Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL BOOK REPORT

Mata Kuliah : Politik Bahasa Dan Sastra

Dosen Pengampu :
Dr. M. Oky Fardian Gafari, S. Sos. M. Hum

D
i
s
u
s
u
n

Oleh :

RISKA RAMADANI-2203510001

Sastra Indonesia – B 2020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas khadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Politik Bahasa dan Sastra. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Critical Book Report.

Penulis berharap dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar
pembaca dengan mudah memahami dan mengerti teori-teori yang terdapat dalam buku yang
berbentuk ringkasan hasil pembahasan isi buku, serta mengetahui keunggulan dan kelemahan
masing-masing buku yang di bandingkan.

Penulis menyadari tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Riau, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. IDENTITAS BUKU UTAMA............................................................. 1

B. IDENTITAS BUKU PEMBANDING................................................. 1

BAB II RINGKASAN BUKU ......................................................................... 2

A. RINGKASAN BUKU UTAMA.......................................................... 2

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING............................................. 5

BAB III PENILAIAN BUKU .......................................................................... 7

A. BUKU UTAMA................................................................................... 7

B. BUKU PEMBANDING....................................................................... 7

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 8

A. KESIMPULAN.................................................................................... 8

B. SARAN................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS BUKU UTAMA

Judul : Politik Bahasa Nasional

Editor : Amran Halim

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta

Tahun terbit : 1976

Kota Terbit : Jakarta

Tebal Buku : 132

B. IDENTITAS BUKU PEMBANDING

Judul : Politik Bahasa

Editor : Hasan Alwi dan Dendy Sugono

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2011

Tahun terbit : 2002

Tebal Buku : 269

ISBN : 979-685-098-2

1
BAB II
RINGKASAN BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


1. FUNGSI POLITIK

Masalah bahasa di Indonesia adalah masalah nasional yang memerlukan pengolahan


yang berencana, terarah, dan teliti. Masalah bahasa ini adalah keseluruhan masalah yang
ditirpbulkan oleh kenyataan bahwa jumlah bal1asa yang terdapat dan dipakai di
Indonesia besar, bahwa bahasa-bahasa ini merupakan bagian daripada dan didukung
oleh kebudayaan yang hidup, dan bal1wa bahasa-bahasa ini memainkan peranan yang
berbecla di dalam hubungan dengan kepentingan nasional. kebijaksanaan nasional yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga pengolahan masalah bahasa itu benar-benar
berencana, terarah dan teliti. Kebijaksanaan nasional · yang berisi perencanaan,
pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan
keselumhan masalah balrnsa itu disebut politik bahasa nasional.

2. BAHASA NASIONAL
Sumpah Pemuda 1928 yang berisi pengakuan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa
nasional kita. Salah satu fungsi politik bahasa nasional adalah memberikan dasar dan
pengarahan bagi perencanaan serta pengembangan bahasa nasional, dan pada waktu
yang sama memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang berhubungan
dengan:
1. Pungsi dan kedudukan bahasa nasional dibandingkan dengan bahasa bahasa lain,
2. Penentuan ciri-ciri bahasa Indonesia baku,
3. Tata cara pembakuan dan pengembangan bahasa nasional, dan
4. Pengembangan pengajaran bahasa nasional pada semua jenis dan tingkat lembaga
pendidikan, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan, tingkat perguruan
tinggi.
Politik bahasa nasional juga memberikan dasar dan pengarahan bagi masalah bahasa
nasional di dalam hubungannya dengan :

2
1. Pendidikan dan pengajaran di dalam dan di luar lembaga-lembaga pendidikan.
2. Pelaksanaan administrasi pemerintahan,
3. Pengembangan ketenagaan baik di kalangan pemerintah maupun di kalangan
swasta,
4. Pengembangan kesusastraan nasional,
5. Pengembangan kebudayaan nasional.
6. Peningkatan mutu dan jumlah bahan bacaan umum,
7. Peningkatan mu tu persurat kabaran dan siaran radio serta televisi, dan
8. Penulisan buku-buku ilmu pengetahuan, baik dalam bentuk karangan asli maupun
dalam bentuk terjemahan.
Politik bahasa nasional perlu pula mengatur dan menyediakan pengarahan bagi
pengembangan pengajaran bahasa Indonesia di segala jenis dan tingkat lembaga
pendidikan. Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan kita
adalah :
1. Menjadikan anak didik kita manusia susila Indonesia yang memiliki kepercayaan
akan dasar dan filsafat negaranya, serta kebanggaan atas bahasa dan sastra
nasionalnya.
2. Memberi anak didik kita penguasaan atas pemakaian bahasa Indonesia,Jalan yang
dapat ditempuh untuk tujuan itu adalah pengajaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa yang hidup di segala jenis dan tingkat lembaga-lembaga
pendidikan, mulai dari taman kanak-Kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia berhubungan erat dengan masalah bahasa Indonesia
baku oleh karena sasaran yang hendak kita capai tentulah penguasaan atas pemakaian
bahasa Indonesia yang baku. Dengan demikian, pengembangan pengajaran bahasa
Indonesia hendaklah seirama dengan pembakuan dan pengembangan bahasa Indonesia
itu sendiri. Di dalam memberikan dasar dan pengarahan untuk kepentingan
pengembangan pengajaran bahasa Indonesia itu, politik bahasa nasional perlu
memperhitungkan kenyataan bahwa.
1. Bahasa Indonesia diajarkan di seluruh Indones, kepada anak-anak didik yang
berbeda-beda latar belakang sosial budaya serta bahasa ibunya
2. Hanya sebagian kecil rakyat lndonesia yang memakai bahasa Indonesia sebagai
bahasa ibu dan

3
3. Perkembangan teknik dan sarana perhubungan ad.alah sedemikian rupa sehingga
surat kabar, majalah, dan siaran radio dan televisi telah sanggup menjangkau hampir
seluruh pelosok tanah air kita.

3. BAHASA DAERAH
Di samping mengolah masalah bahasa nasional, politik bahasa nasional juga
berfungsi sebagai sumber dasar dan pengarahan bagi pengolahan masalah bahasa-bahasa
daerah kita yang berjumlah ratusan itu. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berhubungan dengan Bab XV, Pasal 36, menyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang
tnasih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat
pemakainya dihargai dan dipelihara oleh negara oleh karena bahasa-bahasa itu adalah
bagian daripada kebudayaan Indonesia yang hidup.
Tingkat perkembangan bahasa-bahasa daerah tertentu adalah sedemikian rupa
sehingga diperlukan perumusan ciri-ciri yang membedakan bahasa daerah baku dari
yang tidak baku. Di dalam hubungan ini, seperti halnya dengan perumusan ciri-ciri
bahasa Indonesia baku. Bahasa balrnsa daerah tertentu perlu dibakukan dan
dikembangkan. Pertanyaan-pertanyaan yang tirnbul di dalam hubungan ini adalah
bahasabahasa daerah mana yang perlu dibakukan dan dikembangkan.
Jalan yang mana yang dapat ditempuh untuk keperluan itu? Siapa atau lembaga apa
yang melaksanakannya dan menjaga kelangsungan proses pembakuan dan
pengembangan bahasa-bahasa daerah itu? Jawaban atas pertanayan-pertanyaan ini
merupakan dasar dan garis kebijaksanaan yang dituangkan di dalam politik bahasa
nasional.

4. BAHASA ASING
Selain daripada pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daeiah, di Iildonesia
terdapat pula pemakaian bahasa-bahasa asing tertentu, terutama' bahasa Inggris, bahasa
Prancis, dan bahasa Jerman. Bahasa Inggris sebagai "bahasa asing pertama" diajarkan
mulai dari kelas satu sekolah lanjutan tingkat pertama sampai dengan tingkat pertama di
lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Politik bahasa nasional perlu menegaskan bahwa
bahasa-bal1asa seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Perancis- dan bahasa
Jerman itu berkedudukan sebagai bahasa asing di Indonesia.

4
B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING
1. FUNGSI POLITIK BAHASA

a. Masalah kebahasaan di Indonesia memperlihatkan ciri yang sangat kompleks. Hal


itu berkaitan erat dengan tiga aspek, yaitu yang menyangkut bahasa, pemakai
bahasa, dan pemakaian bahasa. Aspek bahasa menyangkut bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa asing (terutama bahasa Inggris). Pasal 36 UUD 1945 berikut
penjelasannya, yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara,
merupakan landasan konstitusional yang kokoh dan sekaligus sebagai pemyataan
kehendak politik yang kuat dalam bidang kebahasaan.

