Anda di halaman 1dari 26

BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun oleh

Salsabila Nurrahmah

STAI DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan Yang

Maha Esa. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa”

dengan baik sebagai salah satu syarat pelaksanaan Ujian Akhir Semester Program Studi

Pendidikan Agma isla

Purwakarta, 10 Januari 2024


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
DEFINISI..........................................................................................................................................5
2.1 Definisi Teori....................................................................................................................5
2.1.1 Definisi Bahasa.........................................................................................................5
2.1.2 Definisi Pemersatu....................................................................................................7
2.1.3 Definisi Bangsa.........................................................................................................7
2.2 Fungsi Bahasa...................................................................................................................8
2.3 Sifat-sifat Bahasa............................................................................................................10
2.4 Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa...................................................................12
2.5 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional...................................................................13
2.6 Sejarah Bahasa Indonesia...............................................................................................14
2.7 Hipotesis.........................................................................................................................17
2.8 Analisis Data...................................................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
BIODATA PENULIS.....................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dan

sekaligus juga multilingual. Hal ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik

mempunyai tradisi dan kebudayaan sendiri, termasuk keanekaan bahasanya. Bahasa-

bahasa kelompok etnik tersebut, atau lebih dikenal sebagai bahasa daerah, selain

dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok penutur yang sangat variatif, juga

memiliki wilayah yang tersebar luas. Tersebarnya bahasa daerah tertentu ke wilayah lain

di Nusantara tentunya memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut.

Hal ini perlu disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan dalam hal ini

pemerintah. Bila dibiarkan pergesekan antarbahasa daerah tersebut dikhawatirkan akan

menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Apalagi wilayah Indonesia memiliki banyak pulau

dan memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan berimbas kepada persatuan dan

kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa yang berbeda-beda budaya, salah satunya

adalah dengan bahsa nasional bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak dapat dilepaskan dari masyarakat

Indonesia. Masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang bilingualisme.

Mereka pada umumnya di samping menguasai bahasa Indonesia, juga menguasai bahasa

daerah sebagai bahasa ibu. Dengan demikian, situasi kebahasaan di Indonesia sangat

1
kompleks karena bahasa Indonesia dan 700-an bahasa daerah digunakan oleh masyarakat

Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap

bangsa Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa

nasional)”, bahasa Indonesia juga sebagai satu-satunya bahsa resmi secara nasional di

Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam makalah

ini akan difokuskan pada pembahasan Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa.

Apapun bidang yang akan diterjuni seseorang, pastilah dia tidak bisa menghindar

untuk tidak berkomunikasi.

Untuk memastikan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yaitu:

1. Bahasa adalah bagian dari budaya.

2. Bahasa adalah indeks budaya.

3. Bahasa menjadi symbol budaya.

Oleh Karena itu, para antropolog budaya menilai terjadinya pergeseran

makna budaya dapat menimbulkan pergeseran focus, dari konsepsi-konsepsi

yang mementingkan peran bahasa sebagai sistem formal abstraksikategori-

kategori budaya ke strategi-strategi linguistic yang dipakai membangun status,

identitas, dan hubungan-hubungan sosial. Kenyataan, setiap bangsa memiliki jati

diri budayanya yang khas yang antara lain tampil dalam bahasa yang

digunakannya. Jati diri budaya sebuah bangsa terbentuk melalui berbagai proses

kejadian yang menimpa bangsa tersebut dalam waktu yang relative panjang. Jari

diri budaya tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat dan tiba-tiba, selalu ada

2
proses panjang yang mengiringinya, sehingga sebuah budaya dapat begitu

mengakar di setiap jiwa masyarakat sebuah bangsa.

Alasan penulis memilih topik “Bahasa sebagai Pemersatu Bangsa”

adalah karena salah satu manfaat terbesar mempelajari bahasa Indonesia adalah

sebagai alat berkomunikasi sesama pengguna bahasa Indonesia. Karena di

Indonesia bahasa utamanya adalah bahasa Indonesia, maka untuk berkomunikasi

antar warna Negara Indonesia harus menguasai menggunakan bahasa Indonesia,

meskipun tidak hanya warga Indonesia yang mampu mengerti dan menggunakan

bahasa Indonesia. Selain itu, memperlajari bahasa Indonesia juga agar kita tahu

apa saja aturan yang ditetapkan pada penggunaan bahasa itu sendiri. Seperti,

penggunaan kosa kata, kata kiasan, perumpamaan, dan lainnya. Kehidupan

manusia tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Mengapa bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional bangsa Indonesia?

