Azidni Syuhada
ABSTRAK
Sejarah mencatat, bermula dari perpecahan politik yang terjadi, pada kelanjutannya melahirkan
aliran-aliran teologi dalam Islam. Aliran yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah Khawarij yang
muncul sebagai pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri sebagai bentuk protes
terhadap keputusan Ali dan pada saat yang sama muncul golongan yang setia mendukung Ali yang
terkenal dengan nama Syi’ah, yang dalam perkembangannya hadir sebagai sebuah aliran yang memiliki
konsep dan ajaran sendiri. kelompok Syi’ah sangat selektik menerima riwayat-riwayat dari sahabat dan
menjustifikasi hadis-hadits yang hanya bersumber dari Imam ahlulbait yang memiliki validitas absah.
Diantara para pendukung setia Ali diantaranya adalah : Salman al-Farisi, Ammar ibn Yasir, Abu Dzar
al-Gifffari, al-Miqdad ibn al-Aswad, Jabir ibn Abdillah, Ibn Taihan, Abdullah ibn Mas’ud Huzaifah ibn
al-Yaman dan Abu Rafi’. Sebaliknya tidak jarang mereka men-jarh dan menolak hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh mayoritas sahabat secara berlebihan seperti Abu Hurairah, Samurah ibn Jundub, Amr
ibn al-Ash, al-Mughirah ibn Su’bah dan lain sebagainya. Syi’ah memiliki 5 pokok ajaran, yaitu : At-
Tauhid, Al-Adl, An Nubuwwah, Al-Imamah dan Al-Ma’ad. masuknya Syi’ah di Indonesia melalui 4
tahap, yaitu : Tahap pertama, bersamaan dengan masuknya Islam diIndonesia, tahap kedua, Si’ah masuk
ke Indonesia setelah revolusi Iran, tahap ketiga, Syi’ah masuk melalui intelektual Islam Indonesianyang
belajar di Iran dan tahap keempat, Syi’ah masuk ke Indonesia melalui pendirian Organisasi Ikatan
Jama’ah Ahlulbait Indonesia.
1
Tsaqifah adalah balai pertemuan di Madinah yang digunakan untuk membahas suatu masalah umum.
Syi’ah memiliki kecintaan terhadap Ali dan Ahlul Bait. 2Dan kecintaan itu kemudian berkembang
setahap demi setahap yang pada akhirnya menjadikan Syi’ah sebagai sebuah mazhab atau aliran yang
memiliki ajaran-ajaran tersendiri dalam bidang politik, fiqih dan bidang lainnya. Dalam
perkembangannya, Syi’ah dapat diterima oleh banyak kalangan namun dengan banyak perbedaan dan
perpecahan yang melahirkan sekte itu sendiri. Tetapi sekalipun Syi’ah terpecah kepada beragam sekte,
namun mereka mempunyai keyakinan yang sama pada umumnya yang merupakan cirri Syi’ah secara
menyeluruh.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Sejarah kemunculan aliran Syi’ah
2. Tokoh-tokoh Syi’ah
3. Pokok pemikiran akidah Syi’ah
4. Kemunculan Syi’ah di Indonesia
Sedangkan manfaat yang bisa diambil dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah aliran Syi’ah
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam Syi’ah
3. Untuk mengetahui pokok pemikiran akidah Syi’ah
4. Untuk mengetahui bagaimana kemunculan Syi’ah di Indonesia
2
Ahlul Bait adalah mereka yang haram menerima zakat dan sedekah karena kekerabatannya dengan Rasulullah atau lebih
jelasnya seperti keturunan Rasulullah,para istri beliau dan semua muslim/muslimah dari keturumam Abdul Muthalib yakni Bani
Hasyim.
