Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN MU’TAZILAH

Untuk Memenuhi Mata Kuliah:

Sejarah Pemikiran / Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu:

Hj.Fathonah, Lc., M.Phil

Oleh:

Shilvina Lu’lu’atun Nisa’

Eva Dwi Atti’illah

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL HIKMAH TUBAN


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan
islam. Shalawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya

Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan


tugas makalah sejarah pemikiran /kebudayaan Islam .Adapun maksud dan tujuan kami
disini yaitu  menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk para pembacanya.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan
dapat berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Tuban,26 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................
C. Tujuan Pembuatan...........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Aliran Mu’tazilah................................................................................
B. Tokoh-Tokoh Aliran Mu’tazilah
C. Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Mu’tazilah.........................................................................

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara harifah kata mu’tazilah barasal dari I’tazilah yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh dan menjauhkan diri. Aliran mu’tazilah
merupakan aliran teologi islam yang terbesar dan tertua, yang telah memainkan peranan
penting dalam sejarah pemikiran dunia islam. Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih pada
permulaan abad pertama hijrah di kota Basrah (Irak).
Akan tetapi tidak semuanya memeluk aliran ini dengan segala keikhlasan.
Ketidak ikhlasan ini terutama dimulai sejak permulaan masa pemerintahan khilafat
Umawi, disebabkan karena khilafah-khilafah Umawi memonopoli segala kekuasaan
negara kepada orang-orang Islam dan bangsa Arab sendiri. Dalam hal ini maka akan
dibahas mengenai mu’tazilah lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang lahirnya Aliran Mu’tazilah?
2. Siapan saja tokoh-tokoh dalam aliran Mu’tazilah ?
3. Apa saja ajaran-ajaran pokok dalam aliran mu’tazilah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya aliran Mu’tazilah.
2. Untuk mengtahui siapa saja tokoh- tokoh dalam aliran Mu’tazilah.
3. Untuk mengetahui apa saja ajaran- ajaran pokok dalam aliran Mu’tazilah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Aliran Mu’tazilah


Aliran mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Bani Umayah, yakni padamasa
pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam.
Mu’tazilah berasal dari kata kerja yakni ‘azala artinya berpisah. Maka Mu’tazilah itu
berarti memisahkan diri. Meraka adalah pengikut dari Abul Husail Washil bin Atha yang
memisahkan diri dari gurunya yang bernama Hasan Basri. Ada sebagian
pendapat bahwa aliran Mu’tazilah muncul sejak zaman sahabat, mereka adalah
golongan pengikut Ali yang memisahkan diri dari politik terutama disaat turunnya Hasan
binAli dari kursi kholifah. Kelompok ini kemudian memusatkan diri kepada
persoalan- persoalan teologi. Maka dari itu ada sebagian pendapat yang
beranggapan bahwa golongan mutallimin pertama adalah Mu’tazilah sebab mereka inilah
yang mula-mula mengadakan diskusi dalam agama secara filsafati.Masalah pertama yang
menjadikan mereka berpisah dari Hasan ialah masalah“murtakibil kabirah” yakni
memperbincangkan kedudukan orang yang melakukandosa besar. Persoalan ini muncul
pada saat seorang bernama Wasil bin Atha berada dimajelis kuliah gurunya bernama
Hasan. Di dalam kesempatan ini Wasil bin Atha berpendapat bahwa orang yang
melakukan dosa besar adalah fasik yakni suatu posisi yang berada dalam dua keadaan
maksudnya orang itu tidak mukmin juga tidak kafir.
Dalam kaitan ini dijelaskan pula bahwa pada suatu waktu datang
menanyakansuatu soal yang memerlukan jawaban dari sang guru. Pertanyaan itu ialah
bilaseorang beriman meninggal dunia sedangkan ia pernah melakukan satu
dosa besar/kabirah, maka dimana ia ditempatkan oleh Allah diakhirat nanti? Apakahdidal
am surga karena ia seorang yang beriman atau dineraka karena ia melakukansatu dosa
yang besar?Sang murid mendengar soal ini bangkit semangatnya untuk menjawab.
Secara spontan ia mengatakan manusia yang demikian bukan ditempatkan di surga atau
neraka, tetapi ia ditempatkan diantara kedua tempat ini. Yakni disuatu tempat ditengah-
tengah antara surga dan neraka. Pendapatnya ini berlainan secara drastic dengan pendapat
gurunya. Karena pendapat ini ia pun mengasingkan diri dan mengadakan tempat sendiri
untuk mengajar pengikut-pengikutnya. Oleh karena pengasingan
ini dan berpisah dari golongan sang guru serta mengadakan jamaah sendiri, maka ia pun
dinamakan “mu’tazili” dan alirannya dinamakan mu’tazilah.
Dalam kesempatan itulah Washil kemudian memisahkan diri dari gurunya, oleh
sebab itu Hasan Basri kemudian berkata “I’tazala ‘annawashil, artinya Washil telah
memisahkan diri dari kita. Menurut kaum Mu’tazilah sumber pengatahuan yang paling
utama adalah akal, sedangkan wahyu berfungsi mendukung kebenaran akal.Menurut
mereka apabila terjadi pertentangan antara ketetapan akal dan ketentuan wahyu maka
yang diutamakan adalah ketetapan akal.1
Menurut A.hanafi aliran Mu’tazilah adalah aliran aqidah islam yang terbesar dan
tertua, serta telah memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran duniaislam. Pada
mulanya aliran ini mempunyai dua cabang yaitu:
1. Di Basrah, yang dipimpin oleh Washil bin Atha’ dan Amr bin Ubaid.
2. Di Bagdad, yang dipimpin oleh Basyar bin Al-Mu’tamar.
Banyak kholifah yang menganut faham Mu’tazilah ini atau setidak -
tidaknyamenyokongnya, diantaranya ialah :
1. Yazid bin Wahid Bani Umayah
2. Ma’mun bin Harun al Rasyid Bani Abbas
3. Al Mu’tashim bin Harun Al-Rasyid
4. Al Watsiq bin Al Mu’tas
B. Tokoh-Tokoh Aliran Mu’tazilah
Ada 4 tokoh aliran mu’tazilah diantaranya sebagai berikut:
1. Washil bin Atha’
pokok-pokok pikiran teologis Washil bin atha’ dapat disimpulkan ke dalam 3 hal yang
penting diantaranya :
a. Tentang orang muslim yang melakukan dosa besar
b. Kekuasaan berbuat atau berkehendak bagi manusia
c. Tentang sifat tuhan

1 Sudarsono. Filsafat Islam. 2004. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 5-6


2. Abu Huzail Al-Alaf
Beliau merupakan generasi kedua dari aliran mu’tazilah.beliau memerintah orang
berbuat baik dan melarang orang berbuat jahat wajib di jalankan,kalau perlu dengan
kekerasan.
3. Ibrahim ibn sayyar ibn hani-nazzam
Beliau memberikan gambaran tentang dirinya sebagai orang yang mempunyai
kecerdasan yang lebih tinggi dari gurunya.
4. Abd al wahhab al jubba’i
Berpendapat bahwa yang disebut kalam atau sabda tuhan tersusun dari huruf dan
suara.dan beliau juga berpendapat bahwa tuhan tidak akan dapat di lihat manusia
dengan mata kepalanya di akhirat.2
C. Prinsip-prinsip Dasar Ajaran Mu’tazilah
Prinsip dasar Mu’tazilah ada 5 pokok (al-Ushul al-Khamsah) yaitu
a. Al-Tauhid
Mereka meyakini bahwa Allah di sucikan dari perumpamaan dan permisalan
(laisa kamislihi syai-un) dan tidak ada yang mampu  menentang  kekuasaan-Nya  serta
tidak berlaku pada-Nya apa yang berlaku pada manusia. Ini adalah faham yang benar,
akan tetapi dari sini mereka menghasilkan konklusi yang bathil: kemustahilan melihat
Allah sebagai konsekwensi dari penegasan sifat-sifat (yang menyerupai manusia), dan
keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk sebagai konsekwensi dari penegasan Allah
memiliki sifat kalam.
b. Al-Adlu (keadilan Allah)
Maksud mereka dengan keadilan Allah adalah bahwa Allah tidak menciptakan
perbuatan hamba-hamba-Nya dan tidak menyukai kerusakan. Akan tetapi hamba-hamba-
Nyalah yang melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa-apa
yang dilarang-Nya dengan kekuatan (qudrah) yang Allah jadikan buat mereka. Dan
bahwasanya Allah tidak memerintah kecuali dari yang dibenci-Nya. Dan Allah adalah
penolong bagi terlaksananya kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak
bertanggungjawab atas terjadinya kemungkaran yang dilarang-Nya.3

