Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH PERENCANAAN BAHASA

CRITICAL BOOK REPORT


DOSEN PENGAMPU : Dr. SYAHNAN DAULAY, M.Pd.

OLEH :

MELILA SANDA DAMANIK ( 2163311021)

NON REGULER A

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan critical book report “perencanaan bahasa” dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber.

Critical ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai materi
perencanaan bahasa yang terdapat dalam mata kuliah. Pembuatan critical ini untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan dosen yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Saya menyadari bahwa critical ini masih ada kekurangan dan perlu penyempurnaan, untuk
itu diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua sumber yang telah membantu sehingga critical ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Medan, 18 Oktober 2017

Melila Sanda Damanik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

IDENTITAS BUKU ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Tujuan .................................................................................................... 1
C. Manfaat .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Ringkasan Isi Buku ................................................................................. 2


B. Keunggulan dan kelemahan buku .......................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16


IDENTITAS BUKU

A. Buku Utama

Judul buku : Pembinaan, Pengembangan, dan


Perlindungan Bahasa Indonesia
Penulis : Drs. Syahnan Daulay, M.Pd
Penerbit : Citapustaka Media Perintis
Kota terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2012
Edisi : Cetakan Pertama
Jumlah halaman : vii + 217 Halaman

B. Buku Pembanding Pertama

Judul buku : Pengembangan dan Pembinaan Bahasa


Penulis : Anton M. Moeliono
Penerbit : Djambatan
Kota terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1985
Edisi : Pertama
Jumlah halaman : xi + 205 Halaman

C. Buku Pembanding Kedua

Judul buku : Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa Indonesia
Penulis : Drs. H. E. Suhendar, M.Pd
Penerbit : CV Pionir Jaya
Kota terbit : Bandung
Tahun Terbit : 1994
Edisi : Pertama
Jumlah halaman : v + 387 Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan juga bahasa
asing, agar dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Kedudukan bahasa Indonesia kini
semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam
hubungan formal. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama dan utama untuk membangun
arus pemikiran yang jelas dan teliti.
Jadi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan alat
pertama, alat utama, dan alat pokok fundamental dalam proses pendidikan. Begitupun
halnya dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang juga digunakan sebagai wahana
komunikasi dan memiliki fungsi dan kedudukan masing-masing. Jadi, pembinaan dan
pengembangan bahasa tidak hanya berfokus pada lingkup bahasa Indonesia, namun juga
mencakup bahasa daerah dan juga bahasa asing.

B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Bahasa
2. Untuk mengetahui masalah pembinaan dan pengembangan bahasa di Indonesia
3. Untuk mengkaji tiga buku perencanaan bahasa dan membandingkan buku tersebut
4. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan buku yang dikaji

C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari laporan critical ini adalah kita dapat menambah
wawasan mengenai perencanaan bahasa, dan juga sebagai calon guru kita dapat belajar
melalui perencanaan bahasa ini untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ringkasan Isi Buku
1. Buku Utama

BAB I

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

A. Pengantar
Para ahli bahasa telah sepakat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi secara genetis
hanya ada pada manusia, tidak dimiliki makhluk hidup lainnnya seperti binatang.

B. Bahasa Indonesia Abad VI-XVI


Bahasa Melayu tertua yang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan sejarah terdapat
pada beberapa prasasti, diantaranya adalah Prasati Kedudukan Bukit, Prasasti Talang Tuo,
Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi, Prasasti Ganda Suli, dan Prasasti Bogor.
Semua prasasti tersebut ditulis dalam bahasa melayu kuno. Hal ini mengindikasi bahwa
bahasa melayu sudah dipakai jauh sebelum abad keenam dikerajaan Sriwijaya. Penyebaran
bahsa melayu terus berlangsung melalui berbagai aspek kehidupan yang akhirnya bahasa
melayu dijadikan sebagai Iingua franca di Nusantara.

C. Bahasa Indonesia Abad XIX


Tahun 1865 bahasa Melayu Riau diangkat oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda
sebagai bahasa resmi kedua mendampingi bahasa Belanda . fungsi dan peranan ke-Iingua
franca-an bahasa Melayu semakin nyata dan penting.

D. Bahasa Indonesia Abad XX-XXI


Awal abad ke-20 merupakan awal mula perkembangan bahasa Melayu menuju bahasa
Indonesia. Awalnya perkembangan itu sangat lamban namun sejalan dengan tuntutan
kebangsaan perkembangan bahasa Melayu cukup cepat. Perkembangan bahasa Indonesia
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tahap atau periode yaitu :
1. Periode Tahun 1901
2. Periode Tahun 1928
3. Periode Tahun 1933 (Pujangga Baru)
4. Periode Tahun 1942 (Zaman Jepang)
5. Periode Tahun 1945
6. Periode Tahun 1950
7. Periode Tahun 1966-1999
BAB II
BAHASA DAN KEBUDAYAAN
A. Hakikat Bahasa
Upaya menjelaskan defenisi bahasa telah banyak dilakukan para linguis, mulai dari
pengertian yang bersifat teknis maupun filosofis. Diantara beberapa defenisi bahasa tersebut,
misalnya bahasa diartikan sebagai system lambing bunyi yang bersifat arbitrer yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi
diri.

