Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya , penulis dapat menyusun dan
dalam proses belajar dan pembelajaran. Dari lubuk hati kami yang terdalam,
sangat disadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami
mohon maaf bila ada sesuatu informasi yang salah dan kurang lengkap.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai
makalah ini, sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemuadian
hari.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk social, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk
hidup bersama dan berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah
tertentu. Sekelompok manusia yang hidup bersama disebut masyarakat.
Masyarakat-masyarakat yang mempunyai perbedaan dalam hal ras,suku,watak
dan agama akan berkumpul bersama dalam suatu tempat akan membentuk suatu
bangsa. Tempat ini dari suatu bangsa itu tinggal disebut Negara. Dalam Negara
itu juga, perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk
pada aturan yang berlaku di negara yang ditempatinya.
Seperti penjelasan diatas,sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat.
Karena perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan
antar masyarakat dalam bangsaa pada suatu Negara. Oleh sebab itu, kami
membuat makalah yang berjudul ‘’ BANGSA DAN NEGARA”. Hal ini
dimaksudkan agar kita lebih bias memahami tentang hakikat bangsa dan Negara.
B. Pengertian Bangsa
3
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835. Namun, istilah ini
sering diperdebatkan dan dipertanyakan sehingga melahirkan berbagai teori
tentang bangsa sebagai berikut.
1. Otto Bauer
Dalam buku "the Austrians: A Thousand-year Oddessey" karangan Gordon
(1996), Otto Bauer mengatakan bahwa bangsa merupakan sekelompok manusia
yang memiliki persamaan karakter atau perangai yang timbul karena persamaan
nasib dan pengalaman sejarah budaya yang tumbuh dan berkembang bersama
dangsa tersebut.
2. Ernest Renant
Dalam bukunya yang berjudul "La Reforme Intellectuelle et Morale" (1929),
Ernest Renanat berpendapat bahwa bangs adalah kesatuan jiwa. Jiwa yang
mengandung kehendak untuk bersatu, orang-orang merasa diri satu dan mau
bersatu. Dalam istilah Prancis, bangsa adalah Ledesir d'etre ensemble. Bangsa
dapat terdiri atas ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia, tetapi sebenarnya
merupakan kesatuan jiwa. Apabila semua manusia yang hidup di dalamnya
mempunyai kehendak untuk bersatu maka sudah merupakan satu bangsa.
3. Hans Kohn
Menurut Hans Kohn dalam bukunya "Nationalism and Liberty: The Swiss
Example" (1966), bangsa diartikan sebagai hasil tenaga hidup manusia dalam
sejarah dan karena itu selalu bergelombang dan tak pernah membeku. Suatu
bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan
secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki beberbagai faktor obyek tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa persamaan
keturunan, wilayah, bangsa, adat istiadat, kesamaan politik, perasaan, dan agama.
4. Jalobsen dan Lipman
Menurut Jalobsen dan Lipman dalam buku "Politics: Individual and State" karya
Robert Wesson (1998), bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan
satu kesatuan politik (political unity). Dari beberapa pengertian bangsa oleh
beberapa orang ahli yang satu dengan lainnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh
sudut padnang mereka yang berbeda pula.
4
5. Lothrop Stoddard
Bangsa, nation, natie adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah orang
yang cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu bangsa. Ia merupakan suatu
perasaan memiliki secara bersama sebagai suatu bangsa.
6. Ir. Soekarno
Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mempunyai keinginan
bersatu, le desir d’etre ensemble (keinginan untuk hidup bersama), keras ia
mempunyai character gemeinschaft (persamaan nasib/karakter), persamaan
watak, tetapi yang hidup di atas satu wilayah yang nyata satu unit.
Selain pengertian dari beberapa ahli dan tokoh bangsa di atas, pengertian
bangsa juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bangsa dalam arti politis dan
bangsa dalam arti sosiologisantropologis.
