Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TASAWUR DAN TASDIQ DALAM ILMU MANTIQ

OLEH:

Rizki widari daulay

Nim : 12030224359

Kelas : 4E

Mata kuliah : Ilmu Mantiq

Dosen pengampu : Prof. Dr. Afrizal M, M.A

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... ii

A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Defenisi Ilmu dan Macam-Macam Brdasarkan Substansinya.................... 4


B. Defenisi Tashawwur dan Tasdiq beserta Klasifikasinya ........................... 4
C. Pembagian Ilmu Ke Dalam Tashowwur Dan Tashdiq................................. 5
D. Dilalah dan Macam-macannya..................................................................... 6
BAB III PENUTUP......................................................................................... 7

A. Kesimpulan................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu mantiq (logika) muncul dan berkembang pertama kali di negara Yunani
dipelopori oleh Aristoteles. Bagi bangsa Yunani, dan bahkan bangsa di seluruh dunia,
Aristoteles adalah ikon rasionalitas. Dia adalah peletak dasar cara berpikir yang tersusun
dalam premis-premis (mukaddimah-mukaddiruah), dan kemldian ditarik sebuah konklusi
(natryal). Apa yang dilakukan Aristoteles ini disebut manti4 (logika).
Baru sekitar abad ke-2 M bangsa Arab mengar.lopsinya dan diterjemahkan sebatas
segi bahasa yaitu kalam dan talafitdz tanpa menghubungkannya dengan makna sebenarnya
yang digunakan di Yunani ketika itu. Sejarah mencatat, banyak karya Aristoteles telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Syria, Arab, Persia dan India. Maka tak heran
jika metode Aristoteles sangat'heboh merasuki hampir di segala cabang ilmu
pengetahuan. 
Kecaman dan penolakan terhadap mantik berawal ketika AlMutawakkil mulai
menduduki kekhalifahan Abbasiyah (846 M/n2 H). Penentang terbesar terhadap pemikiran
Yunani adalah golongan teolog Asy'ariyah terutama Al-Ghazali (1059-1111 M).
Perlawanan tersebut meluas dari wilayah timur hingga barat. Namun barat Islam lebih
terpengaruh akan hal ini karena mayoritas bermadzhab Maliki 
Perjalanan rnantik mulai tersebar di Andalusia dan Persia dari abad ke12 hingga
abad ke-13 M. dengan tatanan baru yang mulai terbebaskan dari filsafat. Ketika mantik
dianggap hanya dibutuhkan dalam filsafat, AlGhazali memberikan inovasi baru yaifu
membawa mantik secara perlahan memasuki wilayah kalam, nahwu, fiqih, ushul fiqh dal
ilmu sosial. Karena logika adalah perantara dalam segala hal, tidak hanya problem-
problem teologis dan filsafat saja. Seiak itu Al-Ghazali melegitimasi umat muslim untuk
mempelajari logika dalam kapasitasnya sebagai kewajiban komunal (fardhu kifnyah). 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ilmu Mantik ?
2. Bagaimana Pembagian Ilmu Ke Dalam Tashowwur Dan Tashdiq?
3. Bagaimana Dilalah dan Macam-macan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu dan Macam-Macamnya Berdasarkan Subtansinya


Berdasarkan subtansinya, ilmu diklasifikasikan menjadi dua macam.
antara lain;
1. Ilmu qadim, yaitu ilmu Allah SWT.
2. Ilmu hadits, yaitu ilmu yang dimiliki oleh makhluk.
Ilmu sendiri menurut pakar mantiq yaitu kemampuan hati dalam
memahami (Idrak) secara umum, walaupun tidak tidak sesuai dengan kenyataan1 Namun,
banyak perbedaan pendapat dalam memaknai ilmu mantiq diantara para ushul dan pakar
mantiq. Seperti hal yang disampaikan oleh Syekh Al-‘Adawy;2
a. Pakar ulama ushul fiqh memaknai ilmu dengan sebuah keyakinan yang mantap dan sesuai
dengan kenyataan yang ada, dan diperoleh dari dalil.
b. Pakar ulama mantiq memaknai ilmu dengan suatu gambaran yang tertangkap di dalam hati,
baik dalam bentuk kenyataan (I’tiqad), dugaan (Dhan) atau kebodohan yang berlapis (Jahl
murakkab).
Sebelumnya telah disebutkan bahwa ilmu hadits yaitu ilmu yang dimiliki oleh
makhluk. Adapun ilmu tersebut secara karakteristik, dibagi menjadi dua yaitu tashawwur
(Konsepsi) dan tashdiq (Legalitas).

B. Definisi Tashawwur dan Tashdiq beserta Klasifikasinya


1.1 Definisi Tashawwur dan Klasifikasinya
Berikut definisi tashawwur (Konsepsi) yaitu proses memahami makna sebuah perkara
atau sesuatu hal tanpa disertai dengan penyandaran hukum dalam hal tersebut. Adapun
maksudnya yaitu gambaran makna dari sebuah perkara atau suatu hal yang berhasil terwujud
dalam hati. Namun tidak dengan disertai suatu hukum baik dalam bentuk pe-nisbat-an
(Penyandaran) atau peniadaan.2Tashawwur atau konsepsi tersebut juga dapat diartikan
dengan proses pembentukan pengertian.3 Adapun definisi lain yang lebih mudah dipahami,
antara lain sebagai berikut;

1 Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq, (Kediri: Santri Salaf Press, 2013),
43.
2 Ahmad Al-Malawy, Syarh As-Sulam, 44 dalam Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan
Ilmu Mantiq, (Kediri: Santri Salaf Press, 2013), 43.
3 Syukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 40.

4
1. Tashawwur yaitu, hasil yang merupakan usaha dari akal pikiran, yang mana
dengan hal tersebut memperoleh hakikat yang tunggal (Mufrad). Seperti Ahmad,
petasan, rumah, kuda, pohon, kambing dan sebagainya.
2. Tashawwur yaitu mengetahui hakikat-hakikat tunggal daripada suatu objek dengan
tidak mengikutsertakan penetapan terhadap hal tersebut. Misalnya seperti kata Ahmad saja,
atau kata pelajar saja.4
1.2 Definisi Tashdiq dan Klasifikasinya
Tashdiq merupakan bentuk mashdar dari kata ‫﮵ص ّد ق‬ - ‫ ص ّد ق‬yang
bermakna membenarkan. Tashdiq secara bahasa dapat diartikan sebagai pembenaran
atau persetujuan.5 Syukriadi Sambas memaparkan pengertian tashdiq :6
"” Mengerti hubungan yang sempurna antara dua objek tahu yang tunggal. Atau,
menghukumi hakikat objek tahu dengan menetapkan sesuatu kepadanya atau meniadakan
penetapan darinya" .
Tashdiq ialah mengetahui hubungan yang sempurna antara dua mufrad, baik hubungan
tersebut mengadakan atau meniadakan.7 Dalam pengertian lain tashdiq adalah memahami ada
atau tidaknya hukum di dalam suatu perkara.8 Artinya hati telah mampu menggambarkan
hukum atau makna dari suatu perkara tersebut.
Contoh tashdiq : Muhammad adalah mahasiswa, Muhammad adalah pelajar. Maka arti dari
kalimat tersebut ialah gelar atau predikat mahasiswa dan pelajar diberikan atau ditetapkan
kepada Muhammad sehingga Muhammad menerima penetapan tersebut.

