Anda di halaman 1dari 15

ALIRAN SALAF

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah :

Tauhid dan Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Dr. Ruswanto, M.Ag.

Kelompok 7

Anggi Aulia Putri 2311010173

Aqila Yusuf Kamil 2311010175

Semester 2/Lokal A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan Terima Kasih kami sampaikan kepada Bapak Ruswanto, sebagai


dosen pengampu pada mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam, yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karna keterbatasan kami. Maka dari itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 25 Februari 2024

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Aliran Salaf.............................................................................. 3


B. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Kalamnya ............................................... 5
1. Imam Ahmad bin Hambal ( 164 H/780 M – 241 H/855 M ) ......... 6
2. Ibnu Taimiyah ( 10 Rabiul Awal 661 H – 20 Dzul Qa’dah 729 H )7
3. Muhammad bin Abdul Wahab........................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa Rasulullah, umat Islam masih bersatu. Segala hal yang
berpotensi menimbulkan konflik mampu diredam oleh Rasulullah. Persoalan-
persoalan yang berkaitan masalah agama bisa ditanyakan langsung kepada
Rasulullah saw, sehingga tidak menimbulkan perbedaan pendapat. Benih
perpecahan mulai timbul pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan kemudian
berlanjut pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Tholib. Masa pemerintahan ‘Ali
pernah terjadi perang fisik melawan ‘Aisyah istri Rasulullah dan khalifah ‘Ali
pernah berperang melawan Muawiyah bin Abu Sofyan gubernur Damaskus. Pada
awalnya perpecahan disebabkan persoalan politik kemudian berlanjut pada masalah
akidah dan perbedaan pemahaman takdir. Dari sinilah mulai timbul aliran
aliran dalam Islam.

Ada berbagai macam aliran dalam islam, salah satunya adalah salafiyah.
Salaf adalah ulama-ulama terdahulu, dan biasa digunakan untuk merujuk generasi
sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in. Untuk perkembangan selanjutnya munculah
gerakan salafiyah yang termotivasi oleh keinginan untuk pemurnian islam, dengan
menghidupkan kembali praktek-praktek ajaran yang telah dilakukakn oleh tiga
generasi awal tersebut. Gerakan salafiyah mulai berkembang dengan adanya gairah
menggebu-gebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum Hanbali.

Salafiyah sebagai penjaga ajaran yang selalu berpegang teguh dan


mengembalikan segala urusan kepada Al-quran dan al-hadits, mempunyai
karakteristik dan pandangan yang berbeda mengenai keagamaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah munculnya Aliran Salaf ?


2. Siapa saja tokoh-tokoh pada Aliran Salaf ?
3. Bagaimana pemikiran kalam para tokoh-tokoh Aliran Salaf ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Sejarah munculnya Aliran Salaf.


2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Aliran Salaf.
3. Untuk mengetahui pemikiran kalam para tokoh-tokoh Aliran Salaf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Aliran Salaf

Kata salafiyah berasal dari kata salafa, yaslufu, dan salafan yang
berpadanan dengan kata taqaddama dan madda yang berarti berlalu, sesudah lewat
atau terdahulu. As-salaf berarti al-mutaqaddimina fii as-asair, yakni orang yang
terdahulu, berlalu dan sudah lewat tindakannya. (ensiklopedia islam, 1997 : 203).

Salaf berarti pula ulama-ulama Shaleh yang hidup pada tiga abad pertama
Islam. Menurut As-Syahrastani, ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan Ta'wil
(dalam menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat) dan tidak mempunyai faham tasybih.
Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al- Islamiyyah mendefinisikan
Salaf sebagai sahabat, tabi'in, dan tabi'in yang dapat diketahui dari sikapnya
menampik penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai
segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.

Menurut Thablawi Mahmud Sa'ad, Salaf artinya ulama terdahulu. Salaf


terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi'i, tabi' tabi'in, para
pemuka abad ke-3 dan para pengikutnya pada abad ke-4 H yang terdiri atas para
muhadditsin dan lainnya, yang selanjutnya sering disebut Salafus Shalih.

