Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADMINISTRASI PERADILAN AGAMA DAN DASAR HUKUMNYA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Peradilan Agama

DOSEN PENGAMPU: ANDRI MUDA NASUTION,.M.H.

Disusun oleh: Amin Arif Lubis (19070021)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MANDAILING NATAL

(STAIN MADINA)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah segala puja dan puji kehadirat Allah SWT. Dengan Rahmat
dan Inayahnya semua berjalan dengan semestinya sesuai kehendaknya. Shalawat
dan salam kepada panutan Alam nabi Muhammad SAW. Manusia yang paling
istimewa. Dia telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kepada Alam
yang penuh ilmu dan pengetahuan.

Puji syukur Penulis sanjung tinggikan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
diamanahkan oleh dosen pengampu mata kuliah “Administrasi Peradilan Agama”
sesuai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan kita tentang administrasi peradilan agama dan dasar hukumnya. Dan
tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini. Mudahan– mudahan
menjadi amal jariyah yang pahalanya bisa mengalir sampai hari kemudian.

Akhir kata, penulis meminta kritik dan saran kepada semua pecinta ilmu
pengetahuan untuk makalah ini. Apabila ada terdapat kekeliruan supaya
dibenarkan. Gunanya, untuk perbaikan makalah kami dimasa yang mendatang.

Panyabungan, 24 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................ii

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................2

Bab II pembahasan

A. Administrasi peradilan agama.......................................................3


B. Dasar hukum peradilan agama.......................................................7

Bab III penutup

A. Kesimpulan....................................................................................9

Daftar pustaka.......................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi


rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama yang di ubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah
untuk kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 50 tahun 2009. Pengadilan
Agama selaku pengadilan tingkat pertama mempunyai tugas pokok dan fungsi
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang
orang yang beragama islam di bidang : perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.

Laporan Kinerja Pengadilan Agama ini merupakan bentuk pertanggung


jawaban terhadap publik dalam melaksanakan program program yang telah
ditetapkan yang menyangkut akan terlaksananya pelayanan yang baik terhadap
masyarakat, maka program program yang menyangkut tentang keterbukaan dan
akses kepada publik telah dilakukan dengan melaksanakan beberapa program
sebagai berikut;

a. Transparansi biaya perkara di setiap Pengadilan Agama.


b. Tranparansi tentang penerimaan perkara dengan memberlakukan daerah
steriil area yang mana pejabat atau pegawai pengadilan tidak lagi bisa
bertemu dengan pihak pihak yang berpekara.
c. Memfungsikan meja Informasi tentang pengadilan dan penanganan
pengaduan masyarakat yang tidak puas akan pelayanan pengadilan.
d. Memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap sistem penerimaan
perkara sampai kepada pengambilan putusan atau surat surat yang dibutuhkan
oleh pengguna pengadilan.

1
Maka atas uraian di atas, pemakalah merasa sangat perlu menjelaskan tentang
administrasi peradilan agama (PA) Serta, dasar hukum yang dijadikan sebagai
rujukan administrasi serta hukum acaranya di pengadilan agama.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah cara kerja administrasi peradilan agama?


2. Apakah dasar hukum peradilan agama?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Administrasi peradilan agama (PA)

Administrasi adalah: “Suatu proses penyelenggaraan oleh seorang


administratur secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan semula.”
Administrasi berasal dari bahasa Belanda Belanda yaitu administratie yang
pengertiannya mencakup menejemen sumber daya, seperti finansial, personel,
gudang, (stelselmatige verkrinjging en verwerking gegeven).1

Peradilan Agama adalah: “Salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi


rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu (Pasal 2
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).” Tugas pokoknya adalah : memeriksa,
memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang
orang yang beragama islam dibidang : Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Zakat,
Wakaf, Infaq, Shadaqah dan Ekonomi Syari’ah” (Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006).2

administrasi perkara adalah merupakan bagiaan dari Court Of Law yang


mutlak harus dilaksanakan oleh semua aparat peradilan agama dalam rangka
mewujudkan Peradilan yang mandiri sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3 Hal
ini dapat terlaksana apabila aparat Peradilan Agama memahami pengertian
administrasi secara luas. Dalam kepustakaan banyak dikenal pengertian
administrasi yang banyak ditulis oleh para pakar, tetapi yang dimaksud
administrasi dalam tulisan ini adalah suatu proses penyelenggaraan oleh seorang
1
Ulbert Silalahi, Studi tentang Ilmu Administrasi, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989).hlm.
03.
2
Republik Indonesia, Undang-undang Peradilan Agama No.3 Tahun 2006, Pasal 49 (Jakarta:
Indonesia Legal Center Publishing, 2009), hlm. 83
3
Abdul Manan dan Ahmad Kamil, penerapan dan pelaksanaan pola pembinaan dan pengendalian
administrasi perkara di lingkungan peradilan agama, (Jakarta pusat: direktorat jendral badan
peradilan agama, 2007), hlm. 13.