B. Hakikat Kebudayaan
Wujud kebudayaan itu berupa gagasan, perilaku dan fisik atau benda. Ketiga wujud itu
disebut juga system budaya, masih bersifat abstrak, system social, bersifat agak konkret,
sedangkan isi kebudayaan itu meliputi bahasa, system teknologi, system mata pencarian
organisasi social, system pengetahuan, system religi dan kesenian.

C. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan


Bahasa dikatakan berkaitan dengan budaya secara indeksikal karena hanya dengan
bahasa yang bersangkutan artifak yang dihasilkan budaya itu dapat disebutkan dengan tepat.
Demikian pula, pengungkapan nilai-nilai budaya dan pandangan dunia hanya dapat
dilakukan secara tepat dengan menggunakan bahasa yang bersangkutan. Hal ini
dimungkinkan karena bahasa dan budaya telah tumbuh bersama-sama selama jangka waktu
yang begitu lama sehingga tercipta hubungan yang sangat serasi di antara keduanya.

D. Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Pembelajaran Budaya


Bahasa adalah hasil budaya dari suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa
dikatakan kompleks karena dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua
hal yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek
terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Pembelajaran
budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur bahasa yang digunakan dalam
masyarakat tersebut.

BAB III
PEMBINAAN BAHASA
A. Hakikat Pembinaan Bahasa
Pembinaan bahasa adalah upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa. Usaha-
usaha binaan itu mencakup upaya peningkatan sikap, pengetahuan dan keterampilan
berbahasa yang dilakukan, antara lain melalui pengajaran dan pemasyarakatan yang
bertujuan untuk membangun masyarakat Indonesia menjadi mampu dan terampil.

B. Jalur Pembinaan Bahasa


Pembinaan terhadap bahasa Indonesia, daerah, dan asing dapat dilakukan melalui dua
jalur, yaitu jalur pengajaran dan pemasyarakatan.
1. Pembinaan melalui pengajaran
a. Pengajaran bahasa Indonesia (termasuk BIPA) melalui system persekolahan
dilakukan dengan mempertimbangakan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan
konteks pemakaian yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan
pemakaian bahasa yang baik dengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragm
bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat.
b. Pengajaran bahasa daerah ditujukan untuk meningkatkan mutu dan penguasaan
bahasa daerah yang dipelihara oleh penuturnya.
c. Pengajaran bahasa asing ditujukan kepada upaya penguasaan dan pemakaian bahasa
asing.
2. Pembinaan melalui pemasyarakatan
a. Pemasyarakatan bahasa Indonesia dimaksudkan untuk meningkatkan sikap positif
masyarakat (terutama kalangan pemerintah dan profesi) terhadap bahasa Indonesia
dan meningkatkan mutu penggunaannya.
b. Pemasyarakatan bahasa daerah ditujukan pada upaya peningkatan sikap positif
terhadap bahasa daerah dan penciptaan situasi yang kondusif dalam penggunaan
bahasa daerah dengan mengacu nilai-nilai budaya masyarakat tersebut.

C. Jalur Pembinaan Sastra


Pembinaan dan pengembangan sastra adalah usaha-usaha yang diarahkan untuk
memelihara dan mengembangkan sastra Indonesia dan daerah, meningkatkan apresiasi
masyarakat terhdap sastra Indonesia dan daerah serta memanfaatkan sastra asing supaya
dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Upaya pembinaan sastra (Indonesia dan daerah)
ada tiga yaitu melalui pengajaran, pemasyarakatan dan pemberdayaan.