2 Harun Nasution,Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan(Jakarta:Universitas Indonesia, 1986)h


74.
3 Nasir, Sahilun A. Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ,1996)h 32
c. Al-Wa’du wal Wa’id (Janji dan ancaman)
Prinsip janji dan ancaman yang dipegang Mu’tazilah adalah untuk membuktikan
keadilan Tuhan sehingga manusia dapat merasakan balasan tuhan atas perbuatannya.
Disinilah peranan janji dan ancaman bagi manusia agar tidak terlalu menjalankan
kehidupannya.
d. Al-manzilah bainal manzilataini (tempat diantara dua tempat)
Yang dimaksud tempat diantara dua tempat adalah tempat bagi orang-orang yang
fasik, yaitu orang-orang Mu’tazilah yang melakukan dosa besar, tetapi tidak musyrik.
Nanti akan ditempatkan disuatu tempat diantara surga dan neraka.

e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran)


Mereka menetapkan bahwa hal ini (Amar ma’ruf nahi mungkar) adalah kewajiban
seluruh mu’minin sebagai bentuk penyebaran dakwah islam, penyampaian hidayah bagi
mereka yang tersesat, dan bimbingan bagi mereka yang menyimpang. Semuanya
dilakukan sesuai kemampuan, bagi yang mampu dengan penjelasan maka dengan
penjelasan, yang mampu dengan pedang maka dengan pedang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aliran mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Bani Umayah, yakni pada masa
pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam. Mereka adalah pengikut
dari Abul Husail Washil bin Atha yang memisahkan diri dari gurunya yang bernama
Hasan Basri. Masalah pertama yang menjadikan mereka berpisah dari Hasan ialah
masalah“murtakibil kabirah” yakni memperbincangkan kedudukan orang yang
melakukan dosa besar. Persoalan ini muncul pada saat seorang bernama Wasil bin Atha
berada dimajelis kuliah gurunya bernama Hasan. Di dalam kesempatan ini Wasil bin
Atha berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah fasik yakni suatu
posisi yang berada dalam dua keadaan maksudnya orang itu tidak mukmin juga tidak
kafir,manusia yang demikian bukan ditempatkan di surga atau neraka, tetapi ia
ditempatkan diantara kedua tempat ini. Yakni disuatu tempat ditengah-tengah antara
surga dan neraka. Pendapatnya ini berlainan secara drastis dengan pendapat
gurunya.karena pendapat ini ia pun mengasingkan diri dan mengadakan tempat sendiri
untuk mengajar pengikut-pengikutnya. Dari keadaan ini lah sehingga ia dinamakan
“mu’tazili” dan alirannya dinamakan mu’tazilah.
Adapun Tokoh-tokohdalam aliran mu’tazilah sebagai berikut;
1. Washil bin Atha’
2. Abu Huzail Al-Alaf
3. Ibrahim ibn sayyar ibn hani-nazzam
4. Abd al wahhab al jubba’i
Prinsip dasar Mu’tazilah ada 5 pokok (al-Ushul al-Khamsah) yaitu
1. Al-Tauhid
2. Al-Adlu (keadilan Allah)
3. Al-Wa’du wal Wa’id (Janji dan ancaman)
4. Al-manzilah bainal manzilataini (tempat diantara dua tempat)
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran)
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono. Filsafat Islam. 2004. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Harun Nasution,Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
1986.Jakarta:Universitas Indonesia.
Nasir, Sahilun A. Pengantar Ilmu Kalam.1996.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai