Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UPACARA ADAT TEPUNG TAWAR


TUGAS BUDARI

DISUSUN OLEH :
NAMA KELOMPOK :
1. Rika Wulandari
2. Tri Utami
3. Mickhel
4. Gali Santoso

Mata Pelajaran Budari


Kelas XI MIA
SMA NEGERI 2 PINGGIR
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Upacara Adat Tepung Tawar ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
pada bidang studi Budari. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang upacara adat tepung tawar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pinggir, 18 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………..


BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah   ……………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan Penulisan……………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Tradisi Tepung Tawar……………………………
B. Tepung Tawar Badan………………………………………
C. Tepung Tawar Mayit…………………………………………
D. Tepung Tawar Peralatan……………………………………
E. Tepung Tawar Rumah……………………………… ………
F. Manfaat dilestarikannya Tradisi Tepung Tawar…………

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan …………………………………………………
B. Saran……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan.
Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan
daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita
sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah
akan sangat berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan
nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat
benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari
kepribadian suatu bangsa atau daerah.Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri
khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan
kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus
dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa seperti Tradisi Tepung Tawar oleh
Masyarakat Melayu. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tradisi tepung tawar ?
2. Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar badan ?
3. Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit ?
4. Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan ?
5. Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah ?
6. Apa manfaat dilestarikannya tradisi tepung tawar ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tradisi tepung tawar.
2. Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar badan.
3. Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit.
4. Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan.
5. Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah
6. Mengetahui manfaat dilestarikannya tradisi tepung tawar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tradisi Tepung Tawar


Tepung tawar adalah salah satu prosesi dalam acara adat Melayu, yang biasanya
dilakukan pada acara pernikahan, sunatan, menabalkan nama, menyambut jemaah haji,
syukuran, menyambut tamu agung, dan lainnya. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari
salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tawar itu, yakni berupa tepung beras yang
dicahar dengan air. Upacara adat Tepung Tawar kini telah menjadi sebuah keharusan,
menjadi sebuah trend dijaman moderns ini, tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan
upacara tradisi Tepung tawar ini yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan
bagi masyarakat yang melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam
kehidupan rumah tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi
Tepung Tawar pada masyarakat Melayu yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni
Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung tawar
Rumah. Dari empat  jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai perbedaan baik
yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan.

B. Tepung Tawar Badan


Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras kuning, berteh
daun  juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau (miyak Bugis). Miyak bau
nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi kaum wanita cukup dengan syarat tidak
perlu menyentuh bagian tubuh (pusar). Tradisi tepung tawar badan diperuntukan bagi anak
kecil yang melaksanakan gunting rambut atau naik ayun (naik tojang), melaksanakan
pernikahan, dan yang akan dihitan bagi laki-laki dan peremtuan. Objek yang akan diberikan
menurut tata cara yang berlaku, serta dilampas dengan memakai daun juang-juang maupun
daun ribu-ribu yang telah di celupkan pada seperangkat peralatan tepung tawar. Adapun
bagian-bagian yang dikenakan secara berurutan pada kening, bahu kanan,bahu kiri, tangan
kanan, tangan kiri, kaki kanan, serta kaki kiri sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri
dan kanan tersebut. Ritual tepung tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena
menggunakan lafaz khusus yang tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih dahulu
pada ahlinya.
 
