Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat-ayat
Ekonomi

Dosen Pengampu : Dudin Fahrudin, S.Hi, M.Si

Disusun Oleh :

1. Siti Nurafipah
2. Sri Nurhayati

KELOMPOK 5

SEMESTER III B

POGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL–ANDINA SUKABUMI

SUKABUMI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul Produksi ini dapat
terselesaikan.

Dan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah
Tafsir Ayat-ayat Ekonomi, yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan
makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Sukabumi, 06 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................

A. Pengertian Produksi..................................................................................................................
B. Konsep Produksi Dalam Hadis Nabi........................................................................................
C. Tujuan Dan Prinsip-prinsip Produksi Dalam Islam .................................................................
D. Faktor-faktor Produksi Dalam Islam .......................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua sumber daya yang ada di bumi dan di langit yang disediakan oleh
Allah SWT itu semua tidak lain untuk kebutuhan manusia, supaya manusia
dapat menikmati itu semua dan memiliki kehidupan yang layak. Oleh karena
itu manusia dituntut untuk berkreasi dalam mengolah sumber daya tersebut.
Salah satunya dengan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi sendiri juga merupakan mata rantai dari konsumsi dan
distribusi. Kegiatan dari produksi ialah mengahasilkan sebuah barang ataupun
jasa dan selanjutnya didistribusikan kepada para konsumen. Produksi sangat
penting dalam kegiatan ekonomi, karena tanpa adanya produksi maka kegiatan
ekonomi akan terhenti.
Produksi juga berarti diciptakannya manfaat, seperti juga konsumsi yaitu
pemusnah produksi. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu
yang tidak ada, karena tidak sesorang dapat menciptakan benda. Tujuan dari
adanya produksi yaitu menciptakannya kesejahtraan ekonomi. Dalam Islam
sendiri produksi memiliki beberapa batasan sehingga menciptakan
kesejahteraan yang haqiqi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produksi menurut Islam ?
2. Bagaimana Konsep produksi dalam hadist Nabi ?
3. Apa tujuan dan prinsip - prinsip produksi dalam ekonomi islam ?
4. Apa saja faktor - faktor produksi dalam islam ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian produksi menurut Islam.
2. Mengetahui konsep produksi dalam hadist nabi.
3. Mengerahui tujuan dan prinsip produksi dalam islam.
4. Mengetahui faktor - faktor produksi dalam islam.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Dalam bahasa arab, arti produksi adalah al-intaj dari akar kata nataja,
yang berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang
jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi
yang terbingkai dalam waktu yang terbatas. Secara terminologi, kata produksi
berarti menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang. Secara umum,
produksi adalah penciptaan guna (utility) yang berarti kemampuan suatu
barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu.
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.
Dengan kata lain, produksi, distribusi, dan konsumsi merupakan rangkaian
kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling memengaruhi,
namun produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan tersebut.
Dalam ekonomi islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari
aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun
ekonomi disamping konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah, dan sedekah.
Hal ini dikarenakan produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa yang kemudian manfaatnya dirasakan oleh konsumen. Dalam
ekonomi islam, tujuan utama produksi adalah untuk kemaslahatan individu
dan masyarakat secara berimbang. Bagi islam memproduksi sesuatu bukanlah
sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual dipasar, tetapi lebih jauh
menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi
sosial. Dalam al-qur’an surah al-hadid ayat 7 Allah berfirman :
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai
penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang
besar.”(QS. Al-Hadid 57: Ayat 7).

v
Konsep produksi di dalam ekonomi islam tidak semata-mata bermotif
memaksimalkan keuntungan dunia tetapi lebih penting untuk mencapai secara
maksimal keuntungan akhirat. Untuk menjamin nya terwujudnya
kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi islam menyediakan
beberapa landasan teoritis seperti keadilan ekonomi, jaminan sosial, dan
pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif secara efisien. Dimana
kegiatan produksi yang pada dasarnya halal, harus dilakukan dengan cara-cara
yang tidak mengakibatkan kerugian dan mudharat dalam kehidupan
masyarakat.
B. Konsep Produksi Dalam Hadis Nabi
Rasulullah sangat menghargai umatnya yang selalu bekerja dan
berproduksi dalam rangka memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Ia
mendorong umat islam agar rajin bekerja, berangkat pagi-pagi sekali untuk
mencari karunia Allah agar dapat memberi dan berbagi nikmat kepada orang
lain, tidak meminta-minta, dan agar dapat memenuhi kebutuhan orang-orang
yang menjadi tanggung jawab mereka. Dalam hadis riwayat abu hurairah, nabi
bersabda :
“ DariAbu hurairah r.a., katanya, aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Hendaklah seseorang diantara kalian berangkat pagi-pagi
sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri
(tidak meminta-minta) dari manusia lebih baik daripada meminta kepada
seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan diatas lebih baik daripada
tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi
tanggung jawabmu. ”(HR. Muslim).
Hadis diatas menjelaskan tentang beberapa hal terkait dengan aktivitas
ekonomi, yaitu: dorongan untuk rajin bekerja dengan berangkat pagi-pagi
sekali, dorongan untuk bekerja dan berproduksi, dorongan untuk melakukan
distribusi, dorongan untuk hidup kesatria dengan tidak meminta-minta, dan
dorongan untuk bertanggung jawab dalam ekonomi keluarga.

