Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN SYIAH DAN PEMIKIRANNYA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Ulpah Maspupah M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Siva Salsabila Umaroh 213110101037


2. Lilis Dini Trisnawati 214110101133
3. Asma Qonita 214110403004
4. Laila Kencana Putri 214110403013
5. Muhammad Jundulloh Alhaqiqiy 214110403052
6. Fajri Lianti Nurkhofiyah 214110403084

3 PBA A
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF.K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
A. PENDAHULUAN
Sejarah islam mencatat bahwa ada dua macam Aliran terbesar yaitu Aliran Sunni
dan Syiah.Perbedaan dalam bidang teologi islam memunculkan dua sekte besar ini yang
hingga saat ini tak pernah surut.Perbedaan antara unni dan syiaah terkait konsep
relativisme dalam memahami ayat-ayat Al-qur‟an dan Hadits.Salah satu contohnya
adalah hadits tentang “Ikutilah sunnahku dan sunnah para kholifah sesudahku”.dari hadits
ini paham sunnni berpendapat bahwa ada kewajiban untuk mengikuti para khalifah
ssetelah nabi,namun dalam konteks syiah mereka tidak menjalankan hadits tersebut
namun syiah menyakini adanya imamah dan tidak sebaliknya.Konsep imamah ini yang
kemudian memunculkan sekte-sekte dama teologi syiah sendiri.
Aliran Syiah seringkali terdengar dalam pemberitaan media
massa,elektronik,maupun dilingkungan sekitar.Syiah adalah salah satu aliran madzab
yang erat kaitanya dengan sejarah dan perpolitikan islam di masa lalu.Syiah sendiri
memiliki visi dan politikannya sendiri.
Banyak ahli sejarah berbeda pendapat mengenai sejarah munculnya aliran
syiah.dan pendapat termasyhur di kalangan umat islam adalah bahwa lahirnya aliran
syiah ketika perselisihan antara pihak Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan pada
peristiwa tahkim atau arbitrase.
Terkadang ketidak tahuan atau ketidak fahaman yang akhirnya membuat kita
mengambil kesimpulan secara sepihak. Oleh karenanya, makalah ini ditulis untuk
mengenal syiah lebih jauh bertolak dari pengertian, sejarah, ajaran, dan sekte Syiah
hingga perkembangan syiah di Indonesia. Semoga makalah sederhana ini dapat
memberikan gambaran yang utuh, obyektif, mengenai Syiah, yang pada gilirannya dapat
memperkaya wawasan kita sebagai seorang muslim tentang keanekaragaman madzhab
teologis di dalam Islam.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Syiah
Secara bahasa syiah berati pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan kepada ide,
individu atau kelompok tertentu. Dalam arti kata lain syiah dapat disandingkan juga
dengan kata tasyaiyu‟ yang berarti patuh atau menaati secara agama dan mengangkat
kepada orang yang ditaati itu dengan penuh rasa ikhlas tanpa adanya keraguan dalam
dirinnya.
Sedangkan secara istilah syiah memiliki banyak pengertian. Saat ini belum ada
pengertian yang mampu mewakili seluruh pengertian Syiah. Kesulitan ini terjadi karena
banyaknya sekte-sekte dalam paham keagamaan Syiah. Dalam Ensiklopedi Islam, Syiah
adalah sekelompok aliran atau paham yang mengidolakan Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya, yakni iman-iman atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi
Muhammad saw.
Akan tetapi pengertian ini dibantah oleh kelompok yang ada di luar Syiah karena
dipandang tidak dapat mewakili fakta yang sebenarnya. KH Sirojudin Abbas menilai
bahwa tidak semata-mata kelompok Syiah saja yang mencintai (mengidolakan) Ali bin
Abi Thalibtetapi kelompok Ahlu Sunnah juga mencintai Ali, dan bahkan seluruh umat
muslim juga mencintai ali dan keturunannya.
Muhammad Husain Thabathaba‟i dalam bukunya Syiah Islam memberikan
pengertian bahwa Syiah adalah salah satu aliran dalam islam yang berkeyakinan bahwa
yang paling berhak menjadi imam umat muslim sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah
keluarga Nabi saw sendiri yakni Ahlulbait. Dalam hal ini „Abbas bin „Abdul Muththalib
(paman Nabi saw) dan „Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw)
beserta keturunannya.
Menurut Syahrastani Syiah adalah kelompok masyarakat menjadi pendukung Ali
binAbi Thalib. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam dan khalifah
yang ditetapkan melalui nash dan wasiat rasulullah baik secara terang-terangan maupun
implisit, artinya bahwa imamah harus jadi jalur Ali dan jika terjadi dalam sejarah imam
bukan dari keturunan Ali hal itu merupakan kedzaliman dan taqiyah dari pihak keturunan

