DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan waktu, kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Oleh Kalangan Anak Muda Terhadap
Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
Laporan Penelitian ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Penelitian ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan
Penelitian ini.
Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Laporan
Penelitian yang selanjutnya akan saya susun.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa
Daerah dikalangan Anak Muda Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia ini dapat memberikan
manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Pengaruh Penggunaan
Bahasa Daerah Dikalangan Anak MudaTerhadap Penggunaan Bahasa Indonesia.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................................................6
2.2 Simalungun..................................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................7
METODE PENELITIAN......................................................................................................................7
BAB IV.................................................................................................................................................8
HASIL PENELITIAN...........................................................................................................................8
BAB V.................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia, negara yang terdiri dari banyak pulau atau daerah, memiliki banyak bahasa yang
berbeda dari pulau ke pulau dan dari daerah ke daerah, yang disebut bahasa daerah. Bahasa daerah ini
digunakan secara informal ketika berkomunikasi dengan penduduk lain di daerah yang sama. Pada
acara-acara resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pembicara, tetapi dalam Sumpah
Pemuda bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia diakui dan diterima oleh
orang Indonesia. Bahasa daerah di daerah yang sama berbeda. Misalnya, di Sumatera Barat, bahasa
Minangkabau digunakan sebagai bahasa daerah, dan di Medan sebagai bahasa Batak. Bahasa daerah
ini dapat membedakan satu daerah dengan daerah lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (3)
modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat aglutinasi
ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern, suplisi, dan modifikasi
kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia hanya melalui afiksasi dan reduplikasi.
2.2 Simalungun
Menurut P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar
Simalungun tahun 1937), bahasa Simalungun berada pada posisi menengah antara rumpun Batak
Utara dan rumpun Batak Selatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa
bahasa Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak Selatan yang terpisah dari bahasa-bahasa
Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing yang sekarang.
Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, tetapi
Uli Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun
selatan yang berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba
atau Mandailing.Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan
bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, tetapi Pdt. Djaulung
Wismar Saragih menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa
Simalungun dan Toba namun memiliki makna yang berlainan. Bahasa Simalungun mempunyai ciri-
ciri konservatif dan merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Batak yang terdekat secara fonologis
dengan bahasa induknya
5
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini digunakan analisis struktur bahasa berlandaskan teori linguistik deskriptif
struktural. Di antara penganut aliran ini Blooinfield (1953), nida (1970), chaer (1994), samsuri (1982),
dan tarigan (1988) dengan priinsip sebagai berikut: pertama, kajian atau telaah bahasa harus bersifat
dekriptif dengan pengertian bahwa telaah itu berdasarkan bahasa yang diteliti sebagaimana adanya
dan bukan yang semestinya ada. Kedua, bahasa merupakan mempunyai aturan-aturan tersendiri.
Ketiga, kata benda tidak hanya dapat diturunkan dari kata dasar jenis lain, seperti kata dasar kata sifat,
kata dasar kata kerja, kata dasar kata kerja, kata dasar kata keadaan dan kata dasar bilangan.
Setiap bahasa mempunyai ciri khas dalam unsur-unsurnya; akan tetapi untuk penelitian bahasa
yang belum pernah dilakukan, dapat diterapkan dari teori bahasa yang serumpun (dalam hal ini bahasa
Indonesia). Hal ini sesuai dengan kajian apabila peneliti belum memiliki pemahaman yang cukup
terhadap bahasa yang diteliti. Akan tetapi, bila ada kelainan dalam bahasa itu (bahasa Simalungun)
tidak akan dipaksakan sama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan salah satu
kriteria dalam analisis bahasa yang tidak berusaha untuk memaksakan sesuatu bahasa indoensai
diukur dari kategori-kategori bahasa latin atau yunani (Djajasudarma,1993:15).
Nida (1970:1) mengatakan morphology is the study of morpheme and their arrangelogy in
informating words. Pendapat ini sejalan dengan pendapat ramlan (1985:1) yang mengemukakan
bahasa morfologi ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan sktruktur kata terhadap golongan dan arti.
6
BAB IV
HASIL PENELITIAN
a. Bentuk
Mengalami bentuk bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun
konsonan, untuk menghasilkan nomina bila paN- melekat pada bentuk dasar yang
berfonem awal /b/ dan /p/ maka prefiks /paN-/ berubah menjadi /pam-/ sedangkan
fonem awal kata dasar luluh. Contoh :
/PaN-/ bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /d/,/t/,/s/ makan
/paN-/ berubah menjadi /pan/. Contoh : /paN-/+duda ‘tumbuk’ àpanduda
‘penumbuk’, /paN-/+dugur ‘goyang’ àpandugur ‘penggoyang’.
/PaN-/ bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /h/ maka /paN-/
berubah menjadi /pak-/. Contoh : /paN-/+harat ‘gigit àpakkarat ‘penggigit’.
b. Distribusi
Nomina
Contoh :
Verba
Contoh :
7
c. Makna / Arti
Makna yang ditimbulkan prefiks /paN-/ adalah menyatakan alat atau orang yang
melalukan perbuatan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :
Menyatakan cara melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :
2. Prefiks /Par-/
a. Bentuk
Prefiks /Par-/ tidak mengaami perubahan bentuk, baik melekat pada bentuk dasar
yang berfonem vokal maupun konsonan. Contoh :
b. Distribusi
Nomina
Contoh :
Adjektiva
Contoh :
8
Makna /Arti
f. Menyatakan sifat seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar, contoh :
a. Bentuk
b. Distribusi
Nomina
Contoh :
Verba
Contoh :
Makna /Arti
Infiks /-in-/ pada umumnya menyatakan makna hasil suatu perbuatan yang
disebut oleh bentuk dasarnya.
Contoh :
Bentuk
Contoh :
10
Malo ‘pandai’ +/-an/ àmaloan ‘lebih pandai’
Distribusi
1. Verba
Contoh :
2. Adjektiva
Contoh :
Makna /Arti
a. Menyatakan Tempat,
Contoh :
c. Menyatakan hal yang disebut seperti apa yang tersebut pada bentuk
dasar, Contoh :
11
Suanan ‘yang ditanam’.
Bahasa Simalungun mengenal tiga (3) jenis konfiks yang membentuk nomina yaitu :
1. Konfiks /ha-an/
2. Konfiks /paN-an/
3. Konfiks /par-an/
1. Konfiks /ha-an/
a. Bentuk
Contoh :
b. Distribusi
Verba
Contoh :
Nomina
Contoh :
12
Guru +/ha-an/ àhaguruan ‘ilmu dukun’
Adjektiva
Contoh :
Makna /Arti
Hasangapan ‘kemujuran’
Hadearan ‘kebaikan’
2. Konfiks /paN-an/
Bentuk, contoh :
Distribusi, contoh :
Makna /Arti
13
Konfiks /paN-an/ menyatakan makna tempat seperti apa yang tersebut pada
bentuk dasar, contoh :
3. Konfiks /Par-an/
Bentuk
Distribusi
Makna
konfiks /paN-an/ menyatakan makna tempat seperti apa yang tersebut pada
bentuk dasar, contoh :
4. Konfiks /Par-an/
Bentuk
Distribusi
a) Nomina
Contoh :
14
/Par-an/+huta àparhutaan ‘perkampungan’.
b) Verba
Contoh :
c) Makna
15
BAB V
PENUTUP
Prefik PaN mengalami bentuk bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal
maupun konsonan, untuk menghasilkan nomina bila paN- melekat pada bentuk dasar yang berfonem
awal /b/ dan /p/ maka prefiks /paN-/ berubah menjadi /pam-/ sedangkan fonem awal kata dasar luluh.
Sedangkan Prefiks /Par-/ tidak mengaami perubahan bentuk, baik melekat pada bentuk dasar yang
berfonem vokal maupun konsonan. Dalam bahasa Simalungun terdapat atu infiks yang membentuk
nomina yaitu infiks –in-, contoh : tinutung ‘yang dibakar’, sinuan ‘yang ditanam’. Sufiks yang
membentuk nomina dalam bahasa Simalungun adalah sufiksasi /-an/. Konfiksasi adalah proses
melekatnya prefiks dan sufiks, baik secara berurutan (prefiksasi terjadi lebih dahulu laku diikuti oleh
sufiksasi atau sebaliknya terjadi lebih dahulu laku diikuti oleh prefiks maupun secara sekaligus).
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 2002. Pokok Kualitatif:Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan penelitian
Kualitatif. Jakarta:Pustaka Jaya.
Alwi, Hasan, et al. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina Leony. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Cox, C. 1999. Teaching Language Arts: A Student-and-Response-Centered Classroom. Boston: Allyn
and Bacon.
Kundharu Saddhono). 2004. Analisis Kontrastif Kajian Penerjemahan Frasa Nominal. Surakarta:
Pustaka Cakra.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Verhaar,
JWM. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
16
17