BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar
hubungan social antara satu dengan yang lainnya, atau terjadinya interaksi
spektrum yang sangat luas. Komunikasi menjadi wahana yang penting dalam
pakaian adat dan musik pada tarian menjadi unsur yang tidak terlepaskan yang
Tarian merupakan sebuah cara yang dapat digunakan untuk menyatakan atau
yang mendefinisikan sebagai seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya
2
manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa
simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia,
Sejarah Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia
peninggalan prasejarah dan budaya yang hingga kini dapat kita saksikan.
3
Selain beberapa bangunan bekas kerajaan serta hasil kerajinan pandai besi di
Rongkong, Ada juga sejumlah tari-tarian Luwu, salah satunya yang paling
Wotu. Tarian ini sangat menarik karena menampilkan gerakan yang sangat
berupa gendang dan gong. Tari Kajangki merupakan tarian sukacita, yang
tradisional yang mungkin berkaitan dengan mitos dan spirit religius, maka
pada tiap gerakan Tari Kajangki yang hanya dipahami secara menyeluruh
Indonesia, namun hanya sedikit yang berbicara tentang budaya Luwu. Dalam
semiotika untuk menganalisis makna dari tiap gerakan Tari Kajangki yang
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasanuddin.
E. Kerangka Konseptual Penelitian
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara
verbal dan nonverbal. Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
nonverbal.
Komunikasi nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
anggota badan, lalu diikuti dengan lambang, suara, tanda yang diciptakan
6
proses pengiriman pesan saja namun juga suatu proses interpretasi terhadap
dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam
simbol merupakan suatu bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar
perwujudan bentuk simbol itu sendiri. Simbol merupakan kata atau suatu
7
bahasa. Makna pada umumnya merupakan hasil dari persetujuan dalam suatu
budaya atau masyarakat dan bersifat dinamis atau dapat berubah (Dosnbach,
para ahli Ogden dan Ricshards dalam bukunya The Meaning of Meaning
(Donsbach, 2008:2803).
Ada beberapa pandangan mengenai makna yang mencoba untuk
makna berasal dari pemikiran Alston dalam (Sobur, 2013:259). Teori alston
acuan itu.
2. Teori ideasional (ideantional theory). Teori ini suatu jenis teori yang
merupakan salah satu teori makna mengenai makna suatu kata atau
yang timbulkan oleh ucapan tersebut, makna menurut teori ini merupakan
pesan yang memiliki arti baik bagi pengirim maupun penerima pesan tersebut.
Makna bisa dikatakan sebagai produk interaksi simbolik (Sihabudin,
2013:73). Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas
manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Mulyana
tiga teori interaksionisme simbolis yang bertempu pada tiga premis utama:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkaan makna – makna yang ada
lain.
9
berlangsung.
sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian. Tiap unsur budaya
tersebut terbagi dalam tiga wujud yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem
mempengaruhi perasaan mereka, hal ini menjadi alasan mengapa banyak tarian
pertambahan usia, kesuburan, perang dan wabah penyakit, pengusiran setan, dan
melalui gerakan dalam ruang waktu, biasanya berhubungan dengan musik dan
kesepakatan kultural dalam suatu konteks sosial. Melalui suatu tari-tarian kita
dapat melihat perwujudan kecil dari sebuah struktur mendalam atau filosofi
menyampaikan pesan dalam suatu tarian secara lintas budaya tanpa memahami
tradisi dari tarian itu sendiri dalam suatu kebudayaan (Donsbach, 2008:1165).
tindakan maupun hasil karya para leluhur di masa lalu mampu bertahan sampai
saat ini karena adanya respon dari masyarakat Luwu. Respon tersebut dapat
Luwu. Tarian ini sangat menarik karena menampilkan gerakan yang dinamis
istrumen music berupa gendang dan gong. Dalam penelitian ini penulis berfokus
pada Makna Simbolis dan Pesan yang tersirat dalam setiap gerakan Tari
Kajangki.