As-salafus salih ialah generasi awal yang terdiri dari kalangan mereka yang
berilmu, mendapat hidayah melalui petunjuk nabi SAW, dan sebagai pemelihara
sunnah nabiyang di ridloi Allah. Sebagaimana al- quran menyebutkan:

100. “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)


dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di

3
dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.”

Pada awalnya salafi atau salafiyah terbatas pada faham semata, yang muncul
dari para pengikut madzhab Imam Hanbali pada tahun ke-7 H paham ini makin
popular. Pada abad ke-12 H ditangan Syaikh Al-islam ibn Taimiyah secara
normative salafi merupakan idealisasi paling harfiyah untuk menjalankan praktek
hidup generasi terdahulu. Generasi terbaik pasca nabi.

Salaf as-salih juga dikenal dengan nama-nama :

a) Al-Jamaah

Mereka yang berpegang dengan manhaj salaf dinamakan al-jamaah karena


mereka bersatu dalam persaudaraan islam dengan cara berittiba' kepada Al-quran
dan as-sunnah.

b) Ahli Sunnah Wal-Jamaah atau Jama'atul Muslim

Nama ini terdiri dari dua kalimah yaitu :

(1) Ahli sunnah, sunnah yang dimaksud ialah sunnah Rasuluullah SAW.
Dinamakan ahli sunnah karena berittiba' kepada sunnah. Dimana sunnah
sangat bertentangn dengan bid'ah, oleh karena itu ahli sunnah sangat
menentang bid'ah.
(2) Al-jamaah, menurut bahasa diambil dari kalimah " jamaah" yaitu yang
mengumpulkan yang bercerai-berai. Kalimat ini menunjukkan
perkumpulan manusia yang berada pada tujuan yang satu. Menurut ilmu
jamaah ialah beberapa kalimat yang berkisar diatas enam makna :
• Golongan yang besar / ramai dari kalangan ummat.
• Jamaah ulama yang mujtahid, jamaah yang terdiri dari para
sahabat secara khusus.
• Jamaah umat islam yang bersatu atas satu matlamat
• Jamaah muslim yang bersatu dibawah satu amir

4
• Jamaah yang mengikuti kebenaran termasuk semua para ahli.
c) Ahli Al-Hadits

Menurut Ibnu Qaiyim setiap individu telah mengetahui bahwa ahli hadits
adalah golongan yang palig benar sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mubarrak :
“Aku dapati agama berada pada ahli hadits, percekcokan pada golongan mu'tazilah,
pembohong pada ar-rafidah (syiah) dan banyak berhelah (beralasan) pada ahli
ra'yu.”

d) Firqoh An-Najiah (Al-Mansurah)

Menurut Ibnu Taimiyah firqoh Naji'ah ialah pengikut para sahabat di zaman
Rasulullah SAW sebagai syi'ar ahli sunnah. Dinamakan fiqoh Najiah karena mereka
terdiri dari ahli sunnah (ittiba' as-sunnah).

e) Ahli Ittiba'

Dinamakan ahli ittiba' karena berittiba' (mengikuti/mematuhi) Al-quran, as-


sunnah Rasulullah SAW serta atsar para sahabat r.a dan menentang taqlid.

B. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Kalamnya

Menurut Ibrahim Madzkur, tokoh-tokoh yang termasuk ulama salaf


diantaranya, yaitu Abdullah bin Abbas (68 H), Abdullah bin Umar (74 H), Umar
bin Abdul aziz (101 H), Az-zuhri (124 H), Ja'far ash-shiddiq (148 H), dan para
imam madzhab empat. Menurut Harun Nasution, secara kronologis salafiyah
bermula dari Imam Ahmad Bin Hanbal. Ajarannya dikembangkan oleh Imam Ibn
Taimiyah, kemudian disuburkan oleh Imam Muhammad Bin Abdul Wahab.
Kemudian banyak berkembang di dunia islam, tetapi teologinya sudah dipengaruhi
pemikiran atau logika.

