Anda di halaman 1dari 19

Tugas kelompok mata kuliah

Principles of Education

Makalah:
Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang

Ditulis dan ditujukan kepada:


Dosen Pembimbing
Dr. Rinovian Rais, M.M.,M.Pd

Disusun oleh:
Elizabeth Lius 20227470026
Muhammad Azhar Perdana 20227470142
Siti Faridah 20227470091

Magister Pendidikan Bahasa Inggris


Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta
2022

1
Daftar Isi

Kata pengantar ………………………………………………………………………..… 3

Bab I : PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 5 - 7

1.1 Arti dan latar belakang pendidikan ………………………………………………………... 5

1.2 Definisi dan latar belakang pendidikan integralistik dan seimbang ……………………… 5

1.3 Mekanisme penerapan pendidikan integralistik dan seimbang untuk memaksimalkan tumbuh
kembang seorang peserta didik ……………………………………………………………..… 7

Bab II : PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 8 -14

2.1 Penjelasan Konsep Dasar Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang yang Ditilik Dari
Sisi Pendidik dan Peserta Didik ……………………………………………………………….. 8

2.2 Analisis Prinsip Pendidikan Integralistik Dan Seimbang …………………………………. 9

2.3 Analisis perencanaan Prinsip Pendidikan Integralistik Dan Seimbang (dari sisi pendidik dan
peserta didik) ………………………………………………………………………………….. 10

2.4 Dampak Pelaksanaan Prinsip Pendidikan Integralistik Dan Seimbang …………………… 12

Bab III : KESIMPULAN DAN PENUTUP ………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 17

2
Kata Pengantar

Pendidikan, yang pada hakekatnya adalah hak setiap manusia, adalah proses
sebuah transfer ilmu pengetahuan dan transfer nilai hidup. Kedua proses transfer tersebut
dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan diharapkan
dapat meningkatkan nilai - nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih
sempurna; baik kehidupan manusia tersebut, maupun lingkungan, bangsa, dan negara di
mana manusia tersebut berkembang (Anwar, 2015).

Para pendiri Republik Indonesia telah dengan jelas merumuskan tujuan dan cita -
cita yang ingin dicapai oleh negara ini. Khususnya dalam bidang pendidikan, negara
dengan jelas telah mencantumkan di dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945
(2016) bahwa sejatinya cita - cita kemerdekaan adalah untuk membentuk suatu
pemerintahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, Republik Indonesia
bercita - cita untuk mencetak manusia yang mengayom prinsip Pancasila, khususnya
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Prinsip pendidikan integralistik dan seimbang merupakan suatu konsep


pendidikan brilian yang merangkul tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Republik
Indonesia. Konsep integrasi ilmu, yang mengakui bahwa Allah adalah sumber dari segala
ilmu yang ada, merupakan perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama. Di dalam
prinsip ini, setiap manusia diharapkan dapat menyeimbangkan tugas - tugas dan
pekerjaan sebagai manusia tanpa mengabaikan kewajibannya untuk bertakwa pada Tuhan
Yang Maha Esa.

Dikatakan oleh Anwar (2015) penerapan prinsip pendidikan integralistik dan


seimbang dari jenjang pendidikan usia dini sampai dewasa, sejatinya akan memproduksi
seorang manusia yang selain sehat jasmani dan rohani, ia juga dapat menyeimbangkan
penggunaan akal dan perasaan. Selain itu, manusia tersebut diharapkan dapat
menyelaraskan pengisian kepentingan individu dan sosial, dan juga pengisian kehidupan
di dunia dengan kehidupan abadi di akhirat.

3
Makalah ini disusun untuk membahas konsep umum dan tujuan pendidikan.
Selain itu, secara khusus, makalah ini akan membahas arti dan latar belakang prinsip
pendidikan integralistik dan seimbang. Dengan harapan dapat menambah pengetahuan
mengenai prinsip ini secara mendalam, makalah ini juga dilengkapi dengan bahasan
analisa umum dan konsep perencanaannya.