b. Kesimpulan, pendapat dan usul Seminar Politik Bahasa Nasional yang,


diselenggarakan tahun 1975 di Jakarta telah memberikan gambaranyang
komprehensif dan lengkap mengenai butir-butir pokok yang ham diperhatikan dalam
menangani masalah kebahasaan di Indonesia. Selain itu, secara khusus dikemukakan
juga rumusan tentang kedudukan dan fungsi yang merupakan kerangka dasar dalam
perencanaan bahasa.

c. Seperti sudah disebutkan di atas, hasil Seminar Politik Bahasa Nasional 1975
memuat rumusan dengan tiga macam tajuk, yaitu kesimpul-an, pendapat, dan usul.
Rumusan kesimpulan diawali dengan paparan Mitang pengertian dassrm dan agem
kebijakan nasional, bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Tiga butir
rumusan yang bertajuk usul masing-masing menyangkut pengindonesiaan nama-
nama asing, penerjemahan, dan pemberiansanksi atas pelanggaran terhadap bahasa
baku dalam situasi yang menurut digunakannya ragam baku tersebut. Pemberian
sanksi ini tampaknya dihadapkan pada berbagai kendala sehingga usul ini
masihbelum mungkin dapat dilaksanakan.
1. Upaya pembakuan bahasa Indonesia ragam lisan patut memperoleh perhatian
yang berimbang dengan pembakuan bahasa Indonesia ragam tulis. Untuk itu,
saatnya sudah tiba karena kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi
informasi telah memberikan ke-mungkinan yang amat luas bagi masyarakat
Indonesia secara kese-luruhan untuk lebih mudah.
2. Pelbagai ragam dan gaya bahasa seperti yang digunakan dalam perundang-
undangan, administrasi pemerintahan, dan sarana komuni-kasi massa memang
sudah diteliti.
3. Penelitian pengajaran bahasa, baik yang berhubungan dengan bahasa Indonesia,
bahasa daerah maupun bahasa asing, perlu benar-be-nar dilaksanakan secara
lebih berencana dan iebih terarah agar mu-tu dan keterampilan siswa dalam
berbahasa secara lisan atau pun tertulis dapat ditingkatkan.
4. Dengan beberapa catatan di atas, secara keseluruhan hasil Seminar Politik
Bahasa Nasional 1975 masih tetap relewan karena butir-butir rumusannya sudah
tepat menggambarkan hal-hal mendasar dalam menangani masalah kebahasaan
di Indqnesia. Yang masih perlu diupayakan lebih banyak berkaitan dengan
strategi pelaksanaan pembinaandan pengembangan bahasa. Selain im, rumusan

5
tentang bahasa tertentuyang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat Indonesia perlu disesuaikan. Tanpa hams menghubungkannya
dengan tuntutan keterbukaan dan transparansi dengan bidang politik, hukum,dan
ekonomi, atau juga tanpa hams menyiasatinya dari keniscayaanglobal abad ke-
21.

Penjelasan Pasal 36 UUD 1945, yang antara lain menyebutkanbahwa bahasa daerah
yang dipelihara rakyatnya akan dihormati dandipelihara juga oleh negara, akan memperoleh
dorongan dan tenagabam dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah.

Dalam mmusan tentang pengembangan pengajaran bahasa Indonesia, secara singkat


disinggung perlunya menyiapkan program khu-sus pengajaran bahasa Indonesia, antara lain
untuk orang asing. Sejaktahun 80-an telah berlangsung berbagai pertemuan di dalam dan
diluar negeri yang secara khusus membicarakan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur
Asing (BIPA).

5. Dengan kedudukannya sebagai bahasa persatuan (Sumpah Pemuda 1928) dan sebagai
bahasa negara (Pasal 36 UUD 1945), bahasa Indonesia hams berperan dan memenuhi
fungsinya sebagai sarana komu-nikasi daiam upaya pencerdasan kehidupan bangsa. Politik
bahasa diIndonesia hams jelas menggambarkan kebijakan nasional daiam bi-dang
kebahasaan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa daiam arti yang luas

Kebiasaan sebagian masyarakat kita daiam berbahasa, seperti yang teriihat pada
kecendemngan generasi (cendekiawan) muda yangmeng-gunakan campuran bahasa
Indonesia dan Inggris, beium dapatdikategorikan sebagai gejaia yang membahayakan
semangat persatuanbangsa.

Kalau pemakaian bahasa campuran itu bukan kaiena kecerobohan, melain karena
kurangnya penguasaan bahasa Indonesia seperti halnya yang diperlihatkan oleb sebagian
besar dari mereka yangtelah memperoleh seluruh pendidikannya dalam bahasa Indonesia,
tetapi penguasaan bahasa Indonesianya secara lisan apalagi tertulis ma-sihjauh di bawah
mutu yang seharusnya, kalau tetap dibiarkan, hal itu dapat menjadi tendensi regresif dalam
peran bahasa Indonesiasebagai bahasa persatuan. Oleh karena im, politik bahasa harus men-
cakupi sejumiab aspek yang memungkinkan bahasa Indonesia ber-fiingsi sebagai bahasa
persatuan.

Egalitarianisme yang dimiliki bahasa Indonesia itu merupakanjawaban yang tepat


atas keinginan yang bulat bangsa Indonesia untukmembebaskan diri dari belenggu
penjajahan (sebelum kemerdekaan), dan untuk menikmati kehidupan yang lebih demokratis
(setelah kemerdekaan). Dalam perkembangannya kemudian, bahasa Indonesiamen^rlihatkan
pertumbuhan ke arah terciptanya bahasa tinggi danbahasa rendah, terutama dalam
komunikasi lisan. Pemakaian katadan ungkapan tertentu dalam jumlah yang makin lama
makin besar,terutama pada masa pemerintahan Orde Bam, mencerminkan bangkit-nya
kembali sikap dan jiwa feodal atau neofeodal dalam strata masyarakat dan kebudayaan kita.

6
BAB III
PENILAIAN BUKU

A. BUKU UTAMA
1. Kelebihan Buku
Kelebihan
1) Jika dilihat dari cara penyajiannya, buku ini sama saja dengan buku-buku
yang lain dimana terdapat prakarta, daftar isi, daftar pustakaan, bab dan sub-bab
materi yang akan dijelaskan.
2) Menyajikan tulisan dengan ukuran yang tepat.
3) Di setiap awal bab, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus pembahasan
mengenai materi yang akan dibahas dalam materi tersebut.
4) Memuat banyak pendapat-pendapat para ahli, sehingga dapat memperluas
wawasan pembaca.

2. Kekurangan

1. Bahasa yang digunakan penulis dalam buku ini kurang dapat dipahami, serta
terdapat kalimat yang terpotong/ tidak lengkap.
2. Halaman buku ini seperti di PhotoCopy jadi tidak terlihat jelas.

B. BUKU PEMBANDING (BUKU KEDUA)


1. Kelebihan Buku
a. Pembahasan di dalam buku sangat terstruktur sehingga pola pikir pembaca
menjadi terarah.
b. Materi yang terdapat dalam buku sangat cocok untuk dibaca dan dipelajari
oleh mahasiswa.
c. Pembahasan didalam buku tersusun rapi.
2. Kekurangan Buku
a. Tidak terdapat penjelasan yang mendetail dalam menjelaskan pola
pengajaran.
b. Kata-kata yang digunakan banyak yang tidak sempurna, terbelit-belit serta
membingunggkan.

7
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Politik bahasa nasional adlah kebijaksanaan nasional yang resmi mengenai
keseluruhan masalah bahasa kita. Ia berisi ketentuan-ketentuan mengenai fungsi dan
kedudukan bahasa Indoensia, bahasa-bahasa daerah dan bahasabahasa asing yang
dipergunakan di Indoensia. Ia memberikan dasar pegangan dan pengarahan yang
diperlukan di dalam penentuan ciri-ciri bahasa baku, di dalam usaha pembakuan dan
pengembangan bahasa, dan di dalam pengembangan pengajaran bahasa. Sebagai
kebijaksanaan nasional yang resmi, politik bahasa nasional dapat dijadikan dasar di
dalam penentuan skala prioritas di dalam perencanaan dan pelaksanaan program
penelitian dan pengembangan bahasa dan sastra kita pada masa yang akan datang.

B. SARAN

1. Sebaiknya penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami.


2. Akan lebih mudah dipahami jika terdapat penjelasan lebih rinci mengenai hal terkait.
3. Ketika menulis sebuah buku, sebaiknya meminimalisir penggunakan kata yang
bertele-tele dan memeriksa kembali buku agar tidak terdapat kesalahan penulisan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perdjuangan dan Pertwnhuhan Bahasa Indonesia,


Jakarta: Pustaka Rakjat
Halim, Amran (ed.). 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai