DISUSUN OLEH :
M.SIMBAR RAMADHANDI
FATHIA ASHEILA SALMA
SUTI WAHYUDI
FADHILATUROMADONI JIDAN
ANNISA SEPTIANI
AZZAHRA NUR SELVIA
I
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
A. Salafiyah.............................................................................................5
1. Pengertian.......................................................................................5
2. Pemikiran Teori Imam Ahmad Bin Hambal...................................7
B. Khalafiyah...........................................................................................9
1. Pengertian.......................................................................................9
2. Riwayat singkat Abu Al-Hasan Al-Asy’ari....................................9
3. Doktrin doktrin Teologi Al-Asy’ari..............................................10
4. Doktrin-doktrin Al-Maturidi.........................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................18
A. Simpulan...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita curahkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah di berikan sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika
dalam filsafat. Dalam mengkaji agama (Al-Qur’an), baik ayat-ayat yang
muhkam maupun yang mutasyabihat sebagai otoritas teks yang bersumber
dari Tuhan, diperlukan sebuah metode untuk menangkap pesan-pesan Nya.
Ulama-ulama klasik menggunakan ilmu kalam pada akhirnya menjadi
sebuah keniscayaan untuk dipelajari.
Ilmu kalam secara etimologi berarti perkataan, ucapan, firman atau sabda.
Adapun secara terminologi ilmu kalam yaitu ilmu tentang perkataan
mengenai akidah (keagamaan) Islam dengan menggunakan metode jadal
(dialektika) dan dipergunakan untuk mempertahankan akidah Islam dari
serangan non-Muslim yang dianggap sesat.
B. RUMUSAN MASALAH
IV
C. TUJUAN PENELITIAN
V
BAB II
PEMBAHASAN
A. SALAFIYAH
1. Pengertian
Pada zaman modern, kata Salaf memiliki dua definisi yang kadang-
kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh akademisi dan
sejarahwan, merujuk pada "aliran pemikiran yang muncul pada paruh
kedua abad sembilan belas sebagai reaksi atas penyebaran ide-ide dari
Eropa," dan "orang-orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran
VI
yang telah di bawa Rasulullah serta menjauhi berbagai ke bid'ah an,
khurafat, syirik dalam agama Islam”.
VII
c. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (Dzat Allah)
dan tidak mempunyai faham anthropomorphisme (menyerupakan
Allah dengan makhluk).
d. Mengartikan ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya dan
tidak berupaya untuk mentakwilnya.
Bila Salafiyah muncul pada abad ke-7 H, hal ini bukan berarti tercampuri
masalah baru. Sebab pada hakikatnya mazhab Salafiyah ini merupakan
kelanjutan dari perjuangan pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal. Atau
dengan redaksi lain, mazhab Hanbalilah yang menanamkan batu pertama
bagi pondasi gerakan Salafiyah ini. Atas dasar inilah Ibnu Taimiyah
mengingkari setiap pendapat para filosof Islam dengan segala
metodenya. Pada akhir pengingkarannya Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa tidak ada jalan lain untuk mengetahui aqidah dan berbagai
permasalahannya hukum baik secara global ataupun rinci, kecuali dengan
Al-Qur’an dan Sunnah kemudian mengikutinya. Apa saja yang
diungkapkan dan diterangkan Al-Qur’an dan Sunnah harus diterima,
tidak boleh ditolak. Mengingkari hal ini berarti telah keluar dari agama.
VIII
2. Pemikiran Teori Imam Ahmad Bin Hambal
ِإْسَتَو ى َع َلى اْلَع ْر ِش َكْيَف َش آَء َو َك َم ا َش آَء ِبَال َح ٍّد َو َالِص َفٍة ُيْبِلُغ َها َو اِص ٌف
IX
Dari pernyataan di atas tampak bahwa Ibnu Hanbal bersikap
menyerahkan (tafwidh) makna-makna ayat dan hadits mutasyabihat
kepada Allah dan Rasul-Nya serta tetap mensucikan-Nya dari
keserupaan dengan makhluk. Ia sama sekali tidak menakwilkan
pengertian lahirnya.