C. Pembagian Ilmu Ke Dalam Tashawwur Dan Tashdiq


Ilmu terbagi menjadi dua macam yaitu Ilmu tashowwur dan Ilmu tashdiq:

1. Ilmu Tashawwur
Tashawwur adalah hasil yang diusahakan oleh fikiran yang dengan akal
fikiran itu dapat diperoleh atau diketahui hakikat-hakikat yang tunggal atau mufrad.
Adapun berikut skema daripada pengklasifikasian tashawwur,antara lain:9

TASHAWWUR
4 Syukriadi Sambas,
ILMU TASHDIQ
Mantik; Kaidah Berpikir Islam,..... 40. 7 A. Chaerudji Abdul
5 https://www.qureta.com,
R Memahami Konsep Tashawwur dan Tashdiq, diunggah oleh Muhammad Nuruddin,
2018.
6 Syukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islam,..... 40. 14 A. Chaerudji
7 A. Chaerudji Abdul Chalik, Ilmu Mantiq; Undang-Undang Berpikir Valid,...
8 Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq,.... 23.
9 A. Chaerudji Abdul Chalik, Ilmu Mantiq; Undang-Undang Berpikir Valid,... 16

5
BADIHI NADHARI BADIHI NADHARI

Berdasarkan skema tersebut, tashawwur dibagi menjadi dua macam, antara lain
sebagai berikut;
a. Tashawwur Nadhari (Konsepsi Perhitungan) Tashawwur yang didapat melalui proses
analisa dan pemikiran.10ini juga bisa diartikan dengan pemahaman yang memerlukan
pemikiran yang mendalam.
b. Tashawwur Badihi (Konsepsi Aksiomatis) Tashawwur yang didapat tanpa melalui proses
analisa dan pemikiran yang mendalam. 11Dengan kata lain mudah dimengerti, seperti halnya
lapar, haus, dingin, panas dan sebagainya.12 Adapun contohnya seperti, gambaran pikiran
mengenai hakikat panas, dingin, lapar, haus dan sebagainya.13
Adapun Contohnya : apabila ada orang yang berkata “pisang” maka pikiran kita dapat
menggambarkan atau membayangkan arti “pisang”.14

2. Ilmu Tashdiq
Tashdiq adalah mengetahui hubungan antara kedua mufrad (tashawwur) atau
memberi atas suatu hakikat, dengan menetapkan sesuatu padanya atau
membandingkan kedua tashawwur agar memberi hukum atas keduanya dengan jelas
sesuai atau bertentangan.
Adapun berikut skema daripada pengklasifikasian tashdiq, antara
lain; 15
1. Tashdiq Nadzari (Legalitas Perhitungan) Yakni sesuatu yang membutuhkan
pemikiran mendalam atau sederhananya tashdiq yang diperoleh dari hasil analisa dan
pemikiran. Contohnya; Tentang tidak kekalnya alam semesta dapat dianalisa melalui
hadis Nabi.
2. Tashdiq Dharuri (Legalitas Aksiomatis) Yakni tashdiq atau pemahaman
terhadap hubungan dua objek tahu

10 Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq,.... 23.
11 Syukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islam,..... 40.
12 A. Chaerudji Abdul Chalik, Ilmu Mantiq; Undang-Undang Berpikir Valid,... 16
13 Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq,.... 23.
14 Muhammad Rofik, pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq,(Surabaya:Al-Miftah ,2010),hal:12
15 Darul Azka. dkk, Sulam Al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq,.... 23.

6
yang tunggal (mufrad) yang dihasilkan tanpa memerlukan penalaran yang
mendalam. Contohnya; Bilangan satu ialah setengah dari dua.
Jika pemahaman terhadap objek tahu tersebut tidak memerlukan pemikiran
mendalam , atau pengertianya dengan mudah dapat dicapai tidak memerlukan
pemahaman  yang mendalam , atau pengertianya dengan mudah
dapat  dicapai  disebut tashowwur badihi. Sebaliknya , jika pemahaman itu
memerlukan pemikiran yang mendalam , disebut tashowur Nazhari.
Demikian pula , jika pemahaman terhadap hubungan dua objek tau yang
tunggal (mufrad) tidak memerlukan penalaran yang mendalam , disebut tashdiq badihi
; sedangkan jika memerlukan penalaran yang mendalam atau tidak mudah dipahami
kecuali setelah dipikirkan secara mendalam  , disebut tashdiq nazari.
Dengan dmikian tashawwur adalah proses pembentukan pengertian
(konseptulisasi) sedangkan tashdiq berarti proses pembentukan keputusan (proposisi).