atau signs (Rachmah, 2014:75). Semiotika adalah kajian ilmu mengenai tanda
yang ada dalam kehidupan manusia serta makna dibalik tanda tersebut.. Menurut
atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. (Van Zoest, 1978,
dyadic, tanda tersusun atas dua bagian yaitu Signifier (penanda) dan Signified
gambaran mental, fikiran, atau konsep. Menurut Saussure, petanda dan penanda
merupakan suatu kesatuan bagaikan dua sisi bagi sehelai kertas (Vera, 2014:46).
triadic. Bagi Peirce tanda “is something which stands to somebody for
2003:41). Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut
konsep dyadic, maka dalam konsep Pierce menawarkan model dengan apa yang
disebut triadic dan konsep trikonominya yang terbagi menjadi tiga, yakni
sebagai berikut:
Sign
Interpretan Object
Gambar 1.1
Segi Tiga Semiotika C.S.Pierce
(Sumbo Tinarbuko, 2008, dalam buku semiotika komunikasi visual)
pandangan Pierce, fungsi tanda merupakan proses konseptual yang akan terus
terbatas”, yaitu rantai makna keputusan oleh tanda-tanda baru menafsirkan tanda
sebelumnya atau seperangkat tanda-tanda. Proses tersebut tidak ada awal dan
tidak ada akhir karena semuanya saling berhubungan. Selanjutnya salah satu
bentuk tanda (sign) adalah kata. Sedangkan sesuatu dapat disebut representamen
Kedua, berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain). Disisi lain
kala tumpang tindih dalam teori Pierce). Interpretant adalah apa yang
ada. Interpretant adalah apa yang diproduksi tanda di dalam kuasa pikiranlah
Menurut Umberto Eco (2011) hipotesis yang paling baik adalah yang
objek yang sama. Dengan kata lain, untuk menentukan apakah yang jadi
interpretant sebuah tanda, yang harus dilakukan adalah menamai interpretant itu
dengan tanda lain yang juga memiliki interpretan lain yang harus dinamai
tersebut. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat
bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda
tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda
yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda adanya
api. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol.
linguistik, namun bukan satu-satunya. Hal yang berlaku bagi tanda pada
umumnya berlaku pula bagi tanda linguistik, tapi tidak sebaliknya. Dengan
Peirce mengkhendaki agar teorinya yang bersifat umum ini dapat diterapkan
pada segala macam tanda, dan untuk mencapai tujuan tersebut, ia memerlukan
SIGN
OBJEK INTERPRETANT
(TANDA)
F. Definisi Operasional
1. Tari Kajangki
Tari Kajangki.
5. Makna Simbolik
G. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
wotu sebagai daerah penelitian karena tradisi kerajaan luwu masih sangat
2. Tipe Penelitian
semiotika.
d) Studi Pustaka
Data yang diperoleh dengan melakukan studi pustakaan yaitu
Miles dan Huberman. Analisis data ini terdiri atas tiga proses yaitu reduksi
18
pertama adalah proses reduksi data. Proses ini meliputi proses merangkum
kemudian dicari tema dan polanya. Dalam proses reduksi, data mengalami
Penyajian bisa berupa tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya.
Proses ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam proses ini,
Gambar 1.3 Analisis Data Model Interaktif Dari Milles dan Huberman
(Sumber : Sugiyono, 2014 :247)
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Komunikasi
Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
berkata: “The most important agency through which the child learns to be
maupun bernafas. Bila tidak ada komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar
kata dalam bahasa Latin “Communico” yang berarti membagi (Cangara, 2012:
20). Sebagai sebuah bidang ilmu yang multidisipliner, ada banyak perspektif
creating and interpreting messages that elicit a response” (Griffin, 2012: 6).
pesan namun juga suatu proses interpretasi terhadap suatu pesan yang
sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber”
Tanda adalah objek atau tindakan yang mengacu pada sesuatu selain tanda itu
dan dibuat tersedia untuk yang lain; dan bahwa mentransmisikan atau
2014:2)
Terdapat dua mazhab utama dalam ilmu komunikasi (Fiske, 2014: 2).
ini fokus kepada pengirim dan penerima menggunakan saluran dan media
makna. Mazhab ini berfokus kepada bagaimana pesan atau teks berinteraksi
memperhatikan peranan teks dalam budaya kita. Pandangan ini tidak melihat
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi merupakan kajian teks dan budaya
bagi mazhab ini. Pandangan ini disebut juga mazhab semiotika karena metode
Utama dalam pandangan ini adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan makna).