1. Bangsa dalam Arti Politis
Bangsa dalam arti politis adalah sekelompok manusia yang memiliki satu
paham dan ideologi yang sama dalam suatu organisasi kekuasaan dalam negara,
misalnya bangsa Indonesia. Mereka diikat oleh satu kesatuan wilayah nasional,
hukum, dan perundang-undangan yang berlaku. Tidak cukup seperti itu, bangsa
yang sudah bernegara, seperti Indonesia perlu menciptakan ikatan-ikatan baru
untuk mempersatukan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Misalnya, bahasa
nasional, lambang negara, dasar dan ideologi negara, semboyan nasional, rasa
nasionalisme dan patriotisme, serta ikatan lain yang sifatnya nasional. Ikatan baru
tersebut menjadi identitas nasional bangsa yang bersangkutan. Identitas nasional
sekaligus berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Selain itu, bangsa dalam arti politis dapat dikatakan bahwa bangsa sebagai
sekelompok masyarakat dalam satu daerah yang sama dan tunduk kepada
kedaulatan negaranya sebagai satu kekuasaan tertinggi, baik ke dalam maupun ke
luar. Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara dan
mengakui serta patuh dan taat pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan.
Bangsa dalam arti ini diikuti oleh suatu kesatuan wilayah nasional, hukum, aturan
yang berlaku, dasar, dan ideologi negara.
5
2. Bangsa dalam Arti Sosiologis-Antropologis
Bangsa dalam pengertian ini dibedakan menjadi dua, yaitu bangsa dalam
arti etnis dan bangsa dalam arti kultural. Bangsa dalam arti etnis merupakan
sekelompok manusia yang memiliki satu keturunan atau ras yang tinggal dalam
satu wilayah tertentu dengan ciri-ciri jasmani yang sama, seperti kesamaan warna
kulit dan bentuk tubuh. Bangsa dalam arti kultural adalah sekelompok manusia
yang memiliki ciri-ciri khas kebudayaan yang sama, seperti adat istiadat, mata
pencaharian, bahasa, dan unsur-unsur kesamaan budaya.
Jadi, bangsa dalam arti sosiologis-antropologis merupakan sekelompok
manusia yang hidup bersama dan diikat oleh ikatan seperti kesatuan ras, tradisi,
sejarah, adat istiadat, bahasa, agama dan kepercayaan, serta daerah.
6
Sehingga nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme dan semangat patriotisme harus
dilestarikan dan diwarisi kepada pemuda penerus bangsa. Agar mampu
mempertahankan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan sehingga mampu
mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, menjaga tegaknya NKRI yang
berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun lewat proses
panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan. Kepribadian, jati diri serta
identitas nasioanl Indonesia dapat dilacak dari sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia dari zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya serta kerajaankerajaan lain
sebelum kolonialisme dan imperialisme masuk ke Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sudah ada pada zaman itu, tidak hanya pada era kolonial
atau pasca kolonial. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya
ini menurut Mohammad Yamin diistilahkan sebagai fase nasionalisme lama
(Kaelan, 2007: 52).
Pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para tokoh
pejuang kemerdekaan dimulai dari tahun 1908 berdirinya organisasi pergerakan
Budi Utomo, kemudian dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Perjuangan terus bergulir hingga mencapai titik kulminasinya pada tanggal 17
Agustus 1945 sebagai tonggak berdirinya negara Republik Indonesia (Kaelan,
2007: 53). Indonesia adalah negara yang terdiri atas banyak pulau, suku, agama,
budaya maupun bahasa, sehingga diperlukan satu pengikat untuk menyatukan
keragaman tersebut. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi pembentukan
identitas bangsa.
E. Faktor-Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Keberadaan bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun lewat proses
panjang dengan berbagai hambatan dan rintangan. Kepribadian, jati diri serta
identitas nasioanl Indonesia dapat dilacak dari sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia dari zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya serta kerajaankerajaan lain
7
sebelum kolonialisme dan imperialisme masuk ke Indonesia.Nilai-nilai Pancasila
sudah ada pada zaman itu, tidak hanya pada era kolonial atau pasca kolonial.
Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut
Mohammad Yamin diistilahkan sebagai fase nasionalisme lama (Kaelan, 2007:
52)Pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para tokoh
pejuang kemerdekaan dimulai dari tahun 1908 berdirinya organisasi pergerakan
Budi Utomo, kemudian dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Perjuangan terus bergulir hingga mencapai titik kulminasinya pada tanggal 17
Agustus 1945 sebagai tonggak berdirinya negara Republik Indonesia (Kaelan,
2007: 53). Indonesia adalah negara yang terdiri atas banyak pulau, suku, agama,
budaya maupun bahasa, sehingga diperlukan satu pengikat untuk menyatukan
keragaman tersebut. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi pembentukan
identitas bangsa.
8
BAB II
PEMBAHASAN
JAWABAN:
9
e) Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang
mempunyai daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan, sedangkan Prof. Miriam
Budiardjo memberikan pengertian Negara adalah organisasi dalam
suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap
semua golongankekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-
tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi Negara adalah sekumpulan
orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh
pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai kedaulatan
(keluar dan ke dalam).