3
Ali, sehingga imamah menurut Syiah bukan hanya sebatas maslahat agama tetapi aqidah
yang menjadi tiang agama.
Multidefinisi tentang Syiah tidak terlepas dari konteks sejarah kemunculan Syiah
itu sendiri. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Syiah adalah orang-
orang yang mencintai ahlulbait kemudian tentang Syiah secara definisi berkembang
kerika dikaitakan dengan peristiwa abritase dalam persoalan khalifah Ali bin Abi Thalib.
Dimana pemaknaan syiah bukan hanya sebatas orang-orang yang mencintai ahlulbait
tetapi mereka orang-orang yang mencintai ahlulbait dan mendukung Ali bin Abi Thalib
terkait kekhalifahan. Kemudian secara teologis kepemimpinan Ali bin Abi Thalib juga
didukung dengan bukti autenik sejarah nabi dalam peristiwa yang terkenal “ghadir khum”
pemahaman ini dibantu dengan dua hadis lain yakni hadits Safinah dan hadits staqalin
dan kemudian munculah definisi Syiah menjadi sebuah madzab teologis dalam islam.

2. Sejarah lahirnya Aliran Syiah


Dalam bukunya al-Syi‟ah wa al-Tasyayyu‟, Ihsan Ilahi Zhahir mengutip sejumlah
pendapat dari kalangan syi„ah sendiri tentang awal kemunculan syi„ah. Beberapa
pendapat tersebut penulis kutip lagi sebagai berikut. Muhammad Al-Husain menyatakan
bahwa orang pertama yang meletakkan benih kesyi„ahan di ladang Islam adalah
pembawa agama itu sendiri (yakni Nabi Muhammad saw.). Selanjutnya Muhammad
Husein Al-Muzaffari menyebutkan bahwa dakwah kepada kesyi„ahan sudah dimulai
sejak Nabi Muhammad menyerukan kalimat Tauhid . Kedua tokoh syi„ah ini menyatakan
syi„ah sudah ada sejak awal Rasulullah menyerukan risalahnya. Sementara itu
Annubkhati, juga tokoh syi„ah menyatakan syi„ah muncul setelah nabi wafat . Sama
dengan Annubkhati, Hasan Ibrahim Hasan juga menyatakan bahwa umat Islam terpecah
menjadi dua kelompok yaitu syi„ah dan sunni sejak Nabi wafat . Ibn Al-Nadin
menyatakan syi„ah muncul sebelum perang Jamal.
Pendapat berikutnya, dan ini yang paling banyak dianut, adalah yang menyatakan
syi„ah muncul ketika terjadi perang Shiffin yang diakhiri dengan Tahkim. Pendapat ini
dinyatakan antara lain oleh Ibnu Hamzah, Abu Hatim dari golongan syi„ah; Ibnu Hazam
dan Ahmad Amin, termasuk Ihsan Ilahi Zhahir , dan Harun Nasution mendukung
pendapat ini. Pendapat-pendapat di atas sesungguhnya tidaklah saling bertolak belakang.

4
Pendapat tersebut dapat dipahami jika kita menelusuri lebih jauh bagaimana keadaan atau
kondisi yang terjadi sejak masa kenabian hingga masa para penggantinya (khulafa al-
rasyidin). Khusus mengenai pendapat beberapa kalangan dari syi„ah yang menyatakan
bahwa syi„ah sudah didakwahkan sejak dimulainya dakwah Islamiyah, menurut penulis
tidaklah benar. Sebab risalah tauhid yang didakwahkan Rasulullah bertolak belakang
dengan klaim tersebut. Mungkin pada masa Rasulullah memang ada sinyalemen kearah
paham mengutamakan keluarganya, namun sejumlah ayat al-Quran dan Hadits bertolak
belakang dengan sinyalemen syi„ah tersebut. Betapa al-Quran mengutamakan persamaan
manusia dihadapan Allah SWT, yang merupakan salah satu makna tauhid, yaitu tauhid
sosial. Sesaat setelah Rasullah SAW wafat, sejumlah sahabat yang memang sejak awal
bersimpati kepada Ali ibn Abi Thalib , berkeyakinan bahwa yang berhak menjadi
khalifah adalah Ali ibn Abu Thalib. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan adanya
keyakinan ini. Di antaranya adalah tradisi sosial budaya, khususnya tradisi kesukuan
yang tidak secara drastis hilang dengan terbentuknya komunitas keagamaan (ummah). Di
samping itu, dalam masalah penggantian Nabi ada yang berpandangan lebih bersifat
politis, sebaliknya ada juga yang memandangnya lebih bersifat keagamaan. Para
pendukung Ali beranggapan bahwa kepemimpinan harus berdasarkan keturunan dan hak
Ilahi serta bersifat keagamaan. Keyakinan para simpatisan dan pendukung Ali tersebut
ternyata tidak menjadi kenyataan ketika Abu Bakar terpilih untuk menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah SAW.
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, suksesi yang dilakukan di Saqifah Bani
Sa„ida itu berlangsung di saat jasad Rasulullah belum dimakamkan. Asghar Ali Enginer
mencatat bahwa saat itu telah terlihat beberapa orang mempunyai ambisi untuk
menggantikan Muhammad sebagai pemimpin umat Islam dan negara. Di samping itu,
kepentingan kelompok (muhajirin dan ansor) dan suku (Bani Hasyim, Quraisy, Aus dan
Khazraj) juga ikut mengedepan dalam proses suksesi (baiat atas Abu Bakar) tersebut, Ali
ibn Abi Thalib yang didukung oleh Bani Hasyim adalah keolompok minoritas, sehingga
peluangnya kecil.
Beberapa saat setelah pembai„atan Abu Bakar, Bani Hasyim yang dipimpin oleh Ali tidak
ikut membai„at. Namun karena tekanan dari Umar ibn Khattab, semua Bani Hasyim
menyerah, dan mengakui kekuasaan negara. Mereka hanya menolak Abu Bakar, bukan

5
maksud didirikannya negara). Pengakuan atau bai„at dari Ali tersebut dilakukan setelah
Fatimah wafat (, yaitu enam bulan setelah Abu Bakar dibai„at secara umum .
Akibat dari kondisi dimana Ali tidak mendapatkan haknya sebagai pengganti
Rasulullah sebagaimana keyakinan pendukungnya, mereka membentuk unsur inti
pertama syi„ah . Ada empat orang yang seluruh syi„ah menyebutnya dengan al-arkan al-
arba‟ah (empat pilar) yaitu Abu Dzarr b. Jundab al-Ghiffari, Ammr b, Yasir, Al-Miqdad
b.‗Amr, dan Salman al-Farisi. Namun setelah kekalahan pertama para pendukung Ali dan
pengakuan Ali sendiri terhadap jabatan Abu Bakr, enam bulan kemudian, kedaan menjadi
sedemikian rupa sehingga kecenderungan Syi„ah kehilangan perwujudannya yang
terbuka dan aktif. Periode kekhalifahan Abu Bakar dan penerusnya Umar ibn Khattab
dengan demikian menjadi salah satu "masa tidur" dalam sejarah syi„ah. Setelah Umar
meninggal, sentimen syi„ah kembali menemukan pengungkapan berupa protes-protes
yang dilancarkan para pendukung Ali ketika Usman dinyatakan sebagai khalifah ketiga.
Perlu dicatat bahwa jabatan itu pada mulanya ditawarkan kepada Ali dengan syarat dia
harus mengikuti preseden yang telah ditetapkan oleh kedua khalifah sebelumnya. Hal ini
ditolak oleh Ali, sementara Usman menerima syarat tersebut.

