Principles of Education
Makalah:
Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang
Disusun oleh:
Elizabeth Lius 20227470026
Muhammad Azhar Perdana 20227470142
Siti Faridah 20227470091
1
Daftar Isi
1.2 Definisi dan latar belakang pendidikan integralistik dan seimbang ……………………… 5
1.3 Mekanisme penerapan pendidikan integralistik dan seimbang untuk memaksimalkan tumbuh
kembang seorang peserta didik ……………………………………………………………..… 7
2.1 Penjelasan Konsep Dasar Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang yang Ditilik Dari
Sisi Pendidik dan Peserta Didik ……………………………………………………………….. 8
2.3 Analisis perencanaan Prinsip Pendidikan Integralistik Dan Seimbang (dari sisi pendidik dan
peserta didik) ………………………………………………………………………………….. 10
2
Kata Pengantar
Pendidikan, yang pada hakekatnya adalah hak setiap manusia, adalah proses
sebuah transfer ilmu pengetahuan dan transfer nilai hidup. Kedua proses transfer tersebut
dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan diharapkan
dapat meningkatkan nilai - nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih
sempurna; baik kehidupan manusia tersebut, maupun lingkungan, bangsa, dan negara di
mana manusia tersebut berkembang (Anwar, 2015).
Para pendiri Republik Indonesia telah dengan jelas merumuskan tujuan dan cita -
cita yang ingin dicapai oleh negara ini. Khususnya dalam bidang pendidikan, negara
dengan jelas telah mencantumkan di dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945
(2016) bahwa sejatinya cita - cita kemerdekaan adalah untuk membentuk suatu
pemerintahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, Republik Indonesia
bercita - cita untuk mencetak manusia yang mengayom prinsip Pancasila, khususnya
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3
Makalah ini disusun untuk membahas konsep umum dan tujuan pendidikan.
Selain itu, secara khusus, makalah ini akan membahas arti dan latar belakang prinsip
pendidikan integralistik dan seimbang. Dengan harapan dapat menambah pengetahuan
mengenai prinsip ini secara mendalam, makalah ini juga dilengkapi dengan bahasan
analisa umum dan konsep perencanaannya.
4
I. PENDAHULUAN
5
1.2. Definisi dan Latar Belakang Pendidikan Integralistik dan Seimbang
Nubaiti et al. (2020) berpendapat bahwa pada dasarnya, pendidikan memiliki dua
fungsi penting, yaitu sebagai sarana transfer pengetahuan dan sarana transfer nilai. Dalam
fungsinya sebagai sarana transfer pengetahuan, dunia pendidikan diinginkan agar bisa
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada peserta didik. Sedangkan dalam
fungsinya sebagai sarana transfer nilai, pendidikan diharapkan dapat menjadi sarana
berbagi nilai - nilai, norma - norma, dan budi pekerti luhur.
Tingkat kondisi moral yang terjadi di kalangan peserta didik inilah yang
kemudian yang dipandang sebagai ketimpangan pencapaian dari fungsi utuh pendidikan.
Hal ini menunjukan bahwa capaian dari arti dan tujuan dari pendidikan itu sendiri belum
dapat menghasilkan cetakan manusia yang berkualitas utuh.
Sebuah solusi yang kemudian dapat diterapkan adalah dengan menyisipkan nilai -
nilai agama pada proses pembelajaran ilmu umum. Perpaduan antara nilai agama dan
pembelajaran ilmu umum inilah yang kemudian dikenal dengan istilah pendidikan
integralistik dan seimbang. Kaur (2019) berpendapat bahwa memadukan nilai agama dan
ilmu umum di dalam setiap jenjang pendidikan, bukanlah suatu hal yang mudah. Namun,
hal ini amatlah dibutuhkan dalam pencapaian tujuan utama proses pendidikan.
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti, Suparta, H.M, & Syukur, T.A.
(2020), banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa ada banyak konflik kepentingan
antara ilmu umum dan agama, sehingga keduanya seharusnya dipisahkan dan tidak dapat
disatukan dalam sebuah proses pendidikan. Namun, penelitian yang dilakukan di
beberapa institusi pendidikan, khususnya institusi pendidikan berbasis agama Islam,
6
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan amat signifikan yang terlihat pada para
peserta didiknya ketika diterapkannya integrasi ilmu umum dan nilai agama dalam proses
pendidikan. Oleh karena itu, amatlah penting bagi sebuah institusi pendidikan untuk
menerapkan proses pendidikan yang terintegralistik dan seimbang. Hal ini tidak lain
adalah untuk mencetak peserta didik - peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual
yang tinggi dan wawasan keagamaan yang luas, sehingga mereka kemudian dapat
memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitarnya.
7
II. PEMBAHASAN
2.1. Penjelasan Konsep Dasar Prinsip Pendidikan Integralistik dan Seimbang yang
Ditilik Dari Sisi Pendidik dan Peserta Didik
Pendidikan integralistik dalam pelaksanaannya melibatkan dua elemen yakni pendidik dan
peserta didik.
2.1.1 Pendidik
8
dimana integrasi antara pendidikan agama dan pendidikan di bidang keilmuan harus
diimplementasikan oleh pendidik dalam proses mengajar.
Natsir (1973) berpendapat bahwa peserta didik adalah setiap manusia yang
sedang berada dalam fase memerlukan bimbingan dalam arahan baik secara
kerohanian maupun bidang keilmuan yang bersumber dari keseimbangan dua kutub
yakni dari Timur dan Barat. Dalam konsep Hamka (1983), peserta didik merupakan
bagian dari masyarakat yang dinaungi oleh institusi pendidikan yang dituntut untuk
berperan aktif di masyarakat sebagai agen perubahan dalam menyampaikan
kebenaran. Untuk mencapai taraf tersebut, menurut Hamka, peserta didik harus
memiliki tingkat keseimbangan antara adab dan budi yang presisi, menjadikan forum
diskusi untuk pencarian ilmu dan kebenaran, pantang menyerah, menghindari untuk
menitik beratkan pada satu kutub sumber ilmu saja sekaligus tetap menunjukkan rasa
hormat kepada guru.
Konsep Integrasi Ilmu sejatinya bermula dari pengakuan bahwa Allah adalah
sumber dari semua ilmu yang ada, sehingga Rasyed dan Ikhwani mengemukakan
bahwa integrasi ilmu adalah perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama yang
disebut Naquib Al-Atas sebagai “Pengislaman Ilmu” (Rashed et al., tahun).
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Umi Hanifah bahwa konsep
pengintegrasian ilmu yang digunakan oleh perguruan tinggi yang berbeda pada
hakikatnya sama, yakni memadukan ilmu agama dan ilmu umum serta
menyingkirkan jurang pemisah di antara keduanya (Hanifah, 2018).
9
penggabungan antara dua bidang keilmuan yakni ilmu agama dan ilmu umum.
Penggabungan dua bidang ilmu ini diharapkan dapat memberikan bekal yang
seimbang berupa norma yang didapat dari ilmu agama dan menghubungkannya
dengan hukum alam.
2.3.1 Pendidik
10
2.3.1.2. Mengikuti dan Mengadakan Diklat
Ketika Peserta didik melakukan kesalahan secara tidak disengaja maupun yang
disengaja, maka tugas utama sebagai tugas pendidik adalah memberikan teguran
secara langsung. Teguran langsung yang diberikan adalah berupa teguran lisan
dengan cara yang sesuai dengan konsep pendidikan integralistik. Maka tindakan
tersebut diharapkan akan memberikan dampak yang membekas dalam benak
peserta didik untuk jangka panjang sehingga memperkecil peluang untuk agar
kesalahan tersebut tidak terulang.
11
Lingkungan tempat menuntut ilmu merupakan elemen esensial terhadap proses
perkembangan kecerdasan peserta didik. Lingkungan yang baik akan menghasilkan
dampak signifikan berupa terciptanya kesembangan antara pendidikan ilmu umum
dan rohani. Lingkungan yang dikelola dengan baik akan menghasilkan peserta didik
yang optimal dari segi akademik.
Manusia tidak lepas dari keterkaitan dan keterikatan dengan manusia lain maka
interaksi diantara manusia adalah hal yang tidak dapat dihindari ketika menjalani
kehidupan sosial. Salah satu wadah terjadinya interaksi sosial adalah organisasi.
Dalam proses terbentuknya, sebuah organisasi dapat dikatakan sesuai dengan
prinsip pendidikan integralistik apabila organisasi tersebut menerapkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam ilmu agama. Dengan keterlibatan unsur agama selain
ilmu umum maka sebuah organisasi akan memiliki tujuan yang dapat dicapai
dengan hasil cemerlang. Setiap anggota organisasi diharapkan untuk melatar
12
belakangi segala kegiatan organisasi sebagai wujud dari pengabdian kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Perbedaan dalam bentuk apapun adalah satu aspek kehidupan yang tak dapat
terhindarkan. Manusia bisa berbeda secara fisik dan cara pandang. Dengan adanya
pendidikan integralistik maka seorang individu akan mampu menangani situasi
tertentu dimana individu tersebut bisa menempatkan diri untuk bersikap toleran
terhadap beragam perbedaan yang terjadi.
Tanpa rasa ingin tahu yang kuat, manusia akan menjadi kurang peka terhadap
persoalan yang terjadi di sekitar mereka. Rasa ingin tahu adalah dorongan yang di
dalam diri seseorang untuk terus tumbuh terhadap persoalan-persoalan yang ada
dan mencari cara mencari pemecahan dari setiap persoalan-persoalan tersebut. Rasa
ingin tahu akan membuat seseorang merasa bahagia karena rasa ingin tahu tersebut
13
seseorang memiliki kemampuan lebih dalam mengendalikan emosi , memupuk rasa
empati kepada orang lain, dan mempererat suatu hubungan kepada orang lain.
Menghargai pencapaian yang telah dilakukan maupun yang telah orang lain
lakukan adalah suatu dorongan untuk mengakui kesuksesan dari usaha yang telah
diri sendiri lakukan dan yang telah orang lain lakukan. Bentuk menghargai
pencapaian dapat dilakukan dengan cara yang dikehendaki namun tetap
mempertimbangakan batasan ketika menghargai agar tidak menimbulkan
14
kesalahpahaman dengan menunjukan sopan santun dan tata krama. Tak perlu
berlebihan ketika menghargai pencapaian diri sendiri karena akan berpotensi untuk
menimbulkan rasa angkuh dan tak perlu berlebihan ketika memuji pencapaian
orang lain hingga tanpa sadar menyebabkan berubahnya sifat rendah hati menjadi
rendah diri di hadapan orang lain.
3.1 Kesimpulan
15
4. Penerapan nilai-nilai agama dan pembelajaran keilmuan umum (pendidikan
integralistik dan seimbang) merupakan solusi atas kemerosotan moral peserta didik
akibat penyimpangan dari perkembangan yang ada.
5. Pendidik dan peserta didik merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam
penerapan pendidikan integralistik dan seimbang, sehingga dalam penerapan tersebut
mereka tidak hanya harus menunaikan tugasnya dalam satu bidang, tetapi juga
memadukan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan. Pendidikan di lapangan harus
dilakukan.
6. Melalui peran guru sebagai pendidik, dan peserta didik tercapai pendidikan yang
integralistik dan seimbang dengan menekankan pembangunan karakter dan
pengembangan karakter sepenuhnya agar mampu mengembangkan pribadinya dengan
baik.
3.2. Saran
16
Daftar Pustaka
Anwar, M. (2015). Filsafat pendidikan (1st ed.). PT. Aditya Andrebina Agung.
https://doi.org/10.19105/Tjpi.V13i2.1972
Iskarim, M. (2016, December). Dekadensi moral di kalangan pelajar (revitalisasi strategi PAI
https://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/edukasiaislamika/article/view/766
https://www.researchgate.net/publication/332174076_Integrated_Approach_in_Sci
ence_Teaching/link/5ca49d85a6fdcc12ee8fc15b/download
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2021). Retrieved September 25, 2022, from
https://kbbi.web.id/didik
17
Kurniawan, H. (2016). Metode edutainment. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurbaiti, Suparta, H. M., & Syukur, T. A. (2020). Integrasi ilmu dan kontribusinya
https://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-pendidikan-menurut-ahli
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjz
hdXL46_6AhXQGbcAHf1dCnUQFnoECAUQAw&url=http%3A%2F
%2Fluk.staff.ugm.ac.id%2Fatur%2FUU20-
2003Sisdiknas.pdf&usg=AOvVaw26tu7QcP614_aQqXP1BCWKttps://
luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf
18
19