Upacara Tepung Tawar bagi anak bayi juga dilakukan dengan upacara ritual dengan
segala persiapan yang disediakan bagi ahli keluarga yang mempunyai hajatan. Peralatan yang
perlu dipersiapkan dan dengan lengkap harus sudah ada jika acara dimulai. Adapun
perlengkapan alat-alat tersebut antara lain; Beras yang ditumbuk dicampur dengan daun
pandan dan kunyit dibuat tepung.Daun-daun yang diperlukan untuk alat tepung tawar ialah
daun kelapa yang dibuat seperti bunga tapak bebek diberi bertangkai disebut pentawar,
dengan jumlah dua buah. Kemudian daun-daun yang disusun dengan jumlah lebih kurang dan
puluh jenis diikat kemudian dipotong ujung pangkalnya sehingga rata permukaannya disebut
tetungkal dengan jumlah tiga buah. Nyiru kecil yang terbuat dari anyaman kulit bamboo atau
disebut juga layau digunakan untuk mengipas-ngipas badan disebut tudung bakul. Besi, kayu
arus, bekas kayu baker diikat dengan tali disebut mereka pengkeras. Benang diikat yang
diputarkan diatas kepala menurut mereka mudah-mudahan keluarga itu dapat diikat hatinya
menjadi suatu ikatan yang kuat dan kokoh tak ubahnya seperti benang itu.Tepung yang sudah
ditumbuk dan diaduk di dalam tabung bamboo yang berukuran garis tengahnya lebih kurang
dua puluh senti meter, dan setingginya delapan belas sentimeter yang terbuat dari bamboo
Betung gunanya untuk menyimpan tepung yang sudah diaduk, tabung bambu ini disebut
tudung telak. Beras dimasukan ke dalam gantang, sirih,pinang, tembakau,gambir, kapur,uang
logam secukupnya disebut pengkeras. Beras yang dicelup dengan kunyit disebut beras kuning
atau beras kunyit. Anggota yang melaksanakannya tiga orang untuk tetungkalnya dan dua
orang untuk melaksanakan pentawarnya, dengan jumlah lima orang.

  Cara melaksanakan tepung tawar ini setelah tepung diaduk, tetungkal dan penawar
yang terbuat dari daun-daun dan daun kelapa itu dicelupkan pada tepung kemudian dicapkan
pada kening, tangan kiri dan kanan, pusat, kaki kiri dan kanan dengan membaca selawat nabi
atau doa untuk memohon keselamatan. Setelah selesai upacara Tepung tawar maka
dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu menggunting rambut bayi. Undangan yang hadir
pada kegiatan tersebut adalah family dan tetangga yang terdekat.

C. Tepung Tawar Mayit


Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah tiga hari
dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang dipakai mandi mayit,
peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar yang disebut dengan acara Pesulli
(pembersihan peralatan mayit). Peralatan di dalam kehidupan seperti kendaraan sepeda
motor, mobil, sampan,umumnya kendaraan ini dipasang pada saat baru dipakai dan ketika
mengalami musibah. Tujuannya untuk meminta keselamatan dengan kenyakinan bahwa
masih ada kekuatan gaib yang mempengaruhi di dalam kehidupan dan tetap memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda hanya minyak
bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang diletakan pada tong tempat air
memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung tawar mayit yang dikenal dengan Pesilli agar
ahli keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar menerima cobaan dari Allah. Dapat
terhindar dari musibah dengan memohon agar dijauhkan dari segala musibah yang datang
dengan mohon keselamatan, tidak hanya manusia dan juga peralatan yang telah dipakai
dengan wujud terimakasih telah dipergunakan sebagai peralatan mandi.

Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai dilampas dengan
daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang sudah bersih baru boleh dibawa
masuk kedalam rumah yang sebelumnya di simpan diluar rumah. Telur yang disimpan pada
tong dibuang segera dan tempat pemandian mayit ditaburi dengan abu dapur sebagai
ungkapan bahwa di dalam kehidupan semua pasti mati dan yang telah terjadi menjadi pasrah
laksana abu yang kembali ketempat asalnya.