D. Dilalah dan Macam-macannya

1. Pengertian Dilalah
‫الد ال لة هي فهم امر من امر و يسمي المر اال ول المد لو ل و اال مر الثا ني الدا ل‬
" Dilalah adalah proses pemahaman sesuatu dari sesuatu yang lain; sesuatu yang
pertama disebut madlul (yang ditunjuk ), sedangkan yang kedua disebut dal (yang
menunjuk )
      Contoh : “gembira” dan “tertawa” . “gembira” adalah madlul dan “tertawa”
adalah dal.

2. Macam-macam dilalah:
a.       Dilalah Lafdziyah (tanda kata)
‫ما كا ن الدال فيها لفظ او صو تا‬
"dilalah yang dalnya berupa kata-kata atau suara”
1.      Dilalah Lafdziyah Thabi’iyyah
‫ما كا ن الدال فيها عرضا طبيعيا‬
“Dilalah yang dal nya berupa suara yang bersifat alamiah”
Contoh: Dipahaminya ungkapan “terkjut” dari “waw!” atau rasa sakit dari “aduh”
2.      Dilalah Lafdziyah ‘aqliyah
‫ما كان الدال فيها عقال‬

7
" dilalah yang suara dalnya berupa  suara rasional”
Contoh: adanya orang di kamar dapat dipahami dari adanya percakapan di kamar itu.
3.      Dilalah Lafdziyah Wadh’iyah
‫ماكان الدال فيها وضعا وصطال حا‬
"dilalah yang dalnya berupa kata yang ditunjukkan untuk suatu makna tertentu”
Contoh: pemahaman kita terhadap “ segala sesuatu yang datang dari Nabi , baik yang
berupa perkataan, perbuatan maupun penetapan nabi atas perbuatan sahabat (takrir)
dari istilah as-sunnah.16
a.       Dilalah Lafdziyah Wadh’iyah Muthabaqiyyah
Muthobaqoh yaitu dalalah yang menunjukkan arti dari suatu lafadz secara
tetap sesuai dengan keadan yang sebenarnya.
Contoh:
Seorang murid bertanya kepada gurunya: “pak, rokok itu apa ?”
Pak guru menjawab: “ rokok ialah tembakau yang di gulung dengan kertas.”
Rokok di artikan dengan tembakau yang digulung dengan kertas, adalah tepat dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b.      Dilalah Wadh’iyah Thadhammuniyyah
Dalalah tadhommun, yaitu yang menunjukan arti dari suatu lafadz
pada sebagian saja. Dari arti yang tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Umpama, pengertian lafadz “rokok” dengan “tembakau’saja. Padahal tembakau itu
hannya sebagian saja dari rokok. Dn yang demikian itu adalah pengertian yang
tidak/belum tepat/belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
c.       Dilalah Lafdziyah Iltizamiyyah
Dalalah iltizam, yaitu yang menunjukan arti dari suatu yang pasti ada pada
lafadz itu, tapi tidk tepat sesuai dengan keadan yang sebenarnya.
Contoh:
Seorang anak bertanya kepada ibunya: “bu, sambal itu apa ?”
Ibunya menjawab: “sambal itu ialah pedas yang menambah enaknya makanan.” Kata
“sambal” diartikan “pedes” itu tidak tepat dengan keadaan yang sebenarnya. Tapi
pedes itu, pasti ada pada sambal, sebab sambal artinya lombok/cabai/mrica dan
bahan-bahan lain (seperti garam, trasi dn lain-lain) yang di ulek (dilembutkan dengan
alat khusus untuk membuat sambal). Dan semua makanan yang ada lombok atau