D. Kebijakan Bahasa Nasional


Kebijakan bahasa dapat diartikan sebagai suatu pertimbangan konseptual dan politik yang
dimaksudkan untuk dapat memberikan perencanaan, pengarahan, dan pengelolaan
keseluruhan masalah kebahasaan yang dihadapi oleh suatu bangsa secara Nasional (Halim,
1976). Dalam kaitan ini, kebijaksanaan bahasa itu merupakan salah satu pegangan yang
bersifat nasional, untuk kemudian membuat perencanaan bagaimana cara membina dan
mengembangkan suatu bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang dapat digunakan secara
tepat di seluruh Negara dan dapat diterima oleh segenap warga Negara yang secara lingua,
etnis, dan cultural berbeda. Beberapa keputusan kongres bahasa Indonesia sebagai
kebijaksanaan terhadap bahasa Indonesia antara lain :
1. Keputusan kongres bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo, memberikan penegasan
tentang kedudukan bahasa Indonesia serta pengembangan dan pembinaannya untuk
semakin dimantapkan.
2. Keputusan kongres bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, memutuskan bahwa
politik bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan bahasa daerah dan bahasa asing
supaya digariskan dengan jelas, perlu ditingkatkan rasa cinta dan peningkatan harga diri
dengan bahasa Indonesia, dan perlu ditegaskan bahasa Indonesia memang dari bahasa
Melayu tetapi disesuaikan dengan pertumbuhannya.
3. Keputusan kongres bahasa Indonesia III tahun 1978 di Jakarta, merekomendasikan
tentang kemahiran berbahasa Indonesia agar dijadikan sebgai persyaratan penerimaan
pegawai negeri dan telah diimplementasikan oleh pemerintah.
4. Keputusan kongres bahasa Indonesia IV tahun 1983 di Jakarta, menetapkan beberapa
keputusan penting berupa simpulan dan usul tindak lanjut dalam hubungannya dengan
masalah lingkup bidang bahasa, pengajaran bahasa, pembinaan bahasa dalam kaitannya
dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional.

E. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing


1. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, didalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambing kebanggaan nasional, lambing
identitas nasional, alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang
budaya dab bahasanya, dan alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
2. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah, digunakan sebagai sarana perhubungan dan
pendukung kebudayaan didalam daerah atau masyarakat etnik tertentu di Indonesia.
Fungsi bahasa daerah yaitu lambing kebanggaan daerah, lambing identitas daerah, alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat, sarana pendukung budaya daerah dan
bahasa Indonesia, serta pendukung sastra daerah dan Indonesia.
3. Kedudukan dan fungsi bahasa asing, didalam kedudukannya sebagai bahasa asing di
Indonesia, bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia bahasa daerah dan bahasa rumpun
Melayu berfungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa dan sarana pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.

F. Kedudukan dan Fungsi Sastra Indonesia, Daerah dan Asing


1. Sastra Indonesia, dalam kedudukannya sebagai wahana ekspresi budaya, sastra
Indonesia mempunyai fungsi untuk menumbuhkan rasa kenasionalan, menumbuhkan
solidaritas kemanusiaan dan merekam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Sastra daerah, dalam kedudukannya sebagai wahana ekspresi budaya, sastra daerah
mempunyai fungsi untuk merekam kebudayaan daerah, dan menumbuhkan solidaritas
kemanusiaan.
3. Sastra asing, dalam kedudukannya sebagai sumber inspirasi dan sumber pemahaman
yang lebih komperhensif terhadap sastra Indonesia dan daerah, sastra asing mempunyai
fungsi sebagai pendorong penciptaan karya sastra Indonesia, sarana untuk memahami
sebagian sastra di Indonesia, bagian kajian sastra bandingan dan penambahan wawasan
mengenai kebudayaan asing.
G. Pembinaan Bahasa Dalam Konteks Otonomi
Ketentuan yang menyangkut otonomi daerah sebagaimana yang tercantum dalam UU No.22
Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonom, menyebutkan bahwa yang menjadi kewenangan pemerintah (selanjutnya disebut
pusat) adalah pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, sedangkan
pengembangan bahasa dan budaya daerah, merupakan kewenangan propinsi (selanjutnya
disebut daerah).

BAB IV
PENGEMBANGAN BAHASA

A. Hakikat Pengembangan Bahasa


Pengembangan bahasa adalah usaha sadar, terencana, dan sistematis tentang peningkatan
mutu dan kelengkapan bahasa sehingga dapat digunakan dengan efektif sesuai dengan
fungsi dan kedudukannya dalam masyarakat (Halim 1976). Upaya penelitian, pembakuan
dan pemeliharaan terhadap bahasa Indonesia dilakukan secara berkelanjutan agar bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang kearah yang diharapkan sebagi tujuan agar bahasa
Indonesia berkembang menjadi bahasa baku dan modern.

B. Upaya Pengembangan Bahasa Di Indonesia


Kegiatan upaya pengembangan bahasa dapat dilakukan melalui upaya penelitian,
pembakuan dan pemeliharaan atau pelestarian bahasa dan sastra. Upaya penelitian diarahkan
pada dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan pemakaian bahasa, upaya pembakuan bahasa
Indonesia dilakukan dengan memperhatikan asas demokrasi dan keragaman bahasa
Indonesia serta diarahkan untuk menciptakan komunikasi yang lebih luas dan efektif dan
upaya pemeliharaan atau pelestarian difokuskan pada peningkatan kemampuan bahasa dan
perkembangan sosiokultural dan konteks social.