(Fiske, 2014:3).
22
makna di dalam pesan, baik oleh pengirim maupun penerima. Pesan yang
kemudian distimulasi oleh penerima pesan sehingga tercipta makna bagi diri
makna yang diciptakan oleh pengirim pesan. Semakin banyak pengirim dan
penerima pesan berbagi tanda yang sama, maka ‘makna’ yang diciptakan oleh
pengirim dan penerima pesan akan semakin mirip satu sama lain.
ilmu politik, literatur, dan filsafat dalam mengkaji aktivitas simbolik manusia.
lainnya memiliki tujuan lain terlepas dari pesan itu sendiri (Griffin, 2012: 7).
Dalam bukunya yang berjudul Theories of Human Communication,
pesan :
23
teori yang menyebut simbol sebagai unsur yang penting dalam sebuah
kita.
2. Makna sebuah pesan bergantung pada fitur-fitur yang mendasarinya
dan apa yang kita lakukan dengan pandangan kita, semuanya merupakan
dalam pesan terkandung rangkaian simbol dan kode (Cangara, 2012: 111).
Kode merupakan rangkaian simbol yang terstruktur dan memiliki arti. Kode
pada dasarnya dibagi atas dua macam yaitu kode verbal dan kode nonverbal.
makna mereka dipelajari dalam budaya tertentu (Griffin, 2012: 41). Suatu
simbol tidak memiliki arti yang tetap pada satu hal mutlak melainkan dapat
kategori dari tanda (sign). Sebuah simbol merupakan sebuah tanda yang
2004: 27). Pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Sobur,
2013: 157) :
1. Simbol-simbol universal, berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur
simbol tersebut. Berdasarkan teori Langer, sebuah simbol atau sebuah kode
ahli. Makna umumnya dikenal sebagai suatu hal yang tinggal dalam pesan dan
manusia membentuk makna dengan dua cara : (1) makna adalah sesuatu yang
adalah “pelengkap fisik” yang ditetapkan oleh manusia terhadap peristiwa dan
muncul sebagai hasil dari interaksi anggota grup dan bukan sebuah fitur
intrinsik dari sebuah objek. Oleh karena itu, makna diciptakan sebagai sebuah
yang lebih besar yaitu dengan membedakan antara makna denotatif dan makna
konotatif. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh
kata-kata (Sobur, 2013: 263). Makna denotatif merupakan makna yang biasa
denotatif yang ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang
ditimbulkan suatu kata. Makna denotatif adalah definisi objektif suatu kata,
2012: 98).
C. Pesan Nonverbal
Komunikasi verbal tidak akan lengkap tanpa adanya komunikasi
tindakan-tindakan) dengan merujuk pada nilai acuan yang jelas dan memiliki
kecuali kita telah berpikir bahwa (a) sebuah konsep akan kekurangan konten
dapat mengatakan “hal ini akan terasa sangat menyenangkan” namun raut
disukainya.
28
mengatakan sesuatu.
Pesan dalam komunikasi nonverbal terdiri atas kode-kode dan simbol-
yang berbeda.
3. Sentuhan (haptics)
Komunikasi sentuhan dapat mengomunikasikan beragam makna, yang
spasial. Empat jarak proksemik yang utama adalah jarak intim, jarak
5. Waktu (chronemics)
Komunikasi temporal (kronemik) mengacu pada pesan-pesan yang
dan kesebalan.
8. Gerakan mata
Gerakan mata dapat berfungsi untuk mencari umpan balik, meminta
gerakan tubuh dan wajah sebagai bentuk pesan nonverbal. Di dalam teori
30
mereka yang dikenal dengan teori struktur kumulatif, Ekman dan Friesen
ungkapan tertentu.
