Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU LOGIKA DAN MANTHIQ

“ISTIDLAL GHAIRU MUBASYIR“


Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ilmu Logika Dan Manthiq

DOSEN PEMBIMBING : Dr. ALMA’ARIF, M.Hum

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

MAHARANI PUTRI ANDINI : 182120324


MARDHATILA : 182120325
MUHAMMAD EGI ALFARIZI : 182120331

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS

TAHUN 2022 M/1443 H


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehinga kami dari kelompok 11 dapat menyelesaikan tugas kelompok pada mata
kuliah Ilmu Logika dan Manthiq tentang “Istidlal Ghairu Mubasyir”. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik
bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kulilah Ilmu Logika
dan Manthiq. Tujuan pembuatan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih
menambah dan memperdalam pengetahuan kita tentang Istidlal Ghairu Mubasyir yang
merupakan salah satu dari materi pada mata kuliah Ilmu Logika dan Manthiq
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyumbangkan
fikiran dan tenaga serta membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan tepat pada waktunya.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Untuk itu, kritikan dan saran sangat kami harapkan agar kedepannya kami bisa memperbaiki
kesalahan kami demi tercapainya makalah yang sesuai dengan kaidahnya.

Wassalamualaikum wr. wb

Bengkalis, 08 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A.Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah. ................................................................................................ 1

C. Tujuan.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Pengertian Istidlal Ghairu Mubasyir. ................................................................... 3

B. Pembagian Qiyas ................................................................................................... 4

C. Metode Pengambilan Kesimpulan (istintaj) . ....................................................... 7

BAB III PENUTUP. ............................................................................................................. 14

A.Kesimpulan. ........................................................................................................... 11

B.Saran. ...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini seriring dengan perkembangan zaman modern yang semakin


berkembang, kehidupan manusia sangat memiliki kemajuan dan banyak
meninggalkan khazanah hakiki yang harus menjadi dasar dan acuan dalam kehidupan
manusia. Sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang diberi akal fikiran,
maka manusia merupakan khayawanun natiq (makhluk yang berfikir) yang artinya
manusia dan kehidupannya tidak terlepas dengan berfikir. Namun sering kali fikiran
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya emosional sehingga manusia pada
saat itu tidak bisa berfikir secara logis.

Pemikiran yang logis atau logika sangat berkaitan dengan ilmu manthiq atau
logika yang menjelaskan bagaimana caranya manusia berfikir dengan logika, berfikir
dengan baik dan benar untuk mencegah dari kesalahan dan kekliruan dalam berfikir.
Istidlal merupakan bagian pembahasan terpenting dalam ilmu manthiq karena fungsi
utamanya yaitu mengambil kesimpulan yang benar. Seseroang baru dikatakan
memahami ilmu manthiq ketika ia sudah bisa mengambil kesimpulan yang benar

Oleh karena pentingnya materi Istidlal Ghairu Mubasyir ini didalam ilmu
manthiq, maka di dalam makalah yang kami buat ini akan memaparkan dan
menjelaskan secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan Istidlal Ghairu Mubasyir.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Istidlal ?


2. Apa pengertian Istidlal Ghairu Mubasyir?
3. Apa saja yang termasuk dalam pembagian Qiyas?
4. Bagaimana metode pengambilan kesimpulan?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Istidlal
2. Untuk mengetahui definisi Istidlal Ghairu Mubasyir
3. Untuk mengetahui apa saja pembagian Qiyas
4. Untuk mengetahui bagaimana metode pengambilan kesimpulan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Istidlal Ghairu Mubasyir

Istidlal berasal dari bahasa Arab, akar dari kata istidlal adalah “daal” yang
berarti mengambil dalil atau kesimpulan yang diambil dari petunjuk yang ada untuk
mengambil suatu kesimpulan1. Istidlal secara umum berarti pengambilan dalil Al-
Qur’an, As-Sunnah maupun Al-Maslahah dengan menggunakan metode yang
muttafaq yaitu Al-Qur’an, As-Sunna, Ijma’ dan Qiyas2. Istidlal Ghairu Mubasyir
adalah penyimpulan tidak langsung atau membuktikan sesuatu secara tidak langsung.
Penyimpulan tidak langsung merupakan suatu bentuk penarikan kesimpulan atas
dasar hubungan dua proposisi atau lebih yang didalamnya terkandung adanya unsur
pembanding yang mewujudkan proposisi lain sebagai kesimpulan.

