Makalah
Disusun guna untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Abdul Basith, S. Th.I., M.H.I
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Athaya Jauza Naswa (234110302111)
2. Luqman Hafidh (234110302127)
FAKULTAS SYARIAH
PURWOKERTO
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah Islam telah banyak dijelaskan tentang beberapa aliran atau sekte
yang perhubungan dengan persoalan teologi (paham-paham keagamaan). Syiah
merupakan sekte dalam teologi Islam yang keberadaannya tidak terbantahkan
sepanjang dikursus studi keislaman. Namun keberadaan ini tak jarang menjadi
polemik yang tak kunjung usai bahkan menjadi perdebatan yang berujung kepada
penyesatan. Hal ini bertolak dari perbedaan terkait konsep relativisme dalam
memahami ayat-ayat al Quran dan Hadits. Serta pokok-pokok ajaran Islam hingga
konsep imamah. Penelitian ini menggunakan metode library research dengan
menganalisis berbagai pemaparan para ahli terkait dikursus tentang syiah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis teologi syiah
mulai dari kemunculannya, sekte-sektenya, pokok ajarannya hingga
perkembangannya di Indonesia. Hasil ini menyimpulkan bahwa syiah adalah orang-
orang yang mencintai Rasulullah Saw dan ahlulbait pada perkembangan sejarah terms
tentang syiah mengalami perluasan pasca arbitrase. Salah satu ideologi syiah yang
paling fundamental terkait persoalan imamah. Konsep imamah ini yang kemudian
memunculkan berbagai sekte dalam syiah. Sekte-sekte yang ada kemudian
berpengaruh kepada pokok ajara dalam syiah itu sendiri. Dalam perkembangannya
syiah di Indonesia melalui berbagai tahapannya memberikan kontribusi yang sangat
signifikan dalam kehidupan keberagamaan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dan pemikiran aliran/sekte syi’ah?
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Syiah dari segi bahasa (etimologi) berarti pengikut, pecinta, pembela,
yang ditujukan kepada ide, individu atau kelompok tertentu.1 Syiah dalam arti
kata lain dapat disandingkan juga dengan kata tasyaiyu’ yang berarti
patuh/menaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang ditaati itu
dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan. Arti Syi’ah secara bahasa terdapat
dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya QS.As-Saffat:83 “Dan diantara
Syi’ahnya, adalah Ibrahim”.
Syiah Ali adalah pendukung atau pembela Ali. Syiah Mu‟awiyah adalah
pendukung Mu‟awiyah. Pada zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syiah
dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal. Kalau pada waktu
pemilihan khalifah ketiga ada yang mendukung Ali, tetapi setelah ummat Islam
memutuskan memilih Utsman bin Affan, maka orang-orang yang tadinya
mendukung Ali, berbaiat kepada Utsman termasuk Ali. Jadi belum terbentuk
secara faktual kelompok ummat Islam Syiah. Maka ketika terjadi pertikaian dan
peperangan antara Ali dan Mu‟awiyah, barulah kata “Syiah” muncul sebagai
nama kelompok ummat Islam. Tetapi bukan hanya pendukung Ali yang yang
disebut Syiah, namun pendukung Muawiyah juga disebut Syiah Mu‟awiyah.
1
Shihab, M. Quraish. 2007. Sunnah-Syiah Ber- gandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas
Konsep Ajaran dan Pemikiran. Tangerang: Lentera Hati.
3
kelompok Ali Bin Abi Tholib, yang membawa calon masing untuk menjadikan
khalifah Al-Rasul. Syiah adalah mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam.
Seperti telah disinggung, mazhab mereka tampil pada akhir masa pemerintahan
Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali Ali
berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat,
kekuatan beragama, dan ilmunya. Karena itu, para propagandis Syiah
mengeksplorasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-
pemikiran mereka tentang dirinya. 2
Syi’ah berawal pada sebutan yang ditujukan kepada pengikut Ali, yang
merupakan pemimpin pertama ahl al-Bait pada masa hidup Nabi sendiri.
Kejadian-kejadian pada munculnya Islam dan pertumbuhan Islam selanjutnya,
selama dua puluh tiga tahun masa kenabian, telah menimbulkan berbagai
keadaan yang meniscayakan munculnya kelompok semacam kaum Syi’ah di
antara para sahabat Nabi. 3
2
Jovial Pally Taran, Abdul Manan, Pengantar konflik aliran Sunni dan Syi’ahdalam sejarah
Islam:Studi Deskriptif Analitis pada Kerajaan Utsmaniyah dan safaliyah, Banda Aceh: Bandar Publishing,
July 2020
3
M. Thabathaba’i, Islam Syi’ah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: Temprint, 1989), hlm.
37.
