Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIRQOH SALAFIYAH

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu: Drs. Amir Gufron, M.Ag.

Disusun Oleh:

Aufa Diana Putri (201310004538)

Zidny Farihatun Ni’mah (201310004527)

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022/2023
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang kami tunggu syafaatnya di yaumul
qiyamah kelak. Aamiin yarobbal alamin. Adapun tujuan disusunnya makalah ini
adalah sebagai salah satu materi tugas kelompok yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan studi ditingkat perkuliahan. Adapun judul
makalah yang kami susun adalah “Firqoh Salafiyah”.

Dalam proses penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu didalam kesempatan ini izinkan kami
menghaturkan terima kasih kepada “Bapak Drs. Amir Gufron, M. Ag” dan juga
kepada pihak-pihak yang sudah membantu kita menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Profesi keguruan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan didalam penyusunan makalah dan jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan saran maupun kritik yang sekiranya dapat membangun bagi para
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini memberi manfaat khususnya bagi kita
semua. Aamiin yarobbal alamin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jepara, 11 Juni 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….…………………….1

C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………………….………………………………1

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Pengertian Salafiyah..............................................................................................................2

B. Ajaran-Ajaran Pokok Salafiyah.............................................................................................3

C. Para Tokoh Salafiyah dan Pemikirannya..............................................................................3

D. Pengaruh Ajaran Salafiyah....................................................................................................5

BAB III

PENUTUP.................................................................................................................................7

A. Kesimpulan............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan pemahaman merupakan suatu fenomena yang sudah ada sejak
terbentuknya komunitas manusia, sekecil apa pun komunitas itu. Perbedaan tersebut
dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk agama dan keyakinan. Al-Qur’an
mengakui keniscyaan perbedaan antara lain dengan firman-Nya:

ْ 0‫ت ِإلَى هللاِ َم‬


‫ر ِج ُع ُك ْم‬0 ْ َ‫ا ُك ْم ف‬00‫ا آت‬00‫ َو ُك ْم في م‬0ُ‫َو لَ ْو شا َء هللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّمةً وا ِح َدةً َو ل ِكنْ لِيَ ْبل‬
ِ ‫را‬00‫تَبِقُوا ا ْل َخ ْي‬0‫اس‬
َ‫َجميعا ً فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِما ُك ْنتُ ْم في ِه ت َْختَلِفُون‬
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Tetapi
Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”(QS. Al-Ma’idah
[5]: 48). (Quraish Shihab, 2007).