3. Perkembangan Aliran Syiah Dan Tokoh-Tokoh Syiah


Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin Abi
Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu muncul
perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal ini muncul dua
pendapat. Pendapat kelompok pertama yaitu imamah beralih kepada Ali bin Husein,
putera Husein bin Ali, sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih
kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.
Dalam sejarah perkembangannya Aliran Syiah terpecah menjadi beberapa aliran,yaitu :
1) Aliran Al-Zaidiyah
Al-Zaidiyah adalan para pengikut Zaid (112-741) bin Ali bin Ali Husain
yang dikenal sebagai pemberani berilmu luas dan kuat berargumentasi.
Keberaniannya itu mengantarkannya menuju kematian dalam rangka membela
dakwahnya yang kemudian masih terus dilanjutkan oleh para pengikutnya

6
sehingga mereka meraih keberhasilan mendapatkan banyak pengikut syiah
zaidiyah di sebagian daerah tabrasan, yaman,dan maroko hingga yaman.
Sekte Zaidiyah ini merupakan aliran yang paling bersikap tengah-tengah
dan yang paling dekat dengan Ahlu Sunnah. Mereka bisa menerima kekhalifahan
Abu Bakar dan Umar, walaupun mereka memprioritaskan bahwa yang jadi
khalifah adalah anak keturunan Fatimah yakni Al-Hasan dan Al-Husain.
2) Aliran syiah Imamiah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW
telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan penunjukan
yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan
kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka persoalan
imamah adalah salah suatu persoalan pokok dalam agama atau ushuludin.
Syiah Imamiah atau aliran yang sering disebut juga dengan Syiah Itsna
Asy‟ariyah yang bersumber sampai pada Al-Karamma Allah Wajhah, dan
berakhir kepada Muhammad Al-Mahdi dalam hal silsilah yang berjumlah 12
orang itu secara berturut-turut.Mereka memberlakukan tradisi Al-Taqiyyah dan
Al-Uzlah Al-Syyiasah (isolasi politik), dan teori tentang Al-Mahdi Al-Muntasar
merupakan buah tradisi ini. Meskipun demikian mereka tidak terlepas dari
kekejaman orang-orang Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah tetapi mereka selalu
memeberi perlawanan . Sekarang aliran ini merupakan mazhab resmi negara di
irak. Diirak dan india, mereka memiliki pendukung yang jumlahnya berjuta-juta
orang
3) Aliran Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa kepemimpinan
setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Aliran
ini merupakan pengikut dari Mukhtar bin Abi Ubaidilah as Tsaqafy. Mula-mula ia
pengikut khawarij, kemudian menjadi pengikut Abdullah bin Zubair di Makkah.
Setelah Abdullah Zubair terbunuh pada perang jamal, dia melarikan diri ke kufah
dan akhirnya di ba‟iat menjadi pengikut syiah.

7
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan khalifah yang
mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan
Perang Jamal.
4) Syiah Sab‟iyah
Syiah Sabiyah adalah Syiah pengikut Abdullah bin Saba, golongan syiah
sabiyah ini termasuk golongan syiah yang ” gullat” artinya syiah yang berlebihan
karena memercayai bahwa Nabi Muhammad akan kembali kedunia seperti Nabi
Isa. Merka meyakini bahwa Ali belum mati, tetapi bersembunyi dan akan lahir ke
dunia kembali,
Sekte Syiah Sabiyah mengakui tujuh imam yaiu Ali, Hasan, Husein, Ali
Zainal Abidin, Muhammad Al-Bakir, Jaffar As-Shadiq dan Ismail bin Shidiq,
Syiah Sabiyah disebut juga Syiah Ismailiyah. Syiah Ismaliyah beranggapan bahwa
Ali hingga Ismail bin Jaffar As-Shadiq yang lenyap dan akan keluar pada akhir
zaman, Syiah ini bayak tersebar di pakistan, murid Aga Khan.
Syi‟ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap
berlebih-lebihan atau ekstrim.Gelar ektrem (ghuluw) yang diberikan kepada
kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa
orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan ada juga beberapa orang yang
dianggap sebagai Rasul setelah Nabi Muhammad. Selain itu mereka juga
mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainnya seperti tanasukh, hulul
4. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Syiah
Aliran syiah tidak menyebut istilah rukun islam ,.dalam pengantar kepada
syiah ,Kasyif githa merinci pokok-pokok ajaran islan sebagai berikut : salat,
puasa, zakat, khumus, haji, jihad (syahadah) dan amar ma‟ruf nahi mungkar.sama
dengan kaum Mu‟tazilah dengan ushul al-Khamsah yang juga mencantumkan
konsep amar ma‟ruf nahi mungkar. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal
yang berkaitan dengan hal tersebut yang menurut Jalaluddin merupakan
karakteristik dan ciri khas mazhab Syi‟ah :