4
I. PENDAHULUAN

1.1 Arti dan Latar Belakang Pendidikan

Rumusan pengertian pendidikan, jika merujuk dari berbagai sumber literatur,


dimungkinkan bisa memiliki banyak perbedaan. Mengutip dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2021), pendidikan mempunyai arti “proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.” Arti harafiah ini kemudian
dirumuskan dalam bahasa umum dan sederhana oleh Anwar (2015) menjadi sebuah
usaha atau proses dari manusia untuk mencapai potensi pembawaan, baik secara rohaniah
maupun jasmaniah, yang sesuai dengan nilai hidup dan kebudayaan yang ada di dalam
masyarakat. Usaha - usaha dari manusia tersebut kemudian ditanamkan dan diwariskan
dari generasi ke generasi di dalam suatu proses pendidikan. Arti pendidikan dari Anwar,
M. ini juga kemudian didukung dan dilengkapi oleh dasar pengertian yang tercantum di
dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran dimana peserta didik dapat secara aktif memaksimalkan pengembangan
seluruh potensi yang ada di dirinya. Potensi yang disebutkan di sini adalah untuk
kemudian memiliki kekuatan dukungan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan peserta didik
sendiri dan masyarakat yang mengelilinginya.

Dari beberapa pengertian yang dijelaskan di atas, maka kemudian dapat


disimpulkan bahwa sejatinya pendidikan adalah suatu proses perkembangan seorang anak
manusia untuk mencapai kedewasaan secara menyeluruh, baik secara rohaniah,
jasmaniah, akademik, dan spiritual, agar kelak manusia tersebut dapat melaksanakan
tugas dan kewajiban dalam hidupnya.

5
1.2. Definisi dan Latar Belakang Pendidikan Integralistik dan Seimbang

Nubaiti et al. (2020) berpendapat bahwa pada dasarnya, pendidikan memiliki dua
fungsi penting, yaitu sebagai sarana transfer pengetahuan dan sarana transfer nilai. Dalam
fungsinya sebagai sarana transfer pengetahuan, dunia pendidikan diinginkan agar bisa
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada peserta didik. Sedangkan dalam
fungsinya sebagai sarana transfer nilai, pendidikan diharapkan dapat menjadi sarana
berbagi nilai - nilai, norma - norma, dan budi pekerti luhur.

Akan tetapi, amatlah disayangkan bahwa di dengan adanya perkembangan zaman,


telah terjadi dekadensi moral yang sangat memprihatinkan. Akhlak mulia, seperti nilai
kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, tepo seliro (toleransi), dan saling
mengasihi, mulai tergerus oleh penyelewengan, penipuan, permusuhan, penindasan,
saling menjatuhkan, mejilat, mengambil hak orang lain secara paksa dan sesuka hati, dan
perbuatan -perbuatan tercela lainnya (Iskarim, 2017).

Tingkat kondisi moral yang terjadi di kalangan peserta didik inilah yang
kemudian yang dipandang sebagai ketimpangan pencapaian dari fungsi utuh pendidikan.
Hal ini menunjukan bahwa capaian dari arti dan tujuan dari pendidikan itu sendiri belum
dapat menghasilkan cetakan manusia yang berkualitas utuh.

Sebuah solusi yang kemudian dapat diterapkan adalah dengan menyisipkan nilai -
nilai agama pada proses pembelajaran ilmu umum. Perpaduan antara nilai agama dan
pembelajaran ilmu umum inilah yang kemudian dikenal dengan istilah pendidikan
integralistik dan seimbang. Kaur (2019) berpendapat bahwa memadukan nilai agama dan
ilmu umum di dalam setiap jenjang pendidikan, bukanlah suatu hal yang mudah. Namun,
hal ini amatlah dibutuhkan dalam pencapaian tujuan utama proses pendidikan.

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti, Suparta, H.M, & Syukur, T.A.
(2020), banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa ada banyak konflik kepentingan
antara ilmu umum dan agama, sehingga keduanya seharusnya dipisahkan dan tidak dapat
disatukan dalam sebuah proses pendidikan. Namun, penelitian yang dilakukan di
beberapa institusi pendidikan, khususnya institusi pendidikan berbasis agama Islam,

6
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan amat signifikan yang terlihat pada para
peserta didiknya ketika diterapkannya integrasi ilmu umum dan nilai agama dalam proses
pendidikan. Oleh karena itu, amatlah penting bagi sebuah institusi pendidikan untuk
menerapkan proses pendidikan yang terintegralistik dan seimbang. Hal ini tidak lain
adalah untuk mencetak peserta didik - peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual
yang tinggi dan wawasan keagamaan yang luas, sehingga mereka kemudian dapat
memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

