Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

“HAKIKAT,FUNGSI,DAN RAGAM BAHASA INDONESIA


SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU :Drs.La Rabani,M.Pd.

DI SUSUN OLEH
NAMA :AMELIA
NIM :A1G123003
KELAS :1-A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2023

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Konsep Dasar Bahasa
Indonesia yang berjudul “Hakikat, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia dan Sejarah Perkembangan dan
Kedudukan Bahasa Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Dasar Bahasa Indonesia oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Drs.La Rabani,M.Pd. Makalah ini
di harapkan mampu membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai Bahasa Indonesia terutama
dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, makalah ini diharapkan agar menjadi bacaan para pembaca
agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, makalah ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan
juga dapat menerima perubahan yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga
memerlukan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin

Kendari, 22 Oktober 2023

penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...............................................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 6
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
2.1. Hakikat Dan Fungsi Bahasa Indonesia .................................................................................... 7
A. Hakikat Bahasa Indonesia ...................................................................................................... 7
B. Fungsi Bahasa Indonesia ......................................................................................................... 9
C. Ragam Bahasa Indonesia ...................................................................................................... 12
D. Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia ................................................................................... 13
E. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku ................................................................................... 14
2.2. Sejarah Bahasa indonesia ...................................................................................................... 18
A. Bahasa Indonesia Sebelum Bahasa Indonesia ....................................................................... 18
B. Bahasa Indonesia Sesudah Bahasa Indonesia........................................................................ 22
C. Kedudukan Bahasa Indonesia ............................................................................................... 24
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 26
B. Saran ..................................................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
• Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak
langsung yakni dalam bentuk tulisan, pada dasarnya bahasa merupakan ekspresi karena dengan
bahasa manusia dapat menyampaikan isi hati dan berkomunikasi dengan sesamanya. Seiring
dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami banyak
pengembangan dan variasi. Sehingga pengembangan bahasa itu sendiri sudah tidak asing lagi bagi
negara manapun. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa terpenting di negara
Republik Indonesia. Oleh karenanya, kedudukan bahasa Indonesia antara lain, yaitu sebagai
bahasa nasional, sebagai lambang kebanggaan bangsa, dan sebagainya. Sedangkan
fungsi bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara, pengantar dalam lembaga pendidikan, alat
perhubungan tingkat nasional, dan alat pengembangan budaya serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
tersebut digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan, di
hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti
kuno yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Indonesia dikumandangkan
secara resmi pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda.
Peresmian nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikan
sebagai alat perjuangan oleh kaum nasionalis yang sekaligus bertindak sebagai perencana
bahasa untuk mencapai negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu
juga menunjukan bahwa sebelum peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia
sudah ada. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan
kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka
telah ada suatu konsep tentang bahasa Indonesia.Alasan yang kuat sehingga bahasa Indonesia
dijadikan sebagai bahasa kebangsaan adalah (1) bahasa Indonesia sudah merupakan lingua
franca,yakni bahasa perhubungan antaretnis di Indonesia, (2) walaupun jumlah penutur
aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa, Sunda, atau bahasa Madura, bahasa Melayu
memiliki daerah penyebaran yang sangat luas dan yang melampaui batas-batas wilayah bahasa lain,
(3) Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lain sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing lagi, (4) Bahasa Melayu mempunyai sistem yang

4
sederhana sehingga relatif mudah dipelajari, (5) faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan
dan keinsafan dari penutur bahasa Jawa dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, (6) bahasa Melayu memiliki sesanggupan
untuk dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu. Bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa
perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan, di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal
ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan menggunakan
bahasa Melayu.Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 1928
yang bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian nama bahasa Indonesia tersebut
bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat perjuangan oleh kaum
nasionalis yang sekaligus bertindak sebagai perencana bahasa untuk mencapai negara Indonesia
yang merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa sebelum
peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan yang
menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka telah ada suatu konsep
tentang bahasa Indonesia.Alasan yang kuat sehingga bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa
kebangsaan adalah (1) bahasa Indonesia sudah merupakan lingua franca, yakni bahasa
perhubungan antaretnis di Indonesia, (2) walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak
penutur bahasa Jawa, Sunda, atau bahasa Madura, bahasa Melayu memiliki daerah penyebaran
yang sangat luas dan yang melampaui batas-batas wilayah bahasa lain, (3) Bahasa Melayu masih
berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lain sehingga tidak dianggap sebagai bahasa
asing lagi, (4) Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relatif
mudah dipelajari, (5) faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari penutur
bahasa Jawa dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan, (6) bahasa Melayu memiliki sesanggupan untuk dapat dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas
• Sejarah Perkembangan dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu.Bahasa tersebut
digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan, di hampir seluruh
wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang
ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi
pada tanggal 28 Oktober1928 yang bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian
nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat
perjuangan oleh kaum nasionalis yang sekaligus bertindaksebagai perencana bahasa untuk

5
mencapai negara Indonesia yang merdekadan berdaulat. Peresmian nama itu juga
menunjukan bahwa sebelum peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah
ada. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan
yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinyapada mereka telah ada suatu
konsep tentang bahasa Indonesia.Alasan yang kuat sehingga bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa kebangsaan adalah

1) Bahasa Indonesia sudah merupakan lingua franca,yakni bahasa perhubungan antaretnis


di Indonesia. Walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa,
Sunda, atau bahasa Madura
2) Bahasa Melayu memiliki daerah penyebaran yang sangat luas danyang melampaui batas-batas
wilayah bahasa lain.
3) Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lain sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing lagi.
4) Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relatif mudah dipelajari.
5) Faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan ke insafan dari penutur bahasa Jawa dan Sunda,
serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
6) Bahasa Melayu memiliki sesanggupan untuk dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia?
2. Apa Sejarah Perkembangan dan Kedudukan Bahasa Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan dan Kedudukan Bahasa Indonesia

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Istilah bahasa tentu bukan merupakan hal yang baru bagi kita. Istilah tersebut setiap saat selalu kita
dengar, baca, atau bahkan menggunakan istilah tersebut dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa atau berbahasa.
Begitu seringnya kita menggunakan istilah bahasa atau menggunakan bahasa, maka terkadang kita lupa
memahami apa sesungguhnya hakikat bahasa itu dan apa fungsi bahasa.

A. Hakikat Bahasa Indonesia

a) Pengertian Bahasa

Manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan sarana atau media yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi
alat, sarana atau media. Bahasa memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam
kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa, bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan seperti
masyarakat di sekitarnya.

Akhadiah, dkk (1998) mengemukakan bahwa bahasa merupakan rangkaian bunyi yang
melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap. Jadi bahasa ialah lambang. Dalam pemakaiannya lambang
itu digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku, diantaranya kaidah pembentukan, maka sesuai dengan
pembentukan itu, rangkaian bunyi membentuk gabungan kata, klausa, dan kalimat. Keraf (1986)
mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa itu meliputi dua bidang, yaitu:
bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi tadi, bunyi itu
merupakan getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah
isi yang terkandung didalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya arus bunyi
itu kita namakan arus ujaran. Ujaran manusia dapat dikatakan sebagai bahasa apabila ujaran tersebut
mengandung makna, atau apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu
memiliki arti serupa.

7
Menurut Keraf (1986) bahwa apakah setiap ujaran itu mengandung makna atau tidak, haruslah
ditilik dari konsekuensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik
kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan
mempunyai arti tertentu pula. Konvensi-konvensi masyarakat itu akhirnya menghasilkan macam-macam
struktur bunyi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi yang
mengandung suatu makna tertentu secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu
masyarakat bahasa.

Perbendaharaan kata-kata itu belum berfungsi apa-apa bila belum ditempatkan dalam suatu arus
ujaran untuk mengadakan inter-relasi antar anggota-anggota masyarakat. Jika tidak, perbendaharaan kata-
kata itu masih merupakan barang mati, belum hidup. Penyusunan kata itu pun harus mengikuti suatu kaidah
tertentu. Bila diucapkan atau dilisankan akan diiringi dengan gelombang ujaran yang temponya cepat atau
lambat, tekanan keras atau lembut, tinggi rendah dan lafal tertentu.

b) Sifat-sifat Bahasa
Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu:
1. Sistematik
2. Mana suka
3. Ujar
4. Manusiawi
5. Komunikatif.

Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati
agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh sistem. Seperti yang sudah disinggung di atas,
setiap bahasa mengandung dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Menurut Santoso, dkk (2004),
bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa sadar. Tidak ada hubungan
logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh, mengapa kursi bukan disebut meja.
Mengapa anak-anak yang diajar murid bukan guru. Kita dapat memberi alasan pertimbangan apa kata itu
disebut begitu, karena sudah begitu nyatanya. Itulah yang dimaksud dengan mana suka. Jadi, pilihan suatu
kata disebut kursi, meja, murid, guru dan lain-lainnya, ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar
tertentu, melainkan secara mana suka.

Bahasa disebut juga ujaran karena seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa bentuk dasar
bahasa adalah ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi. Bahasa disebut bersifat manusiawi
karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
Terakhir, bahasa disebut bersifat komunikatif karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat,

8
dan bangsa dalam segala kegiatan. Singkat kata, bahasa adalah sebagai alat perhubungan antar anggota-
anggota masyarakat.

B. Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa yang dikuasai seseorang adalah sesuatu yang wajar, bukan prestasi yang luar biasa. Akibat
anggapan yang keliru tersebut menyebabkan bahasa dianggap hal yang biasa sehingga tidak perlu mendapat
perhatian. Padahal, bahasa merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan kita. Samsuri (1994)
mengatakan “ Dapatkah kita kira-kirakan bagaimana kebudayaan kita dapat kita terima dari nenek moyang
kita dan kita teruskan kepada anak cucu tanpa memakai bahasa?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu
saja dapat dijawab dengan mudah, bukan? Pasti jawabannya adalah dengan kata tidak. Bahasa memiliki
fungsi yang sangat vital dalam kehidupan ini.

Secara umum, sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai
wahana komunikasi bagi manusia, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Fungsi ini adalah fungsi
dasar bahasa yang belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Bahasa selalu mengikuti dan
mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.

ini. Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi seperti
berikut:

1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota k eluarga
ataupun anggota-anggota masyarakat.
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-
tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media
untuk menyatakan eksistensi (keberadaan diri), membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk
menarik perhatian orang.
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota
masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat,
kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan
semua ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahsa. Dengan bahasa, manusia dapat
bertukar pengalaman dan menjadi bagian dari pengalaman tersebut. Mereka memanfaatkan
pengalaman itu untuk kehidupannya. Dengan demikian, mereka merasa saling terkait dengan
kelompok sosial yang dimasukinya.
4. Fungsi kontrol sosial. Bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila
fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula.

9
Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat
yang lebih berkualitas.

Sejalan dengan pendapat diatas, Hallyday (1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

1. Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu.


2. Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
3. Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
5. Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.
6. Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.
7. Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan
bangsa Indonesia. Fungsi itu adalah sebagai berikut:

1. Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipergunakan
dalam administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dengan masyarakat.
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia
dipergunakan dilembaga-lembaga pendidikan baik formal atau non-formal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar
suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam kaitan ini, bahasa
Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang
membedakannya dengan bahasa daerah. Di samping itu, bahasa berfungsi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku
atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:

10
1. Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipergunakan
dalam administrasi kenegaraan, upacara adat, peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun
dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-
dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyirat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaran lain
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia
dipergunakan dilembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal, dari tingkat kanak-
kanak sampai perguruan tinggi.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya
dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar
suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
5. Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina
serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya
sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga untuk itulah bahasa
Indonesia perlu dibakukan atau distandarkan. Upaya pembakuan bahasa Indonesia telah dilakukan yaitu
dengan dikeluarkannya ejaan yang disempurnakan (EYD) pada tahun 1972. EYD ini adalah sebagai
penyempurnaan ejaan-ejaan yang sebelumnya yaitu ejaan Van Ophuijen (1901) dan ejaan Soewandi
(1947). Selanjutnya dikeluarkan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
pedoman istilah pada tahun 1975. Rintisan pembakuan bahasa Indonesia berikutnya adalah
diterbitkannya kamus yang dianggap mendekati kelengkapan yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia pada tahun 1988 yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Selanjutnya
pada tahun itu pula diterbitkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pembakuan-pembakuan ini
dilakukan dengan harapan agar bahasa Indonesia semakin mantap. Dengan demikian, bahasa Indonesia
juga memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu sebagai berikut:

11
1. Fungsi pemersatu, artinya bahasa Indonesia mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya dan
bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa baku menjadi alat untuk
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa yang tersebar diseluruh nusantara.
2. Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang
lain. Dengan demikian bahasa Indonesia sebagai bahasa baku dapat memperkuat kepribadian
nasional masyarakat Indonesia.
3. Fungsi penambah kewibawaan, penggunaan bahasa baku akan menambah kewibawaan atau
prestise. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang mahir berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar akan memperoleh wibawa dimata orang lain.
4. Fungsi sebagai kerangka acuan, fungsi ini mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan
kerangka acuan pemakaian bahasa. Bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolak
ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau ragam bahasa.

C. RAGAM BAHASA INDONESIA

Jika kita simak bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai lapisan masyarakat, situasi,
serta topik pembicaraan, kita akan menyadari adanya ciri-ciri yang berbeda di sana-sini. Berdasarkan
ciri-ciri itu kita membedakan satu dialek ataupun ragam yang lainnya. Dialek adalah variasi bahasa
yang ditentukan oleh pemakainya. Ada beberapa jenis dialek yang dikenal yaitu:

a. Dialek sosial, yakni bahasa yang digunakan oleh kelompok atau lapisan masyarakat tertentu
seperti perdagangan, wanita, anak-anak, remaja, dan sebagainya.
b. Dialek regional, yakni yang digunakan orang daerah tertentu, seperti bahasa Melayu Riau,
Banjar, Manado dan sebagainya.
c. Idiolek, keseluruhan ciri bahasa seseorang

Adapun yang dimaksud dengan ragam bahasa adalah bahasa yang ditentukan oleh pemakainya dan jenis
variasi ini banyak sekali dan dapat dikelomokkan kedalam beberapa klasifikasi.

12
D. Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dikemukaakan beberapa penggolongan ragam
bahasa. Pertama, ragam menurut golongan penutur bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa.
Ragam yang ditinjau dari sudut pandang penutur terdiri atas: (1) ragam bahasa, (2) ragam
pendidikan, dan (3) sikap penutur. Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat daerah
kentara karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi, panjang pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda. Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam bahasa baku dan
ragam bahasa tidak baku (ragam bahasa baku dan ragam tidak baku akan diuraikan secara kuhsus).

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-
masing pada asasnya tersedia bagi tiap–tiap pemakai bahasa. Ragam ini bisa disebut langgam atau gaya.
Langgam atau gaya yang dipakai oleh penutur bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak
berbicara atau terhadap pembacanya. Sikap penutur dipengaruhi antara lain oleh umur dan kedudukan yang
disapa pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya. Perbedaan
berbagai gaya itu tercermin dalam kosa kata dan tata bahasa (depdikbud,1988).

Ragam bahasa menurut jenis pemakainya dapat diperinci atas:

1. Ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan,


2. Ragam menurut sasarannya, dan
3. Ragam yang mengalami gangguan pencampuran.

Ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan mengandung maksud bahwa ragam bahasa antara
bidang tertentu dengan bidang yang lain atau pokok persoalan tertentu dengan pokok persoalan yang
berbeda. Misalnya, ragam bahasa dalam bidang agama berbeda dengan bidang politik. Perbedaan tersebut
terutama dalam hal istilah atau ungkapan kasus. Ragam bahasa menurut sasarannya terdiri atas:

1. Ragam lisan.
2. Ragam tulisan.

Makna ragam lisan diperjelas dengan intonasi yaitu tekanan, nada, tempo suara, dan perhentian.

13
E. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku

Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa
orang yang berpendidikan. Karena, ragam orang berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap
diuraikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Oleh karena itulah, ragam tersebut
dijadikan tolak ukur bagi pemakaian bahasa yang benar atau bahasa yang lebih lengkap dibandingkan
dengan ragam tidak baku. Adapun ciri ragam baku adalah sebagai berikut:

a. Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif
tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.
b. Kecendikiaan. Kecendikiaan berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit diberbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
c. Keseragaaman kaidah. Keseragamaan kaidah adalah keseragaman aturan atau norma. Tetapi,
keseragamaan bukan berarti penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa
(depdikbud, 1998).

Ragam tidak baku dapat mengandung unsur-unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam
bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi
dalam hal lafal atau pengungkapan, kosakata, struktur kalimat, dan sebagainya. Untuk mengatasi
keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka
diperlakukan bahasa-bahasa baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa baku tidak hanya
ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.

Pada situasi komunikasi, bagaimanakah kita harus menggunakan Bahasa Indonesia baku?
Keridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa indonesia baku adalah ragam bahasa yang
dipergunakan dalam:

1. Komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh


instansi resmi, penamaan dan peristilahan, perundang-undangan.
2. Wancana teknis, yakni dalam laporan resmi, dan karangan ilmiah.
3. Pembicaraan di depan umum dalam ceramah, kuliah, khotbah
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya,
dan orang yang baru dikenal.

14
Ciri struktur ( unsur-unsur ) bahasa Indonesia baku diuraikan seperti berikut:
a. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia tidak baku

- Ahmad melempar mangga di - Ahmad melempar mangga yang


depan rumahnya. ada di depan rumahnya.
- Hama wereng menyerang padi - Hama wereng serang padi petani
petani yang sudah mulai menguning. yang sudah mulai menguning.
- Anak itu sudah mampu berjalan - Anak itu sudah mampu berjalan
walaupun masih tertatih-tatih walupun masih tertatih-tatih.
- Kuliah berjalan dengan lancar. - Kuliah sudah jalan dengan
lancar.
b. Pemakaian fungsi dramatikal (subjek, predikat, dan sebaginya secara eksplisit dan konsisten).
Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Direktur perusahaan itu pergi ke luar - Direktur perusahaan itu ke luar negeri.
negeri.

c. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian
kata penghubung secara tepat dan ajek).
Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Ia tahu bahwa anaknya tidak - Ia tahu anaknya tidak lulus.


lulus.

d. Pemakaian pola frase verval aspek + agen +verba (bila ada) secara konsisten (pengguanan
urutan kata yang tepat).
Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Maksud Anda sudah saya pahami. - Maksud anda sudah saya pahami.
- Kiriman itu kami telah terima. - Kiriman itu telah kami terima.
- Pot bunga itu akan kamu simpan - Pot bunga itu kamu akan simpan
dimana? dimana?

15
e. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analisis).
Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Ia memeberitahukan bahwa - Ia kasih tahu bahwa besok ada


besok ada pertemuan di sekolah. pertemuan di sekolah.
- Istrinya sedang mengikuti - Ia punya istri sedang mengikuti
program kualifikasi PGSD. program kualifikasi PGSD.
- Ia selalu membantu siswa - Ia selalu membantu siswa bikin
membersihkan kelas sebelum bersih kelas sebelum pembelajarn
pembelajaran dimulai. dimulai.

f. Pemakain partikel kah, lah, dan pun secara konsisten.


Contoh:

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia tidak baku

- Bagimanakah memakai alat itu? Bagaimana cara pakai alat itu?

g. Pemakian preposisi yang tepat.


Contoh:

Bahasa Indonesia Bak Bahasa Indonesia tidak baku

- Ia mengirim surat kepada saya. - Ia mengirim surat ke saya.


- Buku itu ada pada saya. - Buku itu ada di saya.
- Anak itu pergi ke sekolah dengan - Anak itu pergi ke sekolah sama
temenanya. temenanya.

h. Pemakaian bentuk ulang, yang tepat menurut fungsi dan tempatnya.


Contoh:

Bahasa Indonesia baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Semua siswa diharapkan masuk - Semua siswa-siswi diharapkan


ke kelas. masuk ke kelas.
- Mereka tendang menendang. - Mereka saling tendang
menendang.

16
i. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa
indonesia
Contoh:

Bahasa Indonesia baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Hari ini saya tidak dapat - Ini hari saya tidak dapat
mengikuti pertemuan mengikuti pertemuan.
- Anda dipanggil oleh kepala - Situ dipanggil oleh kepala
sekolah sekolah.
- Dia mengatakan bahwa hari ini - Dia bilang bahwa hari ini libur.
libur.
- Kepala sekolah kasih pengarahan
- Kepala sekolah memberi kepada semua.
pengarahan kepada semua siswa.

j. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)


Contoh:

Bahasa Indonesia baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Acak - Random
- Sahih - Valid
- Tataran - Level
- Masukan - Set
- Keluaran - Input
- Cendera mata - Output
- Tanda mata

k. Pemakaian kaidah yang baku


Contoh:

Bahasa Indonesia baku Bahasa Indonesia Tidak Baku

- Hal itu sudah kita pahami - Hal itu sudah dipahami oleh kita
- Ibu memberikan adik buku - Ibu membelikan buku adik
- Pengendara sepeda diharap turun - Nik sepeda harap turun.

17
2.2. Sejarah Bahasa Indonesia
Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan dialek sosial yang tersebar
luas di wilayah AsiaTenggara. Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar
(Blust1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah Kalimantan Barat telah pula
melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, disamping dua ragam
politis lain yaitu bahasa Melayudi Singapura dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam. Bukti bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya sejumlah prasasti yang di temukan
di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau
Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf pallawa, yakniaksara yang dibawah oleh
orang-orang Hindu ke Indonesia. Ada juga,menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan
huruf Arab, dan initentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke Indonesia.Menurut
Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudah teridentifikasi dan besar kemungkinan
akan bertambah lagi.

Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan bagian
dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi kedalamhuruf latin. ”Nipahat di welanya yang wala
griwijaya kalimat manapik yang bhumijaya tida bhakti ka griwajaya.”Secara harfiah artinya: Dipahat di
waktunya yang tentara sriwijaya telahmenyerang tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya Makna sebenarnya:
Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telahmenyerang tanah jawa yang tidak takluk pada sriwijaya

Dari kutipan tersebut dapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini masih biasa digunakan. Kata
kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala),bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).Kata wala
menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah perubahan yang umum dan biasa. Ada contoh
lain, yaitu watu menjadi batudan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata bhumi dan
bhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun fonem[a] berubahmenjadi [e] pada kata ka juga
merupakan peubahan yang biasa ada contohlain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena
menjadi kerana(dalam bahasa Melayu kini).

A. Bahasa Indonesia sebelum Kemerdekaan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu dipakai sebagai bahasa penghubungantar suku di Nusantara dan sebagai bahasa
yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.Membahas tentang sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka tidak

18
terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan berabad-abad
lamanya.Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai linguafranca (bahasa perantara atau
bahasa pergaulan dibidang perdagangan) di seluruh wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudahdipelajari, mudah
dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan
menyempurnakanfungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanyaperbedaan tingkatan bahasa
berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan
sentimen dan perpecahan.
d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasapersatuan.
e. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuanyang mulia.

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei,Indonesia, Malaysia, dan Singapura.


Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi
NegaraRepublik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yangpokoknya dari bahasa
Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi Riau,Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa
bahasa Melayu Riau hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyak dialek Melayu yang lain.Diatas
semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu bahasa perhubungan, suatulingua Franca yang
disebutdengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah yang merupakan faktor yang paling penting untuk di
terimanya.

Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua didaerah Jambi di tepi sungai
Batang hari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad,
kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian Timur dan di bawah pemerintahan
raja-raja Syailendra bukan saja menjadi pusat politik diAsia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula terdapatnya
faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti beberapa perkembangan berikut.

a. Masa Prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan bahasa yang di pakai
oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan
bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan–peninggalan bersejarah misalnya:
Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh,Aceh pada tahun 1380 M,

19
Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang,pada tahun 683, Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada
tahun 684,Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686, Prasasti Karang Brahi
Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan
adanyabermacam-macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantaraseperti dialek Melayu
Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah dipastikan bahwa bahasa Melayu
sudah mengalami penyebaran seluas itu.Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita
tentang musafir-musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kotaIndonesia. Mereka
mempergunakan bahasa penduduk asli yangdisebut Kwu’un Lun. I Tsing yang belajar di
Sriwijaya pada akhir abad VII juga menggunakan bahasa itu.
b. Masa Kolonial

Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI,mereka menghadapi suatu
kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa
perantara dalam perdagangan (lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa kenyataan
berikut. Seorang Portugis bernama Pigafetta, setelah menjunjung Tidore, menyusun semacam
daftar kata pada tahun 1522;berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku. Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang keIndonesia mendirikan
sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar. Usaha-usaha untuk memakai
bahasa Portugis atau bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan.
Demikianlah pengakuan seorang Belanda yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631.

Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku itukebanyakan memakai bahasa Melayu


sebagai bahasa pengantar. Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak
dengan keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No.104, yang menyatakan bahwa
pengajaran di sekolah-sekolah BumiPutra, kalau tidak digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam
bahasa daerah

c. Masa Pergerakan Kemerdekaan

Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan kemerdekaan, terasa
sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di
Indonesia.Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semuarakyat diikutsertakan. Untuk
itu mereka mencari suatu bahasa yang dapat dipahami dan dipakai semua orang.Pada mulanya memang
sulit untuk menentukan bahasa mana yangakan menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda,
apakah Jong Java, Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri.

20
Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini dirasakan
sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.

Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia, pada


tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-
pemudi Indonesia. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra
sudah lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga
disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas
ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda. Perlu pula
dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan bahasa Melayu, seperti Bianglala,
Bintang Timoer,Kaum Moeda, dan Neratja.

Disamping pengaruhnya yang sangat besardalam perkembangan bahasa Melayu, media tersebut
sekaligus menjadi penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri Indonesia untuk mengutarakan
berbagai macam masalah. Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebut kandiatas, akhirnya
tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia diJakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu, diadakan ikrar bersama yang terkenal
dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe,

Tanah Air Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

Mendjoendjoeng bahasa persatoean,

Bahasa Indonesia.

21
B. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,dalam UUD 1945


ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (EjaanSoewandi)
diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.Ejaan Van Ophuysen
ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya
itu, ejaanVan Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaanitu disusun oleh
Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim.Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada umumnya
mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal,kata, kalimat, dan tanda baca.
Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan
Van Ophuysen mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuy lain sebagai berikut :

1. 1.Huruf y ditulis dengan j, misalnya:


Sayang → Sajang
Yakin →Jakin
Saya →Saja
2. Huruf u ditulis dengan oe, misalnya:
Umum →Oemoem
Sempurna →Sempoerna
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda komadiatas, misalnya:
Rakyat →Ra’yat
Bapak→ Bapa’
Rusak → Rusa’
4. Huruf j ditulis dengan dj,misalnya :
Jakarta→ DjakartaRaja
RadjaJalan → Djalan
5. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :
Pacar → Patjar
Cara → Tjara

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.Penyusunan ejaan baru
dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu ejaan Van Ophuysen

22
juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19Maret 1947,
setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal
19Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan Nama Ejaan Republik.

Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama itu disesuaikan dengan Nama
orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan Nama Menteri Pendidikan,
Pengajaran,dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajarjika ejaan yang
disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi. Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang
adalah Ejaan yang disempurnakan. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972. Sebelum EYD, Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa),pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan
LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan
Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari
Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru.
Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,
tanggal 19 September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditanda tangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia
Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama
tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli
dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus
1972,berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi
bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia,
ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17
Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh
kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan
Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak bulan Maret 1947.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.Setelah itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975

23
Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan"
dan "Pedoman Umum PembentukanIstilah".Garis Waktu Peresmian Ejaan

a. Tahun 1901 ejaan yang digunakan


b. ejaan van ophuijsenb. Ejaan republik diresmikan 1947
c. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikanpemakaian Ejaan Bahasa
Indonesia. Departemen pendidikan danKebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
PedomanEjaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
d. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan (EYD) dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilaholeh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannyaNo. 0196/1975.
e. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan hingga sekarang
melalui Kongres Nasional BahasaIndonesia dengan motor penggerak Pusat Bahasa.
f. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisidikuatkan dengan Surat
Putusan Menteri Pendidikan danKebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987

C. Kedudukan Bahasa Indonesia

Sebagai Bahasa Nasional kedudukannya berada diatas bahasa-bahasadaerah. Selain itu,


di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasalkhusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan
kata lain,ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928;kedua, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting yang tercantum di dalam:

a) Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
b) Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “BahasaNegara ialah Bahasa Indonesia”.Maka
kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:
• Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta padatanggal 25-28 Februari 1975
menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:

24
1. Lambang kebanggaan Nasional.
2. Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial
budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
harus bangga,menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap
bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh.
Kitaharus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya
3. Lambang Identitas Nasional
4. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia.
Berarti bahasa Indonesia akan dapatmengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah
laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian
kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan
gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
5. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasannya
6. Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-
cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa amandan serasi
hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat
suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerahmasih tercermin dalam bahasa daerah masing-
masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit
pun.Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanahbahasa Indonesia.
7. Alat penghubung antar budaya antar daerah.Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubunganuntuk segala aspek kehidupan.
Bagi pemerintah, segala kebijakan danstrategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga.Apabila
arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat
tercapai.

25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

• Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia


Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu
masyarakat tutur untuk bekerja sama,berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem,
maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah,atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi,
tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah atau pola ini dilanggar, maka komunikasi
dapat terganggu.
Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam
kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomuikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara yang
lain, misalnya isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Tetapi dengan bahasa
komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna.

• Sejarah perkembangan dan Bahasa Indonesia


Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapatmenjadi dasar
menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan pelajar.Dalam hal ini bahasa Indonesia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagaibahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya
sebagai bahasanasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,indentitas
nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah danantarbudaya, dan alat pemersatu suku,
budaya dan bahasa di Nusantara. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,alat
perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengimgat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan
pelajar untuk menjagadan terus mengembangkan agar bahasa Indonesia terus bertahan dan
berkembang dalam masa yang akan datang. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia
sebagai mana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke
VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulusudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan.
Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.

26
3.2. Saran

• Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia


Demi tercapainya persatuan dalam keberagaman yang ada di Indonesia perlu adanya kesadaran
untuk menanamkan rasa nasionalisme dalam diri sendiri. Sebagai generasi muda dan salah satu cara
untuk mencapainya yaitu dengan mempelajari bahasa Indonesia secara detail dan mendalam serta
menanamkan rasa kecintaan, kesenangan untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Serta menerapkanya
secara baik dan benar, karena dengan menerapkan Bahasa Indonesia secara tepat dan benar maka akan
mempererat Negara Indonesia dari berbagai ragam bahasa. Serta Bahasa Indonesia dapat
mempersatukan antar sesama bangsa.

• Sejarah perkembangan dan Bahasa Indonesia


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentangmakalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritikdan saran dari pembaca

27
DAFTAR PUSTAKA

• Hakikat,Fungsi,dan Ragam Bahasa Indonesia


Alwi, Hasan. Dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ed ke 3. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Goeler, Carl 1980. Writing to
Communicate. London: A Mentor Books. Halliday, M.A.K. dan Ruqaya. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks.
Terjemahan oleh Asraruddin B. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Keraf, Gorys, 1986. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah Kridalaksana. Harimurti, 1978. Fungsi dan
Sikap Bahasa. Ende-Flores. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Sastra Hudaya.
Santoso. Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonexia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT

• Sejarah perkembangan dan Bahasa Indonesia


http://materi-mata-kuliah.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html,
Online, Diakses pada tanggal 19 Oktober 2021 pukul 17.10 WIB.
Nugroho, Agung,” Pemahaman kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai
dasar jiwa nasionalisme”, Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB2015”, Volume 1, No.236,
STKIP PGRI Lubuklinggau, Lubuklinggau,2015. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2021 Pukul 19.40
WIB.
Sari, Indah Puspita,” Pentingnya pemahaman kedudukan dan fungsi bahasa
indonesia sebagai pemersatu negara kesatuan republik indonesia (nkri)”,Prosiding Seminar Nasional
Bulan Bahasa UNIB 2015”, Volume 1, No.236,STKIP PGRI Lubuklinggau, Lubuklinggau, 2015. Diakses
pada tanggal 23Oktober 2021 Pukul 17.45 WIB.
Sujinah, Fatin, Dkk. Buku ajar Bahasa Indonesia Edisi Revisi, UMSurabaya
Publishing, Surabaya, 2018. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2021 pukul10.11 WIB

28

Anda mungkin juga menyukai