8
1. Konsep Imamah
Konsep Imamah merupakan salah satu fondasi keyakinan yang sangat
fundamental dalam ajaran mazhab Syi‟ah, dan pemimpinnya disebut Imamah.
Sementara dalam mazhab Sunni dikenal dengan istilah khalifah dan
pemerintahannya disebut khilafah. Konsep ini berawal dari keyakinan
mazhab Syi‟ah bahwa sebelum Rasulullah saw. Ia telah mewasiatkan kepada
Ali bin Abu Thalib untuk menggantikannya sebagai pemimpin. Hal ini
kemudian secara turun-temurun diyakini dan yang dikenal dengan Imam dua
belas bagi Syi‟ah Isna‟ Asyariyah.
Uraian tentang kepemimpinan Islam dalam pandangan Syi‟ah bertolak dari
konsep wilayah dan imamah. Wilayah adalah konsep luas yang meliputi juga
imamah dan wilayah bathiniyah, sedangkan imamah adalah kepemimpinan
(zia‟amah), pemerintahan (hukumah) dan riasah „ammah dalam urusan dunia
dan agama, yang terdapat pada diri Nabi Muhammad saw. dan para imam
sesudah Nabi
Jalaluddin menjelaskan bahwa setiap kelompok manusia harus
mempunyai Imam, apalagi sebuah kelompok masyarakat yang terbentuk
dalam lembaga negara. Nabi bukan sekedar pemimpin politik lanjut
Jalaluddin, ia juga pemimpin rohani. Seperti seorang guru yang meninggalkan
kelasnya, ia tidak akan menyerahkan penggantinya kepada pilihan
muridmuridnya.
Rasulullah saw. akan menunjuk orang yang menurutnya memenuhi
kualifikasi guru rohani dan pemimpin –umat sekaligus. Ali bin Abu Thalib
adalah imam Syi‟ah yang pertama. Mereka kemudian menyebut beberapa
ayat Alquran dan hadis yang menunjukkan wasiat Rasulullah saw. tentang Ali
dan tidak mungkin di sini kita mengutip argumentasi mereka. Selanjunya hal
itu dapat dibaca dalam buku; Dialog Sunni-Syi‟ah, oleh Syafruddin al-
Musawi cukuplah di sini dikatakan bahwa Ali pernah ditunjuk Rasululla
sebagai Khalifah, ketika Nabi saw. melancarkan perang Tabuk dan pada
peristiwa Ghadir Hum.Dalam kejadian ini Nabi saw. berkata tentang Ali:

9
“inilah saudaraku, sahabatku, khalifahku untukmu. Dengarkanlah dia dan
taatilah dia.”
Imam-imam sesudah Ali bin Abu Tahlib (al-Murtadha) yaitu: Hasan bin Al
(al-Mujtaba), Husain bin Ali (al-Syahid), Ali Zainal Abidin (al-Sajjad),
Muhammad bin Ali (alBaqir), Ja‟far bin Muhammad (al-Sadiq), Musa bin
Ja‟far (al-Kazhim), Ali bin Musa (alRidha), Muhammad bin Ali (al-Taqi), Ali
bin Muhammad (al-Naqi), Hasan bin Ali (alAsakir) Muhammad bin Hasan
(al-Mahdi al-Muntazar).
Imam kedua belas ini lahir pada 255H/869 M. dan sampai sekarang
masih hidup, tetapi berada di alam gaib. Pada suatu saat nanti Imam Mahdi
akan kembali lagi untuk menegakkan keadilan dan menghancurkan kezaliman
di muka bumi. Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi
Muhammad SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam
pengganti dengan penunjukan yang jelas dan
2. Wilayah al-Faqih
Menurut Murthadha Mutahhari, kata wala, walayah, wilayah wali,
maula dan derivasi lainnya, banyak sekali dalam Alquran. Sedangkan kata
kerja disebut 124 kali, dan sebagai kata benda disebut 112 kali. Ini
menunjukkan betapa pentingnya Alquran memandang penting masalah
wilayah. Dalam Alquran menurut Mutahhari, dibedakan antara dua jenis :
wala negatif dan wala positif. Umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan
wala positif, dan menghindari wala negatif.
Wala positif mempunyai dua bentuk, umum dan khusus. Yang khusus
dibagi lagi menjadi beberapa kategori: wala sebagai ahl al-bait, wala sebagai
imamah, wala sebagai kepemimpinan, dan wala sebagai kemampuan
mengendalikan atau mendominasi hal-hal yang dialami.
Sedangkan Wala negatif mengacu kepada hubungan Muslim dengan
orang kafir. Muslim adalah anggota umat Islam, suatu kesatuan politik dan
sosial. Non-Muslim adalah anggota masyarakat lain. Seorang Muslim tidak
boleh menjalin persahabatan, menunjukkan kesetiaan,