2. Ilustrator. Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara
dan takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Affect
selesai.
D. Interaksi Simbolik
Interaksi simbolik adalah sebuah cara berpikir mengenai pikiran,
pribadi, dan masyarakat dan cara ini telah memberikan kontribusi besar
terhadap tradisi sosial budaya pada teori komunikasi (Littlejohn, 2008: 82).
Hasil yang penting dari interaksi adalah ide tertentu tentang diri, siapa kita
primer mereka dan bahasa adalah sebuah bagian penting dari kehidupan
sosial.
4. Dunia terdiri dari objek-objek sosial yang telah diberi nama dan
The term somehow caught on” (sebuah kata baru kasar yang aku peroleh tanpa
simbolik dan bagaimana menciptakan ketertiban dan makna (Korgen & White
in Aksan, 2009: 902). Tiga konsep dasar dari teori Mead mengenai interaksi
simbolik terdiri atas society, self, dan mind (Littlejohn, 2008: 160). Konsep
pertama dari teori Mead adalah society atau masyarakat. Masyarakat terdiri
penggunaan simbol-simbol.
Konsep kedua adalah konsep diri atau self. Konsep diri adalah sebuah
menanggapi diri itu sendiri. Konsep diri berawal dari proses diri manusia
melihat dirinya sendiri dan mengambil peran orang lain atau mengasumsikan
pikiran merupakan proses berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Proses
yang terjadi sebelum memberi respon atas situasi tersebut. Dalam pikiran kita,
orang lain.
c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial
sedang berlangsung.
Interaksi simbolik adalah sebuah proses yang disemarakkan oleh
makna dan nilai-nilai timbal balik dengan bantuan simbol-simbol yang ada
dimaknai setiap manusia bisa berbeda satu sama lain (Aksan, 2009: 902).
dari tindakan manusia merupakan bagian dari kebudayaan (Sobur, 2013: 177).
kehidupan ini dan bersikap terhadap kehidupan ini (Sobur, 2013: 178).
Di dalam budaya terdapat beberapa unsur yang terdiri atas bahasa,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Tiap unsur budaya
tersebut terbagi kembali dalam tiga wujud yaitu wujud sistem budaya, wujud
keseluruhan tubuh untuk mencari arti terhadap hidup (Danesi, 2004: 63).
(Smyth, 1984: 19). Menurut Anderson, tarian bukan hanya satu bentuk
diskursif yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan dan bahasa pada umumnya,
35
universal.
Tarian sendiri memiliki lima fungsi Utama (Danesi, 2004: 61) dalam
kehidupan manusia :
1. Sebagai bentuk dari komunikasi estetik, untuk mengekspresikan emosi,
pertemuan-pertemuan informal.
5. Tarian sering digunakan sebagai cara untuk menarik perhatian pasangan,
dalam ruang dan waktu, biasa berhubungan dengan musik dan puisi. Tari-
konteks sosial. Melalui tari-tarian kita dapat melihat perwujudan kecil dari
36
secara lintas budaya tanpa memahami tradisi dari tarian itu sendiri dalam suatu
tanda-tanda yang terdapat dalam tarian tersebut. Geerts dalam esainya (Geertz,
bersifat interpretatif.
F. Semiotika
Semiotika atau semiologi adalah metode yang dipakai untuk
2014:69). Tanpa adanya konsep dalam fikiran manusia, maka sebuah tanda
adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem
pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasi (Sobur,
2013:15).
Saussure merupakan seorang ahli bahasa, sehingga dia lebih berfokus pada
Menurut Saussure, petanda dan penanda merupakan suatu kesatuan bagian dua
sisi dari sehelai kertas (Vera, 2014:46). Jadi tanda merupakan kesatuan dari
suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).
orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.