2. Bagaimana proses perkembangan bahasa Indoensia?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi dari bahasa.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional

bangsa Indonesia.

3. Mengetahui proses perkembangan (sejarah) bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang dan wawasan baru untuk

pembaca tentang bagaimana bahasa pada akhirnya bisa disebut sebagai pemersatu

bangsa. Dan bisa jadi bahan ajar tentang pemahaman nilai-nilai bahasa Ibu dan bahasa

Indonesia sendiri sebagai bahasa nasional. Penulis juga berharap makalah penelitian ini

bisa membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya bahasa Ibu dan bahasa

Indonesia sebagai wujud rasa cinta pada tanah air.

4
BAB II

DEFINISI

2.1 Definisi Teori

2.1.1 Definisi Bahasa

Sebelum dibahas, definisi bahasa, ada baiknya diperiksa lebih dahulu pengertian

bahasa menurut rumusan di dalam kamus, baik kamus dalam Bahasa Indonesia maupun

kamus dalam bahasa asing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud: 1993:77), bahasa adalah;

(1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; (2)

percakapan atau perkataan yang baik, tingkah laku yang baik dan sopan santun”.

Menurut Hornby, dkk (1961:699) dirumuskan language is (i) human speech in

general, (ii) the expression of thoughts and feelings in words, (iii) the speech of a nation

or race, (iv) The manner of expression, (v) words, pharases, expression, etc used by

among person of a certain class of profession, (vi) a method of expression by symbols or

gestures.

Selanjutnya, definisi bahasa menurut pakar alisjahbana, bahasa adalah ucapan

pikiran dan perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat bunyi”. Berdasarkan

definisi ini, bahasa dibagi atas dua bagian, yakni bagian madi atau isi berupa pikiran dan

perasaan, dan bagian lahir, berupa bentuk yang berwujud bunyi jika bahasa itu diujarkan,

dan berwujud huruf-huruf jika bahasa tersebut tertulis.

5
Alisjahbana mengatakan bahwa komponen substansi manusia hanya pikiran dan

perasaan, padahal substansi manusia terdiri dari tiga kognisi; pikiran, konasi ‘kehendak’,

dan emosi ‘perasaan’. Alisjahbana berpendapat bahwa yang berbahasa hanyalah manusia,

dan bahwa bahasa manusia itu bersistem, ada normanya.

Secara faktual bahasa itu berwujud tiga dimensi, yakni dimensi bahasa lisan,

dimensi bahsa tertulis, dan dimensi bahasa isyarat. Di antara ketiga dimensi bahasa ini,

bahasa lisanlah yang terpenting. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap hari

orang berinteraksi dengan menggunakan bahsa lisan. Lihat saja orang yang berbelanja di

pasar atau toko, proses belajar mengajar, sopir dengan penumpang, dokter dengan pasien,

semuanya menggunakan bahsa lisan. Bahasa tertulis akan terjadi jika situasi

mempersyaratkan orang harus menggunakan bahsa tertulis, misalnya mengirim surat.

Sedangkan bahasa isyarat akan terjadi jika kedua bentuk bahasa yang baru disebutkan

tidak dapat digunakan, misalnya padaa waktu perang.

Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau

pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.

Bila aturan, kaidah, atau pila ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.

Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi,

maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang diucakan, yaitu yang

sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia

modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak

lain adalah rekanan visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca daru bahsa

lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahsa lisan dan bahasa tulisan sama

6
pentingnya. Jasi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-

sungguh.

2.1.2 Definisi Pemersatu

Pemersatu berasal dari kata dasar ‘satu’. Pemersatu adalah sebuah homonim karena arti-

artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Pemersatu juga

memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pemersatu dapat menyatakan nama

dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

2.1.3 Definisi Bangsa

Bangsa dalam arti etnis dapat disamakan dengan bangsa dalam arti rasial atau keturunan.

Dalam arti kulturan, bangsa merupakan sekelompok manusia yang menganut kebudayaan yang

sama. Karena kebudayaan mempunyai cabang dan unsur yang banyak sekali, pengertian di sini

merupakan pengertian bangsa yang didukung dan dikuasai oleh lebih banyak kebudayaan yang

diberlakukan daripada yang tidak diberlakukan. Misalnya, kelompok bangsa-bangsa yang

menggunakan bahasa dan aksara, serta adat istiadat yang sama.

