Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TOKOH, LATAR BELAKANG DAN PEMIKIRAN KALAM SYIAH


ILMU KALAM

DOSEN PEMBIMBING
Syukron Mamun.M.PdI
Di susun oleh
KELOMPOK 9
Siti Maryam
Izazun Nadwah
Nur hanifah
Muhammad Imam muzahidin
Muhammad Aldiansyah
Falakhulromdhoni Jidan

IAIN LAAROIBA CIBINONG


FAKULTAS TARBIYAH DAN PENDIDIKAN
2022/2023
Kata pengantar

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Tokoh,latar

belakang dan pemikiran kalam syiah. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan

kepada nabi Muhammad SAW, para keluarga sahabat-sahabat dan para pengikut-pengikutnya

sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini Dapat berguna bagi kami semua dalam

memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu kalam dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah

ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun

khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan

tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat

membangun kepada para pembaca guru perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya

milik Allah SWT semata.

Cibinong 4 Oktober 2022

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Syiah merupakan sebutan yang dilekatkan bagi mereka pengikut setia

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh „anhu, sepupu sekaligus menantu Rasulullah

ShallᾱAllᾱh „alayh Wasallam. Untuk asal usul kelahiran Syiah terdapat ragam pendapat

mengenai hal tersebut, dan pendapat yang paling populer mengatakan bahwa Syiah

muncul setelah terjadinya kegagalan perundingan antara pihak Khalifah Ali bin Abi

Thalib Radhiya Allᾱh „anhu dengan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang

Shiffin

B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini yang menjadi rumusan masalah yaitu

1. Siapakah tokoh-tokoh pendiri aliran Syiah

2. Mengetahui latar belakang pemikiran Syiah

3.

C. Manfaat penulisan

Dengan di buatnya makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat baik untuk pembaca

maupun untuk penulis sendiri dan juga bisa di gunakan sebagai mana mestinya. Dan

terlebih lagi kita bisa mengetahui tokoh-tokoh syiah dan mrngrtahui pemikiran belakang

syiah

BAB II
A. TOKOH-TOKOH SYIAH

Syiah merupakan salah satu aliran dalam ilmu kalam yang menjadi pengikut Ali bin Abi

Thalib. Secara bahasa, Syiah berasal dari bahasa Arab yang berarti pembela atau pengikut

seseorang.

Aliran syiah memiliki perbedaan pandangan yang tajam dalam menafsirkan Alquran,

Hadis, dan lainnya. Contohnya, perawi Hadis dari Muslim Syiah berpusat pada perawi dari Ahlul

Bait saja, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Berikut tokoh-tokoh syiah

1. Abu Dzar al Ghiffari

2. Miqad bin Al aswad

3. Ammar bin Yasir dan sejumlah ulama yang menyatakan diri sebagai keluarga Nabi

Muhammad saw (Ahlul Bait).

Syiah telah terbagi dalam kelompok yang jumlahnya hampir tak terhitung. Secara umum

mereka terbagi menjadi empat golongan, yaitu:

1. Syiah ghulat

Ghulat berasal dari bahasa arab (Bahasa Arab: ‫الغلو‬Ghuluw) yaitu keluar dari batas yang

ditentukan atau menempatkan sesuatu tempat dari ketentuannya, dan merupakan lafadz umum

yang digunakan untuk menyebutkan sebagian kelompok dan gerakan pemikiran islam yang telah

menyimpang dari ushuluddin (pokok-pokok ajaran islam).


Ghulat juga dianggap sebagai "ekstremis" adalah istilah yang digunakan dalam

teologi Syi’ah untuk menggambarkan beberapa kelompok muslim minoritas yang mengakui sifat

ketuhanan yang ada pada tokoh mereka, bukan hanya keturunan dari Nabi Muhammad (Ahlul

Bait), atau memegang keyakinan yang dianggap sesat oleh sebagian besar syi'ah. Dalam periode-

periode berikutnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kelompok Syi'ah yang tidak

diterima oleh Zaidiyah, Imamiyah, dan terkadang Ismailiyah.

2. Syiah Ismailiyah

Kelompok ini tersebar di banyak negara, seperti Afganistan, India, Pakistan, Suriah,

Yaman, serta beberapa negara barat, yakni Inggris dan Amerika Utara.