B. METODE PENELITIAN
Tahapan-tahapan metode penelitian makalah ini akan dijelaskan sebagai berikut. Sebelum
menjelaskannya secara lebih rinci, dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan atau literature. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
yakni : pertama, penulis mengumpulkan sumber atau data-data yang terkait dengan tema makalah
tersebut melalui penelitian pusaka. Sumber-sumber tersebut diperoleh dari materi yang diberikan oleh
dosen dan artikel maupun jurnal yang bersifat online. Selain itu, penulis juga memanfaatkan media
tekhnologi informasi seperti internet, Google Scholar dan Google Books.
Langkah kedua, penulis melakukan kritik atau analisis setelah melakukan penelusuran sumber
sebagaimana penjelasan diatas, kemudian penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah
diperoleh tadi, dengan cara melihat asal sumber dan menyeleksi sumber-sumber tersebut. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah sumber tersebut cocok dan layak apabila digunakan dalam makalah ini.
Langkah ketiga, penulis menyajikan keseluruhan dari isi penelitian ini dalam bentuk uraian yang
disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana.
C. PEMBAHASAN
1. Sejarah Kemunculan Alirah Syi’ah
Syi’ah menurut bahasa berarti sahabat atau pengikut. Pengertian Syi’ah juga dikatakan
sebagai nama bagi skelompok orang yang menjadi pendukung atau pengikut Ali bin Abi Thalib.
Menurut Drs. Nourozzaman Shiddiqi, MA dalam (Prof. Dr Sukirman : Tauhid dan Ilmu Kalam :
hal. 107 ), mengemukakan bahwa para pengikut atau pendukung Ali ini tidak pernah mau menerima
penamaan diri mereka dengan Syi’ah, sebagai satu golongan atau sekte. Kaum sunnilah yang
memberi nama Syi’ah kepada mereka sebagai suatu ejekan .3Bisa disimpulkan bahwa syi’ah tidak
pernah menamakan diri mereka dengan sebutan syi’ah. Namun, pemberian nama itu muncul dari
kaum sunni.
Akar permasalahan umat Islam, termasuk muncuklnya mazhab Syi’ah bermula dari
perselisihan mereka terkait siapa yang paling layak menjadi pemimpin setelah Rasulullah wafat.
Sebab sebelum Rasul wafat, beliau tidak menentukan siapa pengganti beliau. Sementara kaum
muslimin merasa perlu mempunyai seorang khalifah yang dapat mengikat umat islam dalam suatu
ikatan kesatuan. Mereka berpendapat bahwa kaum Ansharlah yang paling layak menjadi pengganti
Rasul, lalu mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin. Di waktu yang sama, Umar
mengajak Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Ketiganya berangkat ke pertemuan kaum
Anshar. Dihadapan kaum Anshar, Abu Bakar berpidato tentang keistimewaan kaum Anshar dan
kaum Muhajirin, diantaranya adalah bahwa bangsa Arab tidak akan tunduk kecuali kepada kaum
Muhajirin, bahkan Allah mendahulukan kaum Muhajirin daripada kaum Anshar di dalam Al-
Qur’an. Setelah perdebatan tentang pemimpin tersebut, akhirnya kedua belah pihak setuju bahwa
Abu Bakar lah yang akan di angkat menjadi khalifah.4
3
Sukirman, Tauhid dan Ilmu kalam, (Medan : Perdana Mulya Sarana, 2021), hal. 107
4
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Jakarta : Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 104-
105
Permasalahan kemudian muncul, ketika saat itu Ali tidak muncul di tempat pertemuan
tersebut. Setelah mendengar pembaiatan Abu Bakar, nampak tidak puasan Ali. Timbullah pendapat
bahwa yang berhak memegang khalifah adalah keluarga Nabi dan Ali lah yang paling pantas.
Karena ia adalah menantu Rasul, orang yang paling besar jihadnya, paling banyak ilmunya,
keluarganya adalah seutama-utama keluarga Arab. Meskipun demikian, akhirnya Ali ikut membaiat
Abu Bakar setelah beberapa hari berlalu.
Setelah Abu Bakar wafat khalifah dipegang oleh Umar bin Khattab, banyak daerah yang bias
dikuasai oleh umar pada masa itu. Setelah Umar terbuuh, yang kemudian menjadi khalifah adalah
Utsman bin Affan. Namun, pada masa kekhalifahannya Bani Umayyah mengambil manfaat bagi
mereka sendiri. Ustman merasakan bahwa Bani Umayyah benar-benar ikhlas dan membantunya
dengan penuh kejujuran sehingga, Utsman banyak mengangkat pejabat pemerintahan dari Bani
Umayyah. Masyarakat muslim melihat Utsman menempuh jalan lain yang ditempuh dua khalifah
sebelumnya. Muncullah ketidakpuasan atas kepemimpinan Utsman sehingga Utsman akhirnya
terbunuh.
Sayyidina Ali akhirnya dibaiat oleh sebagian besar kaum muslimin, termasuk mayoritas kaum
Muhajirin. Namun, beberapa sahabat Nabi ada yang enggan membaiat Ali, yaitu Zubair dan
Talhah., Dengan persetujuan Aisyah keduanya menentang Ali dan berkecamuklah perang Jamal
antara pasukan Ali dan pasukan Aisyah, Zubair dan Talhah gugur dalam pertarungan tersebut.
Disisi lain, Mu’awiyah dari keluarga Mu’awiyyah yang menjadi Gubernur Syam, menuntut Ali
untuk mengusut secara tuntas dan menghukum orang yang membunuh Utsman. Atas ketidakpuasan
Bani Umayyah ini, Mu’awiyyah akhirnya memberontak khalifah Ali. Akhirnya terjadilah
pertempuran dilembah Siffin yang akhirnya diberi nama perang Sifffin. Pada akhir pertemuan,
pihak Ali hamper memenangkan pertempuran, namun pihak Mu’awiyyah meminta salah satu
tentaranya untuk mengangkat mushaf di atas tebing yang tinggi sebagai tanda menyerah dan
permintaan perdamaian. Beberapa orang dari pasukan Ali merasa tidak puas atas keputusan damai
(tahkim) tersebut, sebab mereka merasa pasukan Ali hamper menumpaskan pasukan pemberontak
tersebut5.
5
Ahmad Atabik, Melacak Historitas Syi’ah, vol. 3, No. 2, (Ilmu Akidah dan Sudi Keagamaan, 2015), hal. 331
Akibat dari peristiwa tahkim ini bukan berujung perdamaian, namun malah menimbulkan
faksi-faksi yang memecah umat Islam kedalam 3 kelompok. Yaitu :
1. Kelompok Syi’ah, yaitu golongan yang memihak kepada Ali dan kerabatnya. Mereka
berpendapat bahwa Ali dan keturunannya lah yang berhak menjadi khalifah.
2. Kelompok Khawarij, yaitu golongan yang menentang Ali dan Mu’awiyyah, mereka
berpendapat bahwa tahkim itu menyalahi prinsip agama.
3. Kelompok Murji’ah, yaitu golongan yang menggabungkan diri kepada salah satu pihak
dan menyerahkan hokum pertengkaran tersebut kepada Allah SWT.
Kelompok Syi’ah mula-mula adalah orang-orang yang mengagumi Sayyidina Ali, sebagai
pribadi dan kedudukan istimewa di sisi Rasulullah, sehingga ia mempunyai pengaruh yang besar
dan muncullah rasa cinta sebagai kaum muslimin kepadanya. Namun, kecintaan itu berubah
menjadi fanatisme yang buta di 2 abad selanjutnya. Sehingga menjadi perbedaan yang besar antara
pandangan sekelompok sahabat tersebut terhadap Ali dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh kaum
Syi’ah 2 abad kemudian. Misalnya, kelompok sahabat pecinta Ali tersebut tidak mungkin dinamai
Syi’ah dalam artian istilah yang dikenal sekarang. Meskipun mereka mencintai Ali melebihi
kecintaan kepada sahabat lainnya. Mereka juga membaiat para khalifah yang telah disepakati oleh
para sahabat pada waktu itu.6 Syi’ah Ali yang muncul pertama kali pada era kekhalifahan Ali Bin
Abi Thalib ra, bias disebut sebagai pengikut setia khalifah yang sah pada saat itu melawan pihak
Mu’awiyah dan bersifat cultural bukan bercorak akidah seperti yang dikenal pada masa sesudahnya
hingga sekarang.7
6
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-tafsir Al-Qur’an: Perkenalan dengan metodologi Tafsir, (Bandung: Penerbit Pusaka,
1987), hal. 121
7
KH. Ma’ruf Amin, dkk., Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, (Depok: GEMA INSANI),
hal. 17.
2. Tokoh-tokoh Syi’ah
Kemelut Syi’ah dalam literature Islam berawal dari pengambilan hak kepemimpinan Ali oleh
Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan puncaknya pada zaman Utsman bin Affan sampai Ali bin Abi
Thalib sendiri. Konstelasi politik yang tidak terkendali kemudian menjadi perpecahan dalam bidang
politik, akidah, fiqih dan akhlak. Perseteruan dalam ranah politik pada akhir kekuasaan al-Khulafaur
Rasyidin dengan riak-riaknya menstimulus kelompok Syi’ah secara khusus mengapresiasi hadis-
hadis riwayat ahlulbait dan pengikut setia Ali.
Pada perkembangan berikutnya, kelompok Syi’ah sangat selektik menerima riwayat-riwayat
dari sahabat dan menjustifikasi hadis-hadits yang hanya bersumber dari Imam ahlulbait yang
memiliki validitas absah. Diantara para pendukung setia Ali diantaranya adalah : Salman al-Farisi,
Ammar ibn Yasir, Abu Dzar al-Gifffari, al-Miqdad ibn al-Aswad, Jabir ibn Abdillah, Ibn Taihan,
Abdullah ibn Mas’ud Huzaifah ibn al-Yaman dan Abu Rafi’. Sebaliknya tidak jarang mereka men-
jarh dan menolak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh mayoritas sahabat secara berlebihan seperti
Abu Hurairah, Samurah ibn Jundub, Amr ibn al-Ash, al-Mughirah ibn Su’bah dan lain sebagainya.
Mereka inilah seperti Abbas, Salman, Abu Dzar, Miqdad dan Ammar setelah mengetahui
tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Mereka mengajukan protes terhadap musyawarah dan
pemilihan dalam pengangkatan khalifah dan juga terhadap mereka yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pemilihan itu. Bahkan mereka juga menunjukkan bukti-bukti dan alas an-alasan mereka,
tetapi jawaban yang mereka terima adalah bahwa kesejahteraan kaum Muslimin terancam dan jalan
keluarnya adalah seperti apa yang telah dilakukan. Protes dan kecaman inilah yang memisahkan
kaum minoritas pengikut Ali dan kaum mayoritas serta menjadikan pengikut-pengikutnya yang
dikenal masyarakat sebagai partisan atau Syi’ah Ali. Kekhalifahan pada masa itu tidak menghendaki
adanya sebutan seperti itu, terhadap minoritas Sy’ah sebab hal itu berarti memecah belah umat Islam
kedalam dua kelompok, yaitu mayoritas dan minoritas.8
8
Helmi Chandra,dkk., Pengaruh Politik Syi’ah dan Sunni Terhadap Perkembangan Ilmu Hadits, (Depok: PT.
RajaGrafindo Persada, 2021), hal. 35-37
3. Pokok Pemikiran Akidah Syi’ah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh pengikutnya, yaitu :
a. At-Tauhid
Kaum Syi’ah juga meyakini bahwa Allah itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak
beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk-Nya. Namun, menurut
mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada
pada Allah. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hay (hidup), murid
(berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaly baq (tidak berpemulaan dam kekal),
mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah
yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yng tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini
diantaranya berjisim, bias dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan
tambahan dari Dzat yang telah dimiliki-Nya.9
b. Al-‘Adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Menurut mereka,
semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu yang akan dicapai,
sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah SWT. adalah baik.