vi
Aktivitas produksi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari bertani, berindustri, usaha
jasa, dan lain sebagainya. Dalam perspektif islam semua usaha itu masuk
dalam kategori ibadah. Sebab, bekerja yang produktif akan membantu
manusia dalam menunaikan ibadah-ibadah wajib, seperti: shalat, zakat, puasa,
haji, dan lain sebagainya, semua ibadah itu menempati sepuluh persen dari
ibadah.
Rasulullah mendorong umat islam agar senantiasa berproduksi supaya
mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Dalam menjalankan aktivitas
produksi harus diperhatikan aspek kehalalan. Dalam ekonomi islam, tidak
semua aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa disebut sebagai aktivitas
produksi, karena aktivitas produksi sangat terkait erat dengan halal haramnya
suatu barang atau jasa dan cara memperolehnya. Dengan kata lain, aktivitas
yang menghasilkan barang dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai
aktivitas produksi.
Rasulullah menghendaki keseimbangan antara produksi dan konsumsi,
tidak terjadi israf (berlebih-lebihan) baik dalam hal produksi maupun
konsumsi. Kegiatan produksi dan konsumsi harus dilakukan secara seimbang
sehingga akan terwujud stabilitas ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan
hidup.
Islam dengan tegas mengklasifikasikan dengan barang-barang (sil’ah) atau
komoditas ke dalam dua kategori. Pertama, barang-barang yang disebut dalam
al-qur’an dengan thayyibat, yaitu barang-barang yang secara hukum halal
dikonsumsi dan diproduksi. Kedua, khabaits, yaitu barang-barang yang secara
hukum haram dikonsumsi dan diproduksi. Seperti penegasan Al-Quran dalam
surah al-A’raf ayat 157:
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa
baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang
baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka,

vii
dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.” (QS. Al-
A’raf 7: Ayat 157).

C. Tujuan Dan Prinsip-prinsip Produksi Dalam Islam


Tujuan produksi dalam islam sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari
tujuan diciptakan dan diturunkannya manusia ke muka bumi, yaitu sebagai
khalifah Allah dimuka bumi dalam Al-Quran surah (Al-baqarah :32),
pemakmur bumi, (Hud:61), yang diciptakan untuk beribadah kepadanya (az-
zariyat :56). Sebagai khalifah, manusia mendapat amanat untuk
memakmurkan bumi. Ini berarti bahwa manusia diharapkan campur tangan
dalam proses-proses untuk mengubah dunia dari apa adanya menjadi apa yang
seharusnya.
Menurut M.N.Shiddiq, sebagaimana dikutip oleh Rustam effendi, produksi
dalam islam mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
 Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar
 Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga
 Bekal untuk generasi mendatang
 Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah

Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan


kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya :

 Memenuhi kebutuhan manusia pada tingkat moderat


 Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
 Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan
 Memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Sejalan dengan tujuan produksi dalam islam diatas, ada beberapa prinsip produksi
menurut ajaran islam, yaitu

viii
1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan
masyarakat serta mencapai kemakmuran
4. Produksi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat
5. Produksi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
6. Produksi terkait dengan tugas manusia dimuka bumi sebagai khalifah
Allah, yaitu memakmurkan bumi dan alam semesta
7. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan, kapasitas, dan kemampuan
manusia
8. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama islam
menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan
manfaat.
9. Mengoptimalkan fungsi dan kreatif Indra dan akal
10. Memberdayakan alam semesta sebagai sumber daya produksi
11. Terjadinya keseimbangan antara aktivitas produksi untuk kehidupan dunia
dan akhirat
12. Aktivitas produksi dilandasi oleh moral dan akhlak mulia
13. Produksi ramah lingkungan.