C. Upaya Pengembangan Sastra Di Indonesia


Pengembangan sastra ialah upaya meningkatkan mutu sastra agar dapat dimanfaatkan
sebagai media ekspresi, pencerminan dan pencarian jati diri untuk membangunkebudayaan
baru, dan sebagi sarana peningkatan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat. Upaya
pengembangan sastra meliputi penelitian dan pemeliharaan.

D. Kendala Dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia


Kendala dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia adalah pemicu
kedudukan bahasa Indonesia dewasa ini mengalami penurunan wibawa diantara adalah
ketidakseriusan pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia, tidak memadainya alokasi dana sosialisasi dan kesadaran masyarakat.

E. Sejarah Badan Bahasa di Indonesia


Badan pengembangan dan pembinaan bahasa (Badan Bahasa), kementrian pendidikan
dan kebudayaan, merupakan instansi penting pemerintah yang ditugaskan untuk menangani
masalah kebahasaan dan kesastraan Indonesia. Sejarah perkembangan Badan Bahasa
dimulai pada tahun 1930, tahun 1947 (Institut Voor Taal en Cultur Onderzoek), tahun 1947
(panitia pekerja), tahun1948 (balai bahasa), tahun 1952 (lembaga bahasa dan budaya), tahun
1959 (lembaga bahasa dan kesusastraan), tahun 1966 (direktorat bahasa dan kesusastraan),
tahun 1969 (lembaga bahasa nasional), tahun 1974 (pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa), tahun 2000 (pusat bahasa), dan tahun 2010 (badan pengembangan dan pembinaan
bahasa).

BAB V

PERENCANAAN DAN PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA

A. Hakikat Perenanaan Bahasa

Dalam bahasa inggris, ada beberapa istilah yang di gunakan terkait dengan konsep
perencanaan bahasa. Ada yang menggunakan istilah language, planning, language
angineering, dan ada pula yang menggunakan istilah management of language. Semua
istilah tersebut mengarah pada proses atau tujuan yang sama, yakni segala usaha dan
tindakan yang di lakukan agar komunikasi dalam suatu Negara dapat berjalan lancara dan
terkendali dengan bahasa sebagai unsur utamanya.
Menurut haugen (1959), perencanaa bahasa merupakan usaha untuk membimbing
perkembangan bahasa kearah yang di inginkan oleh para perencana bahasa. Perencanaan
bahasa tidak semata-mata meramalkan masa depan bahasa berdasarkan dari yang diketahui
pada masa lampau, tetapi perencanaan bahasa itu merupakan usaha yang terarah untuk
mengetahui masa depan bahasa. Perencanan bahasa dapat juga di artikan senbagai kegiatan
politik (jernudd dan das gupta 1971: 211).
B. Beberapa Catatan Tentang Perencanaan Bahasa

Dalam sejarah studi bahasa Indonesia, catatan kosakata tertua adalah daftar kata cina-
melayu pada awal abad ke-15 (500 lema) dan daftar kata Italia-melayu oleh pigafetta pada
tahun 1522. Dari daftar kata berkembang ke perkamusan. Kamus yang dapat di katakan
tertua ialah spraeck ende woordboek, indie maleysche ende madagaskarsche talen met vele
arabicshe ende turchisce woorden karangan Frederick de houtman pada tahun 1603. Dua
puluh tahun kemudian casper wiltens dan sebastianus dancjaerst menyusun vokabularium of
woortboek near order vanden alphabet in’t duytsch-maleysch ende maleysch dutch.

Pada perkembangan selanjutnya telaah bahasa Indonesia memasuki fungsi politis dan
sosiologi, seperti penggunan bahasa Indonesia pada bacaan rakyat dan sastra yang telah
memperluas ranah penggunaan bahasa itu. Penggunaan bahasa dalam berbagai media telah
membangkitkan rasa kebersamaan, kesatuan dan rasa kesetiakawanan. Bahasa idonesia
mampu menyatukan kelompok etnis yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasa
ke dalam kesatuan bangsa.
C. Cakupan Perencanaan Bahasa Di Indonesia
1. Kerjasama Kebahasaan

Perkembangan peristilahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, makin


meningkat lebih kencang melalui kerja sama kebahasaan majelis bahasa brunei Darussalam
– Indonesia – Malaysia (mabbim). Pengembangan kebahasaan itu kini telah menghasilkan
sekitar 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu. Istilah itu telah di terbitkan melalui
penerbitan senarai atau glosarium bidang ilmu.