10
atau memberikan kepemimpinan kepada orang-orang kafir. Hal ini tidak
berarti bahwa musuh tidak boleh berbuat baik kepada mereka. Dalam hal ini
Mutahhari berkata; Posisi ini membuatnya esensial, sehingga kaum Muslimin
harus hati-hati dan bijaksana terhadap kaum bukan Muslim. Mereka harus
senantiasa ingat bahwa mereka berasal dari suatu masyarakat tauhid dan
sepenuhnya berbeda dengan masyarakat bukan Muslim. Namun, hal itu
tidaklah berarti bahwa kaum Muslim tidak boleh mengadakan hubungan
sosial, ekonomi, atau politik, dengan mereka. Yang perlu dicamkan dalam
benak ialah bahwa semua hubungan semacam itu harus selaras dengan
kepentingan menyeluruh masyarakat Muslim.
Sementara itu, prinsip-prinsip wilayah al-faqih didasarkan pada empat
dasar falsafi (philosophische grondslag) yaitu; 1) Allah adalah hakim seluruh
alam semesta dan segala isinya. 2) Kepemimpinan manusia (qiyadah
basyariyah) yang mewujudkan hakimiyah Allah di bumi ialah nubuwah. 3)
Garis imamah melanjutkan garis nubuwah dalam memimpin umat. 4) Para
fakih adalah khalifah para imam dan kepemimpinan umat dibebankan kepada
mereka
3.
5. Refleksi Ajaran Aliran Syiah kekinian
a. Perkembangan Syi‟ah Imamiyah di Indonesia
Di tinjau dari perjalanan sejarah, komunitas Syi‟ah di Indonesia dapat
dikategorikan dalam tiga generasi utama: Generasi Pertama, sebelum meletus Revolusi
Iran tahun 1979, Syi‟ah Imamiyah sudah ada di Indonesia. Mereka menyimpan
keyakinan itu untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga yang sangat terbatas. Karena
itu, mereka sangat bersikap eksklusif, maksudnya adalah para kaum Syi‟ah tersebut
belum punya semangat untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain.
Generasi kedua, didominasi oleh kalangan intelektual, kebanyakan berasal dari
perguruan tinggi. Tertarik kepada Syi‟ah sebagai alternatif pemikiran Islam. Dari segi
struktur sosial, generasi ini berasal dari kelompok menengah ke atas, kebanyakan
mahasiswa dan akademisi perguruan tinggi, banyak diantara mereka yang punya akses
kepada hubungan Internasional.

11
Generasi ketiga, kelompok ini mulai mempelajari Fiqh Syi‟ah,terutama oleh
lulusan Qom di Iran. Bukan lagi sekedar pemikiran,mereka cenderung berkonflik dengan
kelompok lain, bersemangat yang tinggi dalam menyebarkan ajarannya, cenderung
memposisikan diri sebgai representasi original tentang faham Syi‟ah dan atau sebagai
pemimpin Syi‟ah di Indonesia.
Meskipun penganut Syi‟ah sudah lama ada di Indonesia, namun kajian intelektual
dan pengkajian kelompok Syi‟ah mulai marak sejak Revolusi Iran tahun 1979. Mereka
aktif melalui berbagai kelompok diskusi, yayasan, lembaga pendidikan. Namun yang
paling aktif adalah kegiatan yang dikelola oleh lembaga yang berbentuk yayasan dan
kelompok diskusi. Diluar pulau jawa dikenal beberapa pusat kegiatan komunitas Syi‟ah
seperti di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Balikpapan, Sulawesi Selatan, dan di tempat
lainnya. Berikut beberapa contoh lembaga dan yayasan komunitas Syi‟ah yang di
temukan di Indonesia:
1. Ikatan Pemuda Ahlul Bait Indonesia (IPABI), Bogor
2. Islamic Cultural Center (ICC), Jakarata
3. Yayasan Al-Amin, Yogyakarta
4. Yayasan Al-Wahdah, Solo
5. Yayasan Al-Kautsar, Jawa Timur
6. Yayasan Muthahhari, Bandung
7. Yayasan Amali, Medan Sumatera Utara
8. Yayasan Ulul Albab, Aceh
9. Yayasan Sibtain, Riau
10. Yayasan Al-Qurba, Nusa Tenggara Barat

Selain aktif dalam organisasi, komunitas Syi‟ah di Indonesia sangat aktif


mengkomunikasikan dan mempromosikan faham-faham Syi‟ah memelalui jaringan situs
online dan penerbitan buku-buku yang bertemakan Syi‟ah dan ahlulbait. Yang kemudian
dapat menuntun pemahaman utuh mengenai dinamika pergerakan Syi‟ah dan pencapaian
tujuan politisnya.

12
b. Perkembangan Syi‟ah Imamiyah di Dunia
Memahami perkembangan Syi‟ah Imamiyah tidak terlepas dari dinamika
perkembangan Syiah diseluruh dunia. Keyakinan dan pemahaman serta ajaran yang di
kembangkan menunjukkan suatu benang merah. Pada era kontemporer, sejumlah faqih
Syi‟ah Imamiyah terkemuka eksis. Misalnya Ayatullah al-Uzhma Noori Hamedani,
Ayatullah al-Uzhma Mousavi Ardebili, Ayatullah al-Uzhma Gharvi
Aliari,Ayatullah al-Uzhma Saafi Golpayegani, Ayatullah al-Uzhma Seyd Mohammad
Sharoudi, Ayatullah Ali Misykini, Ayatullah Fadhil Lankarani. Kesemua faqih Syi‟ah ini
banyak menghasilkan karya-karya fiqih sembari mengajarkan ilmu fiqih diberbagai
kawasan Persia .
Selain pandangan fiqih mereka diikuti oleh banyak muqallid, tidak saja dari iran,
melainkan dari kawasan negara Islam, mereka menulis berbagai karya berupa Risalah
Amaliyah, sebagai penampung hasil Ijtihad fiqih mereka, agar para pengikut mereka
mudah mengetahui hukum-hukum hasil ijtihad mereka.Seperti disebut Muthahhari,
bahwa ada sejumlah fugaha Syi‟ah ternama di dunia fiqih dan ushul fiqih Syi‟ah, sebab
gagasan mereka sangat mempengaruhi fuqaha-fuqaha lain bahkan nama -nama mereka
sering disebut-sebut di dalam pelajaran-pelajaran dan kitab-kitab fiqih sepanjang sejarah.
Mereka antara lain, Ali bin Babwayh (w. 329 H), yang menulis sebuah kitab fatwa, Ibn
Jamid Iskafi (w. 381 H), Seykh Mufid (w. 413 H), yang menulis kitab fiqih bernama
Muqna‟ah dan kitab al-Naqd „ala ibn Junayd fi Ijtihad al-ra‟yi, Sayyid Murtadha (w. 436
H), ia amat dikenal sebagai Alamul Huda penulis kitab alintishar, syaikh Abu Ja‟far Tusi
(w. 460 H), beliau banyak menulis kitab fiqih dan ushul fiqih seperti kitab fi al-Ushul,
kitab al-Nahayah, kitab Masbut, dan kitab Khilaf.
Kaum Syi‟ah diperkirakan ada sekitar 10% dari keseluruhan umat Islam. Secara
umum mereka mempunyai ajaran yang berbeda-beda dengan sunni. Secara garis besar
kaum Syi‟ah terbagi tiga, Syi‟ah Itsna asyariyah (Imamiyah) yang menjadi paham resmi
pemerintahan di Persia semenjak masa pemerintahan dinasti Safawiyah (907/1501).
Warga negara Iraq sekitar 60% merupakan Syi‟ah Imamiyah. Sebagai
minoritas,mereka juga tersebar diberbagai wilayah seperti Afganistan, Libanon, Pakistan,
Syiria dan diberbagai Teluk.Berikutnya Syi‟ah Zaydiyyah, disebut juga Syi‟ah lima
imam. Mereka tersebar sebagin 40% warga Yaman. Kemudian Syi‟ah Isma‟iliyyah

13
disebut juga Syi‟ah tujuh imam yang pengikutnya sekitar dua juta orang, berpusat di
India dan juga Iran,Syria, dan Afrika Timur.Masing-masing juga memiliki cabang-cabang
kecil dan beberapa kali mereka aktif membangkitkan pemberontakan.
Sekte tertentu dari cabang Islam banyak terpengaruh oleh Syi‟ah yang umum
terutama ajaran Syi‟ah Isma‟iliyyah.Di tiga abad terakhir ini, mazhab Syi‟ah berkembang
dengan sangat pesat, khususnya setelah ia menjadi mazhab resmi Iran setelah
kemenangan Revolusi Islam. Begitu juga di Yaman dan Irak, mayoritas penduduknya
memeluk mazhab Syi‟ah. Dapat dikatakan bahwa di setiap negara yang penduduknya
muslim, akan ditemukan para pemeluk Syi‟ah. Di masa sekarang, diperkirakan bahwa
pengikut Syi‟ah di seluruh dunia berjumlah 300.000 .000 lebih.Syi‟ah dalam sejarah
Pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang muncul dikarenakan politik dan
seterusnya berkembang menjadi aliran Teologi dalam Islam.
Sejak meninggalnya Nabi Muhammad Saw dan terputusnya wahyu, masalah terus
muncul melingkupi kehidupan para sahabat, terutama pada persoalan hukum. Hukum
Islam merupakan refleksi logis dari pergumulan berbagai situasi aktual yang kemudian
melahirkan karya-karya figh. Dengan begitu, karakter fiqh yang lahir adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pada zamannya. Dalam bidang pemikiran hukum,
kalangan Syi‟ah punya Usul Fiqh tersendiri dan kaidah istinbat yang banyak

14
c. KESIMPULAN
Dari berbagai pendapat yang termashur Aliran syiah datang di kalangan kaum
muslimin ketika perselisihan antara pihak Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan
pada peristiwa tahkim atau arbitrase.Hali ini dikarenakan provokaktor yahudi yaitu Abdullah bin
Saba‟ yang membuat kaum muslimin sejak masa itu terpecah belah pendukung Ali bin Abi Thalib
secara khusus dengan fanatic yang disebut dengan kaum Syiah
Aliran Syiah adalah salah satu madzab teologis dalam islam yang menyakini bahwa
Ali‟Bin Abi Thalib dan keturunannya adalah imam-imam.Keimannannya termaksh melalui
wahyu dan wasita rasulullah saw,baik secara terang-terangan maupun implist.
kaum Syi‟ah meyakini kesatuan kepemimpinan yaitu kepemimpinan duniawi (sosial
pemerintahan) dan kepemimpian rohani (spiritual keagamaan). Tetapi yang menarik adalah
seleksi untuk menjadi seorang fakih yang sangat sulit dan ekstra ketat. Oleh karena itu, tidak
sukar menemukan di kalangan Syi‟ah seorang pemimpin elit birokrasi yang fakih dan mendalam
pengetahuan agamanya pada diri seseorang sekaligu

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, O. S. (2016). Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di Indonesia.


Jurnal Studi Al-Qur'an, 12(2), 217-237
Zulkifli, (2013). Syiah: Sejarah Kemunculan Dan Perkembangan Syia’ah , Jurnal
Khatulistiwa, No 2 Vol 3
Febrianti Mila (2020), Aliran Syiah Dan Pemikirannya , Jurnal MIMBAR, No.1 Vol.6
Nurdin Abidin Dkk, (2019) ,Ajaran-Ajaran Syiah ,Jurnal SIASAT 1-9
Nasution,Marlian.(2021). Syi’ah Imamiyah dan Perkembangan Hukum Islam, Jurnal
Theosofi dan Peradaban Islam.Vol. 3 N0. 1, Juni 2021

16

Anda mungkin juga menyukai