1.3 Mekanisme Penerapan Pendidikan Integralistik dan Seimbang Untuk


Memaksimalkan Tumbuh Kembang Seorang Peserta Didik

Dalam memaksimalkan tumbuh kembang seorang peserta didik dalam proses


pendidikan, perlulah disadari bahwa keberhasilannya membutuhkan peran orang tua,
sekolah, dan masyarakat. Ketiganya berperan penting dan bahu membahu dalam proses
transfer nilai dan transfer pengetahuan. Di dalam keluarga, pendidikan moral dan
tanggung jawab perlu ditanamkan sedini mungkin. Sedangkan, sekolah lebih berperan
pada penanaman materi pengajaran yang dibarengi nilai - nilai pembentukan jati diri yang
konstruktif. Di sini lain, masyarakat berperan sebagai medan praktis dimana seorang
peserta didik dapat berinteraksi secara intensif dengan lingkungan di sekitarnya yang
sehingga secara tidak langsung memungkinkan terjadinya proses pendidikan (Kurniawan,
2016).

Menurut pendapat Hikmat (2019) ketika berbicara mengenai mekanisme


penerapan pendidikan integralistik dan seimbang untuk memaksimalkan tumbuh
kembang seorang peserta didik, tentu saja tidak terlepas dari faktor penentu yang menjadi
pendukung utama keberhasilannya. Faktor kuncinya adalah jika adanya usaha untuk
saling memberikan pengaruh, pengarahan, pengawasan, dan juga kedisiplinan, baik dari
pihak orang tua, sekolah, masyarakat, maupun dari pihak peserta didik yang
bersangkutan. Selain itu, pendekatan integralistik di dalam pendidikan juga harus
diterapkan dengan konsisten, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan.

7
II. PEMBAHASAN

2.1. Penjelasan Konsep Dasar Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang yang
Ditilik Dari Sisi Pendidik dan Peserta Didik

Pendidikan integralistik dalam pelaksanaannya melibatkan dua elemen yakni pendidik dan
peserta didik.

2.1.1 Pendidik

Menurut Natsir (1973), pendidik merupakan orang-orang yang memiliki


kesiapan untuk rela berkorban demi kepentingan dan kemajuan bangsanya, memiliki
latar belakang keilmuan yang jelas, mengajar dengan tulus dan sabar, dengan lemah
lembut dan ketekunan serta melarang muridnya untuk tidak menitik beratkan pada
satu aliran tertentu dalam menimba ilmu. Kemudian Hamka (1983) melengkapi
dengan pandangan berbeda, yakni membagi kualifikasi integrasi ilmu terhadap
pendidik menjadi dua unsur yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Pertama,
seorang pendidik harus memiliki kepribadian yang mencakup tingkah laku yang
baik, dapat mengemban tanggung jawab, adil dalam menentukan keputusan,
menunjukkan sifat rendah hati, bekerja dengan niat semata-mata untuk beribadah,
dan konsisten ketika mengerjakan sesuatu. Unsur kedua yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik adalah dari sisi keilmuannya, dimana seorang pendidik memiliki
kemampuan untuk bertahan dari situasi tak terduga, memiliki tujuan jangka panjang,
memiliki keahlian dari bidang yang digeluti, memiliki pikiran yang terbuka, dan
semangat tinggi untuk mengikuti perkembangan ilmu sesuai eranya.

Kedua perspektif tersebut menunjukkan bahwa keduanya memiliki


pandangan yang identik tentang keseimbangan pendidikan yang bersifat integralistik

8
dimana integrasi antara pendidikan agama dan pendidikan di bidang keilmuan harus
diimplementasikan oleh pendidik dalam proses mengajar.

2.1.2 Peserta Didik

Natsir (1973) berpendapat bahwa peserta didik adalah setiap manusia yang
sedang berada dalam fase memerlukan bimbingan dalam arahan baik secara
kerohanian maupun bidang keilmuan yang bersumber dari keseimbangan dua kutub
yakni dari Timur dan Barat. Dalam konsep Hamka (1983), peserta didik merupakan
bagian dari masyarakat yang dinaungi oleh institusi pendidikan yang dituntut untuk
berperan aktif di masyarakat sebagai agen perubahan dalam menyampaikan
kebenaran. Untuk mencapai taraf tersebut, menurut Hamka, peserta didik harus
memiliki tingkat keseimbangan antara adab dan budi yang presisi, menjadikan forum
diskusi untuk pencarian ilmu dan kebenaran, pantang menyerah, menghindari untuk
menitik beratkan pada satu kutub sumber ilmu saja sekaligus tetap menunjukkan rasa
hormat kepada guru.