3
administratur secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan semula.

Maka dapat simpulkan administrasi sangat perlu dilaksanakan dengan sebaik


mungkin dalam sebuah peradilan. Supaya tercipta peradilan yang benar-benar
menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya. Pengadilan harus bebas dari
intervensi manapun sehingga setiap perkara yang diajukan kepadanya. Setiap
orang yang bisa merasakan kepuasan dari hasil hukum yang telah ditegakkan.

Administrasi Peradilan Agama adalah: “Suatu proses penyelenggaraan oleh


aparatur Pengadilan Agama secara teratur dan diatur guna melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan Pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang
telah ditetapkan semula” Proses meliputi (6) enam hal : Menghimpun, Mencatat,
Mengolah, Menggandakan, Mengirim, dan Menyimpan.

Sedangkan yang dimaksud dengan diatur adalah seluruh kegiatan itu harus
disusun dan disesuaikan satu sarna lainnya supaya terdapat keharmonisan dan
kesinambungan tugas. Adapun yang dimaksud dengan teratur adalah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan terarah sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlap) dalam
melaksanakan tugas, sehingga akan mencapai penyelesaian tugas pokok secara
maksimal.

Manajemen Pengadilan Agama dan pola Bindalmin, telah dijelaskan didalam


Undang-undang No. 7/1989 tentang peradilan agama telah disebutkan bahwa
mengingat luas lingkup tugas dan berat beban pekerjaan yang harus dilaksanakan
pengadilan, penyelenggaraan administrasi pengadilan dibedakan menurut jenisnya
dan dipisahkan penanganannya. Menurut jenisnya administrasi pengadilan
dibedakan menjadi dua yakni administrasi umum dan administrasi
perkara/administrasi kepaniteraan, sedangkan menurut penanganannya dilakukan
oleh sekretaris dan panitera.4

4
Wildan Suyuthi Mustafa, Manajemen Peradilan Agama, (Ketua Pengadilan Tinggi Agama
Jakarta Pusat), hlm. 03.

4
Pembedaan dan pemisahan ini melahirkan dua unit kerja yakni kepaniteraan
dan kesekretariatan, panitera dibantu wakil panitera menangani administrasi
kepaniteraan/perkara dan sekretaris dibantu wakil sekretaris akan menangani
administrasi umum (man, money and material).

Seperti diketahui tugas pokok pengadilan adalah menerima, memeriksa,


mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Yang
melaksanakan tugas-tugas administrasi dalam rangka mencapai tugas pokok
tersebut adalah panitera, baik administrasi perkara, administrasi persidangan dan
pelaksanaan putusan. Sedangkan pelaksanaan tugas administrasi umum adalah
sekretaris.

Sebagai pelaksana administrasi perkara, persidangan dan eksekusi, panitera


berkewajiban mengatur (manage) tugas Wapan, Panmud, Panitera pengganti, juru
sita. Sebagai pelaksana administrasi perkara panitera bertanggung jawab atas
pengurusan perkara putusan penetapan, dokumen, akta, buku daftar, biaya, uang
titipan pihak ke tiga yang disimpan di kepaniteraan dan tugas-tugas managerial
lainnya.

Klasisfikasi Administrasi di Pengadilan Agama:

a. Administrasi Kepaniteraan, Meliputi : Gugatan, Permohonan, dan Hukum.


b. Administrasi Kesekretariatan, Meliputi : Umum, Kepegawaian, dan
Keuangan.

Panitera sebagai pelaksana kegiatan administrasi Pengadilan memiliki 3 (tiga)


macam tugas :

a. Pelaksana Administrasi Perkara


b. Pendamping Hakim dalam persidangan
c. Pelaksana putusan/penetapan pengadilan dan tugas-tugas kejurusitaan
lainnya.

5
Sebagai pelaksana administrasi perkara Panitera berkewajiban mengatur
tugas dan para pembantunya, yakni Wakil Panitera dan Panitera Muda. Sebagai
pendamping Hakim/Majelis dalam persidangan Panitera berkewajiban mencatat
jalanya persidangan dan dari catatan-catatan tersebut, hendaknya disusun berita
acara persidangan. Dalam hal Panitera berhalangan maka Panitera dibantu oleh
para Panitera Pengganti.

Sebagai pelaksana putusan dan pelaksana tugas kejurusitaan lainnya, panitera


dibantu oleh Jurusita Pengadilan Agama atau Juru Sita Pengganti. Untuk Panitera
Pengadilan Tinggi Agama, tugas Pelaksana Putusan/Penetapan Pengadilan tidak
diatur. Hal ini karena sebagai peradilan tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama
tidak melaksanakan tugas-tugas kejurusitaan dan eksekusi.

Sebagai pelaksana administrasi perkara Panitera berkewajiban untuk


melaksanakan dengan tertib ketentuan seperti tersebut dalam pasal 99 Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1989 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 yaitu
membuat daftar semua perkara yang diterima kepaniteraan serta memberi nomor
urut dan dibubuhi catatan singkat tentang isinya. Adapun tanggung jawab Panitera
adalah sebagaimana dalam pasal 101 UU No. 7 Tahun 1989 jo UU No 3 Tahun
2006 yaitu bertanggung jawab atas pengurusan perkara, penetapan atau putusan.
dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara. uang titipan pihak ketiga, surat-surat
berharga, barang bukti, dan surat-surat lain yang disimpan di kepaniteraan.

Sedangkan administrasi kesektariatan di sebuah pengadilan agama meliputi;

Bagian umum dan keuangan, bagian kepegawaian, organisasi dan tatalaksana


dan bagian perencanaan, teknologi informasi dan pelaporan. Pengelolaan tersebut
berupa urusan administrasi surat menyurat, arsip, melakukan perencanaan,
perpustakaan, monitoring, pelaporan, teknologi informasi, urusan kepegawaian,
melakukan pengumpulan dan identifikasi serta analisa data.

B. Dasar hukum administrasi Peradilan Agama (PA)

a. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;

6
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;
d. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU
Nomor 7 Tahun 1989 ;
e. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/001/SK/I/1991
tentang Pola-Pola Pembinaan dan
f. Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama.
g. Landasan Syar’i
Administrasi merupakan proses yang mencakup pencatatan maupun
pelaporan. AlQur’an pun mengatur hal demikian, yang secara ekplisit termuat
dalam (Q.S. Al-Baqarah 2/282).

ٓ
‫اتِبٌ اَ ْن‬R‫ب َك‬ َ ‫ْأ‬Rَ‫ ْد ۖ ِل َواَل ي‬R‫اتِ ۢبٌ بِ ْال َع‬R‫ْن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َك‬Rٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي‬
ْ‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚب‬ َ ُ‫يَّ ْكت‬

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis.5

Dalam potongan ayat tersebut mempertegas pentingnya setiap hal yang


berhubungan dengan administrasi (muamalah) hendaknya dicatat karena bukti
tertulis akan lebih mudah diingat ketimbang tidak dicatat, sehingga ketika terjadi
kesalahan administrasi akan langsung diketahui dimana letak kesalahan tersebut.
Pun juga menegaskan bahwa ingatan manusia tidak dapat diandalkan sepenuhnya,

5
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT Sygma Media Arkanleema,
2009, hlm. 48

7
karena manusia adalah tempatnya lupa, maka catatan menjadi penunjang untuk
mengingatkan sesuatu yang terjadi.

BAB III

8
PENUTUP
A. Kesimpulan

Administrasi Peradilan Agama adalah : “Suatu proses penyelenggaraan oleh


aparatur Pengadilan Agama secara teratur dan diatur guna melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan Pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang
telah ditetapkan semula” Proses meliputi (6) enam hal : Menghimpun, Mencatat,
Mengolah, Menggandakan, Mengirim, dan Menyimpan.

Semua kegiatan yang berhubungan dengan administrasi pengadilan agama


wajib menjalankan dengan sebaik-baiknya serta tanpa menolak setiap perkara
yang diajukan kepadanya dalam mentaati prosedur hukum yang telah ditetapkan.
Demi terwujudnya kelancaran dalam menjalankan hukum acara peradilan agama.

Dasar hukum administrasi peradilan agama;

 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;


 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;
 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU
Nomor 7 Tahun 1989 ;
 Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/001/SK/I/1991
tentang Pola-Pola Pembinaan dan
 Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama.
 Landasan Syar'i peradilan agama (QS; Al Baqarah 2/282).

DAFTAR PUSTAKA

9
Silalahi Ulbert, 1989. Studi tentang Ilmu Administrasi. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Indonesia Republik, 2009. Undang-undang Peradilan Agama No.3 Tahun 2006


Pasal 49 . Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.

Manan Abdul dan Kamil Ahmad, 2007. penerapan dan pelaksanaan pola
pembinaan dan pengendalian administrasi perkara di lingkungan peradilan
agama. Jakarta pusat: direktorat jendral badan peradilan agama.

Suyuthi Wildan Mustafa, Manajemen Peradilan Agama. Ketua Pengadilan Tinggi


Agama Jakarta Pusat.

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : PT Sygma


Media Arkanlema,

10

Anda mungkin juga menyukai