Penyimpulan tidak langsung juga disebut silogisme, silogisme merupakan


proses menggabungkan tiga proposisi, dua menajdi dasar penyimpulan dan satu
menjadi kesimpulan.

Unsur penting yang terdapat dalam silogisme adalah :

1. Tiga buah proposisi, premis mayor dan konklusi

2. Tiga buah term : Subjek (s). term predikat (P) dan term antara (M)

Premis mayor adalah permis yang didalam nya terdapat term predikat (P) yang
akan diperbandingkan dengan term antara (M). sedangkan premis minor didalam
nya terdapat term subjek (S) yang akan diperbandingkan dengan term antara (M)
dan kesimpulan adalah kebenaran baru yang diperoleh melalui proses penalaran
yang berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara term mayor (P) dan term
minor (S).

1
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq,(Jakarta: Kencana, 2010). hlm. 67
2
Umar Muhaimin, Metode Istidlal Dan Istishab”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 8,
No. 2, Desember 2017, Yudisia, hlm. 4

3
Contohnya :

1. Premis mayor : semua kendaraan umum (M) harus memiliki izin trayek (P)

2. Term Minor : semua bis kota (S) adalah kendaraan umum (M)

3. Kesimpulan : Jadi semua bis kota (S) harus memiliki izin trayek (P)

Hubungan antara ketiga term tersebut yaitu (S-M-P) di dalam silogisme dapat
disederhanakan sebagai berikut :

M=P

S=M

S=P

B. Pembagian Qiyas

Qiyas menurut bahasa adalah mengira-ngirakan sesuatu dengan penaksiran


lain. Secara definisi qiyas adalah ucapan atau pemikiran yang tersusun dengan bentuk
tertentu dari beberapa qadhiyah dan sendirinya (dzatiyah) menetapkan ucapan lain3.
Kata qiyas berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Milqiyas yaitu alat
mengukur artinya mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain. Qiyas merupakan
suatu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dari dua macam
keputusan/qadhiyah yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus
universal. Sebagaimana A = B ini keputusan pertama sedang B = C ini keputusan
kedua, kesimpulannya adalah A = C

Qiyas dalam ilmu manthiq adalah ucapan atau kata yang tersusun dari dua atau
beberapa qadhiyah manakala qadhiyah-qadhiyah tersebut benar, maka akan muncul
dari padanya dengan sendirinya benar yang lain yang dinamakan natijah. Namun, bila
qadhiyah nya tidak benar bisa saja natijah nya benar. Akan tetapi benarnya itu hanya
kebetulan4.

3
Darul Azka dan Nailul Huda, Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq, (Lirboyo: Santri Salaf Press, 2012),
hlm. 87
4
Ibid, hlm. 69

4
Contoh qadhiyah salah tapi natijah nya benar :

a. Tiap manusia bisa membaca (salah)

b. Setiap manusia yang bisa membaca perlu makan (benar)

Natijahnya : setiap manusia perlu makan (benar)

Berikut pembagian Qiyas yaitu sebagai berikut :

1. Qiyas Iqtirani

Qiyas iqtirani adalah qiyas yang dua mukadimahnya mengandung natijah


secara implisit (bil kuwah) , tidak eksplisit (bil fi’li) dan ada yang bentuk hamli
dan syarthi. Pembagian qiyas iqtiraniy yaitu :

a. Hamiliy.

yaitu qiyas yang tersusun dari qadhiyyah hamliyyah saja

Contoh :

Manusia adalah hewan, tiap hewan perlu air

Jadi, tiap manusia perlu air

Tembaga adalah logam, dan setiap logam adalah penghantar yang


bagus untuk panas

Jadi, tembaga adalah penghantar panas

b. Syarthiy, adalah qiyas yang terdiri dari qadhiyah syarthiyyah saja

Contoh syarthiyah :

Apabila Ali masuk, Muhammad keluar

Apabila Muhammad keluar, Umar masuk

Jadi, apabila Ali masuk, Umar keluar

Syarat Iqtirani yaitu sebagai berikut :