Di dalam Islam perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, Namun
setiap perbedaan pendapat dan permaslahan umat yang muncul dapat langsung
diselesaikan melalui beliau. Selanjutnya ketika Rasulullah telah tiada, maka beberapa
perbedaan dikalangan umat Islam ketika itu mulai bermunculan. Mulai dari masalah
pemerintahan sampai akhirnya berujung pada aliran keagamaan dalam islam. Dan
salah satu aliran yang ada dalam islam adalah salafi yaitu suatu aliran yang
mengajarkan syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan,
berdasarkan syariat yang ada pada generasi Muhammad SAW dan para sahabat,
setelah mereka dan orang-orang setelahnya. Pada kesempatan kali ini penulis
mencoba untuk memaparkan skelumit tentang salah satu aliran yang ada dalam islam
ini yaitu salafi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari pengertian salafiyah?
2. Apa saja ajaran pokok salafiyah?
3. Siapa saja para tokoh salafiyah?
4. Bagaimana pengaruh ajaran salafiyah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari salafiyah
2. Untuk mengetahui apa saja ajaran pokok salafiyah
3. Untuk mengetahui siapa sajaa tokoh salafiyah
4. Untuk mengetahui pengaruh ajaran salafiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Salafiyah
Secara Bahasa Salaf memiliki arti “terdahulu” atau “leluhur”, sedangkan
menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, Salaf artinya ulama terdahulu. Aliran Salafiyah ini
muncul pada abad ke-4 Hijriah. Dalam pengertian ini berarti orang-orang yang
berusaha mengikuti jejak nabi, para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in, usaha-usaha
mereka ini baik dalam pengaplikasiannya maupun pengembangan pemikiran-
pemikirannya. Mereka terdiri dari ulama madzhab Hambali yang bermuara pada
pemikirannya atas Imam Ahmad bin Hanbal yang menghidupkan ulama salaf dan
berusaha memerangi paham lainnya.
Salafiyah merupakan salah satu aliran Islam di antara aliran yang lainnya yang
sedang berkembang di Indonesia dan mempunya komunitas khusus (special group).
Gerakan salafi ini lahir dalam bentuk yang berbeda-beda, namun inti gerakannya
adalah sama reformasi dan pembaharuan. Ciri fisik dari orang salafi laki-laki adalah
menata kumis dan memanjangkan jenggot, memakai celana panjang tidak isbal.
Sering memakai busana Timur Tengah. Bagi wanita memakai jilbab besar serta
memakai cadar, dan ada juga tidak memakai cadar tetapi hanya sedikit. Sedangkan
ciri khas salafi yaitu menjalankan syariah Islam dengan hanya berdasarkan Al-Qur‟an
dan sunnah nabi secara murni dan saklek (tekstual) penafsiran apa adanya serta tidak
menerima doktrin yang berbau barat. 1
Aliran salaf menggunakan metode tekstual yang mengharuskan tunduk di
bawah naql dan membatasi wewenang akal pikiran dalam berbagai macam persoalan
agama termasuk didalamnya akal manusia tidak memiliki hak dan kemampuan untuk
menakwilkan dan menafsirkan al-Qur’an. Kalaupun akal diharuskan memiliki
wewenang, hal ini tidak lain adalah hanya untuk membenarkan, menela’ah dan
menjelaskan sehingga tidak terjadi ketidak cocokan antara riwayat yang ada dengan
akal sehat2.
1
Rofiqoh, Siti. 2006. “Doktrin Aliran Salafiyah Dan Pemunculan Konflik Sosial (Studi Kasus
Terhadap Pemahaman Santri Pondok Pesantren Ihya As Sunnah Di Degolan Umbulmartani Ngemplak Sleman
Yogyakarta).” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36439.
2
Ghazali, Adeng Muhtar, (2003), Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern, CV Pustaka
Setia, Bandung.

2
B. Ajaran-Ajaran Pokok Salafiyah
1. Tauhidullah
Ulama’ Salaf berpendapat bahwa (ke-Esa-an) Allah merupakan prinsip pokok
dalam Islam. Hal ini mempunyai pandangan bahwasanya tawassul itu
bertentangan karena sebagai perantara menghadap Allah dengan berziarah ke
kuburan orang-orang mulia. Larangan ini karena dikhawatirkan
mengkultuskan kuburan, sedangkan mengkultuskan kuburan itu bisa
membawa seseorang kepada kemusyrikan
2. Pen-Ta’wil-an Ayat
Ulama’ Salaf ibnu Tamimiyah mengartikan ta’wil dengan dua arti. Yang
pertama, berarti tafsir al-kalam wa bayan ma’nahu (menafsirkan kalimat dan
menjelaskan maknanya). Yang kedua, nafs al-murad bi al-kalam (hakikat
yang dimaksud oleh kalimat). 3
Dalam soal ru’yat Allah, ia membenarkan
adanya pendirian bahwa Allah SWT. betul-betul dapat dilihat oleh kita orang-
orang beriman di akhirat nanti. Karena hal itu menurutnya, ditunjukkan oleh
Al-Qur'an secara jelas pada surat al-Qiyamah ayat 22 dan 23.
3. Kemakhlukan Al-Qur'an
ulama salaf menetapkan bahwa Al-Qur'an merupakan kalam Allah. Allah
SWT. berbicara dan menurunkan wahyu melalui Al-Qur'an kepada Nabi-Nya
yang mulia, sedangkan qira’at (bacaan) Al-Qur'an merupakan suara pembaca
yang terdengar, dengan demikian suara bacaan tersebut bukan Al-Qur'an,
tetapi hanya bacaan saja. Sehingga perlu ditegaskan Al-Qur'an adalah kalam
Allah (QS. 9: 6).4

C. Para Tokoh Salafiyah dan Pemikirannya


- Imam Ahmad Bin Hanbal (164H/780M - 241H/855M)
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani al-
Marzawi. Beliau dilahirkan di Marwa pada tahun 164 H/778 M dan wafat pada
tahun 241 H.855 M di Baghdad, Irak. Beliau seorang mujtahid besar, ahli Hadits
dan ahli fikih, pendiri mazhab Hanbali–mazhab keempat dalam khasanah
pemikiran fikih Islam Sunni.

Pemikirannya:
3
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, juz III, Dar al-Fikr, Beirut, 1933
4
Abduh, Muhammad. Al-A‟mal Al-Kamilah. Beirut: al-Mu‘assasah al-Arabiyah, 1973.

3
1. Tentang Ayat-ayat mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, Ibn Hanbal lebih suka menerapkan
pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan
dengan sifat-sifat tuhan dan ayat-ayat Mustasyabihat. Hal itu terbukti ketika
ditanya tentang penafsiran “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah, Yang
bersemayam di atas Arsy. (Q.s. Thaha: 50.) Dalam hal ini Ibn Hanbal menjawab
“Bersemayam diatas arasy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki
dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang sanggup menyifatinya.”
Dan ketika ditanya tentang makna hadist nuzul (Tuhan turun kelangit dunia),
ru’yah (orang-orang beriman melihat Tuhan diakhirat), dan hadist tentang telapak
kaki Tuhan, Ibn Hanbal menjawab: “Kita mengimani dan membenarkannya, tanpa
mencari penjelasan cara dan maknanya.”
Dari pernyataan diatas, tampak bahwa Ibn hanbal bersikap menyerahkan (tafwidh)
makna-makna ayat dan hadist mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya, Ia sama
sekali tidak mena’wilkan pengertian lahirnya.
2. Tentang Status Al-Qur’an
Ibn Hanbal tidak sependapat dengan faham Mu’tazilah, yakni Al-Qur’an
tidak bersifat qadim, tetapi baru dan diciptakan. Faham adanya qadim disamping
Tuhan, berarti menduakan Tuhan, Sedangkan menduakan Tuhan adalah Syirik
dan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.
Ibn Hanbal tidak mau membahas lebih lanjut tentang status Al-Qur’an. Itu
dapat dilihat dari salah satu dialog yang terjadi antara Ishaq bin Ibrahim, gubernur
Irak dengan Ahmad Ibn Hanbal.[6] Ia hanya mengatakan bahwa al-Qur’an tidak
diciptakan. Hal ini sejalan dengan pola pikirnya yang menyerahkan ayat-ayat yang
berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan rasul-Nya.
- Ibn Taimiyah (661 H – 729 H)
Ibn Taimiyah adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim binTaimiyah.
Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 rabiul awwal tahun 661 H dan
meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H.
Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa ibn Taimiyah merupakan seorang tokoh
salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa kepada akal. Ia
adalah murid yang muttaqi, wara, dan zuhud, serta seorang panglima dan
penentang bangsa tartas yang berani. Selain itu ia dikenal sebagai seorang

4
muhaddits mufassir, faqih, teolog, bahkan memiliki pengetahuan luas tentang
filsafat
Pemikirannya:
1) Sangat berpegang teguh pada nash (Al-Quran dan Al-Hadits)
2) Tidak memberikan ruang gerak kepada akal
3) Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
4) Di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (Sahabat, Tabi’in dan
Tabi’tabi’in)
5) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya. Ibnu Taimiyah mengkritik Imam Hanbali yang
mengatakan bahwa kalamullah itu qadim, menurut Ibnu Taimiyah jika
kalamullah qadim maka kalamnya juga qadim. Ibnu Taimiyah adalah seorang
tekstualis oleh sebab itu pandangannya oleh Al-Khatib AlJauzi sebagai
pandangan tajsim Allah, yakni menyerupakan Allah dengan makhlukNya.
Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn Taimiyah sebagai
Salaf perlu ditinjau Kembali.