5
1. Imam Ahmad bin Hambal ( 164 H/780 M – 241 H/855 M )

Nama lengkap dari pendiri Mazhab Hambali adalah Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal al-Syaibani al-Marzawi. Beliau dilahirkan di Marwa pada tahun 164
H/778 M dan wafat pada tahun 241 H/855 M di Baghdad, Iraq. Ahmad bin Hanbal
merupakan keturunan Arab dan secara silsilah nasabnya sampai kepada Nabi
Muhammad saw. Ayahnya meninggal ketika Ahmad masih kecil kemudian ia
diasuh oleh ibunya, ayahnya termasuk tokoh pejuang dan kakeknya yang bernama
Hanbal bin Hilal pernah menjabat sebagai gubernur di daerah Sarkhas salah satu
daerah kekuasaan Pemerintahan Bani Umayyah tetapi ia bersimpati kepada
golongan Abbasiyun bahkan menjadi juru dakwah mereka yang paling terkemuka.
Daerah Sarkhas merupakan pusat gerakan orang-orang yang membela golongan
Abbasiyun hingga runtuhnya daulah Umayyah (Djalaluddin 2017).

Putra dari pasangan Shahifah binti Maimunah bin Abdul Malil dari bani
Amir dengan Muhammad bin Hambal bin Hillal bin Anas bin Idris bin Abdullah
bin Hayyan. Ibnu Hambal dikenal sebagai seorang zahid dan dermawan. Beliau
juga teguh dalam pendiriannya, dan ketika khalifah Al-Makmun mengembangkan
madzhab Mu'tazilah, ibnu Hambal menjadi korban mihnah karena tidak mengakui
bahwa al-quran itu makhluk. Akibatnya beberapa kali ia harus masuk penjara.
Namun setelah Al-Mutawikkil naik tahta, ibnu Hambal memperoleh kebebasan,
dan kehprmatan serta kemuliaan.

➢ Pemikiran Ibnu Hambal


1) Tentang ayat-ayat mutasyabbihat, dalam memahami Al-quran Ibn Hambal
lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi daripada pendekatan ta'wil,
terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat
mutasyabbihat. Selain itu Ibn Hambal menyerahkan makna-makna ayat dan
hadits mutasyabbihat kepada Allah dan rasul-Nya, dan menyucikan dari
keserupaan dengan makhluk.

6
2) Tentang status al-quran, Ibn Hambal tidak sejalan dengan paham mu'tazilah
yang mengatakan bahwa Al-Quran tidak bersifat qadim, tetapi baru dan
diciptakan. Faham adanya qadim disamping Tuhan, berarti menduakan
Tuhan sdangkan menduakan Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak
diampuni Tuhan. Ibnu Hambal tidak sependapat dengan faham tersebut.
Oleh karena itu, ia kemudian diuji dalam kasus mihnah oleh pemerintah.

2. Ibnu Taimiyah ( 10 Rabiul Awal 661 H – 20 Dzul Qa’dah 729 H )

Nama lengkapnnya adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin


Taimiyah, lahir di Harran. Ayahnya bernama Syihabuddin abu ahmad bin
abdussalam. Ibnu Taimiyah merupakan seorang tokoh salaf yang ekstrim, karena
kurang memberikan ruang gerak leluasa kepada akal.

➢ Pemikiran Ibnu Taimiyah


1) Sangat berpegang teguh pada nash (al-quran dan hadits)
2) Tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal.
3) Berpendapat bahwa al-quran mengandung semua ilmu agama.
4) Di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja (sahabat, tabi'in dan
tabi'it tabi'in)
5) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengnan tauhid dan tetap
mentahjihkan-Nya.

