Kelompok 7
Semester 2/Lokal A
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah, umat Islam masih bersatu. Segala hal yang
berpotensi menimbulkan konflik mampu diredam oleh Rasulullah. Persoalan-
persoalan yang berkaitan masalah agama bisa ditanyakan langsung kepada
Rasulullah saw, sehingga tidak menimbulkan perbedaan pendapat. Benih
perpecahan mulai timbul pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan kemudian
berlanjut pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Tholib. Masa pemerintahan ‘Ali
pernah terjadi perang fisik melawan ‘Aisyah istri Rasulullah dan khalifah ‘Ali
pernah berperang melawan Muawiyah bin Abu Sofyan gubernur Damaskus. Pada
awalnya perpecahan disebabkan persoalan politik kemudian berlanjut pada masalah
akidah dan perbedaan pemahaman takdir. Dari sinilah mulai timbul aliran
aliran dalam Islam.
Ada berbagai macam aliran dalam islam, salah satunya adalah salafiyah.
Salaf adalah ulama-ulama terdahulu, dan biasa digunakan untuk merujuk generasi
sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in. Untuk perkembangan selanjutnya munculah
gerakan salafiyah yang termotivasi oleh keinginan untuk pemurnian islam, dengan
menghidupkan kembali praktek-praktek ajaran yang telah dilakukakn oleh tiga
generasi awal tersebut. Gerakan salafiyah mulai berkembang dengan adanya gairah
menggebu-gebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum Hanbali.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata salafiyah berasal dari kata salafa, yaslufu, dan salafan yang
berpadanan dengan kata taqaddama dan madda yang berarti berlalu, sesudah lewat
atau terdahulu. As-salaf berarti al-mutaqaddimina fii as-asair, yakni orang yang
terdahulu, berlalu dan sudah lewat tindakannya. (ensiklopedia islam, 1997 : 203).
Salaf berarti pula ulama-ulama Shaleh yang hidup pada tiga abad pertama
Islam. Menurut As-Syahrastani, ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan Ta'wil
(dalam menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat) dan tidak mempunyai faham tasybih.
Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al- Islamiyyah mendefinisikan
Salaf sebagai sahabat, tabi'in, dan tabi'in yang dapat diketahui dari sikapnya
menampik penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai
segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.
As-salafus salih ialah generasi awal yang terdiri dari kalangan mereka yang
berilmu, mendapat hidayah melalui petunjuk nabi SAW, dan sebagai pemelihara
sunnah nabiyang di ridloi Allah. Sebagaimana al- quran menyebutkan:
3
dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.”
Pada awalnya salafi atau salafiyah terbatas pada faham semata, yang muncul
dari para pengikut madzhab Imam Hanbali pada tahun ke-7 H paham ini makin
popular. Pada abad ke-12 H ditangan Syaikh Al-islam ibn Taimiyah secara
normative salafi merupakan idealisasi paling harfiyah untuk menjalankan praktek
hidup generasi terdahulu. Generasi terbaik pasca nabi.
a) Al-Jamaah
(1) Ahli sunnah, sunnah yang dimaksud ialah sunnah Rasuluullah SAW.
Dinamakan ahli sunnah karena berittiba' kepada sunnah. Dimana sunnah
sangat bertentangn dengan bid'ah, oleh karena itu ahli sunnah sangat
menentang bid'ah.
(2) Al-jamaah, menurut bahasa diambil dari kalimah " jamaah" yaitu yang
mengumpulkan yang bercerai-berai. Kalimat ini menunjukkan
perkumpulan manusia yang berada pada tujuan yang satu. Menurut ilmu
jamaah ialah beberapa kalimat yang berkisar diatas enam makna :
• Golongan yang besar / ramai dari kalangan ummat.
• Jamaah ulama yang mujtahid, jamaah yang terdiri dari para
sahabat secara khusus.
• Jamaah umat islam yang bersatu atas satu matlamat
• Jamaah muslim yang bersatu dibawah satu amir
4
• Jamaah yang mengikuti kebenaran termasuk semua para ahli.
c) Ahli Al-Hadits
Menurut Ibnu Qaiyim setiap individu telah mengetahui bahwa ahli hadits
adalah golongan yang palig benar sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mubarrak :
“Aku dapati agama berada pada ahli hadits, percekcokan pada golongan mu'tazilah,
pembohong pada ar-rafidah (syiah) dan banyak berhelah (beralasan) pada ahli
ra'yu.”
Menurut Ibnu Taimiyah firqoh Naji'ah ialah pengikut para sahabat di zaman
Rasulullah SAW sebagai syi'ar ahli sunnah. Dinamakan fiqoh Najiah karena mereka
terdiri dari ahli sunnah (ittiba' as-sunnah).
e) Ahli Ittiba'
5
1. Imam Ahmad bin Hambal ( 164 H/780 M – 241 H/855 M )
Nama lengkap dari pendiri Mazhab Hambali adalah Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal al-Syaibani al-Marzawi. Beliau dilahirkan di Marwa pada tahun 164
H/778 M dan wafat pada tahun 241 H/855 M di Baghdad, Iraq. Ahmad bin Hanbal
merupakan keturunan Arab dan secara silsilah nasabnya sampai kepada Nabi
Muhammad saw. Ayahnya meninggal ketika Ahmad masih kecil kemudian ia
diasuh oleh ibunya, ayahnya termasuk tokoh pejuang dan kakeknya yang bernama
Hanbal bin Hilal pernah menjabat sebagai gubernur di daerah Sarkhas salah satu
daerah kekuasaan Pemerintahan Bani Umayyah tetapi ia bersimpati kepada
golongan Abbasiyun bahkan menjadi juru dakwah mereka yang paling terkemuka.