2. Pemanfaatan Budaya Daerah

Di samping pengembangan kosakata/istilah bidang ilmu dan teknologi (informasi),


pengembangan kosakata/istilah juga harus mencakup bidang kebudayaan.pengembangan
kosakata bidang itu dapat memanfaatkan sumber kekayaan dari bahasa daerah di seluruh
indonesia yang jumlahnya sekitar 738 bahasa daerah.upaya pebibatan bahasa-bahasa daerah
dalam pengembangan kosakata bahasa itu merupakan usaha menjadikan masyarakat
indonesia merasa ikut mengarahkan pengembangan bahasa kebangsaannya dan tumbuh
kepedulian dan rasa ikut memiliki terhadap bahasa indonesia yang pada akhirnya makin
memupuk rasa cinta terhadap bahasa indonesia.

3. Pemantapan Sistem Bahasa

Percepatan pengembangan kosakata tersebut harus diimbangi dengan pemantapan


sistem bahasa. Penelitian berbagai aspek bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis,
simantik, sosiolinguistik, dan dialektologi, terus di lakukan dan di tingkatkan mutunya agar
di peroleh data yang akurat untuk memantapkan sistem bahasa indonesia.oleh karena itu,
percepatan laju pengembangan kosakata atau istilah dan pemantapan sistem atau kaidah
bahasa tersebut akan menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan
bahasa indonesia sebagai bahasa ilmu dan teknologi, serta sebagai lambang jati diri dan
kebanggaan nasional pada era nasional.

4. Mutu Penggunaan Bahasa Indonesia

Penggunaan bahasa indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, terutama bahasa


tertulis, perlu di tingkatkan mutunya agar seluruh dokumen tulis kita menggambarkan
penggunaan bahasa indonesia yang yang taat pada sistem dan kaidah bahasa.peningkatan
mutu penggyunaan bahasa meliputi (1) penelitian terhadap semua jenis dan ragam dokumen
tertulis dan lisan (2) pemeriksaan semua bahan yang akan di cetak terhadap penggunaan
bahasa indonesia.

5. Kepedulian Terhadap Bahasa Indonesia

Betapapun laju perkembangan kosakata/istilah di pacu dan sistem/kaidah di


mantapkan serta mutu penggunaannya dalam berbagai bidang di tingkatkan, sebagaimana di
kemukakan di atas, kalau masyarakat pendukungnya tidak mau menggunakan hasil
mengembangkan kosakata/istilah dan pemantapan sistem/kaidah tersebut, upaya penacuan
laju perkembangan kosakata/istilah ataupun pemantapan sistem/kaidah tersebut akan sia-sia.

6. Pengembangan Sarana Kebahasaan

Berbagai upaya yang di paparkan di atas harus diikuti dengan pengembangan sarana
kebahasaan. Penyediaan kepustakaan yang memadai dan lengkap di indonesia harus menjadi
sasaran utama penyediaan fasilitas tersebut. Sarana informasi yang di bangun harus memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses berbagai informasi yan mereka perlukan dari
tempat mereka. Penyediaan fasilitas tersebut jug sekaligus memberikan layanan prima
kepada masyarakat, secara nasional ataupun secara internasional.

7. Mutu Tenaga Kebahasaan, Publikasi, dan Kelembagaan

Pelaksanaan berbagai upaya sebagaimana di kemukakan di atas memerlukan sistem


kelembagaan yang andal. Untuk itu, lembaga yang menangani masalah kebahasaan perlu di
perkuat setatus atau kedudukannya yang strategis sehingga memudahkan koordinasi dan
posisi tawar dengan instansi atau piak lain karena upaya itu memerlukan dukungan seluruh
komponen bangsa. Lembaga kebahasaan yang menangani masalah kebahasaan diindonesia
sekarang ini sudah semakin mantap kedudukannya., yakni seiring dengan perubahasan nama
dari pusat bahasa menjadi badan bahasa dibawah kementrian pendidikan dan kebudayaan
(kemendikbud).

D. Pembakuan Bahasa Indonesia

Pembakuan atau penstandaran bahasa adalah pemilihan acuan yang di anggap paling
wajar dan paling baik dalam pemakaian bahasa.masalah kewajaran terkait dengan berbagai
aspek. Dalam berbahasa, misalnya aspek ini meliputi situasi, tempat, mitra bicara, alat,
setatus penuturnya, waktu, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut disebut juga dengan istilah
konteks. Ada beberapa hal yang perlu dipedomani untuk penetapan bahasa baku atau
standar. Pedoman itu meliputi hal-hal berikut : 1. Dasar keserasian, 2. Dasar keilmuan, 3.
Dasar kesastraan.

1. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang memiliki nilai komunikatif yang
tinggi, yang di gunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau dalam lingkungan
resmidan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan baku, ejaan baku, serta lafal baku (junus dan
arifin banasuru, 1996:62). Untuk menetukan sebuah bahasa itu baku atau tidak maka ada tga hal
yang harus menjadi patokan. Ketiga hal tersebut adalah kemantapan dan kedinamisan,
kecendikiaan dan kerasionalan, serta keseragaman.
2. fungsi bahasa baku

Selain berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi, bahasa baku
mempunyai fungsi lain yakni fungsi pemersatu, fungsi pemberi kekhasan, fungsi pembawa
kewibawaan, dan fungsi sebagai kerangka acuan.

3. pemilihan ragam baku

Moeliono (1972; 2) mengatakan bahwa yang layak di pilih sebagai ragam atau variasi
bahasa adalah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang paling luas
pengaruhnya dan paling besar kewibawaannya. Termasuk di ddalamnya yaitu para pejabat
negara, para guru, warga media massa, alim ulama, dan cendikiawan.

4. Bahasa Indonesia baku

Andaikata kita sudah memiliki salah satu ragam bahasa untuk di jadikan ragam bahasa
baku, maka pembakuan itu harus dilakukan pada semua tataran, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, leksikon, maupun semantik. Dalam bidang peristilahannya misalnya, bahasa indonesia
memiliki aturan sendiri. Dari segi sumbernya, istilah-istilah yang diambil dapat bersumber dari
(1) kosakata bahasa indonesia (2) kosakata bahasa serumpun (3) kosakata bahasa asing.

5. Ragam buku tulis dan buku lisan

Di samping ragam baku tulis, ragam baku lisan juga di masyarakatkan. Berbeda dengan
ragam baku tulis, ragam baku lisan penanganannya sangat sulit. Kesulitan itu muncul karena
umumnya para penutur bahasa indonesia memiliki bahasa indonesia sebagai bahasa kedua.
SeseoRang dapat dikatan menggunakan ragam baku lisan apabila ia dapat meminimalkan atau
menghilangkan ragam daerah dalam tuturan. Ini berarti, bila ia berbicara maka orang lain tidak
dapat mengidentifikasi secara linguistik dari mana dia berasal.

E. Penggunaan Bahasa Dan Mutu Penggunaan Bahasa

Bahasa dapat didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang di hasilkan oleh
organ-organ artikulasi manusia yang bersifat arbitrari dan kovensional., serta dapat di
terjemahkan menjadi lambang tulisan, dan yang di pergunakan sebagai alat berfikir dan
berasa, memahami pikiran dan perasaan, serta menyatakan pikiran dan perasaan dalam
masyarakat (Tampubolon, 1994; 1996). Dalam konteks perkembangan di indonesia sejak
permulaan kermerdekaan di indonesia, kita sudah mengalami tiga kondisi politik penting,
yaitu: periode soekarno (disebut juga periode orde lama), periode soeharto (disebut juga
periode orde baru), dan periode reformasi (setelah jatuhnya soeharto). bahasa politik dalam
masing-masing periode itu mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Mutu dapat di artikan sebagai
paduan atribut-atribut produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan demikian,
mutu penggunaan bahasa dapat di artikan sebagai paduan ciri-ciri bahasa yang di
pergunakan yang sesuai dengan kebutuhan pendengar atau pembaca.
BAB VI
STANDARDISASI, MODERNISASI, DAN PENYERAPAN ISTILAH DALAM BAHASA
INDONESIA
A. Standardisasi Bahasa Berdasarkan Konsepsi Logika
Konsepsi logika yang di maksud dalam konteks standardisasi bahasa adalah hukum-
hukum logika yang di dalam bahasa inggris (filsafat) di istilahkan dengan’logic’ ,sesuatu
yang bisa diterima akal atau tidak. Dengan demikian,standardisasi bahasa yang ddidasarkan
kepada konsep logika adalah usaha-usaha untuk merumuskan dan menetapkan bahasa
standar dengan memakai dasar hukum-hukum logika.
B. Standardisasi Bahasa Berdasarkan Konsep Perasaan
Konsepsi perasaan disini dimaksudkan sama dengan rasa bahasa, yaitu perasaan
yang timbul kalau menanggapi sesuatu untuk kemudian menilai suatu bentuk ujaran.
Jespersen (1954: 107) menghubungkn rasa bahasa ini dengan rasa keindahan bahasa, yaitu
dengan istilah ‘’ Artistic sense/artistic feeling’’. karena itu standardisasi bahasa yang di
pedomani dengan rasa bahasa akan menghasilkan suatu pedoman standar yang di namainya
dengan Arthetic standart.
C. Modernisasi Bahasa Indonesia
Adapun kenyataan linguistik adalah sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan mencolok antara bentuk bahasa tulisan dan bentuk bahasa lisan. Bentuk
bahsa tulisan indonesia lebih tinggi dari bentuk lisannya.
2. Kalau di ukur dengan norma bahasa indonesia yang standar maka norma bahasa indonesia
yang di wujudkan dalam pengucapan bahasa indonesia itu pun belum boleh di katakan
memadai.
3. Secara struktural, pengucapan bahasa indonesia kebanyakan anggota masyarakat bahasa
indonesia menunjukkan variasi struktur yang sangat luas (secara horusontal) dan secara
dalam (vertikal).
D. Ragam Bahasa Dan Penyerapan Istilah Dalam Bahasa Indonesia
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut
topik yang di bicarakan, menurut hubungan yang di bicarakan, menurut hubungan
pembicara, lawan bicara, dan orang yang di bicarakan. Adanya bermacam ragam bahasa
terjadi karena fungsi, kedudukan serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa yang
dimaksud yaitu :
a. Ragam lisan dan ragam tulisan
b. Ragam baku dan ragam tidak baku
c. Ragam sosial dam ragam fungsional
BAB VII
PERGESERAN, PEMERINTAHAN, DAN KEPUNAHAN BAHASA
a. Pergeseran Bahasa
Pergeseran bahasa juga dapat terjadi karena masyarakat yang di datangi jumlahnya
sangat kecil dan terpecah-pecah. Dengan kata lain, pergeseran bahasa bukan di sebabkan
oleh masyarakat yang menempati sebuah wilayah, melainkan oleh p[endatang yang
mendatangi sebuah wilayah. Pergeseran bahasa menurut sumarsono partana (2002:237) juga
di sebabkan sekolah. Sekolah sering juga di tuding sebagai faktor penyebab bergesernya
bahasa ibu murid karena terbiasa mengajarkan dengan bahasa asing kepada anak-anak. Hal
itu pula yang kadangkala menjadi penyebab bergesernya posisi bahasa daerah. Akibatnya
anak tidak mampu berbahasa daerah atau paling tidak anak hanya dapat memahami bahasa
daerah tanpa mampu berinteraksi.
b. Pemertahanan Bahasa
Kasus pemertahanan bahasa juga terjadi pada masyarakat loloan yang berada di bali.
Kasus pemertahanan bahasa melayu loloan disampaikan oleh sumarsono (chaer, 2004: 147).
menurut sumarsono, pendudukn desa loloan yang berjumlah sekitar tiga ribu orang itu tidak
menggunakan bahasa bali, tetapi menggunakan sejenis bahasa melayu yang di sebut sebagai
bahasa melayu loloan sejak abad ke-18 yang lalu ketika leluhur mereka yanhg berasal dari
bugis dan pontianak tiba di tempat itu. Masyarakat melayu loloan ini, selain menggunakan
bahasa melayu loloan dan bahasa bali, juga menggunakan bahasa indonesia. Bahasa
indonesia diperlakukan secara berbeda oleh mereka. Bagimereka bahasa indonesia
memilikinkeduduka yang lebih tinggi dari ada bahasa bali. Bahasa indonesia tidak di anggap
memiliki konotasi keagamaan tertentu.
c. Kepunahan Bahasa
Kepunahan bahasa terjadi karena pergeseran total dari satu bahasa kebahasa yang
lain dalam satu guyub tutur. Selanjutnya, kloss (sumarsono dan partana, 2002: 286)
menyebut bahwa ada tiga tipe kepunahan bahasa. (1) kepunahan bahasa tanpa terjadinya
pergeseran bahasa (2) kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa (3) kepunahan bahasa
nominal melalui metamorfosistu penyebab. Salah satu penyebab lunturnya bahasa daerah
adalah fenomena ketertarikan generasi muda mempelajari bahasa asing ketimbang
mempelajari bahasa daerah. Mereka juga enggan menggunakan bahasa daerah untuk
berkomunikasi keseharian. Asim gunawan (2008) mengatakan bahwa ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab kepunahan bahasa daerah. Pertama vitalisasi etnolinguistik, faktor
biaya dan keuntungan, dan yang terakhir disebabkan oleh turunnya derajat suatu bahasa
menjadi dialek ketika guyub tuturnya tidak lagi menulis dalam bahasa itu dan mulai
memakai bahasa lain.
2. Buku Pembanding Pertama
Buku pembanding yang pertama mengkaji tentang masalah kebahasaan dan
perencanaan bahasa, proses pengembangan dan pembinaan bahasa, garis haluan dalam
alokasi fungsional bahasa, pengembangan sandi bahasa dan pembinaan pemakaian
bahasa.
3. Buku Pembanding Kedua
Pada buku pembanding yang kedua mengkaji tentang pendahuluan atau pengantar
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, sejarah perkembangan bahasa
Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia dan perkembangan bahasa Indonesia.

B. Keunggulan dan kelemahan buku

1. Keunggulan

Aspek yang Buku utama Buku pembanding pertama Buku pembanding


dinilai kedua
1. Keterkaitan1. Pada buku utama ini 1. Pada buku pembanding 1. Buku pembanding
antar bab keterkaitan antar bab pertama ini juga kedua ini juga
sangat terkait karena keterkaitan antar bab nya sangat terkait antar
semua materi merujuk sangat baik, selain itu bab nya, materinya
pada pembahasan utama penjelasan yang juga sangat
mata kuliah ini yaitu dipaparkan juga sangat mengkhususkan
perencanaan bahasa. jelas dan terperinci mengenai
mengenai masalah- pembinaan bahasa
masalah kebahasaan dan Indonesia mulai
pengembangan bahasa di dari sejarah sampai
Indonesia. pengembangannya.
2. Kemutakhir 2. Kemutakhiran pada buku 2. Pada buku pembanding 2. Pada buku
an buku utama ini sangat pertama ini pembanding kedua
mutakhir pada saat kemutakhirannya juga kemutakhirannya
sekarang ini perencanaan bagus karena materi dan juga bagus karena
bahasa masih kajiannya juga masih sama sama
diperbincangkan diperbincangkan menkaji tentang
terutama mengenai samapai sekarang tetapi pembinaan bahasa
kajian pembinaan dan dikaitkan dengan buku tetapi lebih
pengembangan bahasa di utama buku pembanding lengkap kajiannya
masyarakat karena pertama ini lebih pada buku utama.
banyak terdapat konflik terfokus pada fungsional
yang terjadi pembinaan bahasanya
dimasyarakat ataupun dan kajiannya kurang
fenomena bahasa pada masalah masalah
modern sehingga kajian kebahasaan di
mengenai pembakuan masyarakat.
bahasa dalam buku ini
sangat tepat untuk
mengatasi masalah di
masyarakat tersebut.
2. Kelemahan

Buku utama Buku pembanding pertama Buku pembanding kedua


1. Penjelasan yang di 1. Penjelasan materi kajian 1. Penjelasan mengenai materi
jabarkan dalam buku ini dalam buku pembanding sudah cukup baik namun
sudah cukup lengkap pertama ini tidak ada banyak kajian yang kurang
tetapi penjabaran mengenai sejarah dalam buku pembanding
mengenai proses perkembangan bahasa di kedua ini dibandingkan
pembinaannya kurang dan Indonesia seperti pada buku dengan dua buku yang lain
garis haluan dalam alokasi utama dan buku perlunya pengembangan
fungsional bahasa tidak pembanding ketiga materi lagi.
ada

Jadi berdasarkan keunggulan dan kelemahan ketiga buku yang di kritik dan dibandingkan
dapat disimpulkan bahwa buku yang lebih baik itu adalah buku utama yang bisa dipakai untuk
rujukan proses perkuliahan karena materinya sudah cukup lengkap mengenai pembinaan dan
pengembangan bahasa yang dimulai dari sejarah perkembangan bahasa di Indonesia serta
kajian mengenai konflik-konflik atau masalah kebahasaan yang terjadi di masyarakat
Indonesia. Sementara buku pembanding pertama dan kedua bisa digunakan sebagai referensi
untuk memperkaya ilmu perencanaan bahasa yang sangat berguna terutama untuk calon guru
agar dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar dan juga dapat menerapkan ataupun
mengajarkannya kepada para peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan juga bahasa
asing, agar dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Kedudukan bahasa Indonesia kini
semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam
hubungan formal. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama dan utama untuk membangun
arus pemikiran yang jelas dan teliti.
Melalui pembuatan laporan Critical ini dapat memperkaya ilmu perencanaan bahasa yang
sangat berguna terutama untuk calon guru agar dapat menggunakan bahasa yang baik dan
benar dan juga dapat menerapkan ataupun mengajarkannya kepada para peserta didik.

B. Saran
Diperlukan revisi lagi untuk ketiga buku agar lebih baik dan dapat dikembangkan sesuai
perkembanagnnya pada saat sekarang ini. Dan juga pembahasan dan materinya lebih
diperluas lagi ruang lingkupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Syahnan. 2012. Pembinaan, Pengembangan, dan Perlindungan Bahasa Indonesia.

Bandung : Citapustaka Media Perintis.

M. Moeliono, Anton. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta : Djambatan.

Suhendar & Supinah, Pien. 1994. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Bandung

: CV. Pionir Jaya.

Anda mungkin juga menyukai