38
satu yang terpenting. Dalam teori semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu
tanda itulah yang menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat
komunikasi merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta
tanda secara umum berlaku juga pada tanda linguistik, tapi belum tentu tanda
Oleh karenanya tanda linguistik ini dalam teori Peirce suatu hal yang
BAB III
Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur atau berjarak sekitar 513 km dari
mendiami terdiri dari dua etnik besar yaitu Wotu dan orang Bugis, disamping
etnik lain seperti Makassar, jawa, lombok, sunda dan bali, yang merupakan
berlaku dua bahasa pengantar yaitu bahasa Wotu yang dituturkan oleh orang
Wotu Asli dan bahasa Bugis. Bahasa Wotu merupakan grup linguistic, Muna-
Buton dan Konjo Sulawesi Selatan (Bulukumba). Dahulu kala bahasa Wotu
pesisir Teluk Bone – Bulukumba dan sebagian Sulawesi Tengah, dan sekitar
Buton Tenggara.
Potensi sejarah dan kekunoan Luwu belum banyak dikaji, sehingga
pengetahuan tentang Wotu masih terbatas, salah satu yang terakhir dilakukan
oleh Ian Caldwel dan D.Bulbeck (2000) dalam final report proyek OXIS,
Land of Iron. Yang menarik adalah bahwa keberadaan arkeologis Wotu sekitar
1500 tahun lebih tua dari Malangke, yang diyakini sebagai pusat perdagangan
Luwu di abad ke XII – XIV, semua ini didasarkan pada temuan keramik dan
hasil Fotocarbon terhadap lapisan kandungan tanah dari berbagai situs yang
ada di Luwu. Berbagai bukti penemuan arkeologi, tradisi lisan maupun naskah
kalinya kepada manusia di Luwu. Demikian pula situs Benteng tua serta Serre
Bessue dimuara sungai Wotu, tempat para Bissu menari untuk suatu acara
adalah menarik untuk mengangkat potensi budaya yang ada dalam masyarakat
b) Misi
sebagai berikut :
baik
6) Mendorong berkembangnya masyarakat yang religius dan kerukunan
Luwu Timur. Luas wilayahnya 130,52 km2 atau meliputi 1,88 persen dari luas
wilayah yang terluas yaitu 22,31 km2 atau meliputi 17 persen dari luas
Kabupaten Luwu Timur tepatnya terletak diantara 2 31’ 58” - 2 39’ 57”
Lintang Selatan dan 120 45’ 20” - 120 55’ 38” Bujur Timur. Kecamatan
Angkona sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Bone dan di
dari 16 desa yang seluruhnya berstatus desa definitive dengan 70 dusun dan
191 RT. Sebagian wilayah Kecamatan Wotu merupakan daerah pesisir. Lima
datar, karena keenambelas desanya merupakan daerah datar dan tidak ada
3. Penduduk
Kepadatan penduduk di Kecamatan Wotu tergolong tinggi yaitu
adalah Desa Lera dengan kepadatan 692 orang per kilometer persegi, sedang
per kilometer persegi. Pada tahun 2016, jumlah penduduk di Kecamatan Wotu
sebanyak
orang dan perempuan sebanyak 15.009 orang, sehingga rasio jenis kelaminnya
sebesar 102 yang artinya dari 100 wanita terdapat sekitar 102 orang laki-laki.
