Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH DAN

PERKEMBANGAN M a u l fi S y a i f ul R i z a l
FIB UB

ANGKATAN 70
LATAR BELAKANG

 Munculnya kegelisahan yang dialami sastrawan pascatahun


1965, yaitu semangat kebebasan berekspresi.
 Semangat kebebasan berekspresi itu dimungkinkan oleh
beberapa faktor berikut:
(1) pudarnya pengaruh politik dalam kesenian, dan lebih khusus
lagi, kesusastraan.
(2) penerbitan kembali sejumlah majalah dan surat kabar yang
independen dan menyediakan rubrik sastra
(3) terbitnya majalah Horison dan Budaya Jaya yang memberi
tempat bagi karya-karya eksperimental, ikut menciptakan
suasana bagi lahirnya karya -karya yang lebih berbobot,
sekaligus memungkinkan lahirnya sastrawan -sastrawan baru,
(4) berdirinya Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)
(5) terjadinya pergeseran orientasi sastrawan dalam memandang
tradisi budaya sebagai tempat memberi kemungkinan yang
lebih luas bagi para sastrawan dalam melakukan eksplorasi
estetiknya.
KELOMPOK SASTRAWAN DALAM
ANGKATAN 70

Angkatan 66 Baru muncul tahun Pengarang


• Mulai berkarya tahun 70-an eksprementasi
50-an dan matang di • Arswendo Atmowiloto, • Ada yang berkarya
tahun 70-an D. Zawawi Imron, tahun 60-an dan baru
• Goenawan Mohamad, Darmanto JatmanEmha muncul 70-an
Hartojo Andangdjaja, Ainun Nadjib, Korrie • Iwan Simatupang,
N.H. Dini, Rachmat Layun Rampan, Linus Arifin C. Noer, Danarto,
Djoko Pradopo, Rendra, Suryadi AG, Seno Sutardji Calzoum
Saini KM, Sapardi Gumira Ajidarma Bachri, Kuntowijoyo,
Djoko Damono, Taufiq Putu Wijaya.
Ismail, Umar Kayam
PERISTIWA PENTING SASTRA INDONESIA
PERIODE 60-AN DAN 70-AN

Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijk karya HAMKA


dianggap plagiat
• adanya permasalahan ini menimbulkan pro dan kontra di
kalangan sastrawan pada tahun 1962 karena novel tersebut
menurut Abdullah Sp. yang dimuat dalam majalah Bintang Timur
menjiplak novel Sous les Tilleuls karya Alphonso Karr yang
diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Mustafa Luthfi dengan
judul Madjdulin.
• Sedangkan menurut Jassin (1985:61), HAMKA tidak melakukan
tindakan jiplakan atau plagiat karena dia memasukkan unsur-
unsur kebudayaan Mingkabau dan permasalahannya dalam novel
tersebut.
• Terkait tuduhan itu, HAMKA pada 27 Januari 1974 masuk penjara
selama 3 tahun tanpa diadili dan tuduhan tersebut tidak terbukti.
Pertentangan antara Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dengan
Manikebu (Menifes Kebudayaan)
• Pertentangan ini dimulai karena para sastrawan, seniman, dan budayan merasa
tertekan dan mendapat teror dari kelompok Lekra dan akibatnya banyak lembaga
kebudayaan yang muncul yang berafiliasi dengan parpol tertentu

Cerpen Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dianggap


menghina Islam
• Berdasarkan isinya, menurut beberapa ahli sastra pada tahun 1968 mengatakan bahwa
cerpen tersebut dinggap menghina Islam dan akhirya HB Jassin, penanggung jawab
majalah Siasat tempat cerpen tersebut diterbitkan dijatuhi hukuman 1 tahun penjara.

Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir

• Pengadilan ini muncul sekitar tahun 1974 sebagai bentuk pertentangan antara
pengarang Indonesia dengan para kritikus dan pengarang yang sudah mapan karena
dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman.
• Setelah saling konfirmasi dna berdiskusi akhirnya pengadilan puisi mutakhir tersebut
dianggap tidak pernah ada karena penuh dengan dagelan.
LANDASAN DAN WAWASAN ESTETIK
PENCIPTAAN KARYA SASTRA
 Angkatan 70 memiliki kecenderungan yang sama, yaitu
kerinduan untuk menggali nilai-nilai tradisi masa lalu budi
luhur.

• Menyikapi tradisi dengan begitu kreatif untuk keperluan inovasi


1 • Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Arifin C Noer, dan
Sutardji Calzoum Bachri

• Tradisi sebagai produk sejarah yang bentuk-bentuknya sukar diubah


2 dan merupakan ciri khas budaya masyarakat tertentu
• Nh. Dini, Umar Kayam, Ahmad Tohari, Darmanto Jt., Linus Suryadi A.G.

• Tradisi langsung dari bentuk-bentuk spiritualitas dan agama tertentu


3 • Danarto, Abdul Hadi WM, Kuntowijoyo, M. Fudoli Zaini, Taufiq Ismail,
Emha Ainun Nadjib, D. Zawawi Imron, Sutardji Calzoum Bachri
CIRI-CIRI EKSPERIMENTASI KARYA
SASTRA ANGKATAN 70
 Munculnya novel arus kesadaran (stream of conciousness),
sebuah aliran dalam sastra (terutama prosa) yang
menekankan cerita melalui pikiran, perasaan, dan alam
bawah sadar tokoh-tokohnya. Contoh: Iwan Simatupang, Budi
Darma, Putu Wijaya, Kuntowijoyo.
 Cerpen yang beraliran sufistik, mistisisme Jawa dan tasawuf.
 Bidang drama, dapat diwakili oleh karya -karya Arifin C. Noer,
Putu Wijaya, Rendra, Danarto, dan Ikranegara yang karya
mereka menonjolkan terbukanya peluang bagi para pemain
untuk melakukan improvisasi .
 Puisi tahun 1970-an cenderung lebih mementingkan ekspresi
untuk mendukung tema yang hendak disampaikan.
CIRI-CIRI STRUKTUR ESTETIK

Prosa Puisi
 Alurnya berbelit  Puisi bergaya mantra
 Gaya simbolik  Dipergunakan kata-
surealistik kata daerah secara
menyolok
 Sarana retorika
 Dipergunakan asosiasi
hiperbola dominan bunyi
 Pusat pengisahan  Puisi imajisme
orang ketiga  Gaya penulisan prosais
 Cerita bergaya esai  Puisi lugu
CIRI-CIRI STRUKTUR EKSTRAESTETIK

Prosa Puisi
 Mengeksploitasi  Mengemukakan
kehidupan manusia kehidupan batin
sebagai individu
religius
 Mengemukakan
kehidupan absurd  cerita., lukisan bersifat
 Mengemukakan filsafat alegoris atau parabel
eksistensialisme  Menuntut HAM
 Mengedepankan warna
lokal
 Mengemukakan kritik
 Mengemukakan tuntutan
sosial
atas HAM
Pariyem, nama saya //  ZIKIR
Lahir di Wonosari Gunung  alif, alif, alif
alifmu pedang di tanganku
Kidul Pulau Jawa // Tapi s u s u k d i d a g i n g k u , ko m p a s d i h a t i ku
kerja di kota pedalaman a l i f m u te g a k j a d i c a g a k , m e l i u t j a d i
Ngayogyakarta // Umur belut
saya 25 tahun sekarang // h i l a n g j a d i a n g a n , t i n g g a l b e ka s
m e n e t a s k a n te r a n g
- tapi nuwun sewu // h i n g g a a ku b e r ke s i u r
tanggal lahir saya lupa // p a d a a n g i n ke c i l a k d i r - m u
Tapi saya ingat betul h o m p i m p a h h i d u p ku , h o m p i m p a h
m a t i ku ,
weton saya: // Wukunya h o m p i m p a h n a s i b ku , h o m p i m p a h ,
Kuningan // di bawah hompimpah,
lindungan bethara Indra // hompimpah!
ku g a l i h a t i ku d e n g a n l i n g g i s a l i f m u
Jumat Wage waktunya // h i n g g a l a h i r m a t a a i r, j a d i s u m u r, j a d i
ketika hari bangun fajar. sungai,
(Pengakuan Pariyem karya jadi laut, jadi samudra dengan sejuta
Linus Suryadi A.G.) gelombang
m e n g e r a n g m e nye b u t a l i f m u
alif, alif, alif!