Dalam kedua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik


berorientasi pada integrasi antara bidang pendidikan rohani dan bidang pendidikan
keilmuan, tidak hanya memenuhi kewajibannya dalam salah satu bidang saja.

2.2. Analisis Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang

Konsep Integrasi Ilmu sejatinya bermula dari pengakuan bahwa Allah adalah
sumber dari semua ilmu yang ada, sehingga Rasyed dan Ikhwani mengemukakan
bahwa integrasi ilmu adalah perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama yang
disebut Naquib Al-Atas sebagai “Pengislaman Ilmu” (Rashed et al., tahun).
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Umi Hanifah bahwa konsep
pengintegrasian ilmu yang digunakan oleh perguruan tinggi yang berbeda pada
hakikatnya sama, yakni memadukan ilmu agama dan ilmu umum serta
menyingkirkan jurang pemisah di antara keduanya (Hanifah, 2018).

Dengan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan integralistik


dan seimbang dalam makalah ini adalah adalah pembelajaran dengan konsep

9
penggabungan antara dua bidang keilmuan yakni ilmu agama dan ilmu umum.
Penggabungan dua bidang ilmu ini diharapkan dapat memberikan bekal yang
seimbang berupa norma yang didapat dari ilmu agama dan menghubungkannya
dengan hukum alam.

2.3. Analisis Perencanaan Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang yang


Ditilik Dari Sisi pendidik dan Peserta Didik

Prinsip pendidikan integralistik dan seimbang memiliki beberapa komponen


yang terbagi dari dua elemen utama yakni pendidik sebagai individu atau kelompok
yang berperan untuk memberikan pengajaran dan peserta didik sebagai individu atau
kelompok yang menerima pengajaran yang disampaikan oleh pendidik.

2.3.1 Pendidik

Sesuai dengan konsep pendidikan integralistik dan seimbang yang


dikemukakan oleh Natsir (1973) dan Hamka (1983), maka strategi perencanaan
prinsip pendidikan integralistik yang diterapkan untuk para pendidik adalah sebagai
berikut:

2.3.1.1. Pembinaan Adab

Pendidik akan mampu melaksanakan pengajaran berlandaskan pendidikan


integralistik dan seimbang dengan baik apabila pendidik sudah terlebih dahulu
dibekali dengan pembinaan adab. Instansi terkait membuat kesepakatan untuk
mengadakan kegiatan pembinaan adab satu hari dalam seminggu secara rutin.
Kegiatan ini dilakukan setelah kewajiban pendidik untuk memberikan pengajaran
kepada peserta didik telah sepenuhnya tercukupkan. Maka kegiatan pembinaan
adab untuk pendidik tidak terganggu dan bisa terlaksana dengan minim gangguan.
Kegiatan tersebut berupa pendalaman materi dari suatu topik yang dipilih,
berdiskusi tentang fenomena teknologi terbaru, dan semua hal yang dapat
meningkatkan mutu pendidik dalam pengembangan diri. Pendidik terlebih dahulu
dibina maka diharapkan pendidik akan dengan mudah menanamkan nilai-nilai adab
kepada peserta didik.

10
2.3.1.2. Mengikuti dan Mengadakan Diklat

Sesuai dengan konsep pendidikan integralistik dan seimbang yaitu untuk


mempersiapkan pendidik yang profesional dalam segi wawasan dan keterampilan
sebelum terjun memberi pengajaran kepada peserta didik, maka instansi pendidikan
terkait diwajibkan untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan pelatihan dan
mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan konsep pendidikan integralistik dan
seimbang.