4. Pendidikan
formal dari tingkat SD sampai SLTA telah tersedia dan terdistribusi di setiap
yang diajar oleh seorang guru. Angka rasio ini dapat digunakan untuk
kecil angka rasio maka semakin efektif proses belajar mengajar. Pada tahun
ajaran 2015/2016 rasio murid guru SD dan SLTP berturut-turut sebesar 17 dan
13 murid setiap guru. Sementara untuk rasio siswa guru untuk pendidikan
5. Kesehatan
44
Bawalipu. Selain itu terdapat satu puskesmas yang terletak di Desa Bawalipu,
Pada tahun 2016 penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah kasus
Kecamatan Wotu yaitu sebanyak 1.440 orang, sedangkan alat kontrasepsi lain
seperti pil sebanyak 862 orang, Implant 921 orang, IUD 187 orang, MOW 159
membuang sampah dalam lubang dan dibakar. Tempat buang air besar pada
7. Agama
antara lain dapat dilihat dari banyaknya tempat ibadah bagi umat Islam seperti
agama Kristen dan Hindu dengan jumlah tempat ibadah berupa gereja
Pada tahun 2016, luas lahan sawah di Kecamatan Wotu seluas 4.254
hektar yang terdiri dari dari 4.177 hektar sawah irigasi teknis dan 77 hektar
sawah tadah hujan. Nilai produksi palawija yang tertinggi di kecamatan Wotu
adalah jagung dengan jumlah produksi sebesar 3.026 ton dari luas panen
sebesar 456 hektar, diikuti oleh Ubi Kayu dengan produksi sebanyak 373 ton
komoditi perkebunan antara lain, kelapa sawit, kelapa, lada dan kakao.
Kecamatan Wotu, yaitu sebanyak 1.858 ekor. Sementara itu, ternak kecil yang
paling banyak adalah ternak babi yaitu 4.134 ekor, kemudian kambing
sebanyak 855 ekor. Selanjutnya ternak unggas yang terbanyak adalah ayam
Teluk Bone, sehingga daerah ini potensi terhadap perikanan laut dan budidaya.
Wotu, pada tahun 2016 terdapat sebanyak 4 pasar dengan bangunan, 3 pasar
di Desa Bawalipu.
terdapat satu unit kantor pos yang terdapat di Desa Bawalipu, kemudian 4 unit
tower telepon seluler yang telah menjangkau seluruh desa di Kecamatan Wotu.
Selain itu terdapat satu usaha warnet yang terdapat di Desa Bawalipu.
47
terjemahan lain yaitu Ibu Kota tercinta. Wotu dalam berkomunikasi memiliki
bahasa tersendiri dalam suatu rumpun bahasa Kaili, Buton dan Selayar.
Orang Wotu dahulu menyebut dirinya sebagai Suku luwu, dan kadang juga
menyebut dirinya sebagi suku Wotu, orang Wotu bukan bahagian dari suku
Macoa Bawalipu yang pertama bernama Bau Jala memiliki tiga orang
Buton dan Bau Cina di Palopo. Secara khusus Bahasa Wotu, Kaili dan Buton
sekitar 70% hampir sama, walaupun ketiga daerah ini berjarak ribuan
kilometer.
Teluk Bone dan sebagian Sulawesi Tengah, dan sekitar Buton Tenggara.
Bahasa Wotu menurut Petras (ibid) adalah salah satu bahasa asli daerah Luwu
demikian pula dalam struktur hirarkhi Kerajaan Luwu , yang kadang kala ada
yang lebih ironis justru dari kelompok generasi Luwu pada periode-periode
akhir, mereka tidak menyadari bahwa Wotu bukan merupakan palili (vassal)
48
istiadat yang masih berjalan hingga saat ini, salah satunya yaitu tari Kajangki
yang dilakukan pada acara-acara tertentu seperti pesta pernikahan, yang masih
berjalan hingga saat ini di beberapa Desa di Kecamatan Wotu, yang mayoritas
Selatan yang terluas wilayahnya. Luwu berarti “Tanah karunia Tuhan yang
Kaya”. Sejak dulu kekayaan alam daerah ini berlimpah ruah, sehingga tidak
mengherankan kalau pada zaman penjajahan belanda, daerah ini salah satu
yang dikuasainya. Sejak zaman kemerdekaan daerah ini hanya sebagai satu
sumber daya manusia yang ada, maka Kabupaten Luwu secara berhadap telah
Kabupaten Luwu Timur pada mulanya merupakan Desa kecil sunyi yang
terletak dibibir danau Matano. Daerah ini berjarak 600 km sebelah timur laut
kota Makassar, Ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini Luwu Timur
terdiri dari delapan kecamatan salah satunya adalah Wotu. Melalui sejarah
kebudayaan Sulawesi Selatan ini dikenal ada beberapa jenis kesenian yang
49
Tari Kajangki adalah tari asli dari suku Wotu (To Luwu) yang berdiam
di kabupaten Luwu Timur. Tari Kajangki berasal dari kata Jangki yang berarti
diperoleh, bahwa keberadaan Tari Kajangki di Wotu adalah sejak adanya ade”
atau adaptasi yang mengharuskan adanya norma yang berlaku bagi yang
sanksi yang dinamakan “Eja-Eja”. Hal ini memberi penjelasan bahwa Tari
dicapai dalam medan perang atau mendapat rezeki dalam kehidupan. Karena
dianggap melanggar norma adat dan akan diberikan sanksi sesui ketentuan
yang berlaku.