5
- Syarat 1

a. Jangan ada salah satu had dari had qiyas memakai lafadz yang
musytarab yang digunakan dalam salah satu qadhiyah yang satu
dengan makna yang lain lagi

b. Haddul ausath terus memberikan faidah istighrak sekurang-kurangnya


dalam salah satu mukodimah

c. Jangan sampai ada salah satu hududul qiyas memberi faidah istighrak
dalam natijah, melainkan bila mana memberi isitghrak dalam
mukodimah qiyas

d. Tidak ada bernatijah suatu qiyas yang tersusun dari dua mukodimah
yang kedua duanya salibah

e. Jika salah satu dari dua mukodimah tersebut salibah maka natijahnya
salibah dan sebaliknya

- Metode penyusunan qiyas iqtirani

a. Susunan mukadimah-mukadimahnya harus sesuai ketentuan yang


diharuskan yaitu dengan menyertakan unsur yang mengumpulkan
kedua sisi (jami’) dan memastikan had ashghar termuat dlaam
pemahaman had aswat

b. Urutkan beberapa mukadimah dengan cara mendahulukan mukadimah


shughra dari mukadimah kubra dalam qiyas iqtirani dan
mendahulukan mukadimah kubra dari mukadimah shughra dalam
qiyas istisna’i sesuai aturan yang memungkinkan natijah

c. Teliti shahih dan yang fasidnya dengan melakukan uji coba


(eksprimen)

d. Natijah yang merupakan kelaziman dari beberapa mukadimah akan


muncul menyesuaikan mukadimah-mukadimah nya. Apabila
mukadimah-mukadimahnya diyakini benar, maka natijah juga akan
diyakini benar. Namun jika mukadimah-mukadimah nya tidak diyakini

6
benar maka natijah juga tidak diyakini benar artinya mungkin benar
dan mungkin salah5.

2. Qiyas Istisna’i

Qiyas istisna’i adalah qiyas yang natijah nya telah disebutkan atau naqid
nya dengan nyata (bil fi’li). Qiyas istisna’i tersusun dari dua qadhiyah syharthiyah
serta mempunyai ciri pada kedua qadhiyah nya yaitu terdapat nya adat istisna’i
yakni “lakin” yang artinya akan tetapi istisna’i ada yang ittishal yaitu terikat, ada
yang insfishal (tidak terikat).

Bentuk ittishal ada dua yaitu :

a. Bila diitsbatkan muqaddam, maka natijahnya adalah tali itsbat

b. Bila talinya nafi, maka akan melahirkan natijah muqaddam nafi

Contoh ittishal :

Jika matahari terbit, maka siang ada

a. Akan tetapi matahari terbit = maka siang ada

b. Akan tetapi matahari tidak terbit = maka siang tidak ada

Contoh infishail :

Suatu Negara adakalanya aman, adakalanya perang

a. Tetapi Negara sedang perang = Negara tidak aman

b. Akan tetapi Negara tidak perang = Negara aman

C. Metode pengambilan kesimpulan (istintaj)

Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pengambilan kesimpulan yaitu:

1. Metode Penalaran Deduktif (Rasionalisme)

5
Al-Akhdar dan Muhammad, Pengantar Ilmu Mantiq, (Surabaya: Al-Hidayah, 2005), hlm. 28

7
Penalaran deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang
bertolak dari sebuah asumsi atau pertanyaan yang bersifat umum untuk
mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Pola penarikan
kesimpulan penalaran deduktif ini merujuk pada pola berfikir silogisme
yang bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah kesimpulan .

Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis yang


didukung oleh pertambahan pengetahuan yang diperoleh manusia, yang
akhirnya akan bermuara pada suatu usaha untuk menjawab permasalahan
secara rasional tentunya dengan mengesampingkan hal-hal yang irasional.

Kelebihan metode ini adalah pada faktor kebutuhan fokus yang intens
dalam menganalisa suatu pengertian dari segi materinya, sehingga
penggunaan waktu lebih efesien. Sehingga pada penalaran yang baik,
kesimpulan dapat menjadi benar makala premis-premisnya benar.
Sedangkan kekurangan nya yaitu terletak pada aktifitas penarikan
kesimpulan yang dibatasi oleh ruang lingkup tertentu. Selain itu,
kelemahan metode ini yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan logika
deduktif tidak mungkin lebih luas karena lebih spesifik atau terkhusus
sehingga sulit diperoleh kemajuan ilmu pengetahuan jika hanya
mengandalkan logika deduktif.