2.3.1.3 Menerapkan Konsep Pendidikan Integralistik Pada Saat Pendidik


Melakukan Teguran Langsung Ketika Peserta didik Melakukan Kesalahan

Ketika Peserta didik melakukan kesalahan secara tidak disengaja maupun yang
disengaja, maka tugas utama sebagai tugas pendidik adalah memberikan teguran
secara langsung. Teguran langsung yang diberikan adalah berupa teguran lisan
dengan cara yang sesuai dengan konsep pendidikan integralistik. Maka tindakan
tersebut diharapkan akan memberikan dampak yang membekas dalam benak
peserta didik untuk jangka panjang sehingga memperkecil peluang untuk agar
kesalahan tersebut tidak terulang.

2.3.2 Peserta Didik

2.3.2.1. Menerapkan pendidikan integralistik dan seimbang di semua subjek

Sesuai dengan konsep pendidikan integralistik dan seimbang, pengembangan


intelektual meliputi kurikulum, metodologi, dan program-program berkelanjutan
untuk memaksimalkan tahap perkembangan kecerdasan peserta didik, maka strategi
pendidikan integralistik diterapkan pada semua subjek. Persiapan pokok yang harus
dilakukan berawal dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
setiap subjek.

2.3.2.2 Penerapan pendidikan integralistik dan seimbang melalui lingkungan


sekitar

11
Lingkungan tempat menuntut ilmu merupakan elemen esensial terhadap proses
perkembangan kecerdasan peserta didik. Lingkungan yang baik akan menghasilkan
dampak signifikan berupa terciptanya kesembangan antara pendidikan ilmu umum
dan rohani. Lingkungan yang dikelola dengan baik akan menghasilkan peserta didik
yang optimal dari segi akademik.

2.3.2.3 Penerapan Konsep Pendidikan Integralistik melalui karakter dari cerita


maupun kisah-kisah masa lampau.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan integralistik, pendidik dapat


menyampaikan pesan moral yang terkandung dalam cerita dan kisah-kisah teladan.
Keteladanan tersebut dapat diambil dari pesan moral yang terkandung di dalam
kisah para utusan Tuhan dalam menyampaikan seruan kepada umatnya dan kepada
seluruh manusia untuk taat dan beriman kepada Sang Pencipta.

2.3.2.4 Melaksanakan Kegiatan pada Hari Besar Keagamaan

Dalam pelaksanaan hari besar keagamaan, seluruh umat beragama


memperingati hari yang istimewa dimana pada hari tersebut terdapat nilai- nilai
spiritual yang memiliki makna dan fungsi penting dalam kehidupan. Kegiatan pada
hari besar keagamaan menjadi titik balik bagi para umat beragama untuk merenung
tentang bagaimana menjadi pemeluk agama yang ideal menurut kepercayaan
masing-masing.

2.3.2.5 Penerapan Pendidikan Integralistik dalam kegiatan berorganisasi

Manusia tidak lepas dari keterkaitan dan keterikatan dengan manusia lain maka
interaksi diantara manusia adalah hal yang tidak dapat dihindari ketika menjalani
kehidupan sosial. Salah satu wadah terjadinya interaksi sosial adalah organisasi.
Dalam proses terbentuknya, sebuah organisasi dapat dikatakan sesuai dengan
prinsip pendidikan integralistik apabila organisasi tersebut menerapkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam ilmu agama. Dengan keterlibatan unsur agama selain
ilmu umum maka sebuah organisasi akan memiliki tujuan yang dapat dicapai
dengan hasil cemerlang. Setiap anggota organisasi diharapkan untuk melatar

12
belakangi segala kegiatan organisasi sebagai wujud dari pengabdian kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

2.4. Dampak Pelaksanaan Prinsip Pendidikan Integralistik Dan Seimbang

2.4.1 Terbentuknya Pola Pikir Religius

Ketika seorang individu menghadapi masalah yang terjadi pada dirinya


maupun pada lingkungan sekitar dengan tindakan yang sesuai dengan nilai norma
dari agama yang dianut, maka peran dari pendidikan integralistik dan seimbang
telah terimplementasi dengan baik. Individu tersebut menunjukan iman dari
keyakinan kuat dalam segala bentuk tindakannya.

2.4.2 Terwujudnya Kehidupan Bertoleransi

Perbedaan dalam bentuk apapun adalah satu aspek kehidupan yang tak dapat
terhindarkan. Manusia bisa berbeda secara fisik dan cara pandang. Dengan adanya
pendidikan integralistik maka seorang individu akan mampu menangani situasi
tertentu dimana individu tersebut bisa menempatkan diri untuk bersikap toleran
terhadap beragam perbedaan yang terjadi.

