Anda di halaman 1dari 16

POKOK POKOK PEMIKIRAN KALAM JABARIYAH DAN QADARIYAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu: Ulpah Maspupah, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Dhea Rofingatun (214110101235)


2. Isma Maulida Farhani (214110403020)
3. Al Mumtahanah (214110403054)
4. Naufal Zuhdi ‘Afif (214110403076)
5. Ranum Zofani (214110403081)

3 PBA A

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pokok-Pokok Pemikiran Kalam Jabariyah dan Qodariyah" ini tepat pada
waktunya.

Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis sendiri. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
penulis peroleh dari buku panduan maupun jurnal ilmiah yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan materi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 1 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengertian Jabariyah dan Qodariyah .............................................................................. 3
1. Pengertian Jabariyah ................................................................................................... 3
2. Pengertian Qadariyah .................................................................................................. 4
B. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah dan Qodariyah ..................................................... 4
1. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah .......................................................................... 4
2. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah ......................................................................... 6
C. Tokoh Jabariyah, Qodariyah dan Pemikirannya ............................................................. 7
1. Tokoh Jabariyah dan Pemikirannya ............................................................................ 7
2. Tokoh Qadariyah dan Pemikirannya ........................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran


Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini
dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di
Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang
cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat alQuran
yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada
masalah keimanan.1
Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari
faktor historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi Muhammad
saw wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul kepermukaan.
Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa pengganti pemimpin setelah
Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa dihindari. Semua terbungkus dalam isu-isu
yang bernuansa politik, dan kemudian berkembang pada persoalan keyakinan
tentang Tuhan dengan mengikutsertakan kelompok-kelompok mereka sebagai
pemegang “predikat kebenaran”.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah dan Qadariyah.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan secara singkat dan umum
tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Jabariyah dan Qadariyah?


2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Jabariyah dan Qodariyah?
3. Siapa saja tokoh Jabariyah dan pemikirannya?
4. Siapa saja tokoh Qodariyah dan pemikirannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Jabariyah dan Qodariyah


2. Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran Jabariyah dan Qodariyah

1
Manna Khalil al-Qaththan, ‘Studi Ilmu-Ilmu Alqur’an, Diterjemahkan Dari "Mabahits Fi Ulum Al-
Qur’an’, Jakarta: Litera AntarNusa, 2004, hal 86.

1
3. Untuk mengetahui tokoh Jabariyah dan pemikirannya
4. Untuk mengetahui tokoh Qodariyah dan pemikirannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jabariyah dan Qodariyah

1. Pengertian Jabariyah

Seacara bahasa jabariyah berasal dari kata bahasa arab jabara yang berarti
memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata
jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.
Sedangkan dalam istilah bahasa inggris paham Jabariyah disebut fatalism atau
predestination2 Dalam kamus Jhon M. Echols, pengertian fatalism adalah
kepercayaan bahwa nasib menguasai segala-galanya, sedangkan predestination adalah
takdir.3
Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari
manusia dan menyandar kansemua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah
manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).4 Sehingga makna
secara umum adalah bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh Qodo dan Qadar
Tuhan. Dalam konteks pemikiran kalam, istilah jabariyah diartikan bahwa
manusia makhluk yang terpaksa di hadapan Tuhan. Jabariyah menafikan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepadaAllah Swt.
Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya,
Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan
bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan
Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia
tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan
kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat,
karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah
adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.

2
Harun Nasution, ‘Teologi Islam’,( Jakarta: UI-Press, 1986): 33.
3
Jhon M.Echols, ‘Kamus Inggris Indonesia’, (Jakarta: Gramedia, 2006): 234-443.
4
Rosihan Anwar, ‘Ilmu Kalam’, (Bandung: Pustaka Setia,2006): 64.

3
2. Pengertian Qadariyah

Secara Bahasa kata Qadariyah berasal dari kata, qadara, yaqduru, qadrun,
artinya memutuskan, menentukan. Atau dari kata qadara, yaqdiru, qudratan artinya
memiliki kekuatan dan kekuasaan.5 Jadi asal kata Qadariyah mempunyai dua
pengertian. Pertama berarti menentukan. Dari kata inilah diambil kata “taqdir”,
sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah. Sedangkan yang kedua berarti kekuatan dan
kekuasaan. Yang kedua inilah yang identik dengan paham Qadariyah yang
menyatakan bahwa manusia itu memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menentukan
nasibnya sendiri. Dalam istilah Inggris faham ini dikenal dengan nama free will dan
free act.
Sedangkan menurut istilah yang dipakai oleh ahli teologi Qadariyah
merupakan manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk
mewujudkan perbuatan-perbiatannya. Atau manusia mempunyai kebebasan dalam
menentukan perjalanan hidupnya.

B. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah dan Qodariyah

1. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah

Latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak ada penjelelasan yang sarih.
Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah.6 Paham Jabariyah ini dalam sejarah teologi Islam ditonjolkan pertama kali
oleh al-Ja’d Ibn Dirham. Tetapi yang mengembangkannya kemudian adalah Jahm Ibn
Safwan dari Khurasan. Jahm Ibn Safwan merupakan pendiri golongan Jahmiyah
dalam kalangan Murji’ah. Ia ikut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah.
Jahm yang terdapat dalam aliran jabariyah sama dengan Jahm yang mendirikan
golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji’ah sebagai sekretaris dari Syuraih ibn al-
Harits, ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan
itu Jahm dapat ditangkap dan kemudian dihukum mati di tahun 131 H.
Sepeninggalnya, faham jabariyah terbabi menjadi tiga firqoh yaitu aliarn Jabariyah
Jahamiyah (ekstrim), Jaham Najjamiyah (moderat) dan Jabariyah Dhirariyah.7

5
Hans Wahr, ‘A Dictonary of Modern Written Arabic , Mu’jam Al-Lugah Al-Arabiyah Al-
Mua’shirah’. Cet III (Bairut: Libanon: Librarie: du liban, 1980): 745
6
Enseklopedi Islam Tim, ‘Jabariyah’. (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997): 239
7
K. Ali, ‘Sejarah Islam Tarikh Pramodern’.

4
Selain dua tokoh tersebut, ada satu nama lagi yang cukup dikenal di
kalangan Jabariyah, yaitu al-Husein Ibn Mahmud al-Najjar, seorang tokoh dari
golongan Jabariyah moderat. Paham yang dibawa tokoh-tokoh Jabariyah ini
adalah lawan ekstrim dari paham yang dianjurkan Ma’bad dan Ghailan.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul
sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab
yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara
hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat
sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi
tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput
yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta
keringnya udara.
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat
arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai
dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran hidup. Artinya mereka banyak tergantung dengan Alam.
Faham ini pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian
disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi Islam,
Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran jahmiyah dalam kalangan
Murji’ah. Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-Haris dan selalu menemaninya dalam
gerakan melawan Bani Umayah. Sebenarnya faham al-Jabar sudah muncul jauh
sebelum kedua tokoh diatas. Benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah
berikut ini:
a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam
masalah takdir Tuhan. Nabi melarang mereka untuk mendebatkan
persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat
ayat Tuhan mengenai takdir.8
b. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan
mencuri. Ketika dientrogasi, pencuri itu berkata” tuhan telah menentukan
aku mencuri” mendengar ucapan itu, umar marah sekali dan menganggap
orang itu telah berdusta kepada tuhan. Oleh karena itu, umar memberikan

8
Aziz Dahlan, ‘Sejarah Pemikiran Perkembangan Dalam Islam'(Jakarta: Beunneubi Cipta 1987): 27-
29.

5
dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan.
Kedua, hukuman dera karena menggunakan dalil takdir tuhan.9
c. Ketika Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam kaitannya
dengan siksa dan pahala. Orang itu bertanya apabila (perjalanan menuju
perang Siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala
sebagai balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa qadha dan
qadar Tuhan bukanlah sebuah paksaan. Sekiranya qadha dan qadar itu
merupakan paksaan, maka tidak ada pahala dengan siksa, gugur pula janji
dan dan ancaman Allah, dan tidak ada pujian bagi orang yang baik dan
tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa.
d. Pada pemerintahan daulah Bani Umayyah, pandangan tentang Jabariyah
semakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas, melalui suratnya
memberikan reaksi kertas kepada penduduk syria yang diduga berfaham
jabariyah.
e. Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariyah, ada yang mengatakan
bahwa kemunculannya diibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu
pengaruh agama yahudi bermazhab Qurra dan agama kristen bermazhab
Yacobit.

2. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah

Tak dapat diketahui dengan pasti kapan faham ini timbul dalam sejarah
perkembangan teologi Islam. Tetapi menurut keterangan ahli-ahli Teologi Islam,
faham Qadariah kelihatannya ditimbulkan oleh pertama kali yaitu seorang yang
bernama Ma‟bad al-Juhani. Menurut Ibnu Nabatah, Ma’bad al-Juhani dan temannya
Ghaylan al-Dimasyqi mengambil paham ini dari seorang Kristen yang masuk Islam di
Irak. Dan menurut al-Zahabi, Ma‟bad adalah seorang tabi’in yang baik. Tetapi ia
memasuki lapangan politik dan memihak kepada Abdu ar-Rahman Ibnu al-Asy‟as,
Gubernur Sajistan dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah dalam pertempuran
dengan al-Hajjaj. Ma‟bad mati terbunuh pada tahun 80-an H. Sementara sahabatnya
Ghaylan terus menyiarkan faham Qadariahnya di Damaskus, walaupun mendapat
tantangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar wafat, Ghaylan
meneruskan kegiatan lamanya, sehingga akhirnya ia mati dihukum oleh Hisyam bin

9
Ali Musthafa Al-Ghurabi, ‘Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyah’1958: 15.

6
Abdul Malik (724-743 M). Sebelum dijatuhkan hukuman mati diadakan perdebatan
antara Ghaylan dan al-Audha’i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.

C. Tokoh Jabariyah, Qodariyah dan Pemikirannya

1. Tokoh Jabariyah dan Pemikirannya

Menurut Asy-Syahratsani, jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua


bagian, ekstrim dan moderat. Diantara dokrin jabariyah ekstrim adalah
pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan oleh dirinya.
Misalnya, kalau seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas
kehendak sendiri, tetapi timbul karena qadha’ dan qadhar Tuhan yang
menghendaki demikian.
Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:
1) Jahm bin Shofwan, nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham Bin
Shafwan. Ia barasal dari Khurasan bertempat tinggal di kuffah.
Pendapat jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah
sebagai berikut ini:
1. Syurga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain
tuhan.
2. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal
ini pendapatnya sama dengan aliran kaum Murji’ah.
3. Kalam Tuhan adalah mahluk. Allah maha suci dari segala sifat
dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar
dan melihat.
4. Allah tidak memiliki sifat-sifat azaly, karena hal ini akan
menjadikan Allah serupa dengan makhluk. Pendapat ini sama
dengan apa yang dikemukakan oleh Mu’tazilah.
5. Bid’ah jabr. yaitu pernyataan bahwa manusia tidak mempunyai
kemampuan dan daya upaya sama sekali, bahkan semua
kehendaknya muncul karena dipaksa oleh Allah Swt.
6. Bid’ah irja’, yaitu bahwa iman cukup hanya dengan ma’rifat.
Barang siapa yang inkar di lisan maka hal tersebut tidak
membuatnya kafir sebab ilmu dan ma’rifat tidak bisa lenyap

7
karena ingkar, dan keimanan tidak berkurang dan semua hamba
setara dalam keimanannya serta iman dan kufur hanya dalam
hati tidak dalam perbuatan.
2) Ja’ad bin Dirham. Ia dibesarkan dalam lingkungan orang kristen yang
senang membicarakan tentang teologi. Ia adalah seorang maulana dari
bani Hakam dan tinggal di Damaskus. Ia dibunuh pancung oleh
Gubernur Kufah yaitu Khalid bin Abdullah El-Qasri. Dokrin pokok
Ja’ad secara umum sama dengan fikiran jahm Al-Ghuraby yang
menjelaskan sebagai berikut:
1. Al-quran itu adalah mahluk, oleh karena itu dia baru. Sesuatu
yang baru itu tidak dapat disifatka kepada Allah.
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahluk,
seperti
berbicara, melihat, dan mendengar.
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berbeda dengan Jabariyah ekstrim, Jabariyah moderat mengatakan bahwa


Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun
yang baik. Tetapi manusia mempunyai bagian dalamnya. Yang termasuk tokoh
jabariyah moderat adalah sebagai berikut:

1) An-Najjar, nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najar,


para pengiktnya disebut An-Najariyyah atau Al-Husainiyah.
Najjariyyah juga terbagi menjadi beberapa kelompok kecil
(Barghutsiyah, Za’faraniyah dan Mustadrikah), tetapi mereka tidak
berbeda dalam prinsip-prinsip pokok dalam aliran Jabariyah. Diantara
pendapat-pendapatnya adalah sebagai berikut;
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia
mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatan itu.
2. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat, akan tetapi ia menyatakan
bahwa Tuhan dapAt saja memindahkan potensi hati (ma’rifat)
pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan.
2) Adh-Dhirar, nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya
tentang perbuatan manusia sama dengan Husein An-najjar, bahwa

8
manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang,
manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak
sematamata dipaksa dalam melakukan perbuatannya. Mengenai ru’yat
Tuhan diakhirat, Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat
diakhirat melalui indera keenam.

2. Tokoh Qadariyah dan Pemikirannya

Menurut sebagian ahli sejarah, sebagaimana dikutip Aziz Dahlan bahwa


sumber awal paham Qadariah yang dikemukakan oleh seorang tokoh pemikir dan
penyebar pertama kali paham Qadariah ini ialah Ma’bad al- Juhani. Paham itu adalah
berasal dari seorang Kristen Irak yang bernama Abu Yunus Sansawiah yang masuk
Islam tapi kembali lagi menjadi Nasrani, setelah Ma’bad al-Juhani meninggal
terbunuh pada tahun 80 H. Tampillah Ghilan al-Dimasyqy. Untuk meneruskan usaha
menyiarkan paham itu dan ia melakukan banyak perdebatan untuk membela paham
tersebut.10

Diceritakan bahwa ketika kegiatan Ghilan dihentikan oleh Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz, maka terhentilah peredaran paham tersebut. Tetapi setelah khalifah itu
wafat, maka Ghilan al-Dimasyqy kembali lagi melanjutkan usahanya menyiarkan
paham tersebut untuk waktu yang cukup lama sampai ia dihukum bunuh oleh
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik yang memerintah pada tahun 105-125 H.

Dalam ajaran atau fahamnya Qadariah sangat menekankan posisi manusia


yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak
melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.

Pemahaman tentang Qadariah ini jangan dikacaukan dengan pemahaman


tentang sifat al-qudrah yang dimiliki oleh Allah swt. Karena pemahaman tentang sifat
Tuhan al-qudrah lebih ditujukan kepada upaya ma’rifat kepada Allah swt. sedangkan
paham Qadariah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki oleh manusia. Namun
terdapat perbedaan antara qudrat yang dimiliki manusia dengan qudrat yang dimiliki

10
Aziz Dahlan.

9
oleh Tuhan. Qudrat pada Tuhan adalah bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah
swt, tunggal, tidak berbilang, dan berhubungan dengan segala yang dijadikan objek
kekuatan, serta tidak berakhir dalam hubungannya dengan zat. Sedangkan qudrat
manusia adalah bersifat sementara, berproses, bertambah, berkurang bahkan bisa
hilang.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa paham Qadariah telah meletakkan


manusia pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika
manusia berbuat baik maka hal itu adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri serta
berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan memilih yang ia miliki. Oleh karena itu, jika
seseorang diberi ganjaran yang baik berupa surga di akhirat, atau diberi siksaan di
neraka, maka semuanya itu adalah atas pilihan sendiri.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan


bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan
Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia
tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan
kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat,
karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah
adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Qadariyah merupakan paham manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan
sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbiatannya. Atau manusia mempunyai
kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.
Latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak ada penjelelasan yang sarih.
Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah. Paham Jabariyah ini dalam sejarah teologi Islam ditonjolkan pertama kali
oleh al-Ja’d Ibn Dirham. Tetapi yang mengembangkannya kemudian adalah Jahm Ibn
Safwan dari Khurasan.
Tak dapat diketahui dengan pasti kapan faham Qadariyah timbul dalam
sejarah perkembangan teologi Islam. Tetapi menurut keterangan ahli-ahli Teologi
Islam, faham Qadariah kelihatannya ditimbulkan oleh pertama kali yaitu seorang yang
bernama Ma’bad al-Juhani. Menurut Ibnu Nabatah, Ma’bad al-Juhani dan temannya
Ghaylan al-Dimasyqi mengambil paham ini dari seorang Kristen yang masuk Islam di
Irak.
• Tokoh Jabariyah dibagi 2, Jabariyah Ekstrim dan Moderat. Tokoh Jabariyah Ekstrim
diantaranya: Jahm bin Shofwan, Ja’ad bin Dirham.
• Tokoh Jabariyah Moderat diantaranya: An-Najjar atau Husain bin Muhammad An-
Najar, Adh-Dhirar atau Dhirar bin Amr.
• Tokoh Qadariyah diantaranya: Ma’bad al-Jauhani, Ghilan al-Dimasyiqy.

11
B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, penulis berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama
dosen. Penulis hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datanganya dari diri
penulis sendiri. Dan jika ada kebenaran. Itu datangnya dari Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghurabi, Ali Musthafa, ‘Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyah’ 1958, 15

Aziz Dahlan, ‘Sejarah Pemikiran Perkembangan Dalam Islam’ Jakarta: Beunneubi Cipta
1987, 27-29

Hans Wahr, ‘A Dictonary of Modern Written Arabic , Mu’jam Al-Lugah Al-Arabiyah Al-
Mua’shirah’ Cet III Bairut: Libanon: Librarie: duliban, 1980, 745

Harun Nasution, ‘Teologi Islam’, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986, 33

Jhon M.Echols, ‘Kamus Inggris Indonesia’, Jakarta: Gramedia, 2006, 234-443

K. Ali, ‘Sejarah Islam Tarikh Pramodern’

Manna Khalil al-Qaththan, ‘Studi Ilmu-Ilmu Alqur’an, Diterjemahkan Dari "Mabahits Fi


Ulum Al-Qur’an’, Jakarta: Litera AntarNusa, 2004, 86

Rosihan Anwar, ‘Ilmu Kalam’, Bandung: Pustaka Setia 2006, 64

Tim, Enseklopedi Islam, ‘Jabariyah’ Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997, 239

13

Anda mungkin juga menyukai