kesenian asli Luwu seperti yang dikukuhkan dalam surah Mulataue dalam
ada, bahwa semua wilayah Luwu Tari Kajangki hanya diketemukan di Wotu.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan, dimana lokasi
dilaksanakan pada Kecamatan Wotu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
berperan sebagai Toko Adat. Menurut Beliau Tarian ini dari kata Jangki
dan sukacita dari masyarakat Luwu. Tari Kajangki Juga merupakan salah
yang terkesan sudah modern. Beliau berharap agar kebudayaan tetap hadir
dalam kehidupan masyarakat agar tetap diingat oleh generasi saat ini
No.12, kecamatan Wotu. Semasa muda beliau adalah seorang penari dan
Wotu.
3) Asrul
Beliau adalah seorang wiraswasta. Beliau mengenal dan mulai bergabung
dalam tari Kajangki sejak tahun 2005, pada saat itu beliau berumur 22
Kajangki. Bagi beliau, tari Kajangki merupakan salah satu tarian adat suku
Beliau merupakan kepala suku adat Wotu, beliau melihat tari Kajangki
adat, masuk rumah dll. Dari arti Kajangki itu sendiri yaitu “Sebuah
syukur, kegembiraan dan suka cita dari masyarakat suku Wotu. Tari
agar tetap diingat oleh generasi saat ini maupun di kemudian hari.
I. Informan terdiri atas satu toko adat, satu budayawan, dua pemain dan satu
kepala suku. Informan yang merupakan toko adat adalah Amiruddin yang
Laluka. Informan yang merupakan penari dalam tari Kajangki adalah Asrul
yang berusia 35 tahun dan Bapak Arsyad 58 tahun. Informan yang merupakan
keturunan Anre Guru sarat akan makna. Untuk menganalilis makna pesan
memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda atau karena ikatan konvensional
dengan tanda-tanda tersebut. Pierce menawarkan model dengan apa yang disebut
triadic dan konsep trikonominya yang terbagi menjadi tiga, yakni Sign, Object
dan Intrepretant.
yang akan terus berlangsung dan tak terbatas. Kondisi tersebut dinamakan
“Semiosis tak terbatas”, yaitu rantai makna keputusan oleh tanda-tanda baru
tidak ada awal dan tidak ada akhir karena semuanya saling berhubungan.
Selanjutnya salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sedangkan sesuatu dapat
pertama, bisa dipersepsi, baik dengan panca-indera maupun dengan pikiran atau
54
perasaan. Kedua, berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain). Disisi
kadang kala tumpang tindih dalam teori Pierce). Interpretant adalah apa yang
ada. Interpretant adalah apa yang diproduksi tanda di dalam kuasa pikiranlah
nonverbal yang memiliki makna. Selain itu, salah satu elemen penting lainnya
dari tari adalah atribut, yaitu kelengkapan tari yang dimainkan, yang
dimanipulasi hingga menjadi bagian dari gerak. Atribut adalah suatu hal yang
seringkali diadakan saat acara pernikahan atau acara adat lainya. Tari Kajangki
eksistensi suku wotu yang gagah perkasa dari dulu hingga sekarang, walaupun
secara harfiah pada masa silam tidak ada yang mengetahui pakaian asli yang
dipakai oleh batara guru ketika turun “menaklukkan” tanah wotu (Luwu), akan
tetapi menurut kitab I laga ligo pakaian yang dipakai memiliki kemiripan
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel analisis dari atribut yang
Tanda (sign)
Waju Maeta
Baju Hitam
Objek (object)
Interpretasi Mengandung makna gagah perkasa
(interpretant)
Tanda (sign)
Lipa’ Maeja
Tanda (sign)
Lara’ Rate Maeta
Tanda (sign)
Kawali
Tanda (sign)
Genderange’
Tanda (sign)
Tongko Ulu’
memiliki gerakan yang mutlak. Terdapat aturan yang menjadi patokan dalam
yang sama dan serentak. Hal yang paling penting dalam gerakan tari Kajangki
dari penarinya.