D. Faktor-faktor Produksi Dalam Islam


Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu faktor manusia dan non-manusia. Yang termasuk faktor
manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan wirausahawan, sementara faktor
non-manusia adalah sumber daya alam, modal (kapital), mesin, alat-alat,
gedung dan input-input fisik lainnya. Beberapa ahli ekonomi islam,
sebagaimana ahli ekonomi konvensional, membagi faktor-faktor produksi
menjadi empat yaitu:
1. Sumber Daya Alam

ix
Sumber daya alam diciptakan Allah untuk dikelola oleh umat manusia.
Seluruh isi bumi, secara sengaja diciptakannya olehnya untuk
kepentingan dan kebutuhan manusia, Allah berfirman:
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi
untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia
menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 29).
2. Sumber Daya Manusia
Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan bumi,
dalam arti mereka memanfaatkan sumber daya alam di bumi dan
menjadi tenaga-tenaga yang bertugas mengelola dan memproduksi
hasil-hasil bumi sehingga tercapai kesejahteraan hidup. Allah
berfirman dalam surah Hud ayat 61:
"Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh.
Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan
bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari Bumi (tanah)
dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan
kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa
hamba-Nya)." (QS. Hud 11: Ayat 61).
3. Modal Atau Kapital (Capital)
Modal dalam literatur fiqh disebut ra’s al-mal yang menunjukkan
pada pengertian uang dan barang. Modal merupakan berbagai bentuk
kekayaan yang memberikan penghasilan kepada pemiliknya atau suatu
kekayaan yang dapat menghasilkan suatu hasil yang akan digunakan
untuk menghasilkan kekayaan lain.
Modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan membantu untuk
menghasilkan kekayaan yang lebih banyak. Penting nya modal dalam
kehidupan manusia ditunjukkan dalam Al-Qur’an surah Ali-imran:14.
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap
apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak,

x
harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda
pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali
'Imran 3: Ayat 14).
Ayat diatas menunjukkan bahwa modal merupakan hal yang
menarik bagi umat manusia yang berupa emas, perak, kuda pilihan,
binatang ternak, dan lahan pertanian, serta bentuk modal-modal yang
lainnya.
Dalam ekonomi islam, modal dapat dikembangkan melalui beberapa
bentuk transaksi
 Transaksi jual beli dengan mengembangkan modal usaha
 Transaksi bagi hasil
 Transaksi jasa
4. Organisasi dan Manajemen
Dengan adanya organisasi setiap kegiatan produksi memiliki
penanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan perusahaan.
Organisasi atau manajemen merupakan proses merencanakan dan
mengarahkan kegiatan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan.
Tanpa organisasi dan manajemen yang baik, suatu perusahaan tidak
akan bisa melakukan aktivitas produksi yang baik pula. Dalam islam,
pentingnya perencanaan dan organisasi dapat dilihat pada hakikat
bahwa Allah sendiri adalah pelindung dan perencana yang terbaik,
sebagaimana disebutkan dalam surah Ali-imran ayat 173:
"(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika
ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy)
telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat)
iman mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi
penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung." (QS. Ali
'Imran 3: Ayat 173).

xi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bahasa arab, arti produksi adalah al-intaj dari akar kata nataja, yang
berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang
jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur
produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas. Secara terminologi,
kata produksi berarti menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang.
Secara umum, produksi adalah penciptaan guna (utility) yang berarti
kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan
manusiawi tertentu.
Dalam ekonomi islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari
aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun
ekonomi disamping konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah, dan
sedekah. Hal ini dikarenakan produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian manfaatnya dirasakan oleh
konsumen. Dalam ekonomi islam, tujuan utama produksi adalah untuk
kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang.
Dalam menjalankan aktivitas produksi harus diperhatikan aspek kehalalan.
Dalam ekonomi islam, tidak semua aktivitas yang menghasilkan barang
atau jasa disebut sebagai aktivitas produksi, karena aktivitas produksi
sangat terkait erat dengan halal haramnya suatu barang atau jasa dan cara
memperolehnya. Dengan kata lain, aktivitas yang menghasilkan barang
dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi.
Tujuan produksi dalam islam adalah untuk memenuhi segala bentuk
kebutuhan manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan manusia ini
diharapkan bisa terciptanya kemaslahatan atau kesejahteraan baik bagi
individu maupun kolektif. Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu faktor manusia dan non-manusia.
Yang termasuk faktor manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan

xii
wirausahawan, sementara faktor non-manusia adalah sumber daya alam,
modal (kapital), mesin, alat-alat, gedung dan input-input fisik lainnya.
B.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Idri. 2017. Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta:
Kencana.

xiv

Anda mungkin juga menyukai