Menurut pada ahli, ada beberapa pendapat para pakar mengani pengertian bangsa, yaitu

sebagai berikut:

a. Ernest Renan (Perancis)

Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan

perasaan setia kawan yang agung.

b. Otto Bauer (Jerman)

7
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakteristik tumbuh

karena adanya persamaan nasib.

c. F, Ratzel (Jerman)

Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa

kesatuan anatara manusia dan tempat tinggal (paham geopolitik).

d. Hans Kohn (Jerman)

Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan

golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara pasti. Kebanyakan bangsa

memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain.

e. Jalobsen dan Lipman

Bangsa adalah kesatuan budaya (cultural unity) dan suatu kesatuan politik (political

unity)

Kesimpulan yang penulis dapat adalah, bangsa merupakan sekumpulan orang yang

memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah. Serta berpemeritahan sendiri.

Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah

tertentu di muka bumi. Misalnya saja bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang

mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses

di dalam satu wilayah Indonesia.

2.2 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa yang utama adalah fungsi komunikasi dan ini berlaku bagi semua bahasa.

Fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa, sedangkan kedudukan bahasa adalah status relatif

bahasa sebagai sistem lambang sosial budaya di tengah masyarakat. Ini mencerminkan bahwa

8
fungsi dan kedudukan bahasa saling berkaitan dan saling mennjang. Secara umum fungsi bahasa

dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni:

1) Fungsi ideasional, yaitu funsi bahsa untuk membentuk, mempertahankan, dan

menjelaskan hubungan di antara anggota masyarakat.

2) Fungsi interpersonal, yaitu menyampakan informasi di antara anggota masyarakat.

3) Fungsi tekstual, yaitu untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian wacana yang

relevan dengan situasi,

4) Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dibagi menjadi bahasa persatuan, bahasa

negara, bahasa standar IPTEKS dan bahasa dalam pembangunan nasional.

9
2.3 Sifat-sifat Bahasa

Babdul Chaer memaparkan beberapa sifat bahasa, yaitu sebagai berikut (Chaer, 2003);

a) Bahasa adalah sebuah sistem

Tiap bahasa memiliki pola pengunaan yang sistematis, pola ini

membentuk aturan-aturan penggunaan bahasa secara fungsional dan struktural.

Berdasarkan pola ini bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang

berupa gagasan manusia. Lebih lanjut lagi, bahasa juga bersifat sistemis. Artinya

adalah bahasa merupakan sekelompok sistem pola penggunaan yang saling

mempengaruhi satu dan lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut

saling berpadu menurut aturan tertentu

b) Bahasa berwujud lambang

Bahasa sebagai lambang adalah ide-ide yang disampaikan melalui bahasa

diwakili oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna

jika digunakan dalam pola tertentu. Selain itu, makna yang menyertai lambang-

lambang tersebut dibentuk oleh aspek sosialogis penggunanya. Hal ini bermakna

bahwa manusia sebagai pengguna lambang adalah pihak yang menentukan

makna dari lambang-lambang tersebut.

c) Bahasa berupa bunyi

Pada awalnya, bahasa yang dikenal manusia adalah bahasa lisan.

Meskipun demkian, tidak semua bunyi dapat dikategorikan sebagai bahasa.

Bahasa adalah sistem bunyi yang teratur; memiliki pola dan aturan tertentu.

d) Bermakna

Sistem bunyi dapat dianggap sebagai bahasa jika memiliki makna.

Lambang-lambang yang digunakan pada sebuah bahasa ditujukan untuk

10
menyampaikan makna tertentu. Sehingga pengguna lambang yang tidak

bermakna bukan termasuk sebagai bahasa.

e) Konvensional

Sistematika yang terdapat pada sebuah bahasa; baik penggunaan

lambang, pembentukkan makna serta aturan penggunaannya adalah kesepakatan

kelompok pengguna bahasa tersebut. Hal ini bermakna bahwa bahasa merupakan

sebuah sistem konvensi suatu masyarakat tertentu dan seluruh anggotanya harus

mematuhinya dalam penggunaan sebuah bahasa.

f) Unik

Terdapat beragam bahsa di dunia. Tiap bahasa tersebut memiliki aturan

dan sistematika penggunaan tertentu. Perbedaan tersebut membuat tiap bahasa

unik dan memiliki ciri spesifik yang membedakannya dari bahasa lain.

g) Universal

Konsep bahasa sebagai sistem universal dapat dipahami dari pengertian

bahwa bahasa adalah sistem bunyi. Tiap bahasa memiliki sistem bunyi yang

dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan dan vokal. Konsep universalitas

ini menjadi kajian linguistik, terutama linguistik deskriptif yang mebahas sistem

bahasa sebagai sebuah sistem yang universal dari tatanan bunyi, pembentukan

kata serta pembentukan kalimat.

h) Produktif

Tiap bahasa memiliki keterbatasan di tingkat fonologi dan morfologi.

Namun demikian, dalam keterbatasan tersebut tiap bahasa masih mampu

menyampaikan gagasan penggunaanya. Hal inilah yang dimaksud dengan bahasa

produktif.

11
i) Dinamis

Perkembangan bahasa sering dengan dinamika sosial penggunaannya.

Seiring dengan perkembangan kemanusiaan, bahasa juga berkembang.

Perubahan bahasa; termasuk peringkat maupun kemunduran bahasa dapat terjadi

bergantung pada penggunanya; manusia.

j) Bervariasi

Perbedaan yang timbul dari sisi kemanusiaan tentu berpengaruh pada

bahasa yang digunakannya. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai ragam

bahasa; bahkan sebuah bahasa memiliki beberapa ragam penggunaan. Sedangkan

perbedaan kelompok dan waktu menimbulkan dialek; perbedaan bahasa

disebabkan oleh kelompok penutur waktu penggunaannya. Lebih lanjut lagi,

perbedaan bahasa dapat dipengaruhi konteks penggunaan; yang memunculkan

ragam bahasa.

2.4 Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa

Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks. Bahasa

haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang

bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan symbol atau pelambang.

Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada di sini

mulai dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada

di Negara ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-

masing mulai dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran

bahasa untuk memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita

memiliki ratusan bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat pemersatu

12
sebagai sarana percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku bangsa

untuk berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku batak ingin

bertanya kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah bahasa

Indonesia dan terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa yang dibicarakan.

Disitulah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.

2.5 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (bahasa nasioanl) adalah untuk alat

pemersatu bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) bagi suku

bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (kebhinekaan) sudah

dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang merupakan unsur ketiga bahwa

bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia, rasa kesatuan dan persatuan bangsa berbagai etnis

terpuruk. Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah raturan bahasa daerah tidak menimbulkan

sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa

Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan.

Dalam hubungannya sebagai alat unutk menyatukan berbagai suku mempunyai latar belakang

budaya dan bahasa masing-masing. Bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai

bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai

sosial- budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu,

dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

13
2.6 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem

perlambangan yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai

sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili

banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa

Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis

yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku,

bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan

nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi

bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan.

Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab, kita

ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di Sumatera Timur paling tidak sejak abad ke-7 merupakan

pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang maju yang

perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia

Tenggara. Bahasa melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. Bukti-bukti

yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di bukti Karangka tahun 684 M

(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 (Jambi). Prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf

pranagari berbahasa melayu kuno.

Bahasa melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di Jawa Tengah

(Banda Suli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti

berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno.

14
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa

buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di

Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahsa yang

digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli

sejarah China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di

Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing: 63-159), Kou Luen (I-Tsing: 183),

K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971: 0001089), Kun’lun (Parnikel,

1977:91), K’un-lun (Prentice 1978:19), Ayng berdampingan dengan sanskerta.

Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa perhubungan (lingua france)

dikepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu

tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu tertulis,

seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil

susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah

melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara

bersama dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah

diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau, antara suku,

antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun

tersebut para tokon pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah

pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa

Indonesia diakui sevara Yuridis.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang

digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan). Di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad

15
awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu

Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif dengan toleransi

kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang

digunkanan para penggunannya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh

kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa

ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa

Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam

keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa

Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh

Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam

berkomunikasi.

Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu.

Di mana Bahasa melayu sejah dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara (Lingua Franca)

atau bahasa pergaulan.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda

tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan

dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada

Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa: “Jika mengacu pada masa depan

bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesustraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa

diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bhasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,

bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

16
Secara Sosiologis, bisa dikatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi diakui pada sumpah

Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda

yaitu, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”. Namun

secara Yuridis, bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah kemerdekaan

Indonesia.

2.7 Hipotesis

Bahasa adalah identitas bangsa. Bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang

dipakai oleh seluruh masyarakatnya untuk berkomunikasi. Sebuah bangsa yang besar

memerlukan bahasa sebagai pemersatu agar komunikasi semakin mudah dan menumbuhkan rasa

nasionalisme pada setiap daerah yang dilingkupinya.

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa

Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi, “Kami putra

dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa nasional), Bahasa Indonesia”, bahasa

Indonesia juga sebagai satu-satunya bahasa resmi secara nasional di Indonesia. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam makalah ini akan difokuskan pada

pembahasan Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa. Pemakaian Bahasa Indonesia yang

tertib dan teratur perlu dibina terus agar Bahasa Indonesia menjadi Bahasa yang diperhitungkan

dunia.

17
2.8 Analisis Data

Sejalan dengan berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah, sebagian masyarakat menuntut menuntut pengutamaan penggunaan Bahasa daerah.

Walaupun begitu, tuntutan agar Bahasa daerah digunakan untuk komunikasi baik dalam situasi

formal dan non formal mengalami banyak kendala. Kendala itu berkaitan dengan kedudukan dan

fungsi Bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dipaparkan tuntutan pengutamaan penggunaan

Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional dan sebagai Bahasa Negara.

Yang dimaksud dengan kedudukan Bahasa Indonesia adalah status Bahasa Indonesia sebagai

sistem nilai budyaa yang dirumuskan atas dasar nilai sosial. Yang dimaksud dengan fungsi

Bahasa Indonesia adalah Bahasa Indonesia pada masyarakat Indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia mempunyai fungsi; 1)

Bahasa resmi kenegaraan, 2) Bahasa pengantar dalam dunia Pendidikan, 3) alat pengembangan

kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya dalam rumusan masalah Seminar

Politik Bahasa Tahun 1989 dijelaskan bahwa fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

masih ditambah lagi dengan tiga fungsi, yaitu:

1) Bahasa media massa.

2) Pendukung sastra Indonesia.

3) Pemerkaya Bahasa dan sastra daerah.

Tujuan utama pembinaan Bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap

positif terhadap Bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan

dengan suka memakai Bahasa Indonesia daripada Bahasa asing dan bersedia menjaga

agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif

terhadap Bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku.

Bangsa Indonesia tidak meungkin menuntut kemurnian Bahasa Indonesia (sebagaimana

18
aliran purisme) dan menutup diri saling pengaruh dengan Bahasa daerah dan Bahasa

asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang

positif dan mana pengaruh negatif terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Sikap

positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa Bahasa

Indonesia itu tidak ada bedanya dengan Bahasa asing lain.

19
BAB III

KESIMPULAN DAN

SARAN

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa

Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi,

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa nasional), Bahasa

Indonesia”, bahasa Indonesia juga sebagai satu-satunya bahasa resmi secara nasional di

Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36.

Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada di sini

mulai dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada

di Negara ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-

masing mulai dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran

bahasa untuk memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita

memiliki ratusan bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat pemersatu

sebagai sarana percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku bangsa

untuk berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku batak ingin

bertanya kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah bahasa

Indonesia dan terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa yang dibicarakan.

Disitulah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.

20
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada makalah

penelitian yang penulis buat dan jauh sekali dari kata sempurna karena keterbatasan

waktu dan pengalaman.

Namun ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Penjelasan hipotesis bisa lebih dikembangkan lagi mengingat banyak detail-

detail yang masih kurang pada penjelasan hipotesis.

2. Analisa data yang kurang lengkap.

Untuk ke depannya, semoga penelitian bisa tertuang dengan lebih baik

lagi.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Laba, I Nengah dan Rinayanthi, Ni Made. 2018. Buku Ajar Bahasa Indonesia

Berbasis Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.

 Soebanyo Toer, Koesalah dan Soesman Monique. 2008. Sastra Indonesia Modern,

Kritik Postkolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 Prof. DR. Henry Guntur Tarigan. 1991. Metologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung:

Angkasa Anggota IKAPI.

 Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta

 Chandra, C. Crysta. 2013. Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa. Bandung:

Universitar Padjajaran.

22
23

Anda mungkin juga menyukai