2. Metode Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik


kesimpulan dari pengamatan terhadap hal yang bersifat khusus ke
umum atau bersifat universal. Melalui metode ini, diberikan suatu
kemungkinan untuk disimpulkan artinya ada kemungkinan kesimpulan
itu benar tapi tidak berarti bahwa itu pasti benar. Ciri khas dari
penalaran induktif yaitu generalisasi.

Pengambilan kesimpulan secara induktif juga tidak luput dari


kekeliruan, ia tidak bisa menghindari adanya ketidaktelitian dalam

8
pengamatan6. Contoh penarikan kesimpulan dengan metode induktif
jika kita ingin mengetahui berapa rata-rata tinggi badan anak umur 10
tahun di Indonesia maka cara paling logis yang bisa digunakan yaitu
dengan mengukur tinggi badan anak umur 10 tahun yang ada di
indoensia. Proses tersebut tentu akan memberikan kesimpulan yang
dapat dipertanggung jawabkan namun perlu pelaksanaan yang tidak
mungkin dan tidak mudah untuk dilakukan sendiri

Induktif adalah pengambilan kesimpulan secara umum dengan


berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus. Kesimpulan
menjelaskan fakta sedangkan faktanya mendukung kesimpulan7.
Contohnya :

1. Jika dipanaskan, besi memuai

Jika dipanaskan, tembaga memuai

Jika dipaanskan, emas memuai

Jika dipanaskan, logam memuai

Ciri-ciri penalaran induktif :

1. Premis penlaran induktif adalah porposisi empiris yang ditangkap


indra

2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang


dinyatkan dalam premis

3. Meskipun kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya.


Jadi koklusi induksi punya kredibilitas rasional

Contoh lain yaitu :

6
Imron Mustofa, “Jendela Logika Dalam Berfikir : Deduksi dan Induksi Sebagai Dasar Penalaran
Ilmiah”, Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, Vol. 6, No.2 Juli-Desember 2016, Surabaya: STAI YPBWI,
IHLM. 133
7
Rahmat Ar-Razy,“Metode Pengambilan Kesimpulan Dalam Ilmu Mantiq” dikutip dari
http://fauz992525.blogspot.com pada hari Kamis tanggal 07 April 2022 jam 20.31 WIB

9
1. Mangga a : Orange, besar, matang, manis

2. Mangga b : Orange, besar, matang, manis

3. Mangga c : Orange, besar, matang, tentunya juga manis

Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan berdasrkan persamaan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Istidlal berasal dari bahasa Arab, akar dari kata istidlal adalah “daal” yang berarti
mengambil dalil atau kesimpulan. Istidlal ghairu mubasyir adalah penyimpulan
tidak langsung

2. Contoh Istidlal ghairu mubasyir yaitu :

a. Premis mayor : semua kendaraan umum (M) harus memiliki izin trayek (P)

b. Term Minor : semua bis kota (S) adalah kendaraan umum (M)

c. Kesimpulan : Jadi semua bis kota (S) harus memiliki izin trayek (P)

3. Pembagian Qiyas ada dua yaitu :

a. Qiyas Iqtirani

b. Qiyas Istisna’i

4. Metode pengambilan kesimpulan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Metode penalaran deduktif (Rasionalisme) yaitu metode penarikan


kesimpulan dari umum ke khusus

b. Metode penalaran induktif yaitu metode penalaran dari khusus ke umum

B. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritikan
dan saran dari para pembaca dan pendengar agar kedepannya kami bisa memperbaiki
kesalahan tersebut serta bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akhdar, Al dan Muhammad. 2005. Pengantar Ilmu Mantiq. Surabaya: Al-Hidayah

Ar-Razy, Rahmat. “Metode Pengambilan Kesimpulan Dalam Ilmu Mantiq” dalam

http://fauz992525.blogspot.com diakses pada Kamis 07 April 2022, pukul 20.31


WIB

Azka, Darul dan Nailul Huda. 2012. Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq. Lirboyo: Santri
Salaf Press

Djalil, Basiq Djalil. 2010. Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Kencana,

Muhaimin, Umar. ”Metode Istidlal Dan Istishab”. Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam. Vol. 8, No. 2, Desember 2017. Yudisia

Mustofa, Imron. “Jendela Logika Dalam Berfikir : Deduksi dan Induksi Sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah”. Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam. Vol. 6, No.2 Juli-
Desember 2016. Surabaya: STAI YPBWI

12

Anda mungkin juga menyukai