sampai ke indonesia. Jadi
modernisasi pendidikan islami adalah proses penyesuaian pendidikan islam
dengan kemajuan zaman.

D. Munculnya tokoh-tokoh pendidikan islam

Lembaga pendidikan islam memiliki peranan yang sangat penting dalam


rangka transformasi ilmu pengetahuan. Kegiatan intelektual dalam sejarah
peradaban islam merupakan salah satu mata rantai dari serangkaian perjalanan
sejarah lembaga pendidikan Islam pada masa Nabi dan Khulafa ar-Rasyidin
dengan adanya as-syufah dilanjutkan pada masa Abbasiyah yang di tandai dengan
berdirinya lembaga pendidikan, seperti madrasah Nizhamiyah dan al-Azhar.
Pengaruh para ulama dalam mengembangkan tradisi keilmuwan Islam tidak
terlepas dari lembaga pendidikan tersebut.

Adapun ulama yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan


ilmu pengetahuan Islam, baik selama mereka mendalami ilmu di lembaga
madrasah maupun selamamereka menjadi tenaga pengajar di lembaga tersebut,
mereka antara lain:

1. Al-Ghazali.

Beliau merupakan alumni sekaligus tenaga pengajar pada madrasah


Nizhamiyah. Ia dikenal sebagai seorang filosof, ahli fiqih, sufi reformer, dan juga
negarawan. Ia menulis lebih dari 400 buku besar dan risalah-risalah. Al-Ghazali
yang menjadi Syaikh madrasah di Baghdad ini, cukup terkenal sebagai tokoh
ilmuwan islam yang ensiklopedis. Banyak peneliti yang mengkaitkan

11
perkembangan keilmuwan Islam sejak abad ke-6 dengan peran yang di
mainkannya, khususnya selama ia menjadi syikh di madrasah itu.

Al-Ghazali berasal dari Tus Persia. Setelah menyelesaikan pendidikan


dasar di negerinya, ia menuntut ilmu di Jurjan pada syaikh Abu Nasr Al-Islami.
Setelah itu meneruskan pendidikan ke Naisabur. Disana ia menjadi pengikut tetap
pengajian imam Al-Haramain Al-Juwaini yang menjadi syaikh madrasah. Ia
mampu menguasai berbagai cabang ilmu, seperti fiqih syafi’i, perbandingan
mazhab, debat, ushul fiqih, ushul din, dan mantiq. Sementara itu, iapun menulis
buku-buku, diantara karyanya: Ihya al-Ulum al-Din yang menjadi salah satu
rujukan penting bagi kajian tasawuf, Maqasid dan Tahafat al-Falasifah al-
Mustafa, al-Basit, al-Wasit, serta al-Wajiz. Walaupun sudah kurang luas
peredarannya, tapi sebagian besar kitab fiqih yang menjadi buku daras atau
pegangan ulama Syafiiyah sekarang adalah bagian dari kitab-kitab itu.

2. Ibn Sina

Nama lengkapnya adalah Abu ‘ali al-husayn ibn abdullah. Di barat


populer populer dengan sebutan Avicenna. Beliau lahir pada tahun 370H/980M di
Afshana, satu daerah yang terletak didekat Bukhara, dikawasan Asia tengah.
Ayahnya bernama Abdulah dari Balkhan, suatu kota termashur dikalangan orang-
orang Yunani.

Tampilnya ibn sina selain sebagi ilmuan yang terkenal didukung oleh
tempat kelahirannya sebagai kota Ib, kota kebudayaan, dan orang tuanya yang
dikenal sebagai pejabat tinggi dan juga karena kecerdasannya yang luarbiasa.
Sejarah mencatat, bahwa Ibn sina memulai pendidikannya pada usia 5 tahun
dikota kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan pertama kali yang ia pelajari adalah
membaca Al-quran. Setelah itu ia melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu agama
islam seperti tafsir, fiqh, ushulludin, dan lain lain. Berkat ketekunan dan
kecerdasannya, ia berhasil menghafal al-quran dan menguasai berbagai cabang
ilmu keislaman pada usia yang belumgenap 10 tahu.

12
Ibn sina banyak kaitannya dengan pendidikan menyangkut pemikirannya
tentang falsafat ilmu. Menurut ibn sina terbagi menjadi 2 yaitu:

 Ilmu yang tak kekal


 Ilmu yang kekal

Ilmu yang kekal dari peranannya sebagai alat dapat disebut logika. Tapi
berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan
ilmu yang teoritis.

