Anda di halaman 1dari 28

BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

MAKALAH BAHASA INDONESIA


Dibuat untuk melengkapi persyaratan pelaksanaan Ujian Akhir Semester

Program Studi S-1 Sastra Inggris

Universitas Pamulang.

Disusun oleh:
Nuraeni Putri
181010600177

UNIVERSITAS PAMULANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah Bahasa Indonesia

Nama : Nuraeni Putri

NIM : 181010600177

Program Studi : Sastra Inggris

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengempu : Nining Kasni S.Pd., M.Pd.

Shift : Reguler C

Makalah Bahasa Indonesia ini telah disetujui oleh:

Jakarta, 3 April 2019

Dosen Pengempu Bahasa Indonesia,

(Nining Kasni, S.Pd., M.Pd.)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan

Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Bahasa Sebagai Pemersatu

Bangsa” dengan baik sebagai salah satu syarat pelaksanaan Ujian Akhir Semester

Program Studi Sastra Inggris Strata Satu (S-1) Universitas Pamulang.

Makalah penelitian ini disusun berdasarkan data-data yang penulis

dapatkan dari sumber-sumber terpercaya.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan penulis kekuatan,

kesempatan, dan perlindungan untuk menyelesaikan makalah penelitian ini.

2. Orang tua dan adik yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi

dan semangat secara materi maupun moril kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian tepat waktu.

3. Ibu Nining Kasni, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengempu Bahasa Indonesia.

4. Kepada seluruh tim kelompok tiga Bahasa Indonesia, yakni: Kak

Hanan, Kenanga, Imas, dan Niken yang selalu memberikan semangat

dan solusi juga kritik dan saran yang membangun dalam

permasalahan penulis pada saat penulisan makalah penelitian.

i
5. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

selalu memberikan motivasi, semangat, dan ikut berpartisipasi dalam

membantu penulis untuk menyelesaikan makalah penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat berguna bagi para

pembaca dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, April 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 4
BAB II...........................................................................................................................................................5
DEFINISI .....................................................................................................................................................5
2.1 Definisi Teori ........................................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Bahasa ............................................................................................................. 5
2.1.2 Definisi Pemersatu....................................................................................................... 7
2.1.3 Definisi Bangsa ............................................................................................................. 7
2.2 Fungsi Bahasa........................................................................................................................ 8
2.3 Sifat-sifat Bahasa ................................................................................................................ 10
2.4 Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa .......................................................... 12
2.5 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional .......................................................... 13
2.6 Sejarah Bahasa Indonesia............................................................................................... 14
2.7 Hipotesis ................................................................................................................................. 17
2.8 Analisis Data ......................................................................................................................... 18
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 20
3.2 Saran ........................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 22
BIODATA PENULIS .............................................................................................................................. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAHASA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dan

sekaligus juga multilingual. Hal ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik

mempunyai tradisi dan kebudayaan sendiri, termasuk keanekaan bahasanya. Bahasa-

bahasa kelompok etnik tersebut, atau lebih dikenal sebagai bahasa daerah, selain

dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok penutur yang sangat variatif, juga

memiliki wilayah yang tersebar luas. Tersebarnya bahasa daerah tertentu ke wilayah

lain di Nusantara tentunya memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah

tersebut. Hal ini perlu disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan dalam hal

ini pemerintah. Bila dibiarkan pergesekan antarbahasa daerah tersebut dikhawatirkan

akan menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Apalagi wilayah Indonesia memiliki banyak

pulau dan memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan berimbas kepada

persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa yang berbeda-beda

budaya, salah satunya adalah dengan bahsa nasional bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak dapat dilepaskan dari masyarakat

Indonesia. Masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang bilingualisme.

Mereka pada umumnya di samping menguasai bahasa Indonesia, juga menguasai bahasa

daerah sebagai bahasa ibu. Dengan demikian, situasi kebahasaan di Indonesia sangat

1
kompleks karena bahasa Indonesia dan 700-an bahasa daerah digunakan oleh masyarakat

Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa

Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi, “Kami

putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa nasional)”, bahasa

Indonesia juga sebagai satu-satunya bahsa resmi secara nasional di Indonesia. Hal ini

sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam makalah ini akan difokuskan

pada pembahasan Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa.

Apapun bidang yang akan diterjuni seseorang, pastilah dia tidak

bisa menghindar untuk tidak berkomunikasi.

Untuk memastikan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yaitu:

1. Bahasa adalah bagian dari budaya.

2. Bahasa adalah indeks budaya.

3. Bahasa menjadi symbol budaya.

Oleh Karena itu, para antropolog budaya menilai terjadinya pergeseran makna

budaya dapat menimbulkan pergeseran focus, dari konsepsi-konsepsi yang

mementingkan peran bahasa sebagai sistem formal abstraksikategori-kategori

budaya ke strategi-strategi linguistic yang dipakai membangun status, identitas,

dan hubungan-hubungan sosial. Kenyataan, setiap bangsa memiliki jati diri

budayanya yang khas yang antara lain tampil dalam bahasa yang digunakannya.

Jati diri budaya sebuah bangsa terbentuk melalui berbagai proses kejadian yang

menimpa bangsa tersebut dalam waktu yang relative panjang. Jari diri budaya tidak

bisa terbentuk dalam waktu singkat dan tiba-tiba, selalu ada

2
proses panjang yang mengiringinya, sehingga sebuah budaya dapat

begitu mengakar di setiap jiwa masyarakat sebuah bangsa.

Alasan penulis memilih topik “Bahasa sebagai Pemersatu Bangsa” adalah

karena salah satu manfaat terbesar mempelajari bahasa Indonesia adalah sebagai

alat berkomunikasi sesama pengguna bahasa Indonesia. Karena di Indonesia

bahasa utamanya adalah bahasa Indonesia, maka untuk berkomunikasi antar warna

Negara Indonesia harus menguasai menggunakan bahasa Indonesia, meskipun

tidak hanya warga Indonesia yang mampu mengerti dan menggunakan bahasa

Indonesia. Selain itu, memperlajari bahasa Indonesia juga agar kita tahu apa saja

aturan yang ditetapkan pada penggunaan bahasa itu sendiri. Seperti, penggunaan

kosa kata, kata kiasan, perumpamaan, dan lainnya. Kehidupan manusia tidak

mungkin dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Mengapa bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional bangsa Indonesia?

2. Bagaimana proses perkembangan bahasa Indoensia?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi dari bahasa.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab bahasa Indonesia menjadi bahasa

nasional bangsa Indonesia.

3. Mengetahui proses perkembangan (sejarah) bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang dan wawasan baru

untuk pembaca tentang bagaimana bahasa pada akhirnya bisa disebut sebagai

pemersatu bangsa. Dan bisa jadi bahan ajar tentang pemahaman nilai-nilai bahasa

Ibu dan bahasa Indonesia sendiri sebagai bahasa nasional. Penulis juga berharap

makalah penelitian ini bisa membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya

bahasa Ibu dan bahasa Indonesia sebagai wujud rasa cinta pada tanah air.

4
BAB II

DEFINISI

2.1 Definisi Teori

2.1.1 Definisi Bahasa

Sebelum dibahas, definisi bahasa, ada baiknya diperiksa lebih

dahulu pengertian bahasa menurut rumusan di dalam kamus, baik kamus

dalam Bahasa Indonesia maupun kamus dalam bahasa asing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud: 1993:77), bahasa adalah;

(1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; (2)

percakapan atau perkataan yang baik, tingkah laku yang baik dan sopan santun”.

Menurut Hornby, dkk (1961:699) dirumuskan language is (i) human

speech in general, (ii) the expression of thoughts and feelings in words, (iii)

the speech of a nation or race, (iv) The manner of expression, (v) words,

pharases, expression, etc used by among person of a certain class of

profession, (vi) a method of expression by symbols or gestures.

Selanjutnya, definisi bahasa menurut pakar alisjahbana, bahasa adalah

ucapan pikiran dan perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat bunyi”.

Berdasarkan definisi ini, bahasa dibagi atas dua bagian, yakni bagian madi atau isi

berupa pikiran dan perasaan, dan bagian lahir, berupa bentuk yang berwujud bunyi

jika bahasa itu diujarkan, dan berwujud huruf-huruf jika bahasa tersebut tertulis.

5
Alisjahbana mengatakan bahwa komponen substansi manusia hanya pikiran

dan perasaan, padahal substansi manusia terdiri dari tiga kognisi; pikiran, konasi

‘kehendak’, dan emosi ‘perasaan’. Alisjahbana berpendapat bahwa yang berbahasa

hanyalah manusia, dan bahwa bahasa manusia itu bersistem, ada normanya.

Secara faktual bahasa itu berwujud tiga dimensi, yakni dimensi bahasa lisan,

dimensi bahsa tertulis, dan dimensi bahasa isyarat. Di antara ketiga dimensi bahasa ini,

bahasa lisanlah yang terpenting. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap hari

orang berinteraksi dengan menggunakan bahsa lisan. Lihat saja orang yang berbelanja

di pasar atau toko, proses belajar mengajar, sopir dengan penumpang, dokter dengan

pasien, semuanya menggunakan bahsa lisan. Bahasa tertulis akan terjadi jika situasi

mempersyaratkan orang harus menggunakan bahsa tertulis, misalnya mengirim surat.

Sedangkan bahasa isyarat akan terjadi jika kedua bentuk bahasa yang baru disebutkan

tidak dapat digunakan, misalnya padaa waktu perang.

Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau

pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.

Bila aturan, kaidah, atau pila ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.

Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi,

maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang diucakan, yaitu yang

sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia

modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak

lain adalah rekanan visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca daru bahsa

lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahsa lisan dan bahasa tulisan sama

6
pentingnya. Jasi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari

dengan sungguh-sungguh.

2.1.2 Definisi Pemersatu

Pemersatu berasal dari kata dasar ‘satu’. Pemersatu adalah sebuah homonim karena

arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Pemersatu juga

memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pemersatu dapat menyatakan nama

dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

2.1.3 Definisi Bangsa

Bangsa dalam arti etnis dapat disamakan dengan bangsa dalam arti rasial atau

keturunan. Dalam arti kulturan, bangsa merupakan sekelompok manusia yang menganut

kebudayaan yang sama. Karena kebudayaan mempunyai cabang dan unsur yang banyak

sekali, pengertian di sini merupakan pengertian bangsa yang didukung dan dikuasai oleh lebih

banyak kebudayaan yang diberlakukan daripada yang tidak diberlakukan. Misalnya, kelompok

bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa dan aksara, serta adat istiadat yang sama.

Menurut pada ahli, ada beberapa pendapat para pakar mengani pengertian

bangsa, yaitu sebagai berikut:

a. Ernest Renan (Perancis)

Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat

bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.

b. Otto Bauer (Jerman)

7
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan

karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.

c. F, Ratzel (Jerman)

Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena

adanya rasa kesatuan anatara manusia dan tempat tinggal (paham geopolitik).

d. Hans Kohn (Jerman)

Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan

golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara pasti. Kebanyakan bangsa

memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain.

e. Jalobsen dan Lipman

Bangsa adalah kesatuan budaya (cultural unity) dan suatu kesatuan politik (political

unity)

Kesimpulan yang penulis dapat adalah, bangsa merupakan sekumpulan orang

yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah. Serta berpemeritahan

sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa

dan wilayah tertentu di muka bumi. Misalnya saja bangsa Indonesia adalah sekelompok

manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu

bangsa serta berproses di dalam satu wilayah Indonesia.

2.2 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa yang utama adalah fungsi komunikasi dan ini berlaku bagi semua

bahasa. Fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa, sedangkan kedudukan

bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang sosial budaya di

tengah masyarakat. Ini mencerminkan bahwa 8


fungsi dan kedudukan bahasa saling berkaitan dan saling mennjang. Secara

umum fungsi bahasa dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni:

1) Fungsi ideasional, yaitu funsi bahsa untuk membentuk, mempertahankan,

dan menjelaskan hubungan di antara anggota masyarakat.

2) Fungsi interpersonal, yaitu menyampakan informasi di antara anggota masyarakat.

3) Fungsi tekstual, yaitu untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian

wacana yang relevan dengan situasi,

4) Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dibagi menjadi bahasa persatuan,

bahasa negara, bahasa standar IPTEKS dan bahasa dalam pembangunan nasional.

9
2.3 Sifat-sifat Bahasa

Babdul Chaer memaparkan beberapa sifat bahasa, yaitu sebagai berikut (Chaer, 2003);

a) Bahasa adalah sebuah sistem

Tiap bahasa memiliki pola pengunaan yang sistematis, pola ini

membentuk aturan-aturan penggunaan bahasa secara fungsional dan

struktural. Berdasarkan pola ini bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan yang berupa gagasan manusia. Lebih lanjut lagi, bahasa juga bersifat

sistemis. Artinya adalah bahasa merupakan sekelompok sistem pola

penggunaan yang saling mempengaruhi satu dan lainnya. Bahasa dapat

digunakan jika pola-pola tersebut saling berpadu menurut aturan tertentu

b) Bahasa berwujud lambang

Bahasa sebagai lambang adalah ide-ide yang disampaikan melalui bahasa

diwakili oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna

jika digunakan dalam pola tertentu. Selain itu, makna yang menyertai lambang-

lambang tersebut dibentuk oleh aspek sosialogis penggunanya. Hal ini

bermakna bahwa manusia sebagai pengguna lambang adalah pihak yang

menentukan makna dari lambang-lambang tersebut.

c) Bahasa berupa bunyi

Pada awalnya, bahasa yang dikenal manusia adalah bahasa lisan.

Meskipun demkian, tidak semua bunyi dapat dikategorikan sebagai bahasa.

Bahasa adalah sistem bunyi yang teratur; memiliki pola dan aturan tertentu.

d) Bermakna

Sistem bunyi dapat dianggap sebagai bahasa jika memiliki makna.

Lambang-lambang yang digunakan pada sebuah bahasa ditujukan untuk

10
menyampaikan makna tertentu. Sehingga pengguna lambang yang

tidak bermakna bukan termasuk sebagai bahasa.

e) Konvensional

Sistematika yang terdapat pada sebuah bahasa; baik penggunaan

lambang, pembentukkan makna serta aturan penggunaannya adalah

kesepakatan kelompok pengguna bahasa tersebut. Hal ini bermakna bahwa

bahasa merupakan sebuah sistem konvensi suatu masyarakat tertentu dan

seluruh anggotanya harus mematuhinya dalam penggunaan sebuah bahasa.

f) Unik

Terdapat beragam bahsa di dunia. Tiap bahasa tersebut memiliki aturan

dan sistematika penggunaan tertentu. Perbedaan tersebut membuat tiap

bahasa unik dan memiliki ciri spesifik yang membedakannya dari bahasa lain.

g) Universal

Konsep bahasa sebagai sistem universal dapat dipahami dari

pengertian bahwa bahasa adalah sistem bunyi. Tiap bahasa memiliki sistem

bunyi yang dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan dan vokal. Konsep

universalitas ini menjadi kajian linguistik, terutama linguistik deskriptif yang

mebahas sistem bahasa sebagai sebuah sistem yang universal dari tatanan

bunyi, pembentukan kata serta pembentukan kalimat.

h) Produktif

Tiap bahasa memiliki keterbatasan di tingkat fonologi dan morfologi.

Namun demikian, dalam keterbatasan tersebut tiap bahasa masih

mampu menyampaikan gagasan penggunaanya. Hal inilah yang

dimaksud dengan bahasa produktif.

11
i) Dinamis

Perkembangan bahasa sering dengan dinamika sosial penggunaannya.

Seiring dengan perkembangan kemanusiaan, bahasa juga berkembang.

Perubahan bahasa; termasuk peringkat maupun kemunduran bahasa

dapat terjadi bergantung pada penggunanya; manusia.

j) Bervariasi

Perbedaan yang timbul dari sisi kemanusiaan tentu berpengaruh pada

bahasa yang digunakannya. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai

ragam bahasa; bahkan sebuah bahasa memiliki beberapa ragam

penggunaan. Sedangkan perbedaan kelompok dan waktu menimbulkan

dialek; perbedaan bahasa disebabkan oleh kelompok penutur waktu

penggunaannya. Lebih lanjut lagi, perbedaan bahasa dapat dipengaruhi

konteks penggunaan; yang memunculkan ragam bahasa.

2.4 Analisa Bahasa Sebagai Pemersatu Bangsa

Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks. Bahasa

haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya

sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan symbol atau pelambang.

Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada di sini mulai

dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada di Negara

ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-masing mulai

dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran bahasa untuk

memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita memiliki ratusan

bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat pemersatu

12
sebagai sarana percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku

bangsa untuk berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku

batak ingin bertanya kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah

bahasa Indonesia dan terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa yang

dibicarakan. Disitulah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.

2.5 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (bahasa nasioanl) adalah untuk alat

pemersatu bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) bagi

suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (kebhinekaan)

sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang merupakan unsur

ketiga bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia, rasa kesatuan dan persatuan bangsa berbagai etnis

terpuruk. Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah raturan bahasa daerah tidak

menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran

bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah

ego kesukuan. Dalam hubungannya sebagai alat unutk menyatukan berbagai suku mempunyai

latar belakang budaya dan bahasa masing-masing. Bahasa Indonesia justru dapat

menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan

kesetiaan kepada nilai-nilai sosial-budaya serta latar belakang bahasa etnik yang

bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

13
2.6 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami

sebagai sistem perlambangan yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia

dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam

bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa

Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis

yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa

melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara

yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi

bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan.

Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan Arab,

kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di Sumatera Timur paling tidak sejak abad ke-7

merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang

maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan antara Cina, India dan pulau-

pulau di Asia Tenggara. Bahasa melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak

Abad ke-7. Bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di bukti

Karangka tahun 684 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 (Jambi). Prasasti-

prasasti itu bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno.

Bahasa melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di Jawa

Tengah (Banda Suli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor

ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno.

14
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa

buku pelajaran agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di

Nusantara. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahsa yang

digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli

sejarah China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di

Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing: 63-159), Kou Luen (I-Tsing: 183), K’ouen

loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana, 1971: 0001089), Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun

(Prentice 1978:19), Ayng berdampingan dengan sanskerta.

Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa perhubungan (lingua france) dikepulauan

Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak makin

jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu tertulis, seperti tulisan

pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad

ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin

dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersama dengan

menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat

Nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau, antara suku, antara pedagang, antar bangsa,

dan antar kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.

Pada tahun tersebut para tokon pemuda dari berbagai latar belakang suku dan

kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia,

keputusan ini dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan

Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui sevara Yuridis.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan

sebagai lingua franca (bahasa pergaulan). Di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad

15
awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan

istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan

ekspresif dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-

istilah lain dari berbagai bahasa yang digunkanan para penggunannya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu

digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan

Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat

halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat

mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya

dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan

karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa

Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.

Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari

Bahasa Melayu. Di mana Bahasa melayu sejah dahulu telah digunakan sebagai

bahasa perantara (Lingua Franca) atau bahasa pergaulan.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda

tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan

dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada

Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa: “Jika mengacu pada masa depan

bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesustraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa

diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bhasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,

bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

16
Secara Sosiologis, bisa dikatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi diakui

pada sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir

ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung

bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”. Namun secara Yuridis, bahasa Indonesia

diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah kemerdekaan Indonesia.

2.7 Hipotesis

Bahasa adalah identitas bangsa. Bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan

yang dipakai oleh seluruh masyarakatnya untuk berkomunikasi. Sebuah bangsa yang

besar memerlukan bahasa sebagai pemersatu agar komunikasi semakin mudah dan

menumbuhkan rasa nasionalisme pada setiap daerah yang dilingkupinya.

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap

bangsa Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa

nasional), Bahasa Indonesia”, bahasa Indonesia juga sebagai satu-satunya bahasa

resmi secara nasional di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945

pasal 36. Dalam makalah ini akan difokuskan pada pembahasan Bahasa Indonesia

Sebagai Pemersatu Bangsa. Pemakaian Bahasa Indonesia yang tertib dan teratur

perlu dibina terus agar Bahasa Indonesia menjadi Bahasa yang diperhitungkan dunia.

17
2.8 Analisis Data

Sejalan dengan berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah, sebagian masyarakat menuntut menuntut pengutamaan penggunaan Bahasa daerah.

Walaupun begitu, tuntutan agar Bahasa daerah digunakan untuk komunikasi baik dalam situasi

formal dan non formal mengalami banyak kendala. Kendala itu berkaitan dengan kedudukan

dan fungsi Bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dipaparkan tuntutan pengutamaan

penggunaan Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional dan sebagai

Bahasa Negara. Yang dimaksud dengan kedudukan Bahasa Indonesia adalah status Bahasa

Indonesia sebagai sistem nilai budyaa yang dirumuskan atas dasar nilai sosial. Yang dimaksud

dengan fungsi Bahasa Indonesia adalah Bahasa Indonesia pada masyarakat Indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia mempunyai

fungsi; 1) Bahasa resmi kenegaraan, 2) Bahasa pengantar dalam dunia Pendidikan, 3) alat

pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya dalam rumusan

masalah Seminar Politik Bahasa Tahun 1989 dijelaskan bahwa fungsi Bahasa Indonesia

sebagai Bahasa Negara masih ditambah lagi dengan tiga fungsi, yaitu:

1) Bahasa media massa.

2) Pendukung sastra Indonesia.

3) Pemerkaya Bahasa dan sastra daerah.

Tujuan utama pembinaan Bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif

terhadap Bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan

suka memakai Bahasa Indonesia daripada Bahasa asing dan bersedia menjaga agar

pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap

Bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa

Indonesia tidak meungkin menuntut kemurnian Bahasa Indonesia (sebagaimana

18
aliran purisme) dan menutup diri saling pengaruh dengan Bahasa daerah dan Bahasa

asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang

positif dan mana pengaruh negatif terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Sikap

positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa

Bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan Bahasa asing lain.

19
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa

Indonesia. Hal ini tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi, “Kami

putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan (bahasa nasional), Bahasa

Indonesia”, bahasa Indonesia juga sebagai satu-satunya bahasa resmi secara nasional di

Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36.

Indonesia adalah bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada di sini mulai

dari sabang Sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada di Negara

ini, setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-masing mulai

dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran bahasa untuk

memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita memiliki ratusan

bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat pemersatu sebagai sarana

percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai macam suku bangsa untuk

berkomunikasi. Sebagai contoh orang medan yang berasal dari suku batak ingin bertanya

kepada orang Madura karena tak tau bahasa Madura digunakanlah bahasa Indonesia dan

terjadilah komunikasi yang saling mengerti terhadap apa yang dibicarakan. Disitulah fungsi

bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.

20
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada

makalah penelitian yang penulis buat dan jauh sekali dari kata sempurna

karena keterbatasan waktu dan pengalaman.

Namun ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Penjelasan hipotesis bisa lebih dikembangkan lagi mengingat banyak

detail-detail yang masih kurang pada penjelasan hipotesis.

2. Analisa data yang kurang lengkap.

Untuk ke depannya, semoga penelitian bisa tertuang dengan lebih baik

lagi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Laba, I Nengah dan Rinayanthi, Ni Made. 2018. Buku Ajar Bahasa Indonesia

Berbasis Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.

Soebanyo Toer, Koesalah dan Soesman Monique. 2008. Sastra Indonesia

Modern, Kritik Postkolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan. 1991. Metologi Pengajaran Bahasa 2.

Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.

Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta

Chandra, C. Crysta. 2013. Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu Bangsa.

Bandung: Universitar Padjajaran.

22
BIODATA PENULIS

Nama : Nuraeni Putri

Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 21 Juni 1997

NIM : 181010600177

Prodi : Sastra Inggris

Pekerjaan : Adminsitrator

Hobi : Membaca buku, menonton film dan mendengarkan musik

23

Anda mungkin juga menyukai