B. KHALAFIYAH
1. Pengertian
Kata Khalaf bisanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir
setelah abad 3H, dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan
apa yang dimiliki salaf. Menurut Siradjuddin Abbas, Ahlussunnah ialah
penganut sunnah Nabi Muhammad saw. Sedangkan Wal jama’ah ialah
penganut I’tiqad sebagai I’tiqad jama’ah sahabat-sahabat Nabi
Muhammad saw.
X
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin
Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin
Abi Musa Al-Asy’ari atau yang sering disebut dengan Syekh Abu
Hasan ‘Ali al-asy’ari. Beliau dilahirkan di Bashrah Irak pada tahun 260
H/875 M, dan wafat ketika hijrah di Baghdad pada tahun 324 H/935 M.
Pada waktu kecilnya, ia berguru pada seorang tokoh mu’tazilah terkenal
yang bernama Al-Jubbai. Aliran ini terus diikutinya sampai ia berumur
40 tahun, dan tidak sedikit dari hidupnya digunakan untuk mengarang
buku ke-mu’tazilahan.
XI
Al-Asy’ari menyatakan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat
(bertentangan dengan mu’tazilah) yang tidak identik dengan zat-
Nya. Sifat Tuhan berbeda dengan sifat makhluk. Ia juga menyatakan
bahwa orang yang meyakini keberadaan sifat-sifat Tuhan itu bukan
termasuk musyrik, karena sekalipun dengan sebutan yang berbeda,
akan tetapi sifat tersebut menyatu dengan zat, sebagaimana yang
telah diungkapkan oleh Al-Asy’ari:
َفَيْثُبُت هذه الِّص َفاُت َقاِئَم ًة ِبالَذ اِت اَل ِهَي ُهَو َو اَل ِهَي َغْيُر ُه
“Sifat itu tetap bertempat pada zat, sifat itu bukan zat, dan bukan
pula lain dari zat”.
d. Qodimnya Al-Qur’an
e. Melihat Allah
XII
Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang
menyebabkan dapat dilihat atau bilamana Ia menciptakan
kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
f. Keadilan
Ia mencari ilmu pada pertiga akhir dari abad ketiga hijrah, dimana
aliran mu’tazilah mulai mengalami kemunduran. Diantara gurunya
adalah Nashr bin yahya al-Balakhi (wafat 268H). Pada masa al-
XIII
Maturidi, terjadi perdebatan antara aliran fiqh hanafiyah dan fiqh
syafi’iyyah. Dan dalam masalah fiqh, maturidi mengikuti madzhab
hanafi.
4. Doktrin-doktrin Al-Maturidi
XIV
ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu. Dalam kondisi
demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan pembimbing.
Jadi, yang baik itu baik karena diperintah Allah, dan yang buruk itu
buruk karena larangan Allah. Pada korteks ini, Al-Maturidi berada
pada posisi tengah dari Mutazilah dan Al-Asy’ari.
b. Perbuatan manusia.
XV
Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang
(absolut), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai
dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
d. Sifat Tuhan.
e. Melihat Tuhan.
f. Kalam Tuhan.
XVI
sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi
Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah
baharu (hadist). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya
bagaimana allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak di ketahui,
kecuali dengan suatu perantara.
g. Perbuatan manusia.
XVII
perbuatannya.kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang
yang berbuat dosa syirik.dengan demikian, berbuat dosa besar selain
syirik tidak akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka.
Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah
menjadikan seseorang kafir atau murtad.
i. Pengutusan Rasul.
XVIII
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Salafiyah
Imam Hanbali adalah salah seorang tokoh ulama salaf yang mempunyai
ciri khas dalam pemikirannya yaitu lebih menerapkan pendekatan
Lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil, kemudian beliau
menyerahkan (tafwidh) makna-makna ayat dan hadits mutasyabihat
kepada Allah dan Rasul-Nya.
XIX
2. Khalafiyah.
c. Dan Alus sunnah mereka tidak menyimpang dari apa yang dibawa
para Rasul dari hadirat Tuhan seru sekalian alam.
XX
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Balukia Syakir. Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bandung: Sinar Baru. 1992.
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
Jakarta: UIP. 1986.
http://duniacemoro.wordpress.com/2012/03/19/ilmu-kalam/
XXI
22