Adapun pandangan Ibnu Taimiyah mengenai sifat-sifat Allah ialah :

1) Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau Rasul-
Nya menyifati.
2) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau Rasulya
sebutkan.
3) Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah dengan :
a. Tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki lafadz.

7
b. Tidak menghilangkan pengertian lafadz.
c. Tidak mengingkarinya.
d. Tidak menggambar-gambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran atau hati
apalagi indera.

Berdasarkan alasan diatas Ibnu Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat


mutasyabbihat. Menurutnya, ayat atau hadits yang menyangkut sifat- sifat Allah
harus diterima dan diartikan sebagamana adanya. Dengan catatan tidak mentajsim-
kan, tidak mennyerupakan-Nya degan makhluk dan tidak bertanya- tanya
tentangNya.

3. Muhammad Ibn Abdul Wahab ( wafat 1792 M )

Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, Najed, Arab Saudi 1115
H/1703 M dan meninggal di Daryah 1201 H/1787 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin
Ahmad bin Rasyid al-Tamimi. Beliau menghafal Al-Qur'an ketika berumur sepuluh
tahun.

Saat menginjak usia 10 tahun, Muhammad bin Abdul Wahab telah mampu
menghafal Al-Qur'an, selain itu beliau juga mempelajari ilmu fiqih sampai
mendalam kepada ayah dan paman beliau sampail beliau menjadi sangat matang
dan menguasainya. Kedua orang tua beliau sangat mengagumi kekuatan
hafalannya. Beliau adalah salah seorang yang gemar menuntut ilmu. Membaca
kitab-kitab tafsir, Hadits dan ushul adalah salah satu kebiasaan yang beliau lakukan
baik disiang maupun malam hari. Tidak berhenti sampai disitu, beliau juga mampu
menghafal berbagai macam matan (semacam rumusan) ilmiah dalam berbagai
bidang ilmu. Salah satu matan yang beliau hafal dalam bahasa Arab adalah Matan
Alfiyyah Ibnu Malik. Saat belajar dengan ayah dan pamannya, beliau telah
membaca kitab-kitab besar dalam mazhab Hanbali seperti Asy- Syarhul Kabir, Al-
Mughni dan Al-Inshof. Pada masa itu pula beliau banyak membaca kitab-kitab

8
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allahmah Ibnu Qoyyim
rahimahumallah.

Lahir di perkampung Uyainah di bagian selatan kota najd (Saudi arabia). Ia


mengaku sebagai salah satu penerus ajaran ibnu Taimiyah. Pengikut akidahnya
dikenal sebagai wahabi atau dikenal juga dengan salafi. Namun, penganut wahabi
menolak menganut madzhab wahabi. Karena menurut para ulama Muhammad Ibn
Abdul Wahab amat mahir dalam mencampur adukkan antara kebenaran dan
kebatilan. Oleh karena itu, ia mendapat julukan syaikhul Islam dan ajarannya
tersebar, padahal banyak dikecam oleh ulama-ulama pakar karena kebatilan akidah
dan pahamnya. Sehingga penganut wahabi menggelarkan diri sebagai golongan al-
muwahhidin atau madzhab salafiyah (pengikut kaum salaf), karena mereka ingin
mengembalikan ajaran-ajaran tauhid kedalam islam dan kehidupan Rasulullah
SAW.

Muhammad Bin Abdul Wahab mengaku bahwa hanya dirinya sendiri yang
memahami konsep tauhid dan mengenal islam dengan sempurna. Dia menafsirkan
pemahaman ulama dari golongan manapun dengan konsep tauhid, termasuk dari
guru-gurunya sendiri dari madzhab Hambali, apalagi dari madzhab lain. Dia
menuduh para ulama lain yang tidak memahami konsepnya telah melakukan
penyebaran ajaran bathil, yang tidak berlandaskan ilmu dan kebenaran.