Tujuan pendidikan menurut ibn sina yaitu:

a. Diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang


menuju perkembangan yang sempurna baik perkembangan fisik,
intelektual maupun budi pekerti.
b. Diarahkan pada upaya dalam rangka mempersiapkan seseorang agar dapat
hidup bersama sama dikalnagn msyarakat dengan melakukan pekerjaan
atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan,
kecenderungan dan potensi yangdimilikinya.
c. Tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan, yang artinya mencetak
tenaga kerja yang profesional.

3. Ibn Khaldun
Ditengah konflik yang terjadi diantara kerajaan-kerajaan kecil, kejaraan
bani Abdul Wad Az-zanatiyah terkena musibah dan bencana yang berasal dari
kerjaraan bani Hafzh yang berada di Tunisia.
Dalam suasa yang seperti itu Ibn Khaldun lahir di Tunisia, awal ramadhan
tahun 732 H, dari keluarga besar berbangga dengan nasab arabnya yang bersal
dari Hadromaut, Yaman.
Ibn Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai Ilmu.
Pertama-tama Ia menghafal Al-Qur’an lewat bimbingan Ayahnya sendiri. Lalu Ia
mempelajari Ilmu Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, bahasa,sastra, sejarah, filsafat dan
ilmu mantik logika.

13
Ibn Khaldun tidak memberikan defenisi secara jelas, ia hanya memberikan
gambaran-gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibn khaldun bahwa
“barangsiapa yang tidak terdidik dari orang tuanya, maka akan terdidik dengan
zaman”. Maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tatakrama yang
dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama memalui orang tua merekayang
mencakup guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka,
maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.
Dari rumusan yang ingin dicapai Ibn Khaldun menganut prinsip
keseimbangan. Dia ingin anak didiknya mencapai kebahagiaan duniawi dan
sekaligus ukhrawinya kelak. Berangkat dari pengamatan terhadap rumusan tujuan
pendidikan yang dicapai Ibn Khaldun, secara jelas kita dapat melihat bahwa ciri
khas pendidikan islam yaitu sifat moral, religius nampak jelas dalam
pendidikannya, dengan tanpa mengabaikan masalah-masalah duniawi. Sehingga
secara umum dapat kita katakan bahwa pendapat Ibn Khaldun tentang pendidikan
telah sesuai dengan prinsip-prinsp pendidikan islam yakni aspirasi yang
bernafasan agama dan moral.

4. Ikhwan As-Shafa
Kemunculan Ikhwan As-Shafa dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap
pelaksanaan ajaran islam yang telah tercemar oleh ajaran-ajaran luar islam, serta
untuk membangkitkan kembali rasa cinta kepada ilmu pengetahuan. Organisasi ini
snagat merahasiakan anggotanya. Mereka bekerja dan bergerak secara rahasia,
disebabkan kekhawatiran akan tindak penguasa waktu itu cenderung menindas
gerakan-gerakan yang timbul.
Disamping itu juga kelompok Ikhwan as-shafa mengklaim dirinya sebagai
kelompok non partisan, objektif, ahli pecinta kebenaran, elit intelektual, dan solid
kooperatif. Mereka mengajak masyarakat untuk menjadi kelompok orang-orang
mukmin untuk beramal makruf nahi mungkar.
Ikhwan As-Shafa juga berpendapat bahwa semua ilmu harus diusahakan
bukan pemberian tanpa usaha. Ilmu yang demikian didapat dengan pancaindera.

14
Ikhwan As-Shafa menolak pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah
markuzah (harta tersembunyi) sebagaimana pendapat plato yang beraliran
idealisme.
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, Ikhwan As-shafa mencoba
menintegrasikan antara ilmu Agama dan umum. Mereka mengatakan bahwa
kebutuhan jiwa manusia terhadap ilmu pengetahuan tidak memiliki kerbatasan
pada ilmu agama semata. Manusia juga memerlukan Ilmu umum. Dalam hal ini,
ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri melainkan perlu bekerjasama dengan ilmu-
ilmu umum terutama ilmu kealaman dan ilmu filsafat.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan Islam tidak terlepas dari perkembangan aspek
kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk perkembangan pendidikan Islam di era
moden adalah berdirinya Pesantren, madrasah, dan sekolah agama islam lainya
serta munculnya tokoh-tokoh pendidikan Islam (ilmuan islam) yang mampu
membawa tatanan lehidupan masyarakat menjadi berpikir secra Islam, pendidikan
Islam adalah ilmu untuk kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat.

B. SARAN
Kita bercercermin dari sejarah pendidikan Islam, dimana dalam sejarah
sudah dijelaskan bahwa pendidikan yang didasarkan atas agama islam tentu akan
membawa kita selamat dari fitnah dunia serta mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar lebih
mendalami ilmu sejarah Islam, agar menjadi manusia yang yang selalu
berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasul.

16
17

Anda mungkin juga menyukai