10
diikat oleh satu kesatuan wilayah nasional, hukum, dan perundang-
undangan yang berlaku. Tidak cukup seperti itu, bangsa yang sudah
bernegara, seperti Indonesia perlu menciptakan ikatan-ikatan baru untuk
mempersatukan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Misalnya, bahasa
nasional, lambang negara, dasar dan ideologi negara, semboyan nasional,
rasa nasionalisme dan patriotisme, serta ikatan lain yang sifatnya nasional.
Ikatan baru tersebut menjadi identitas nasional bangsa yang bersangkutan.
Identitas nasional sekaligus berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Selain itu, bangsa dalam arti politis dapat dikatakan bahwa bangsa sebagai
sekelompok masyarakat dalam satu daerah yang sama dan tunduk kepada
kedaulatan negaranya sebagai satu kekuasaan tertinggi, baik ke dalam
maupun ke luar. Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah
bernegara dan mengakui serta patuh dan taat pada kekuasaan dari negara
yang bersangkutan. Bangsa dalam arti ini diikuti oleh suatu kesatuan
wilayah nasional, hukum, aturan yang berlaku, dasar, dan ideologi negara.
3. Hubungan antara bangsa dan nasionalisme merupakan hubungan yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Jika
bangsa lebih berhubungan atau berkenaan dengan rasa psikologis akibat
perasaan yang sama maka nasionalisme merupakan jiwa atau ruh dari
bangsa itu sendiri.
4. Proses pembentukan negara-bangsa menurut Hirano Kenichiro seperti
dikutip oleh Ramlan Surbakti secara umum terdapat dua model utama.
Pertama model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih
dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk suatu negara tersendiri.
Setelah negara-negara ini terbentuk kemudian suatu rezim politik
dirumuskan dan ditetapkan dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu
dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi produk warga masyarakat
dalam kehidupan negara-bangsa. Kedua model mutakhir yang berawal dari
adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri
sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok bangsa
dan ras.
11
5.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama.
Meraka hidup bersama dalam berbagai hubungan antara individu yang berbeda-
beda tingkatannya. Bangsa adalah sekelompok manusia/orang memiliki cita-cita
bersama yang mengikat dan menjadi suatu kesatuan, perasaan
senasib,sepenanggungan, karakter yang sama, adat-istiadat/budaya yang sama,satu
kesatuann wilayah, terorganisir dalam satu wilayah hokum.
Istilah Negara merupakan terjemahan dari de staat(Belanda), the state
(Inggris), I’etat (Prancis), statum(Latin), Io stato (Italia), dan der staat(Jerman).
Menurut bahasa sansekerta, nagari ata Negara, berarti kota, sedangkan menurt
bahasa suku-suku di Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yaitu tampat
tinggal.
Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan bangsa-negara adalah
model Oteordoks dan model mutakhir. Unsure-unsur Negara antara lain rakyat
atau masyarakat, wilayah/daerah, meliputi udara,darat,dan perairan (perairan
bukan meruoakan syarat mutlak) dan pemerintah yang berdaulat.
Beberapa toeri terjadinya begara adalah teori hukum alam, teori ketuhanan
dan toeri perjanjian. Bentuk-bentuk kenagraan antara lain Negara kesatuan
(Unitarusme), dan Negara serikat (Federal). Dan bentuk kenegaraan lainya yaitu
nagara Dominion, Negara Protektorat, Negara Uni , mandate dan trust. Untuk
menerapkan semangat kebangsan pada generasi muda, diperlikan prinsip-prinsip
patriotisme dan nasionalisme. Sikap yang sesuai dengan patriotisme dan
nasionalisme adala menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, satia memakai
produk dalam negeri, rela berkorban demi bangsa dan Negara, bangga sebagai
bangsa dan Negara Indonesia. Mendahlukan kepentingan dan Negara di atas
kepentingan pribadi,menjaga nama baik bangsa dan Negara,berprestasi dalam
berbagi bidang untuk mengharumkan nama bangsa, dan setia kepadah bangsa dan
13
Negara terutama dalam menghadapi masuknya kurangan dampaknya negative
globalisasi ke Indonesia. Sikap yang tidak sesuai dengan nasionalisme dan
patriotisme antara lain egoism,eksrimisme, terorisme, primordialisme,
separatism,propinsionalism
14