D. Tepung Mawar Peralatan


Upacara ritual tepung tawar peralatan sama seperti tepung tawar yang lainnya, hanya
tidak menggunakan miyak bau. Biasanya yang ditepung tawar ini adalah kendara yang baru
maupun kendaran yang telah mendapat musibah seperti setelah kecelakaan atau kendaraan
hilang ditemukan kembali. Kepercayaan masyarakat dengan menepung tawar kendaraan
bahwa , kendaraan yang dipergunakan bisa membawa keselamatan dan juga bisa
mendatangkan musibah, karena kendaraan tersebut mempergunakan bahan-bahan yang
terbuat dari besi, hal ini disebut tua besi, bahwa besi bisa membawa tuah keberuntungan dan
juga bisa membawa kerugian. Kepercayaan ini masih melekat dimasyarakt pada umumnya
bahwa besi tersebut mengandung kekuatan gaib ( ada penunggunya mahluk halus yang sering
mengikuti besi). Sehingga kepercayaan ini tidak terlepas dari memohon agar kekuatan yang
ada tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan positip dapat mempengaruhi jiwa pemakainya.
Dan meminta ijin agar selalu di dalam keselamatan.
E. Tepung Tawar Rumah
Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh tokoh
dan tua-tua kampung. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah rumah) maka di
lakukan pula acara Tepung Tawar. Maksud dan fungsi mengadakan acara Tepung Tawar ini
adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, yang
tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt. Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah
barang kali tujuan pokok, disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung
Tawar.

F. Manfaat Dilestarikannya Tradisi Tepung Tawar


Teori Interaksionisme simbolik sebagaimana dikemukakan oleh Veeger (1993:36,
dalam Natsir) adalah mengambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep-konsep
seperti sistem,struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur
institusional, pola budaya, norma-norma dan nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai
istilah “aksi”. Seperti peranan upacara adat yang tergambar akan menjadi sebuah daya rekat
masyarakat, sehingga upacara tersebut semakin sering dilakukan akan semakin dapat
mempererat yang sangat berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi sebuah kebutuhan
dan adanya saling ketergantungan dan keseimbangan di dalam kehidupan bersama.
 
Perlunya dilestarikan nilai-nilai ritual upacara adat, karena di dalam upacara tersebut
syarat dengan nilai-nilai di dalam kehidupan terutama kearifan local, bahwa manusia tidak
terlepas dari kehilapan dan kesalahan, selalu memohon ampun dan petunjuk kepada Allah
SWT, dengan terus melaksanakan kewajiban di dalam kehidupan di dunia, saling gotong
royong, menghormati yang tua, menghargai lingkungan baik benda-benda yang bergerak
maupun benda yang tidak bergerak bahwa barang-barang tersebut mempunyai manfaat bagi
kehidupan dan itu adalah bagian dari makluk Allah SWT yang tidak bisa disembarangkan
dan juga air dan lingkungan agar selalu dijaga kebersihannya yang digambarkan dengan air
tepung tawar yang dimaksudkan agar jagan saling curiga dan berprasangka buruk dengan
yang lain dan mempunyai hati yang bersih. Selalu mempererat tali siratul rahmi dengan
saudara-saudara yang ada disekitar kita terjaganya rasa solidaritas sesama di dalam
kehidupan yang beragam, sehingga tercapai keingin bersama hidup di dalam keteraman
terhindar dari mala petaka dan di jauhi bencana demi terwujudnya cita-cita semua manusia di
muka bumi ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali. Kedua-duanya
tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan jika
tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama,
ia lalu mati. Maka untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu
orang, bahkan harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu
keturunan selanjutnya.

B. Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala
sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas
dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya
merupakan bagian dari kepribadian bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

http://prasetyorp.wordpress.com/2013/05/06/
kebudayaan-masyarakat-melayu-di-pontianak -
 
prasetyo-ryan-priambodo1ia0255412694fakultas-teknologi/ 
 
http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/02/adat-tepung-tawar-melayu-sambas.html
 
 
http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/19/makna-tepung-tawar-dalam-adat-melayu
-557501.html
 
 
http://fajrinborneo.blogspot.com/2011/03/eksistensi-upacara-tepung-tawar-dalam
.html
 

Anda mungkin juga menyukai