Anda di halaman 1dari 17

PROSES MORFOLOGIS BAHASA BATAK SIMALUNGUN

MIINI RISET MORFOLOGI

DOSEN PENGAMPU : Dr. MALAN LUBIS, M.Hum

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Amoy Krisnawaty Saragih (2202510014)

Felicia Eneguita Br Surbakti (2203510004)

Riska Ramadani (2203510001)

Rizky Chairunnisa ( 2202510002)

Rosenna Rema Yunia Br Samosir (2203510003)

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan waktu, kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Oleh Kalangan Anak Muda Terhadap
Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.

Laporan Penelitian ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Penelitian ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan
Penelitian ini.

Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Laporan
Penelitian yang selanjutnya akan saya susun.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa
Daerah dikalangan Anak Muda Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia ini dapat memberikan
manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Pengaruh Penggunaan
Bahasa Daerah Dikalangan Anak MudaTerhadap Penggunaan Bahasa Indonesia.

Simalungun, November 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.................................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................................................6

2.1 PROSES MORFOLOGIS............................................................................................................6

2.2 Simalungun..................................................................................................................................6

BAB III..................................................................................................................................................7

METODE PENELITIAN......................................................................................................................7

BAB IV.................................................................................................................................................8

HASIL PENELITIAN...........................................................................................................................8

4.1 Afiksasi Nomina Bahasa Simalung..............................................................................................8

4.2 Infiks Bahasa Simalungun.........................................................................................................10

4.3 Sufiksasi Nomina Bahasa Simalungun......................................................................................11

4.4 Konfiksasi Nomina Bahasa Simalungun....................................................................................13

BAB V.................................................................................................................................................17

PENUTUP...........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan simbol yang unik dari suatu negara atau wilayah karena merupakan elemen
kunci dan alat komunikasi yang paling penting. Dalam interaksi, hubungan sosial dengan orang lain
dalam masyarakat, setiap orang membutuhkan bahasa. Bahasa di dunia ini sangat beragam. Karena
setiap negara memiliki bahasanya masing-masing, maka suatu bahasa juga dapat membedakan negara
yang satu dengan negara yang lain, atau daerah yang satu dengan daerah yang lain. Indonesia adalah
bahasa umum atau utama negara, tidak seperti Amerika Serikat, di mana bahasa Inggris adalah negara
bagian. Oleh karena itu, bahasa juga dapat menjadi ciri khas suatu negara.

Indonesia, negara yang terdiri dari banyak pulau atau daerah, memiliki banyak bahasa yang
berbeda dari pulau ke pulau dan dari daerah ke daerah, yang disebut bahasa daerah. Bahasa daerah ini
digunakan secara informal ketika berkomunikasi dengan penduduk lain di daerah yang sama. Pada
acara-acara resmi, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pembicara, tetapi dalam Sumpah
Pemuda bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia diakui dan diterima oleh
orang Indonesia. Bahasa daerah di daerah yang sama berbeda. Misalnya, di Sumatera Barat, bahasa
Minangkabau digunakan sebagai bahasa daerah, dan di Medan sebagai bahasa Batak. Bahasa daerah
ini dapat membedakan satu daerah dengan daerah lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Afiksasi Nomina Bahasa Simalungun?


2. Bagaimana Infiks Bahasa Simalungun?
3. Bagaimana Sufiksasi Nomina Bahasa Simalungun
4. Bagaimana konfiksasi nomina bahasa Simalungun?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah agar para mahasiswa mampu mendalami lagi mengenai proses
morfologis. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tapi juga dalam bahasa daerah.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah mahasiswa memahami dan mengetahui mengenai proses
morfologis bahasa daerah dan juga meningkatkan skill mahasiswa dalam membuat makalah penelitian

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PROSES MORFOLOGIS


Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata disebutnya sebagai bentuk
minimal yang bebas, artinya bentuk itu dapat diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului
dan diikuti oleh jeda yang potensial. Di samping itu, bentuk itu akan mendapat pola intonasi
dasar/[2]31/. Bentuk-bentuk seperti /apa/, /mana/ akan mendapat kontur intonasi /31/; /keras/, /beras/
akan mendapat kontur intonasi /231/, /pas/, /ban/ akam mendapat kontur intonasi 31/; /menara/
berkontur intonasi /[2]231/. Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem menjadi
kata.

Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (3)
modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat aglutinasi
ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern, suplisi, dan modifikasi
kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia hanya melalui afiksasi dan reduplikasi.

2.2 Simalungun
Menurut P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar
Simalungun tahun 1937), bahasa Simalungun berada pada posisi menengah antara rumpun Batak
Utara dan rumpun Batak Selatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa
bahasa Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak Selatan yang terpisah dari bahasa-bahasa
Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing yang sekarang.

Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, tetapi
Uli Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun
selatan yang berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba
atau Mandailing.Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan
bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, tetapi Pdt. Djaulung
Wismar Saragih menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa
Simalungun dan Toba namun memiliki makna yang berlainan. Bahasa Simalungun mempunyai ciri-
ciri konservatif dan merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Batak yang terdekat secara fonologis
dengan bahasa induknya

5
BAB III

METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini digunakan analisis struktur bahasa berlandaskan teori linguistik deskriptif
struktural. Di antara penganut aliran ini Blooinfield (1953), nida (1970), chaer (1994), samsuri (1982),
dan tarigan (1988) dengan priinsip sebagai berikut: pertama, kajian atau telaah bahasa harus bersifat
dekriptif dengan pengertian bahwa telaah itu berdasarkan bahasa yang diteliti sebagaimana adanya
dan bukan yang semestinya ada. Kedua, bahasa merupakan mempunyai aturan-aturan tersendiri.
Ketiga, kata benda tidak hanya dapat diturunkan dari kata dasar jenis lain, seperti kata dasar kata sifat,
kata dasar kata kerja, kata dasar kata kerja, kata dasar kata keadaan dan kata dasar bilangan.

Setiap bahasa mempunyai ciri khas dalam unsur-unsurnya; akan tetapi untuk penelitian bahasa
yang belum pernah dilakukan, dapat diterapkan dari teori bahasa yang serumpun (dalam hal ini bahasa
Indonesia). Hal ini sesuai dengan kajian apabila peneliti belum memiliki pemahaman yang cukup
terhadap bahasa yang diteliti. Akan tetapi, bila ada kelainan dalam bahasa itu (bahasa Simalungun)
tidak akan dipaksakan sama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan salah satu
kriteria dalam analisis bahasa yang tidak berusaha untuk memaksakan sesuatu bahasa indoensai
diukur dari kategori-kategori bahasa latin atau yunani (Djajasudarma,1993:15).

Nida (1970:1) mengatakan morphology is the study of morpheme and their arrangelogy in
informating words. Pendapat ini sejalan dengan pendapat ramlan (1985:1) yang mengemukakan
bahasa morfologi ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan sktruktur kata terhadap golongan dan arti.

6
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Afiksasi Nomina Bahasa Simalung


1. Prefiks paN-

a. Bentuk

Mengalami bentuk bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun
konsonan, untuk menghasilkan nomina bila paN- melekat pada bentuk dasar yang
berfonem awal /b/ dan /p/ maka prefiks /paN-/ berubah menjadi /pam-/ sedangkan
fonem awal kata dasar luluh. Contoh :

 /paN-/+bunuh àpamunuh ‘pembunuh’

 /paN-/+putor àpamutor ‘pemutar’

/PaN-/ bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /d/,/t/,/s/ makan
/paN-/ berubah menjadi /pan/. Contoh : /paN-/+duda ‘tumbuk’ àpanduda
‘penumbuk’, /paN-/+dugur ‘goyang’ àpandugur ‘penggoyang’.

/PaN-/ bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /h/ maka /paN-/
berubah menjadi /pak-/. Contoh : /paN-/+harat ‘gigit àpakkarat ‘penggigit’.

b. Distribusi

Prefiks /paN-/ dapat melekat pada :

 Nomina

Contoh :

 /paN-/+suri ‘sisir àpanuri ‘penyisir’.

 /paN-/+surat ‘surat àpanurat ‘penulis’.

 Verba

Contoh :

 /paN-/+harat ‘gigit àpakkarat ‘penggigit’

 /paN-/+tangko ‘curi àpanangko ‘pencuri’

7
c. Makna / Arti

Makna yang ditimbulkan prefiks /paN-/ adalah menyatakan alat atau orang yang
melalukan perbuatan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

 Panangko ‘orang yang mencuri’

 Panurat ‘orang yang menulis’

Menyatakan cara melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

 Pamoroh ‘cara memeras’

 Pangayak ‘cara mengejar’

2. Prefiks /Par-/

a. Bentuk

Prefiks /Par-/ tidak mengaami perubahan bentuk, baik melekat pada bentuk dasar
yang berfonem vokal maupun konsonan. Contoh :

 /Par-/+ bapa àparbapa ‘jadikan bapak’

 /Par-/+judi àparjudi ‘penjudi’

b. Distribusi

Prefiks /par-/ dapat melekat pada

 Nomina

Contoh :

 /Par-/+juma àparjuma ‘peladang’.

 /Par-/+anggi àparanggi ‘jadikan adik’

 Adjektiva

Contoh :

/Par-/+biar àparbiar ‘penakut’

/Par-/+ringis àparringis ‘pemarah’

8
 Makna /Arti

Makna yang didukung oleh prefiks /par-/ adalah :

a. Menyatakan cara, contoh :

 Parhundul, partubuh, parjonjong

b. Menyatakan alat, contoh ;

 Parjukjuk ‘alat menjolok’

 Pargijik ‘alat melempar’

c. Menyatakan berasal dari, contoh :

 parMedan ‘berasal dari Medan’

 parRaya ‘berasal dari Raya’

d. Menyatakan biasa mengerjakan apa yang tersebut pada bentuk dasar,


contoh :

 Parburu ‘yang biasa berburu’

 Parjudi ‘yang biasa berjudi’

e. Menyatakan mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar, contoh :

 Parhorbo ‘yang mempunyai kerbau’

 Parjuma ‘yang mempunyai ladang’

f. Menyatakan sifat seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar, contoh :

 Parbiar ‘mempuyai sifat penakut’

 Perholong ‘mepunyai sifat penyayang’.

4.2 Infiks Bahasa Simalungun


Dalam bahasa Simalungun terdapat atu infiks yang membentuk nomina yaitu infiks –in-,
contoh : tinutung ‘yang dibakar’, sinuan ‘yang ditanam’.

a. Bentuk

Infiks /-in-/ tidak mengalami perubahan bentuk .


9
contoh :

 /-in-/+tanom àtinanom ‘yang ditanam’

 /-in-/+suan àsinuan ‘yang ditanam’

b. Distribusi

Infiks /-in-/ dapat melekat pada kata,

 Nomina

Contoh :

 /-in-/+hail àhinail ‘yang dipancing’

 /-in-/+tali àtinali ‘yang diikat’.

 Verba

Contoh :

 /-in-/+tutung àtinutung ‘yang dibakar’

 /-in-/+tangko àtinangko ‘yang dicuri’.

 Makna /Arti

Infiks /-in-/ pada umumnya menyatakan makna hasil suatu perbuatan yang
disebut oleh bentuk dasarnya.

Contoh :

 /-in-/+suan àsinuan ‘yang ditanam’

 /-in-/+tali àtinali ‘yang diikat’.

4.3 Sufiksasi Nomina Bahasa Simalungun


Sufiks yang membentuk nomina dalam bahasa Simalungun adalah sufiksasi /-an/.

 Bentuk

Sufiks /-an/ tidak mengalami perubahan bentuk.

Contoh :

10
 Malo ‘pandai’ +/-an/ àmaloan ‘lebih pandai’

 Jenges ‘cantik’ +/-an/ àjengesan’lebih cantik’

 Distribusi

1. Verba

Contoh :

 Tangko ‘curi’+/-an/ àtangkoan ‘curian’

 Padar ‘panggang’+/-an/ àpadaron ‘panggangan’.

2. Adjektiva

Contoh :

 Etek ‘kecil’+/-an/ àetekan ‘lebih kecil’

 Golap ‘gelap’+/-an/ àgolapan ‘lebih gelap’.

 Makna /Arti

Makna yang ditimbulkan sufiks /-an/ adalah :

a. Menyatakan Tempat,

Contoh :

 Jomuran ‘tempat menjemur’

 Hundulan ‘tempat duduk’

b. Menyatakan menderita seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar,


Contoh :

 Bayohan ‘menderita bisul’

 Ugahan ‘menderita luka’

c. Menyatakan hal yang disebut seperti apa yang tersebut pada bentuk
dasar, Contoh :

 Tutungan ‘yang dibakar’

11
 Suanan ‘yang ditanam’.

4.4 Konfiksasi Nomina Bahasa Simalungun


Konfiksasi adalah proses melekatnya prefiks dan sufiks, baik secara berurutan (prefiksasi
terjadi lebih dahulu laku diikuti oleh sufiksasi atau sebaliknya terjadi lebih dahulu laku diikuti
oleh prefiks maupun secara sekaligus).

Bahasa Simalungun mengenal tiga (3) jenis konfiks yang membentuk nomina yaitu :

1. Konfiks /ha-an/

2. Konfiks /paN-an/

3. Konfiks /par-an/

1. Konfiks /ha-an/

a. Bentuk

Konfiks /ha-an/ tidak mengalami perubahan bentuk baik melekat bentuk


dasar yang dimulai dengan konsonan maupun vokal.

Contoh :

 Raja +/ha-an/ àharajaan ‘kerajaan’

 Sonang+/ha-an/ àhasonangan ‘kesenangan’.

b. Distribusi

Konfiks /ha-an/ dalam bahasa Simalungun dapat melekat pada,

 Verba

Contoh :

 Tutung +/ha-an/ àhatutungan ‘kebakaran’

 Tubuh +/ha-an/ àhatubuhan ‘kelahiran’

 Nomina

Contoh :

 Raja +/ha-an/ àharajaan ‘kerajaan’

12
 Guru +/ha-an/ àhaguruan ‘ilmu dukun’

 Adjektiva

Contoh :

 Damei +/ha-an/ àhadameian ‘kedamaian’

 Golap +/ha-an/ àhagolapan ‘kegelapan’.

 Makna /Arti

Konfiks /ha-an/ dalam bahasa Simalungun mengandung makna


sebagai berikut,

Menyatakan Abstraksi dari kata keadaan, contoh :

 Hasangapan ‘kemujuran’

 Hadearan ‘kebaikan’

Menyatakan tempat, contoh :

 Habutubuan ‘tempat kelahiran’

 Hamateian ‘tempat kematian’.

2. Konfiks /paN-an/

Konfiks /paN-an/ mengalami perubahan,

 Bentuk, contoh :

 /paN-an/+tutung àpanutungan ‘tempat membakar’

 /paN-an/+suan àpamarotan ‘pemajaman’

 Distribusi, contoh :

 /paN-an/+suan àpanuanan ‘tempat menanam’

 /paN-an/+buat àpambuatan ‘tempat mengambil’

 Makna /Arti

13
Konfiks /paN-an/ menyatakan makna tempat seperti apa yang tersebut pada
bentuk dasar, contoh :

 Panuanan ‘tempat menanam’

 Pambuatan ‘tempat mengambil sesuatu’.

3. Konfiks /Par-an/

 Bentuk

Konfiks /Par-an/ tidak mengalami perubahan bentuk.

 Distribusi

Konfiks /Par-an/ dapat melekat pada verba, contoh :

 /paN-an/+suan àpanuanan ‘tempat menanam’

 /paN-an/+buat àpambuatan ‘tempat mengambil’

 Makna

konfiks /paN-an/ menyatakan makna tempat seperti apa yang tersebut pada
bentuk dasar, contoh :

 panuanan ‘tempat menanam’

 pambuatan ‘tempat mengambil’

4. Konfiks /Par-an/

 Bentuk

Konfiks /Par-an/ tidak mengalami perubahan bentuk.

 Distribusi

Konfiks /Par-an/ dapat melekat pada,

a) Nomina

Contoh :

 /Par-an/+juma àparjumaan ‘perladangan’

14
 /Par-an/+huta àparhutaan ‘perkampungan’.

b) Verba

Contoh :

 /Par-an/+buru àparburuan ‘tempat berburu’

 /Par-an/+tangis àpartangisan ‘tempat menangis’

c) Makna

Makna yang ditimbulkan konfiks /Par-an/ adalah sebagai berikut,

 Menyatakan golongan, contoh :

a. Parbapaan ‘golongan bapak-bapak’

b. Parinangan ‘golongan ibu-ibu’.

 Menyatakan tempat, contoh :

a. Partonunan ‘tempat bertenun’

b. Parpanganan ‘tempat makan’.

15
BAB V

PENUTUP
Prefik PaN mengalami bentuk bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal
maupun konsonan, untuk menghasilkan nomina bila paN- melekat pada bentuk dasar yang berfonem
awal /b/ dan /p/ maka prefiks /paN-/ berubah menjadi /pam-/ sedangkan fonem awal kata dasar luluh.
Sedangkan Prefiks /Par-/ tidak mengaami perubahan bentuk, baik melekat pada bentuk dasar yang
berfonem vokal maupun konsonan. Dalam bahasa Simalungun terdapat atu infiks yang membentuk
nomina yaitu infiks –in-, contoh : tinutung ‘yang dibakar’, sinuan ‘yang ditanam’. Sufiks yang
membentuk nomina dalam bahasa Simalungun adalah sufiksasi /-an/. Konfiksasi adalah proses
melekatnya prefiks dan sufiks, baik secara berurutan (prefiksasi terjadi lebih dahulu laku diikuti oleh
sufiksasi atau sebaliknya terjadi lebih dahulu laku diikuti oleh prefiks maupun secara sekaligus).

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 2002. Pokok Kualitatif:Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan penelitian
Kualitatif. Jakarta:Pustaka Jaya.

Alwi, Hasan, et al. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina Leony. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Cox, C. 1999. Teaching Language Arts: A Student-and-Response-Centered Classroom. Boston: Allyn
and Bacon.

James, Carl. 1980. Contrastive Analysis. Essex: Longman.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Umum. Jakarta:Gramedia.Soedibyo, Mooryati.


(editor Sumarlam dan

Kundharu Saddhono). 2004. Analisis Kontrastif Kajian Penerjemahan Frasa Nominal. Surakarta:
Pustaka Cakra.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Verhaar,
JWM. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

16
17

Anda mungkin juga menyukai