➢ Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab sangatlah terpengaruh dengan


pemikiran Syekh Ibnu Taimiyyah, begitu pula dengan muridnya Ibnu Qoyyim.
Dakwah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab pada abad ke-12 H
merupakan perpanjangan tangan dari dakwah syekh ibnu Taimiyyah yang muncul
pada dua abad 7 dan 8 H. Hal ini sesuai dengan pengakuan para pengikutnya
diantara yang disebutkan oleh cucunya sendiri Abdurrohman bin Abdul Latif al-
Syekh dan oleh para ulama-ulama Najed.

9
Kendatipun demikian Pemikiran pembaruan Muhammad bin Abdul Wahhab
banyak dipengaruhi oleh Ibnu Taimiyah tidak harus ditafsirkan bahwa Ibnu
Taimiyah identik dengan kaum Wahabi sebab seperti yang dinyatakan oleh
Muhammad Amin "walaupun dipengaruhi oleh pikiran-pikiran reformatif Ibnu
Taimiyah, Gerakan Wahabi tidak sepenuhnya merupakan duplikat pikiran-pikiran
Ibnu Taimiyah". Muhammad Amin, menyatakan bahwa Gerakan Wahabi bukanlah
gerakan yang taklid kepada Ibnu Taimiyah dan mengingkari pikiran-pikiran
keagamaan nya sendiri sebagaimana yang dituduhkan oleh Sebagian orang,
termasuk Husyn Hilmi Isikh dalam bukunya Advice For The Wahabi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam sejarahnya, gerakan Salafiyah telah memiliki banyak bentuk dan


pengungkapan yang berbeda-beda sesuai kondisi yang berubah-ubah. Namun,
sepanjang fase fasenya yang berbeda itu, pada intinya Salafiyah tetap merupakan
gerakan reformasi dan perubahan yang berfokus pada masalah keyakinan,
kemurnian Islam, pemulihan model Islam masa lalu, dan doktrinal yang tetap
menekankan kebutuhan untuk kembali kepada Islam murni, seperti yang dilakukan
generasi salaf. Agar ajaran Islam tidak dipertahankan sebagaimana adanya di dalam
masyarakat, akan tetapi harus diwujudkan bagaimana seharusnya seperti yang
dikehendaki al-Qur'an dan Hadis.

Pada awalnya salaf merupakan aliran ingin menghidupkan atau


memurnikan kembali ajaran Islam. Dalam perkembangannya, sejarah mencatat
bawa salafiyah tumbuh dan berkembang menjadi aliran (madzhab) atau paham
golongan, sebagaimana golongan khawarij, mutazilah, maturidiyah dan kelompok-
kelompok lainnya.

Salafiyah bahkan sering dilekatkan dengan Ahlussunnah wal Jamaah di luar


kelompok syi'ah. Tokoh-tokoh aliran salaf yaitu ibnu Hanbal, Ibn Taimiyah dan
Muhammad Ibn Abdul Wahab. Gerakan salafiyah adalah gerakan yang berusaha
menghidupkan kembali ajaran kaum salaf. Kemudian, banyak aliran Islam garis
keras mengatas namakan dirinya sebagai golongan salaf juga. Padahal dalam tujuan
pemurnian Islam tidak harus menggunakan kekerasan, apalagi pada saat sekarang
ini, kondisi budaya dan intelektualitas masyarakat mulai meningkat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Sirojuddin, Akidah Islam dalam Perspektif Sejarah dalam Jurnal Sekitar
Ushuluddin dan pemikiran Islam, tahun 1997.

Suhilman. Sejarah Perkembangan Pemikiran Gerakan Salafiyah. Jurnal Islamika :


Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. Vol.19. No. 1. 2019

Rozak, abdul dan Rosihon anwar. 2003. ilmu kalam. Bandung: Pustaka Setia.

Darwin Agung Septian Miolo, Muh. Arif. 2021. Aliran Kalam Salafiyah :Studi atas
Perkembangan Pemikiran nya. Jurnal Farabi. Vol. 18. No.1.

12

Anda mungkin juga menyukai