Daerah Sarkhas merupakan pusat gerakan orang-orang yang membela golongan
Abbasiyun hingga runtuhnya daulah Umayyah (Djalaluddin 2017).
Putra dari pasangan Shahifah binti Maimunah bin Abdul Malil dari bani
Amir dengan Muhammad bin Hambal bin Hillal bin Anas bin Idris bin Abdullah
bin Hayyan. Ibnu Hambal dikenal sebagai seorang zahid dan dermawan. Beliau
juga teguh dalam pendiriannya, dan ketika khalifah Al-Makmun mengembangkan
madzhab Mu'tazilah, ibnu Hambal menjadi korban mihnah karena tidak mengakui
bahwa al-quran itu makhluk. Akibatnya beberapa kali ia harus masuk penjara.
Namun setelah Al-Mutawikkil naik tahta, ibnu Hambal memperoleh kebebasan,
dan kehprmatan serta kemuliaan.
6
2) Tentang status al-quran, Ibn Hambal tidak sejalan dengan paham mu'tazilah
yang mengatakan bahwa Al-Quran tidak bersifat qadim, tetapi baru dan
diciptakan. Faham adanya qadim disamping Tuhan, berarti menduakan
Tuhan sdangkan menduakan Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak
diampuni Tuhan. Ibnu Hambal tidak sependapat dengan faham tersebut.
Oleh karena itu, ia kemudian diuji dalam kasus mihnah oleh pemerintah.
1) Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau Rasul-
Nya menyifati.
2) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau Rasulya
sebutkan.
3) Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah dengan :
a. Tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki lafadz.
7
b. Tidak menghilangkan pengertian lafadz.
c. Tidak mengingkarinya.
d. Tidak menggambar-gambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran atau hati
apalagi indera.
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, Najed, Arab Saudi 1115
H/1703 M dan meninggal di Daryah 1201 H/1787 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin
Ahmad bin Rasyid al-Tamimi. Beliau menghafal Al-Qur'an ketika berumur sepuluh
tahun.
Saat menginjak usia 10 tahun, Muhammad bin Abdul Wahab telah mampu
menghafal Al-Qur'an, selain itu beliau juga mempelajari ilmu fiqih sampai
mendalam kepada ayah dan paman beliau sampail beliau menjadi sangat matang
dan menguasainya. Kedua orang tua beliau sangat mengagumi kekuatan
hafalannya. Beliau adalah salah seorang yang gemar menuntut ilmu. Membaca
kitab-kitab tafsir, Hadits dan ushul adalah salah satu kebiasaan yang beliau lakukan
baik disiang maupun malam hari. Tidak berhenti sampai disitu, beliau juga mampu
menghafal berbagai macam matan (semacam rumusan) ilmiah dalam berbagai
bidang ilmu. Salah satu matan yang beliau hafal dalam bahasa Arab adalah Matan
Alfiyyah Ibnu Malik. Saat belajar dengan ayah dan pamannya, beliau telah
membaca kitab-kitab besar dalam mazhab Hanbali seperti Asy- Syarhul Kabir, Al-
Mughni dan Al-Inshof. Pada masa itu pula beliau banyak membaca kitab-kitab
8
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allahmah Ibnu Qoyyim
rahimahumallah.
Muhammad Bin Abdul Wahab mengaku bahwa hanya dirinya sendiri yang
memahami konsep tauhid dan mengenal islam dengan sempurna. Dia menafsirkan
pemahaman ulama dari golongan manapun dengan konsep tauhid, termasuk dari
guru-gurunya sendiri dari madzhab Hambali, apalagi dari madzhab lain. Dia
menuduh para ulama lain yang tidak memahami konsepnya telah melakukan
penyebaran ajaran bathil, yang tidak berlandaskan ilmu dan kebenaran.
9
Kendatipun demikian Pemikiran pembaruan Muhammad bin Abdul Wahhab
banyak dipengaruhi oleh Ibnu Taimiyah tidak harus ditafsirkan bahwa Ibnu
Taimiyah identik dengan kaum Wahabi sebab seperti yang dinyatakan oleh
Muhammad Amin "walaupun dipengaruhi oleh pikiran-pikiran reformatif Ibnu
Taimiyah, Gerakan Wahabi tidak sepenuhnya merupakan duplikat pikiran-pikiran
Ibnu Taimiyah". Muhammad Amin, menyatakan bahwa Gerakan Wahabi bukanlah
gerakan yang taklid kepada Ibnu Taimiyah dan mengingkari pikiran-pikiran
keagamaan nya sendiri sebagaimana yang dituduhkan oleh Sebagian orang,
termasuk Husyn Hilmi Isikh dalam bukunya Advice For The Wahabi.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sirojuddin, Akidah Islam dalam Perspektif Sejarah dalam Jurnal Sekitar
Ushuluddin dan pemikiran Islam, tahun 1997.
Rozak, abdul dan Rosihon anwar. 2003. ilmu kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Darwin Agung Septian Miolo, Muh. Arif. 2021. Aliran Kalam Salafiyah :Studi atas
Perkembangan Pemikiran nya. Jurnal Farabi. Vol. 18. No.1.
12