Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
NAMA : M, FEBRIANSYAH
NIM : 221210604
Dosen Pembimbing
Bpk, La Ode Hasanuddin S. Sagala, S.Si, M.Cs
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Bahasa Indoseia yaitu Bpk. Retno Susanto, S.Pd.,M.Hum. yang telah
memberikan tugas terhadap saya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keeterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah yang paling baik dalam menunjukkan identitas kultural suatu bangsa.
Dengan kata lain bahasa menunjukkan bangsa. Itu sebabnya penting bagi bangsa Melanesia
melestarikan sekitar 250 bahasa etnismya dari arus besar dominasi „Bahasa Indonesia‟.
Sejauh mana dominasi itu? Apa dampaknya? Bagaimana proses historisnya? Menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, pentin sebagai upaya melestarikan identitas bansa Melanesia, yan
selama ini „lebur‟ dalam “NKRI” dan dalam banyak hal justru mengalami Jawanisasi. Ini
kontradiktif dengan gagasan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjan dari pada Republik ini sendiri
Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum
Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi
bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di
Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai
posisi yang penting.
Maka dalam makalah ini kami mencoba untuk mensajikan pembahasan tentang
sumber, bahasa Indonesia, peresmian nama bahasa Indonesia dan peristiwa-peristiwa penting
yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya, maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan
latar belakang diatas yakni sebagai berikut
1
2. Bagaimana proses peresmian nama bahasa Indonesia?
3. Mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
4. Peristiwa-peristiwa penting apakah yang berkaitan dengan bahas Indonesia?
5. Apakah fungsi Bahasa?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari tulisan ini adalah memberikan kontribusi
informasi kepada masyarakat mengenai sejarah bahasa Indonesia dari asal-usul munculnya
bahasa Indonesia hingga perkembangan ejaan bahasa Indonesia saat ini. Dengan demikian
masyarakat Indonesia dapat melestarikan dan mempertahankan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Bagi penulis sendiri, tulisan ini merupakan sarana yang baik untuk bertukar
pikiran antar anggota akademisi dalam membahas materi sejarah bahasa Indonesia.
1. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis tulisan ini, yakni seperti di bawah ini.
2. Manfaat Teoritis
Selanjutnya, secara teoritis tulisan ini bermanfaat sebagai berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
barang-barang dagangan yang dibeli oleh para pedagang dari Tiongkok dan Gujarat
berupa sutera dari India, kain pelikaty dari Koromandek, minyak wangi dari Persia,
kain dari Arab, kain sutra dari Cina, kain bersulam emas dari Tiongkok, dan barang-
barang perhiasan yang lain.
Letak kota pelabuhan Malaka sangat menguntungkan bagi lalu lintas dagang
melalui laut dalam abad ke-14 dan 15, Semua kapal dari Tiongkok dan di Indonesia
yang akan berlayar ke barat melalui selat Malaka, demikian pula semua kapal-kapal
dari Negara-negara yang terletak disebelah barat Malaka apabila berlayar ke
Tiongkok atau ke Indonesia juga melalui selat Malaka. Oleh karena itu Malaka
menguasai perdagangan antara Negara-negara yang terletak di daerah utara utara,
barat dan timurnya.
Perkembangan Malaka sangat cepat, tetapi hanya sebentar, karena pada tahun
1511 Malaka ditaklukkan oleh angkatan laut Portugis dan pada tahun 1641
ditaklukkan oleh Belanda. Dengan kata lain, Belanda telah menguasai hampir seluruh
Nusantara.
Belanda, seperti halnya Negara-negara asing yang lain yang sangat tertarik dengan
rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak puas kalau hanya menerima rempah-rempah
dari pedagang Gujarat. Oleh karena itu, mereka datang sendiri ke daerah rempah-
rempah itu. Pada tahun 1756 datanglah pedagang Belanda ke daerah Bantem dibawah
nama VOC. Tujuan utama mereka adalah untuk berdagang, tetapi sejak tahun 1799
diambil oleh pemerintah Belanda. Dengan demikian, tujuannya bukan hanya untuk
berdagang, melainkan juga untuk tujuan sosial dan pendidikan.
Masalah yang segera dihadapi oleh Belanda adalah masalah bahasa pengantar.
Tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Melayu yang dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar, karena pada saat itu bahasa Melayu secara luas sudah digunakan sebagai
lingua franca diseluruh Nusantara. Pada tahun 1521 Pigafetta yang mengikuti
pelayaran Megalheans mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore,
4
menuliskan hal-hal Melayu. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Melayu yang berasal
dari Indonesia sebelah barat itu tersebar sampai ke daerah Indonesia sebelah timur.
Dari hari kehari kedudukan bahasa Melayu sebagai lingua franca semakin kuat,
terutama dengan tumbuhnya rasa persatuan dan kebangsaan dikalangan pemuda pada
awal abad ke-20 sekalipun mendapat rintangan dari pemerintah dan segolongan orang
Belanda yang berusaha keras menghalangi perkembangan bahasa Melayu dan
berusaha menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa nasional di Indonesia. Para
pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi, para cerdik pandai bangsa
Indonesia berusaha keras mempersatukan rakyat. Mereka sadar bahwa hanya dengan
persatuan seluruh rakyat, bangsa Indonesia dapat menghalau kekuasaan kaum
penjajah dari bumi Indonesia dan sadar juga hanya dengan bahasa Melayu mereka
dapat berkomunikasi dengan rakyat. Usaha merekea mempersatukan rakyaut,
terutama para pemudanya memuncak pada Kongres Pemuda di Jakarta pada tanggal
28 Oktober 1928. Dalam kongres itu para pemuda dari berbagai organisasi pemuda
mengucapkan ikrar mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, mengaku bertanah air
satu, tanah air Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pengakuan dan pernyataan yang di ikrarkan pada tangal 28 Oktober 1928 itu tidak
akan ada artinya tanpa diikuti usaha untuk mengembangkan bahasa Indonesia,
meningkatkan kemamuan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai realisasi
usaha itu, pada tahun 1939 para cendekiawan dan budayawan Indonesia
menyelenggarakan suatu kongres, yaitu kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa
Tengah. Dalam kongres itu Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa “jang dinamakan
„bahasa Indonesia‟ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokonja berasal dari
„melajoe riaoe akan tetapi jang sudah, dioebah atoe dikoerangi meneoret keperloean
zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe loedah dipakai oleh rakjat di
seloeruh Indonesia;...” Oleh karena itu, kongres pertama ini tidak memuaskan lagi
karena tidak sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia sehingga perlu disusun
tata bahasa baru yang sesuai dengan perkembangan bahasa.
5
Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942 tak satu
keputusan yang telah dilaksanakan karena pemerintah Belanda tidak merasa perlu
melaksanakan keputusan-keputusan itu. Barulah pada masa pendudukan Jepang
Bahasa Indonesia memperoleh kesempatan berkembang karena pemerintahan Jepang
seperti halnua pemerintah penjajah yang lain sesungguhnya bercita-cita menjadikan
bahasa Jepang menjadi bahasa resmi di Indonesia terpaksa menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi di pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah. Perkembangan berjalan dengan sangat cepat sehingga pada waktu
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, bahasa
Indonesia telah siap menerima kedudukan sebagai bahasa negara, seperti yang
tercantum dalam undang-undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan berat dari
bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang belajar dan menguasai bahasa
Inggris, yang tent saja merupakan hal positif dalam rangka pengembangan ilmu dan
6
teknologi. Akan tetapi, akan ada gejala semakin mengecilnya perhatian orang
terhadap bahasa Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga memakai bahasa Inggris
daripada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur
dengan bahasa Inggris kekurang pedulian terhadap bahasa Indonesia ini akan menjadi
tantangan yang berat dalam pengembangan bahasa Indonesia.
Pada awal tahun 2004, Dewan Bahasa dan pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) mencanangkan Bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN dengan memandan lebih separu jumlah
penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Walau bagaimanapun,
perkara ini masih dalam perbincangan.
7
a. Lambang kebanggan nasional.
8
mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang.
Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat
tercapai.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, hasil perumusan seminar politik bahasa
Nasional yang diselenggarakan di Jakarta. Dikemukakan kedudukan bahasa Indonesia
adalah sebagai bahasa Negara adalah :
9
c. Bahasa Indonesia sebagai penghubun pada tingkat Nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
Prof. Dr. Slametmulyana dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada
Fakultas Sastra Universita Indonesia tahun 1959 mengemukakan tiga fungsi pokok
bahasa Indonesia sebaai bahasa nasional, yaitu :
Umar Junus merumuskan fungsi bahasa Indonesia dalam bukunya “Sejarah dan
Perkembangan ke Arah Bahasa Indonesia” (halaman 46-47), sebagai berikut :
10
a) Menyatukan seluruh suku bangsa yang ada di wilayah Republik Indonesia dalam
suatu kesatuan kebangsaan yang kokoh.
b) Sebagai bahasa administrasi negara.
c) Sebaga bahasa pengantar dalam lapangan pendidikan mulai dari tingkat yang
tertinggi dan juga merupakan bahasa yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menuliskan hasil-hasil penyelidikan yang selanjutnya merupakan bahasa ilmu
pengetahuan.
d) Sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan.
e) Sebagai bahasa pergaulan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Sejarah
Bahasa Indonesia, beserta fungsi dan kedudukannya sebagai berikut :
B. Saran
1. Kita harus memahami fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional,
2. Penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, dan
3. Kita harus berbahasa yang baik dan benar.
12
DAFTAR PUSTAKA
Shally. (2014, February 19). MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia.
Dipetik September 22, 2022, dari Slidesharex:
https://www.slideshare.net/shallyrah/makalahsejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia
13