c. An-Nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum
muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus Nabi dan Rasul untuk membimbing umat
manusia. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya
yaitu 124 orang. Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad yang merupakan Nabi yang paling utama
dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah orng yang suci dari segala keburukan, para
Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi
Rasul.
d. Al-Imamah
9
Abu Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), cet. Ke-2, hal. 94
Bagi kaum Syi’ah, imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia. Ia
merupakan pengganti Rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan hudud (hukuman terhadap
pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah
yang harus menjadi pemimpin adalah seorang imam, dan bagi pemimpin yang selain imam
adalah pemimpin yang illegal dan tidak wajib ditaati. Oleh karena itu mereka menganggap
pemerintahan setelah wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali bin Abi Thalib) tidak sah.
Disamping itu, imam dianggap mas’um, terpelihara dari dosa sehingga imam tidak berdosa serta
perintah dan larangan, tindakan maupun perbuatannya tidak boleh dikrtitik dan diganggu gugat.
e. Al-Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan berarti tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat. Kaum
Syi’ah sepenuhnya percaya bahwa hari kiamat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka,
manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya keseluruhan dan akan dikembalikan ke asalnya baik
daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus
mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup didunia
dihadapan Allah SWT. pada saat itu juga Tuhan memberikan pahala bagi orang yang beramal
shaleh dan menyiksa orang yang telah berbuat kemaksiatan.
D. KESIMPULAN
Syi’ah adalah sebuah aliran atau madzhab dalam agama islam yang berawal dari sebuah
pendukung atau simpatisan daripada Imam Ali bin Abi Thalib dan keturunannya yang seiring
berjalannya waktu berubah menjadi sebuah aliran atau madzhab yang memiliki keyakinan dan ajaran
tersendiri yang berbeda dengan madzhab-madzhab yang lain seperti dalam Aqidah, Tauhid, dan
masalah Fiqhiyah. Diantara para pendukung setia Ali adalah: Salman Al-Farisi, Ammar ibn Yasir,
Abu Dzar Al-Ghiffari, Al-Miqdad ibn al-Aswad, Jabir Ibn Abdillah, Ibn Taihan, Abdullah ibn
Mas’ud Huzaifah ibn al-Yaman dan Abu Rafi’. Syi’ah sendiri memiliki 5 pokok pemikiran yang
menjadi pembeda dengan kelompok lainnya, yaitu: At-Tauhid, Al-‘Adl, An-Nubuwwah, Al-Imamah
dan Al-Ma’ad. Syiah tersebar keberbagai negara termasuk di Indonesia, masuknya Syi’ah di
Indonesia melalui beberapa fase dan sampai saat ini kita masih dapat menemukan aliran Syi’ah di
Indonesia di berbagai tempat.
E. DAFTAR PUSTAKA
10
Moh. Hasim, Sejarah Timbul dan Perkembangannya Syi’ah di Indonesia, vol. 11 (Multikultural & Multireligius, 2012),
hal. 29-31
Amin M.,dkk. Mengenai dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia. Depok: GEMA
INSANI.
Attabik A., “MELACAK HISTORITAS SYI’AH” : Ilmu Akidah dan Studi Keagamaan, Vol. 3 No. 2
(2015).
Ash-Shiddiqiey H. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. Jakarta: Pustaka Rizki Putra.
Basuni F.M. 1987. Tafsir-tafsir Al-Qur’an: Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Bandung:
Penerbit Pusaka.
Candra H.,dkk. 2021. Pengaruh Politik Syi’ah dan Sunni terhadap Perkembangan Ilmu Hadits.
Depok: PT. RajaGrafindo Persada.
Hasim,M., “SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA SYI’AH DI INDONESIA”: Multikultural &
Multireligius (2012).
Razak A. dan Rosihan A. 2006. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Sukirman. 2021. Tauhid dan Ilmu Kalam. Medan: Perdana Mulya Sarana.
DAFTAR PUSTAKA