2.4.3 Terbentuknya Rasa Tanggung Jawab

Seorang individu yang menyadari dampak dari perbuatannya akan menyadari


bahwa dia telah memiliki tanggung jawab untuk dirinya dan orang lain. Tanggung
jawab adalah bentuk kesadaran dalam mengemban kewajiban yang harus dipenuhi.

2.4.4 Tertanamnya Rasa Ingin Tahu Yang Kuat

Tanpa rasa ingin tahu yang kuat, manusia akan menjadi kurang peka terhadap
persoalan yang terjadi di sekitar mereka. Rasa ingin tahu adalah dorongan yang di
dalam diri seseorang untuk terus tumbuh terhadap persoalan-persoalan yang ada
dan mencari cara mencari pemecahan dari setiap persoalan-persoalan tersebut. Rasa
ingin tahu akan membuat seseorang merasa bahagia karena rasa ingin tahu tersebut

13
seseorang memiliki kemampuan lebih dalam mengendalikan emosi , memupuk rasa
empati kepada orang lain, dan mempererat suatu hubungan kepada orang lain.

2.4.5 Kecakapan Dalam Menangani Konflik

Setiap konflik terjadi mengerucut pada perbedaan pendapat dari masing-masing


individu yang terlibat di dalam konflik tersebut. Membuka pikiran dan selalu
berorientasi untuk penyelesaian masalah ketimbang mencari penyebab masalah
adalah tanda bahwa konsep pendidikan integralistik telah terimplementasi dengan
baik. Konflik yang terjadi tidak pernah disebabkan oleh satu pihak. Dengan tidak
mudah menuduh seseorang menjadi penyebab konflik terjadi maka akan lebih
mudah dan lebih cepat dalam menangani penyelesaian konflik. Penanganan
membutuhkan kolaborasi dan partisipasi segenap elemen masyarakat dalam lingkup
lokal. Pada prosesnya, penyelesaian tidak mungkin dilakukan oleh satu individu
karena penyebabnya tidak pernah berawal dari satu individu saja. Jika peran
penyelesaian konflik diambil alih oleh pribadi dalam hal ini adalah terduga
penyebab konflik, maka konflik yang terjadi akan justru semakin sulit terselesaikan
karena minimnya informasi terkait tentang bagaimana konflik tersebut benar-benar
bermula.

2.4.6 Pandai Mengutarakan Pendapat

Tak semua orang mampu mengutarakan pendapat dengan baik. Dengan


penerapan pendidikan integralistik yang seimbang maka seorang individu akan
lebih terampil ketika mengemukakan suatu gagasan yang tercermin di dalam
pemikirannya.

2.4.7 Menghargai Pencapaian Diri dan Orang Lain

Menghargai pencapaian yang telah dilakukan maupun yang telah orang lain
lakukan adalah suatu dorongan untuk mengakui kesuksesan dari usaha yang telah
diri sendiri lakukan dan yang telah orang lain lakukan. Bentuk menghargai
pencapaian dapat dilakukan dengan cara yang dikehendaki namun tetap
mempertimbangakan batasan ketika menghargai agar tidak menimbulkan

14
kesalahpahaman dengan menunjukan sopan santun dan tata krama. Tak perlu
berlebihan ketika menghargai pencapaian diri sendiri karena akan berpotensi untuk
menimbulkan rasa angkuh dan tak perlu berlebihan ketika memuji pencapaian
orang lain hingga tanpa sadar menyebabkan berubahnya sifat rendah hati menjadi
rendah diri di hadapan orang lain.

III. KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang disampaikan, dapat disimpulkan beberapa hal


tentang konsep dasar pendidikan integratif dan seimbang:

1. Prinsip pendidikan yang integralistik dan seimbang merupakan konsep pendidikan


besar yang mencakup tujuan pendidikan yang harus dicapai bangsa Indonesia. Konsep
yang dimaksud adalah pembelajaran dalam suatu konsep yang memadukan dua disiplin
ilmunya: ilmu agama dan ilmu umum.

2. Pada dasarnya, pendidikan yang integralistik dan seimbang bertujuan untuk


membimbing manusia menjadi pribadi yang baik: cerdas beragama dan berwawasan
luas dalam ilmu-ilmu umum.

3. Menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang integralistik dan seimbang sebagaimana


dikemukakan oleh Anwar (2015), selain sehat jasmani dan rohani, juga
menyeimbangkan penggunaan akal dan emosi. benar-benar akan menghasilkan manusia
yang bisa mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat.

15
4. Penerapan nilai-nilai agama dan pembelajaran keilmuan umum (pendidikan
integralistik dan seimbang) merupakan solusi atas kemerosotan moral peserta didik
akibat penyimpangan dari perkembangan yang ada.

5. Pendidik dan peserta didik merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam
penerapan pendidikan integralistik dan seimbang, sehingga dalam penerapan tersebut
mereka tidak hanya harus menunaikan tugasnya dalam satu bidang, tetapi juga
memadukan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan. Pendidikan di lapangan harus
dilakukan.

6. Melalui peran guru sebagai pendidik, dan peserta didik tercapai pendidikan yang
integralistik dan seimbang dengan menekankan pembangunan karakter dan
pengembangan karakter sepenuhnya agar mampu mengembangkan pribadinya dengan
baik.

7. Menerapkan prinsip pendidikan integralistik dan seimbang berdampak positif bagi


pendidik dan peserta didik. Misalnya, mereka pandai mengungkapkan pendapat dan
mengevaluasi prestasi mereka sendiri dan orang lain.

3.2. Saran

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji prinsip-prinsip pendidikan


integralistik dan seimbang. Selanjutnya, makalah ini secara khusus menjelaskan
pengertian dan latar belakang prinsip integralistik dan pendidikan seimbang, dengan
harapan dapat memperdalam pengetahuan kita semua tentang prinsip ini. Saat kami
menulis makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
ketidaktahuan. Untuk itu kami dengan terbuka menerima pendapat dan kritik dari
teman-teman semua. Kami mendorong kita semua untuk terus mengembangkan dan
mengajarkan prinsip-prinsip pendidikan yang terintegrasi dan seimbang untuk
membentuk siswa yang berpengetahuan dan kuat.

16
Daftar Pustaka

Anwar, M. (2015). Filsafat pendidikan (1st ed.). PT. Aditya Andrebina Agung.

Hanifah, U. (2018). Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer. In Konsep Integrasi

Keilmuan Di Universitas-Universitas Islam Indonesia (13th ed., Vol. 2). Tadris.

https://doi.org/10.19105/Tjpi.V13i2.1972

Hikmat. (2019). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Iskarim, M. (2016, December). Dekadensi moral di kalangan pelajar (revitalisasi strategi PAI

dalam menumbuhkan moralitas generasi bangsa). Jurnal Pendidikan Islam, 1(1).

https://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/edukasiaislamika/article/view/766

Kaur, N. (2019, March). Integrated approach in science teaching. Journal of Emerging

Technologies and Innovative Research, 6(3).

https://www.researchgate.net/publication/332174076_Integrated_Approach_in_Sci

ence_Teaching/link/5ca49d85a6fdcc12ee8fc15b/download

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2021). Retrieved September 25, 2022, from

https://kbbi.web.id/didik

17
Kurniawan, H. (2016). Metode edutainment. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurbaiti, Suparta, H. M., & Syukur, T. A. (2020). Integrasi ilmu dan kontribusinya

terhadap pembentukan karakter islami mahasiswa. CV Qalbun Salim.

Natsir, M. (1973). Capita Selecta. Jakarta: Bulan Bintang.

Pengertian pendidikan menurut ahli. (2020, April 15).

https://www.smkn1perhentianraja.sch.id/. Retrieved September 25, 2022, from

https://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-pendidikan-menurut-ahli

Undang Undang Dasar 1945. (2016). https://www.dpr.go.id. Retrieved September 29,

2022, from https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945

Undang - undang republik indonesia nomor 20 tahun 2002. (n.d.).

http://luk.staff.ugm.ac.id. Retrieved September 25, 2022, from

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjz

hdXL46_6AhXQGbcAHf1dCnUQFnoECAUQAw&url=http%3A%2F

%2Fluk.staff.ugm.ac.id%2Fatur%2FUU20-

2003Sisdiknas.pdf&usg=AOvVaw26tu7QcP614_aQqXP1BCWKttps://

luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf

18
19

Anda mungkin juga menyukai