Kajangki :
I. Gerakan Berjalan
Tanda (sign)
Tanda (sign)
Gerakan Ketangkasan
Objek (object)
Interpretasi (interpretant) Sebagai Symbol bahwa To Luwu adalah
orang yang lincah dan tangkas dalam
menghadapi musuh
Tanda (sign)
Gerakan Serangan
Objek (object)
Interpretasi (interpretant) Sebagai symbol bahwa to luwu adalah orang
yang tidak takut untuk terus maju menyerang
demi membela diri
Tanda (sign)
adalah sama yang bertujuan untuk menunjukkan kemenangan yang dalam hal
pendamping (istri).
makna dari setiap tanda yang terdapat dalam tari Kajangki ini. Dapat dilihat
sekian lama.
65
Masyarakat wotu percaya bahwa tiada perjuangan sia-sia dan tiada perjuangan
sungguh.
Pandangan masyarakat Suku Wotu di masa lalu terhadap Tari kajangki
“Tari Kajangki ini adalah warisan budaya yang telah berjalan sekian lama
dari nenek moyang kita terdahulu. Berasal dari kepercayaan orang jaman
dulu yang percaya bahwa Tari Kajangki adalah Kepercayaan diri atas
sebuah kemenangan yang dicapai. Maka dari itu, tari Kajangki sebagai
simbol rasa syukur para pejuang pria akan keberhasilan dan rasa syukur
tubuh (Body Language) memiliki makna tersendiri dari setiap simbol tersebut.
Dari pemaparan makna sebelumnya dapat dikatakan bahwa simbol dalam tari
masyarakat setempat. Namun, dibalik itu semua memiliki arti dan makna
tersendiri.
generasi selanjutnya untuk tetap melestarikan budaya mereka, terlihat dari apa
B. Pembahasan
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dilepaskan dari
simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia,
kebudayaan dan simbol-simbol yang diciptakan oleh manusia. Oleh sebab itu,
menghormati akar budaya atau asal muasal dibentuknya tarian. Sebagai salah
satu bentuk kebudayaan, tarian juga merupakan bagian dari aktivitas yang
simbol tersebut tidak memiliki hubungan alami dengan apa yang disebutkan
terkandung dalam tari Kajangki mulai berkurang. Hal ini terlihat dari hasil
atribut dan gerakan dalam tari Kajangki, dan hanya beberapa informan yang
Adanya simbol-simbol ini tidak akan ada dan memberi makna tanpa
atau Nikka Datu Balua. Hal ini dilakukan guna menjaga agar kebudayaan dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
69
sebagai berikut :
1) Gerak Berjalan Memutar
2) Gerak Ketangkasan
3) Gerak Serangan
4) Gerak Bagaimana Menyeberangi Sungai
2. Makna simbolik yang terdapat pada atribut-atribut dan gerakan tubuh
syukur dan memanjatkan doa agar pada hari hari berikutnya tetatp
sebelumnya, maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan yaitu
sebagai berikut :
1. Semakin maju arus globalisasi, rasa cinta terhadap budaya semakin
berkurang dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli
Wotu (To Luwu) sekarang ini, agar tidak terbawa arus modernisasi dan
DAFTAR PUSTAKA
semua yang menggunakan pakaian adat Luwu adalah Pemain dari Tarian
Kajangki.