Kelompok ini meyakini Ismail, putra Imam Ja'far Ash-Shadiq, adalah imam yang

menggantikan ayahnya, yang merupakan imam keenam dari aliran Syiah secara umum. Ismail

dikabarkan wafat lima tahun sebelum ayahnya (Imam Ja'far) meninggal dunia.

Namun menurut kelompok ini, Ismail belum wafat. Syiah Ismailiyah meyakini kelak Ismail

akan tampil kembali di bumi sebagai Imam Mahdi.

3. Syiah az - zaidiyah

Ini adalah kelompok Syiah pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin

Husain bin Ali bin Abi halib r.a. Zaid lahir pada 80 H dan terbunuh pada 122 H. Zaid dikenal

sebagai tokoh yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan semena-mena yang diterapkan

Yazid, putra Muawiyah pada zaman Bani Umayyah.


Kendati golongan ini yakin kedudukan Ali bin Abi Thalib ra lebih mulia ketimbang Abu

Bakar, Umar, dan Utsman, mereka tetap mengakui ketiganya sebagai khalifah yang sah.

Lantaran masih menganggap tiga sahabat nabi yang lain, Syiah Az-Zaidiyah dinamakan Ar-

Rafidhah, yakni penolak untuk menyalahkan dan mencaci.

Dalam menetapkan hukum, kelompok ini menggunakan Al-Quran, sunah, dan nalar.

Mereka tidak membatasi penerimaan hadis dari keluarga Nabi semata, tetapi mengandalkan juga

riwayat dari sahabat-sahabat Nabi lainnya.

4. Syiah Istna Asyariah

Syî‟ah Itsna „Asyariyah ialah Syî‟ah dua belas/Syî‟ah Imâmiyah karena menjadi dasar

akidahnya persoalan imam dalam arti pemimpin religo politik kata Imâmiyah mengacu kepada

mereka yang mewajibkan dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin

muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini adalah yang terbesar di

dalam Syî‟ah. Urutan imam mereka yaitu: 1. Alî bin Abî Thâlib (600–661), juga dikenal dengan

Amirul Mukminîn 2. Hasan bin Alî (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3. Husain

bin Alî (626–680), juga dikenal dengan Husain al-Syâhid 4. Alî bin Husain (658–713), juga

dikenal dengan Alî Zainal Abidîn 5. Muhammad bin Alî (676–743), juga dikenal dengan

Muhammad al-Baqir 6. Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far al-Shâdiq 7.

Mûsa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Mûsa al-Kadzim 8. Alî bin Mûsa (765–818),

juga dikenal dengan Ali al-Ridhâ 9. Muhammad bin Alî (810–835), juga dikenal dengan

Muhammad al-Jawad atau Muhammad al-Taqi 10. Alî bin Muhammad (827–868), juga dikenal

dengan Ali al-Hâdi 11. Hasan bin Alî (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari 12.
Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdî sebagai imam kedua

belas.

B. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SYIAH

Kata Syî‟ah berasal dari Bahasa Arab: ‫ شيعت‬,dan juga Bahasa Persia: ً ‫شيع‬ialah salah satu

aliran atau mazhab dalam Islâm. Bentuk tunggal dari Syî‟ah adalah Syī`ī (‫( شيعي‬.menunjuk

kepada pengikut dari Ahl al-Bait dan Imam Alî. "Syî‟ah " adalah bentuk pendek dari kalimat

bersejarah Syi`ah `Alî )ّ artinya "Pengikut Ali" Oleh karena itu Kata Syî‟ah (‫( الشيعت‬secara

etimologi berarti pengikut, pendukung, atau kelompok. Syî‟ah dapat juga bermakna: pembela

dan pengikut seseorang atau Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut

terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Alî bin Abî Thâlib sangat utama

di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin,

demikian pula anak cucu sepeninggal beliau, atau sebagian kaum mislim yang dalam bidang

spiritual dan keagamaan selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad Saw. Atau yang

disebut sebagai Ahl al-Bait. Poin terpenting dalam doktrin Syî‟ah adalah penyataan

bahwa segala petunjuk agama bersumber dari Ahl al-Bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk

keagamaan dari para sahabat yang bukan Ahl al-Bait atau para pengikutnya. Para penulis sejarah

berbeda pendapat mengenai awal kemunculan kelompok Syî‟ah . Ada yang mengatakan Sy‟iah

telah ada pada masa Nabi karena banyak sahabat yang simpati kepada Alî. Alasan mereka

didasarkan kepada ’Thabathbai Menurut Karenanya) disebutkan riwayat istilah Syî‟ah pertama

kali ditujukan pada para pengikut Alî, diantaranya Abû Dzar al-Ghifari, Miqâd bin al-Aswâd,

dan Amar bin Yasîr. Ada pula pendapat yang mengatakan Syî‟ah muncul ketika Rasûlullâh
wafat, yaitu pada saat terjadi perebutan kekuasaan antara golongan Muhâjirîn dan Anshâr di

Saqifah Banî Sa‘îdah, sedangkan ‗Alî dan keluarganya masih sibuk mengurus jenazah

Rasûlullâh. Menurut Abû Zahrah, Syî‟ah mulai muncul pada masa pemerintahan Usman

kemudian berkembang pada masa pemerintahan Ali

Menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan antara

‗Alî dan Mu‘âwiyah yang dikenal dengan perang shiffîn sehingga terjadinya Abitrase (Tahkîm).

Kelompok ini tumbuh dari timbulnya perselisihan paham dalam khalîfah, selama enam bulan

‗Alî tidak membai‘at Abû Bakar. Segolongan sahabat juga membenarkan sikap ‗Alî ini,

diantaranya: Salman al-Farisi, Abû Dzar al-Ghifari, Jabîr Ibnu Abdullâh, Al-Miqdâd ibn al-

Aswâd, Ubai bin Ka‘âb, Khuzaiman ibn Tsâbit dan semua Bani Hasyim. Tetapi belum orang-

orang yang menganut paham ini tidak menampakkan diri sebagai suatu partai hingga

pemerintahan Utsmân, yaitu diwaktu Abdullâh bin Saba‘ mengemukakan pahamya, menjelek-

jelakkan Utsmân dan memuji-muji ‗Ali.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dibagi bahwa kemunculan Syî‟ah dapat dipandang dari dua

aspek, yaitu dari aspek keagamaan dan aspek politik. Pada prinsipnya kelompok Syî‟ah dalam

konteks keagamaan telah muncul pada masa Rasûlullâh masih hidup berdasarkan hadis Ghâdir

Khum dan beberapa keistimewaan ‗Alî yang di paparkan Rasûlullâh sedangkan dalam konteks

politik kelompok ini muncul setelah terbunuhnya Alî bin Abî Thâlib.
BAB III

C. KESIMPULAN

Secara harfiah Syî‟ah diartikan sebagai pengikut atau kelompok. Tetapi dalam

perkembangannya, istilah ini lekat dengan pengikut setia Alî yang memilih beroposisi terhadap

kekuasaan Mu‘âwiyah pasca peristiwa arbitrase. Mereka ini berkeyakinan bahwa yang

sesungguhnya berhak menggantikan Nabi sebagai pemimpin adalah keluarganya (ahl al-bait).

Dan di antara keluarganya yang paling berhak adalah Alî bin Abî Thâlib.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sejarah Peradaban Islam :Dirasah Islamiyah II (Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada,2008),

40.

2. Hodgson, M. G. S. (1965). "GHULĀT". Encyclopaedia of Islam. 2 (edisi ke-2nd). Brill

Academic Publishers. hlm. 1093–1095.

3. Hodgson, M. G. S. (1965). "GHULĀT". Encyclopaedia of Islam. 2 (edisi ke-2nd). Brill Academic Publishers.

hlm. 1093–1095.

4. Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalâm (Bandung: Pustaka Setia, 2007), cet-III, h.

99.

5. Ahmad Mahmud Subhi, Nazhariyyah Al-Imâm ba‟da al-Syî‟ah Itsna „Asyariyyah. (Mesir:

Dar al-Ma‘arif, 1969), h. 28-29.

6. M. H. Thabathaba‘I, Islâm Syi‟ah, Asal-Usul dan Perkembangannya. Terj. Djohan Effendi.

(Jakarta: PT. Grafiti Press. 1989), h. 37 dan 71.

7. Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqîdah dalam Islâm. Terj. Abd Rahman Dahlan

dan Ahmad Qarib (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 10.

8. T.M. Hasby al-Ashiddieqy, Sejaran dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2009), h. 109

9. Maraimbang Daulay, et, al, Laporan Penelitian Komunitas Sempalan Islâm di Kota Medan

Sumatera Utara (Study Kasus Atas Jamâ‟ah Tabligh, Syî‟ah dan LDII), (Medan: Fakultas

Ushuluddin IAIN-SU, 2011), h. 52.

Anda mungkin juga menyukai