D. Pengaruh Ajaran Salafiyah


Munculnya gerakan Salafi berawal dari gerakan yang dipelopori oleh
Muhammad bin Abdul Wahhab (1703--1794 M), yang belakangan dikenal dengan
gerakan Wahhabi. Gerakan Ibnu Abdul Wahhab ini mengajak seluruh umat Islam
kembali kepada fundamen-fundamen Islam yang murni, yaitu Al-Qur`an dan Sunnah,
dan melakukan pembersihan tauhid dari berbagai kesyirikan.5
Kemunculan gerakan Salafi di Indonesia diawali dengan kembalinya beberapa
pemuda Sumatera Barat yang pergi haji sekaligus menuntut ilmu di Kerajaan Arab
Saudi pada awal abad ke-19, yang banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan
pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan
Jazirah Arabia. Pemuda itu adalah Haji Miskin, Haji Abdurrahman, dan Haji
Muhammad Arif. Mereka terpesona dengan ideologi Wahhabi yang mereka pelajari
selama di sana, sehingga mereka menyebarkan ideologi ini ketika mereka tiba di
tanah air. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal

5
Ahmad Dhumyati Bashori, “Eksistensi Islam di Timur Tengah dan Pengaruh Globalnya”…, Hal. 96.

5
dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam
Bonjol. Gerakan ini pernah berjaya dalam kurun waktu 1803 -- 1832 M.6

Dewasa ini, Gerakan Salafi di Indonesia tidak hanya menyebarkan paham


mereka secara ekstrem, tetapi mereka juga kini telah merambah diberbagai sector
ekonomi di Indonesia. Sekarang banyak sekali produk-produk obat herbal yang dijual
di pasaran, misalnya Habbatussauda dan madu murni. Obat jenis ini memang sangat
dianjurkan baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits, dan tentunya setiap muslim harus
mempercayai khasiatnya yang sudah dijelaskan secara implisit dalam nash-nash Al-
Qur’an.

Menurut beberapa penulis yang sudah melakukan observasi selama ini,


memang jenis usaha ini ada yang murni bermotif ekonomi. Namun demikian, tidak
dipungkiri ada pula beberapa usaha dagang serta terapi pengobatan bekam yang
keuntungannya dignakan untuk dakwah salafi. Melalui metode terapi bekam, tidak
jarang pula pertemuan pasien dengan sang “Tabib” diselingi obrolan-obrolan ringan,
yang akhirnya membawa pasien untuk mengenak ajaran salafi lebih dalam.

BAB III

6
Abdurrahman Wahid, Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia
(Jakarta: The Wahid Institute, 2009), hlm. 64-65

6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salafi merupakan salah satu aliran dalam islam yang mengajarkan islam secara
murni tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Salafi menyandarkan prinsip
ajarannya pada tiga generasi yaitu; Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, dan
dua generasi berikut setelah mereka; Tabi'in dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai contoh
bagaimana Islam harus diperlakukan. Salafi dalam masalah fiqh berkiblat pada
mazhab Imam Ahmad Bin Hambali, sehingga salafi masih dikategorikan sebagai
Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Ajaran-ajaran yang terdapat dalam salafiyah yakni tauhidullah, penta’wilan
ayat, kemakhlukan Al-Qur’an.
Ibnu Taymiyyah merupakan tokoh salafi yang paling berpengaruh dalam
perkembangan ajaran salafi. Ia menegaskan bahwa jika terjadi pertentangan
antara aql dan naql maka yang harus diutamakan adalah naql karena yang lebih tahu
adalah Allah dan Rasulnya.
Ajaran Salafiyah masuk ke Indonesia banyak di pengaruhi ide dan gerakan
pembaruan oleh ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Ide dan gerakan ibn
‘Abd al-Wahhab diduga masuk ke Indonesia dibawah oleh ulama asal Sumatra Barat
pada awal abad 19.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad. Al-A‟mal Al-Kamilah. Beirut: al-Mu‘assasah al-Arabiyah, 1973.

Bashori, Ahmad, Dhumyati. “Eksistensi Islam di Timur Tengah dan Pengaruh Globalnya”.

Ghazali, Adeng, Muhtar. “Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern”,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.

Ibnu, Taimiyah, Majmu’ Fatawa, juz III, Dar al-Fikr, Beirut, 1933.

Rofiqoh, Siti. 2006. “Doktrin Aliran Salafiyah Dan Pemunculan Konflik Sosial (Studi Kasus
Terhadap Pemahaman Santri Pondok Pesantren Ihya As Sunnah Di Degolan
Umbulmartani Ngemplak Sleman Yogyakarta).” Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36439.

Wahid, Abdurrahman, “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di


Indonesia “, Jakarta: The Wahid Institute, 2009.

Anda mungkin juga menyukai