a l i f m u ya n g s a t u
te g a k d i m a n a - m a n a
ANGKATAN 2000-AN

 Korrie Layun Rampan (2000:XXXII) menyatakan bahwa


menentukan lahirnya angkatan sastra baru jelas kurang
bertanggunh jawab jika hanya berdasarkan waktu.
 Ada dua syarat terbentuknya sebuah angkatan sastra
(Rampan, 2000), yaitu
1. adanya sekelompok sastrawan yang menjadi pendukung
angkatan sastra tersebut (yang berada pada kurun waktu
yang sama)
2. adanya karya sastra yang inovatif, spesifik, kreatif, dan
inspirasi serta pemikiran-pemikiran dan pendirian-pendirian
baru yang berbeda dengan angkatan sebelumnya sehingga
menghasilkan wawasan estetika baru.
 Rampan (2000) mengatakan bahwa lahirnya sebuah angkatan
sastra baru dapat dilacak dari kehadiran karya sastra yang
mencerminkan tiga segi pembaruan, yaitu:
1. adanya revolusi dalam bentuk
2. adanya keluarbiasaan ide dan tematik.
3. revolusioner karena kekuatan estetika

 Setiap angkatan pasti memiliki pelopor literer yang akhirnya


menjadi kiblat bagi sastrawan lainnya dalam berkarya.
 Pada angkatan 2000-an, Afrizal Malna menjadi pelopor dalam
bidang puisi, Seno Gumira Ajidarma dalam bidang cerpen, dan
Ayu Utami di bidang Novel.
SASTRA TAHUN 90-AN

 1990-an (Angkatan Reformasi)


 Isi karya sastra sesuai situasi reformasi;
 Bertema sosial-politik, romantik, naturalis;
 Produktivitas karya sastra lebih marak lagi, seperti puisi,
cerpen, novel;
 Tahun 1998 merupakan puncak dari angkatan 90 -an;
 Banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angin baru
dalam kesusastraan Indonesia, contohnya Ayu Utami yang
muncul di akhir 90-an dengan karyanya Saman, sebuah
fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York.
 2000-an (Angkatan Modern)
 Tema sosial-politik, romantik, masih mewarnai tema karya
sastra;
 Banyak muncul karya sastra kaum perempuan;
 Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra koran,
contohnya dalam Kompas
 Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks,
feminisme;
 Banyak muncul karya populer atau gampang dicerna,
dipahami pembaca;
 Adanya sastra religi;
 Muncul cybersastra di Internet.
CONTOH KARYA SASTRA ANGKATAN 70

O
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal
maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian
waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...

sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri


P a p i M e wa n t i A n a k Ka r ya Re my S i l a d o ( J a p i Ta m b ayo n g )

N a k , j a m a n ny a s u d a h te r b a l i k
m a s a s i l a m b u ka n ya n g te r b a i k
Tidak usah jadi pemimpin
lebih aman jadi pemimpi
P a n d a i - p a n d a i b i l a n g ya '
j a n g a n s e ka l i - s e k a l i b i l a n g t a '
Ke p a d a b o s m u j a n g a n t u l u s
m a l a h p e r l u a ka l b u l u s
Ko r u p s i p e r l u ka u j a l a n i
s e b a b i a a d a l a h b u d aya k i n i
C a r i i s t r i ya n g m e m b awa m u j u r
t a k p e r l u ya n g b e r b a k a t j u j u r
Jangan main cinta dengan istri orang
s e j a u h s u a m i nya t i d a k m e n g e t a h u i
Orang lain boleh miskin menderita
a s a l ka u kaya s e n d i r i h a b i s p e r ka r a
Ka l a u ka u m a s u k n e r a ka n a n t i
itu di luar tanggungjawab Papi
 TENTANG SEBUAH GERAKAN  CIUMAN PERTAMA UNTUK TUHAN
Karya Wiji Thukul Karya Ahmadun Yosi H.
Tadinya aku pingin bilang
aku butuh rumah Merendehkan diri di bawah telapak kaki
tapi lantas kuganti Dalam tahajud paling putih dan sunyi,
dengan kalimat akhirnya
S E T I A P O R A N G B U T U H TA N A H S a m p a i j u g a a k u m e n c i u m Tu h a n . M u n g k i n
kaki atau telapak
ingat: Setiap orang
Ta n g a n n y a – t a p i a k u l e b i h i n g i n m e n g e c u p
dahinya
aku berpikir Duhai, hangatnya sampai ke ulu jiwa.
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin Inilah ciuman pertamaku, setelah berabad-
aku nuntut sendirian abad
Gagal meraihnya dengan beribu rakaat dan
aku bukan orang suci dahaga
yang bisa hidup dari sekepal nasi Tiada kecerdasan kata-kata yang bisa
dan air sekendi menjangkaunya
aku butuh celana dan baju Ta k j u g a d o a d a l a m t i p u d a y a a i r m a t a —
Duhai Kekasih,
untuk menutup kemaluanku
Raihlah jiwaku dalam hangatnya Cinta
aku berpikir
Bertahun-tahun aku merindu, bagai Rabiah
tentang sebuah gerakan
Tiada lain kecuali merindu Engkau. Duhai
tapi mana mungkin Kekasih,
kalau diam Te n g g e l a m k a n k i n i a k u k e d a l a m c a h a y a m u

Jakarta, Agustus 2003


 Dalam perjalanan sastra Indonesia, tidak bisa dilepaskan dengan
pengarang Tionghoa yang sudah mulai berkar ya pada tahun 1 870-an.
 Menurut Nurni W Wur yandari, Sastra yang ditulis oleh penulis peranakan
Tionghoa memiliki ciri khas, yaitu
1. Ciri-ciri khas itu antara lain bisa dilihat dari nama pengarangnya, yang
ketika itu masih belum menggunakan nama-nama Indonesia, misalnya
Kwee Tek Hoay, Njoo Cheong Seng, Tan Hoeng Boen atau nama
samaran yang juga sangat unik , seper ti Monsieur de Amour (M.D.
Amour), Mr s. Leader, dan lainnya.
2. Judul kar ya mereka juga unik , yaitu dengan bahasa Melayu; dengan
dua bahasa, yaitu Tionghoa (Mandarin) dan Melayu, Tionghoa-asing
(Mandarin-Belanda); atau berbahasa Tionghoa saja.
3. terletak pada tema yang diangkat. Di masa puncak sastra Melayu-
Tionghoa (1924-1942), sebagian besar kar ya yang dihasilkan
mengangkat cerita yang ber temakan keluarga kaum peranakan
Tionghoa di Indonesia, yang masih memper tahankan nilai-nilai budaya
Timur (Tionghoa). Namun karena para penulis itu lahir dan hidup di
tanah Indonesia, di luar permasalahan keluarga peranakan Tionghoa,
topik tentang masyarakat Indonesia, terutama yang hidup di tanah
Jawa, juga menarik perhatian penulis untuk diangkat ke dalam novel.

Anda mungkin juga menyukai