4
bahkan Allah dalam al-Qur’an mendahulukan kaum muhajirin daripada kaum
Anshar. Sesudah perdebatan persoalan pemimpin itu, kemudian secara aklamasi
kedua belah pihak memilih Abu Bakar menjadi pemimpin mereka. Dengan
demikian hilanglah perselisihan paham dan umat Islam kembali bersatu. 4
Permasalahan kemudian muncul, ketika saat itu Ali tidak turut hadir
dalam sidang tersebut. Setelah mendengar pembaiatan Abu Bakar, nampak
ketidak puasan Ali bin Abi Thalib. Belakangan orang-orang yang menjadi
pengikut Ali, Abu Bakar dan Umar menelikung Ali sebagai khalifah. Timbullah
pendapat bahwa yang berhak memegang khalifah adalah keluarga Nabi, dan Ali
lah yang paling pantas. Karena ia adalah menanti Rasul, orang yang paling besar
jihadnya, paling banyak ilmunya, keluarganya adalah seutama-utama keluarga
Arab. Namun demikian, akhirnya Ali turut membaiat Abu Bakar sesudah
beberapa waktu berlalu. 5 Setelah Abu Bakar Wafat, khalifah dipegang oleh
Umar bin Khatab, banyak daerah yang bisa dikuasai pada masa Umar.
4
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam (Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 2009), hlm. 104-105.
5
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid....., hlm. 106.
5
Muawiyah menyuruh salah satu tentaranya untuk mengangkat mushaf di atas
lembing yang tinggi, sebagai tanda menyerah dan permintaan perdamaian.
Beberapa orang dari pasukan Ali merasa tidak puas atas keputusan damai
(tahkim) tersebut, sebab mereka merasa pasukan Ali hampir menumpaskan
pasukan pemberontak.
1) Kelompok Syi’ah, yaitu golongan yang memihak pada Ali dan kerabatnya
dan berpendapat bahwa Ali dan keturunannyalah yang berhak menjadi
khalifah.
6
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an, hlm. 121.
6
kelompok; sebagian dari mereka bersikap ekstrim, sehingga bisa dikatakan
doktrin mereka telah keluar dari ajaran Islam. Sedangkan, sebagian pengikut
Syi’ah lain bersikap moderat, sehingga hampir-hampir menyerupai kaum
ahlussunnah wa al-jama’ah.
C. Aliran-Aliran/Sekte Syi’ah
7
Slamet Untung, Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 158-159.
7
Sementara, Abu Zahrah menjelaskan bahwa kelompok ekstrim yang
karena keekstrimannya telah keluar dari Islam, sementara kelompok Syi’ah
dewasa ini menolak untuk memasukkan mereka dalam golongan madzhabnya.
Di antara aliran-aliran Syi’ah itu adalah sebagai berikut:
1. Saba’iyah
Aliran Syi’ah Saba’iyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’ seorang
Yahudi dari suku al-Hirah yang masuk Islam. Ia termasuk yang paling keras
menentang Utsman dan para pejabatnya. Ia mengembangkan pemikiran di
tengah- tengah masyarakat sebagaimana di muat dalam Taurat, setiap Nabi
mempunyai penerima wisatnya, dan Ali adalah penerima wasiat Muhammad.
Ketika Ali terbunuh, Abdullah berusaha merangsang kecintaan rakyat kepada Ali
dan perasaan menderita karena kehilangan Ali dengan cara menyebarkan
kebohongan- kebohongan. Di antaranya, bahwa yang terbunuh bukanlah Ali,
namun setan yang menyerupai Ali, sedangkan Ali naik ke langit sebagaimana
dinaikkannya nabi Isa ke langit. Yang lebih parah adalah keyakinan Sabaiyah
bahwa Tuhan bersemayam dalam diri Ali dan diri imam sesudah wafatnya. 8
2. Ghurabiyah
Aliran Ghurabiyah ini keyakinannya tidak sampai menempatkan Ali
sebagai Tuhan, akan tetapi lebih memuliakan Ali ketimbang Nabi Muhammad.
Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian seharunya jatuh kepada Ali, namun
Jibril salah menurunkan wahyu kepada Muhammad. Kelompok ini disebut
Ghurabiyah karena mereka berpendapat bahwa Ali mirip dengan Nabi
Muhammad, sebagaimana miripnya seekor burung gagak (ghurab), dengan
burung gagak lainnya. Pandangan aliran ini disanggah oleh Ibnu Hazim,
pandangan ini muncul karena ketidak tahuan mereka tentang sejarah dan
keadaan yang sebenarnya. Pada waktu Muhammad diangkat menjadi rasul Ali
masih kanak- kanak, belum pantas untuk mengemban risalah kenabian.
3. Kaisaniyah
Penganut aliran Kaisaniyah ini adalah pengikut al-Mukhtar ibn ‘Ubaid al-
Tsaqa. Al-Mukhtar asal mulanya berasal dari kalangan khawarij, kemudia masuk
8
M. Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996), hlm.40
8
ke dalam kelompok Syi’ah yang mendukung Ali. Nama Kaisaniyah berhubungan
erat dengan nama Kaisan, yang menurut satu kalangan adalah nama lain dari al-
Mukhtar. Aliran ini mempunyai keyakinan ketidak tuhanan para imam dari ahlul
bait sebagaimana yang dianut aliran Saba’iyah, namun didasarkan atas paham
bahwa seroang imam adalah pribadi yang suci dan wajib dipatuhi. Mereka
percaya sepenuhnya akan kesempurnaan pengetahuannya dan keterpeliharaannya
dari dosa karena ia merupakan simbol dari ilmu Ilahi. Para penganut aliran
Kaisaniyah juga berkeyakinan adanya doktrin bada’, yaitu keyakinan bahwa
Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan sebaliknya.
Dari segi makna Jabariah berarti memaksa. Dalam Syiah ada tiga dimensi
ajaran: akidah, akhlak, dan fiqih (syariat) sebagaimana pembagian yang
disepakati sebagian besar ulama Islam. Syiah telah memformulasikan akidah
dalam tiga prinsip utama, yaitu tauhid, kenabian, dan hari kebangkitan. Dari
prinsip dasar tauhid, muncul prinsip keadilan Ilahi, dari prinsip kenabian,
muncul prinsip imamah. Sebagian ulama memasukkan kedua prinsip ikutan di
atas, yakni keadilan dan imamah. Sistematika ini pada dasarnya mengikuti
kaidah idkhalul juz’ ilal kull (menyertakan yang particular kepada yang
universal). Dengan demikian, berkembang menjadi lima prinsip, yaitu: al-tauhid,
alnubuwwah, al-imamah, al-‘adl, dan al-ma’ad.
a. Tauhid
9
Nya. Syiah meyakini bahwa Allah Maha Esa. Esa dalam Zat-Nya, Esa dalam
sifat-Nya, dan Esa dalam af’al (perbuatan atau ciptaan)-Nya. Yang dimaksud Esa
dalam zat ialah bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang
menandingi-Nya, dan tidak ada yang menyamai-Nya. Esa dalam sifat, bahwa
sifat-sifat seperti ilmu, kuasa, keabadian, dan sebagainya menyatu dalam Zat-
Nya, bahkan adalah Zat-Nya sendiri. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat
makhluk, yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang lainnya..
Dalam pada itu, Syiah juga meyakini bahwa hanya Allah yang boleh disembah
(tauhid al-ibadah) dan tidak boleh menyembah kepada selain Allah (laa ta’buduu
illa iyyahu). Maka barang siapa menyembah selain Allah, dia adalah musyrik.
b. Kenabian
Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw. Adalah nabi terakhir dan
penutup para rasul. Tidak ada nabi atau rasul sesudahnya. Syariatnya ditujukan
kepada seluruh umat manusia dan akan tetap eksis sampai akhir zaman, dalam
arti bahwa universalitas ajaran dan hukum Islam mampu menjawab kebutuhan
manusia sepanjang zaman, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, siapa
pun yang mengaku sebagai nabi atau membawa risalah baru sesudah Nabi
Muhammad Saw. maka dia sesat dan tidak dapat diterima. Adapun adanya
sejumlah ayat yang mengesankan seolah-olah sejumlah nabi pernah berbuat dosa
difahami sebagai tarkal-awla, meninggalkan yang utama (meninggalkan sesuatu
yang lebih baik, bukan melakukan sesuatu yang buruk).
9
Ihsan Ilahi Zhahier, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Gerakan Syi’ah, (Bandung: Pt.
Al-Ma’arif, 1985). Hlm. 19.
10
Syiah juga meyakini bahwa para nabi dibekali oleh Allah dengan
mukjizat dan kemampuan mengerjakan perkara-perkara luar biasa dengan izin
Allah Swt., seperti menghidupkan orang mati oleh Nabi Isa a.s., mengubah
tongkat menjadi ular oleh nabi Musa a.s., dan memperbanyak makanan yang
sedikit oleh Nabi Muhammad Saw. Namun dari semua mukjizat itu, Al-Quran,
yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw.,adalah mukjizat terbesar
sepanjang masa. Karena itu, Syiah meyakini bahwa tidak seorang pun dapat
membuat kitab seperti Al-Quran atau bahkan sebuah surat sekalipun. 10
c. Al Imamah
Oleh karena itu, Syiah meyakini bahwa sesudah Nabi Muhammad Saw.
Wafat ada seorang imam untuk setiap masa yang melanjutkan misi Rasulullah
Saw. Mereka adalah orang-orang yang terbaik pada masanya. Dalam hal ini,
Syiah (Imamiyah) meyakini bahwa Allah telah menetapkan garis imamah
sesudah Nabi Muhammad Saw. Pada orang-orang Suci dari dzuriyat-nya atau
keturunannya, yang berjumlah 12.
10
Ahlul Bait Indonesia, Buku Putih Madzhab Syiah: Menurut Para Ulama Muktabar, (Jakarta,
Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2012), Hlm.19-21.
11
ibn Abu Thalib dan kemudian oleh Imam Hasan ibn Ali.
11
M. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas Konsep
Ajaran Dan Pemikiran, Hlm.83.
12
Tim Ahlul Bait Indonesia, Buku Putih Madzhab Syiah: Menurut Para Ulama Muktabar, Hlm.
22-26
12
akan menanggung akibat perbuatannya.
Dalam prinsip al-ma’ad (hari akhir), Syiah meyakini bahwa suatu hari
nanti seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dilakukan hisab
atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Yang berbuat baik akan mendapatkan
surga, sementara yang berbuat keburukan dimasukkan ke neraka. Syiah
meyakini bahwa tubuh dan jiwa atau ruh manusia bersama-sama akan
dibangkitkan di akhirat dan bersama-sama pula akan menempuh kehidupan baru,
sebab keduanya telah bersama-sama hidup di dunia, karena itu bersama-sama
pula harus menerima balasan yang setimpal, pahala atau hukuman. Syiah
meyakini bahwa pada hari kiamat nanti setiap orang akan menerima buku
catatan amalnya masing-masing.13 Orang shalih akan menerimanya dengan
tangan kanan, sementara orang fasik akan menerima dengan tangan kirinya.
Syiah meyakini bahwa di akhirat nanti akan ada timbangan amal dan
jembatan sirathal-mustaqim, yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka, yang
akan dilalui oleh setiap orang. Akan tetapi, untuk dapat selamat dari timbangan
atau mampu melewati jalan yang amat berbahaya itu bergantung pada amal
perbuatan manusia itu sendiri. Syiah meyakini bahwa para nabi, imam maksum,
dan wali-wali Allah akan memberi syafaat kepada sebagian pendosa dengan izin
Allah, sebagai bagian dari pemberian maaf Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Akan tetapi, izin itu hanya diberikan kepada orang orang yang tidak memutus
hubungan dengan Allah dan para kekasih-Nya. Dengan demikian, syafaat tidak
berlaku mutlak, tetapi dengan syarat-syarat tertentu, yang ada hubungannya
dengan amal dan niat kita. Syiah meyakini bahwa di antara alam dunia dan alam
akhirat ada alam ketiga yang disebut dengan alam barzakh, yaitu alam di mana
ruh manusia bersemayam di sana sesudah kematian hingga datang Hari Kiamat.
Di alam itu, orang yang salih akan hidup nikmat, sedangkan orang yang kafir
dan atau bejat akan hidup sengsara.
13
Abdur Razak Dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), Hlm.89
13
PENUTUP
Syiah adalah sebuah mazhab yang pertama kali muncul dalam Islam. Syiah
bermula dari keturunan mengenai siapa yang paling layak menjadi pemimpin setelah
Rasulullah SAW wafat. Kelompok Syiah muncul setelah terjadinya pertikaian dan
peperangan antara Ali dan Muawiyah. Ada beberapa aliran atau sekte dalam Syiah, di
antaranya Saba'iyah, Ghurabiyah, dan Kaisaniyah. Beberapa kelompok Syiah ekstrim
bahkan menempatkan Ali pada derajat kenabian atau bahkan keTuhanan, kelompok
Syiah moderat hampir menyerupai kaum ahlussunnah wa al-jama'ah. Terdapat
perbedaan pemikiran antara aliran-aliran Syiah, namun mereka semua mengagumi Ali
sebagai pribadi dan kedudukan istimewa di sisi Rasulullah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Jovial Pally Taran, Abdul Manan, Pengantar konflik aliran Sunni dan Syi’ahdalam
sejarah Islam:Studi Deskriptif Analitis pada Kerajaan Utsmaniyah dan
safaliyah, Banda Aceh: Bandar Publishing, July 2020
Slamet Untung, Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009).
M. Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996).
Ahlul Bait Indonesia, Buku Putih Madzhab Syiah: Menurut Para Ulama Muktabar,
(Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2012).
Abdur Razak Dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006).
15