16 Syukriadi Sambas, Mantik Kidah Berfikir Islami.(Bandung:PT . Remaja Rosdakarya,


1996).hal:40-41-43

8
cabai atau mricanya tentu pedes. Jadi adanya cabai atau mrica itu memastikan adanya
pedes.17
Dilalah lafdziyyah wadh’iyyah inilah yang merupakan materi pembahasan ilmu
mantiq

b.      Dilalah Ghairi Lafdziyah


‫ماكا ن الدا ل فيها غير لفظ او صوت‬
“dilalah yang dalnya berupa bukan kata-kata atau suara”18
Dengan kata lain, dilalah ghairi lafdziyah  seperti halnya dilalah lafdziyah , terbagi
menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Dilalah ghairi lafdziyah Thabi’iyah, yaitu:
‫عر ضا طبيعيا‬  ‫ماكان الدال فيها‬
“dilalah yang dalnya bersifat alami”
Contoh: “Merahnya wajah menunjukan rasa malu”
2.      Dilalah Ghairi Lafdyiyyah ‘Aqliyyah, yaitu:
‫ما كان الدال فيها عقال‬
“dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang rasional”
Contoh: dipahaminya “ada orang masuk kamar” dari keadaan kamar yang berantakan
(padahal semula keadaan kamar itu rapi)
3.      Dilalah Ghairi Lafdziyyah Wadh’iyyah, yaitu

‫ماكان الدال فيها شيئا اصطال حيا وضع ليدل علي المعني المفهوم منه‬
“Dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang sudah baku sehingga dapat dipahami suatu
arti tertentu”
Contoh : dipahaminya “tidak setuju “ dari “ menggelengkan kepala
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu adalah satu lafadz yang mempunyai dua pengertian yaitu, pertama berarti apa
yang diketahui, (Al-Ma’rifah), yakni di percayai dengan pasti dan sesuai dengan
kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasi yang disebut dalil dan yang kedua

17 Cholil Bisyri Mostofa,Terjemahan Assullamul Munauroq.(Bandung: PT Alma’arif,2000). hal.


18
18 Sukriadi,,.h.45.

9
yaitu suatu gambaran yang tertangkap di dalam hati, baik dalam bentuk kenyataan
(I’tiqad), dugaan (Dhan) atau kebodohan yang berlapis (Jahl murakkab). Pembagian ilmu
menurut para pakar mantiq yaitu, pertama tashawwur adalah memahami memahami
sesuatu tanpa mengenakan (Meletakkan) sesuatu (Sifat) yang lain kepadanya. Sedangkan
yang kedua yaitu tasdhiq adalah memahami hubungan antara dua kata, atau menempatkan
sesuatu (Kata) atas sesuatu (Kata) yang lain.
Ilmu tashawwur dan tashdiq masing-masing dibagi menjadi dua, yaitu yang
pertama badihi merupakan pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan pikiran
atau penalaran dan yang kedua merupakan nazhari merupakan pemahaman (Ilmu) yang
memerlukan pemikiran, penalaran atau pembahasan.Pembahasan ilmu mantiq berkisar
pada: lafazh (kata), qadhiyyah (susunan kata/preposisi) dan al istidlal (menarik
kesimpulan).
Lafazh terbagi kepada :

1. Mufrad (tunggal) ;  yaitu kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing
bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
2. Murakkab (majemuk) ; yaitu lafazh/ kata-kata yang bagiannya masing-masing
menunjuk kepada arti atau makna tersendiri, seperti pelajar yang sungguh-sungguh
akan berhasil. Akhlaq adalah dasar keselamatan, lemparlah batu
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa sehingga dapat dipraktekkan didalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sambas,Syukiardi.1996.Mantik Kaidah Berpikir Islami.Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.


Rofik, Muhammad.2010.Pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq.Surabaya:Al Miftah
Mostofa ,Bisyri Cholil. 2000.Terjemahan Assullamul Munauroq.Bandung: PT Alma’arif,
Azka. ddk. Darul. 2013. Sulam al-Munawraq; Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq. Kediri:
Santri Salaf Press.
Chalik, A. Chaerudji Abdul. 2013. Ilmu Mantiq; Undang-Undang Berpikir Valid. Jakarta:
Rajawali Press.
Nuruddin, Muhammad. 2018. Memahami Konsep Tashawwur dan Tashdiq. h
ttps://www.qureta.com.
Sambas, Syukriadi. 2017. Mantik; Kaidah Berpikir Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai