Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu: Dr. Yasep Setiakarnawijaya, SKM., M. Kes

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:

Puspo Nagati Paramita Namira Khanza Hardiyanti Putri Ning Gusti

1603618035

Ilmu Keolahragaan

Fakultas Ilmu Olahraga

Universitas Negeri Jakarta

DKI Jakarta, 2020

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
member petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah,
Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Adapun saya menyusun makalah ini guna memenuhi tugas perkuliahan jarak jauh mata
kuliah bahasa indonesia.

Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Yasep
Setiakawrnawijaya, M. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia. Tidak
lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada orangtua dan keluarga yang mendukung saya
baik berupa moril maupun materiil. Selain itu, saya ucapkan rasa terima kasih kepada semua
rekan-rekan saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa
bangga saya kepada kalian.

Saya selaku penulis berharap bahwa makalah yang berjudul “Sejarah, Kedudukan,
dan Fungsi Bahasa Indonesia” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa indonesia. Saya
pun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka saran serta
kritik diharapkan dapat tersampaikan guna memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 25 Maret 2020

Penulis

Daftar Isi

ii
Lembar Judul.................................................................................................................. i

Kata Pengantar...............................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................. 2

1.4 Manfaat........................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan...................................................................................................... 3

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia................................................................................3

2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia......................................................................... 7

2.3 Fungsi Bahasa Indonesia.................................................................................8

BAB III Sintesis...........................................................................................................11

BAB IV Penutup..........................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 12

3.2 Saran..............................................................................................................12

Daftar Pustaka..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu itu banyak digunakan sebagai bahasa

penghubung antar suku pada plosok nusantara. Selain itu , bahasa melayu digunakan sebagai

bahasa perdagangan antar pedagang dalam suatu nusantara ataupun juga dari luar nusantara.

Bahasa melayu kemudian menyebar pada pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran

agama islam, dan juga makin kokoh keberadaan nya dikarenakan bahasa melayu tersebut

mudah untuk diterima oleh masyarakat nusantara disebabkan karena bahasa melayu itu

digunakan ialah untuk sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar pedagang, dan juga

antar kerajaan.

Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menggunakan bahasa melayu untuk membantu

administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Karena penguasaan bahasa belanda oleh para

pegawai pribumi dinilai lemah atau tidak menguasai dengan baik. Bersandarkan pada bahasa

melayu yang kian merajalela di Indonesia, maka sarjana dari Bangsa Belanda mulai

melakukan penerbitan-penerbitan karya sastra yang memakai bahasa melayu. Seiring

berjalannya waktu, tumbuh kesadaran pemuda pemudi Indonesia akan keinginan untuk

memiliki bahasa ibu yaitu Bahasa Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang berdasarkan latar belakang tersebut dalam makalah ini,
yaitu

1. Bagaimana sejarah bahasa indonesia?


2. Bagaimana kedudukan bahasa indonesia di Indonesia?

1
3. Apa saja fungsi bahasa indonesia?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan yang hendak
dicapai dalam makalah ini adalah menjelaskan mengenai sejarah, kedudukan, dan fungsi
bahasa indonesia.
1.4. Manfaat

Berdasarkan tujuan yang diperoleh dari makalah ini, dapat diketahui bahwa materi dari
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan-bahan pembelajaran dalam meningkatkan
pengetahuan, wawasan, dan pendidikan mahasiswa olahraga serta masyarakat Indonesia
terhadap bahasa indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928
itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad
ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota
Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang
ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan

3
bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-
Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun
(Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan
Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad
ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur.

Menurut Prof. Dr. R. M. Ng. Purbatjakara, bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak
kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca di seluruh Asia
Tenggara (dalam Minto Rahayu, 2006). Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak
budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari
bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu
menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi
bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat.
Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus
1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara.
Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-
Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36, yang menyatakan bahwa, “Bahasa

4
Negara ialah Bahasa Indonesia”. Demikian, disamping kedudukan sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara.
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, setiap
tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia semakin bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa
Indonesia baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia, di
antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan
bahasa Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia :
1) Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang
menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut :
 Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
 Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 Tanda diakritik, seperti koma ain(‘) dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
2) Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen.
Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui
sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.
 Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
 Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

5
3) Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang disempurnakan, yaitu:
 dj (djalan, djauh) menjadi j (jalan, jauh)
 j (pajung, laju) menjadi y (payung, layu)
 nj (njonja, bunji) menjadi ny (nyonya, bunyi)
 sj (isjarat, masjarakat) menjadi sy (isyarat, masyarakat)
 tj (tjukup, tjutji) menjadi c (cukup, cuci)
 ch (tarich, achir) menjadi kh (tarikh, akhir)
b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi
sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
 f maaf, fakir
 v valuta, universitas
 z zeni, lezat
c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai

6
a:b=p:q
Sinar-X
d. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya di- (awalan) di (kata depan)
 ditulis di kampus
 dibakar di rumah
 dilempar di jalan
 dipikirkan di sini
 ketua ke kampus
 kekasih ke luar negeri
 kehendak ke atas
e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2, yaitu:
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
Menurut Prof. Dr. A. Teeuw, bahasa indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad
tumbuh dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah bangkitnya
pergerakan rakyat Indonesia pada abad ke-20 dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta
dijunjung sebagai bahasa persatuan.
2.2. Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa  Indonesia  diidentifikasikan menjadi  bahasa  persatuan,  bahasa 


nasional,  bahasa  negara,  dan  bahasa standar.  Keempat  posisi  bahasa  Indonesia  itu 
mempunyai  fungsi  masingmasing seperti berikut:

2.2.1. Bahasa Persatuan

Bahasa  persatuan  adalah  pemersatu  suku  bangsa,  yaitu pemersatu  suku,  agama,  rasa 
dan antar  golongan  (SARA)  bagi  suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)  sudah  dicanangkan  dalam  Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.

2.2.2. Bahasa Nasional

7
Bahasa  Nasional  adalah  fungsi  jati  diri  Bangsa  Indonesia  bila berkomunikasi pada
dunia luar  Indonesia.  Fungsi bahasa  nasional ini dirinci atas bagian berikut:
a. Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia

b. Identitas nasional dimata internasional

c. Sarana  hubungan  antarwarga,  antardaerah,  dan  antar budaya, dan

d. Pemersatu  lapisan  masyarakat:  sosial,  budaya,  suku bangsa, dan bahasa.

2.2.3. Bahasa  Negara

Bahasa  negara  adalah  bahasa  yang  digunakan  dalam administrasi negara untuk
berbagai aktivitas dengan rincian berikut:

a. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,


b. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
c. Fungsi  bahasa  sebagai  perencanaan  dan  pelaksanaan pembangunan  bagai  negara 
Indonesia  sebagai  negara berkembang,
d. Fungsi  bahasa  sebagai  bahasa  resmi  berkebudayaan  dan  ilmu teknologi (ILTEK)
2.2.4. Bahasa Baku
Bahasa  baku  (bahasa  standar)  merupakan  bahasa  yang digunakan  dalam  pertemuan 
sangat  resmi.  Fungsi  bahasa  baku  itu berfungsi sebagai berikut:
a. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
b. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
c. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
d. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat  posisi  atau  kedudukan  bahasa  Indonesia  itu  mempunyai  fungsi keterkaitan 
antar  unsur.  Posisi  dan  fungsi  tersebut  merupakan  kekuatan bangsa Indonesia dan
merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya
tingkat regional ASEAN, dengan  mengedepankan  posisi  dan  fungsi  bahaasa 
Indonesia,  eksistensi bahasa Indonesia  diperkuat dengan  latar  belakang  sejarah yang 
runtut  dan argumentatif.
2.3. Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi  bahasa  yang  utama dan  pertama  sudah terlihat  dalam  konsepsi bahasa  di 
atas,  yaitu  fungsi  komunikasi  dalam  bahasa  berlaku  bagi  semua bahasa apapun dan

8
dimanapun.
Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi
bahasa berikut:
a. fungsi ekspresi dalam bahasa
b. fungsi komunikasi dalam bahasa
c. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
d. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)
Di  samping  fungsi-fungsi  utama  tersebut,  Gorys  Keraf  menambahkan beberapa 
fungsi  lain  sebagai  pelengkap  fungsi  utama  tersebut.  Fungsi tambahan itu adalah:
a. Fungsi lebih mengenal kemampuan      diri sendiri.
b. Fungsi lebih memahami orang lain
c. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
d. Fungsi  mengembangkan  proses  berpikir  yang  jelas,  runtut,  teratur, terarah, dan
logis;
e. Fungsi  mengembangkan  atau  memengaruhi  orang  lain  dengan  baik dan menarik;
f. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda
2.3.1. Fungsi ekspresi
Fungsi  pertama  ini,  pernyataan  ekspresi  diri,  menyatakan  sesuatu yang  akan 
disampaikan  oleh  penulis  atau  pembicara  sebagai eksistensi diri dengan maksud, yaitu:
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide. 
Fungsi  ekspresi  diri  itu  saling  terkait  dalam  aktifitas  dan  interaktif keseharian 
individu,  prosesnya  berkembang  dari  masa  anak-anak, remaja, mahasiswa, dan
dewasa.
2.3.2. Fungsi Komunikasi
Fungsi  komunikasi  merupakan  fungsi  bahasa  yang  kedua  setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan
sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi
tercapai dengan  baik  bila  ekspresi  berterima, dengan  kata  lain,  komunikasi
berprasyarat pada ekspresi diri.
2.3.3. Fungsi integrasi dan adaptasi sosial

9
Fungsi  peningkatan  (integrasi) dan  penyesuaian (adaptasi)  diri  dalam suatu 
lingkungan  merupakan  kekhususan  dalam  bersosialisasi  baik dalam  lingkungan 
sendiri  maupun  dalam  lingkungan baru.  Hal  itu menunjukkan bahwa bahasa yang
digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan
(masyarakat). Bahasa merupakan  suatu  kekuatan  yang  berkorelasi dengan  kekuatan 
orang  lain  dalam  integritas  sosial.  Korelasi  melalui bahasa  itu  memanfaatkan  aturan-
aturan  bahasa  yang  disepakati sehingga  manusia  berhasil  membaurkan  diri  dan 
menyesuaikan  diri sebagai anggota suatu masyarakat.
2.3.4. Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan
orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat
saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam
masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui  kontribusi  dan  masukan  yang positif. 
Bahkan,  kritikan  yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan
sikap baik  memberikan  kesan  yang  tulus  tanpa  prasangka. 
Dengan  kontrol sosial,  bahasa  mempunyai  relasi  dengan  proses  sosial  suatu
masyarakat  seperti  keahlian  bicara,  penerus  tradisi  atau  kebudayaan,
pengindentifikasi  diri,  dan  penanam  rasa  keterlibatan  (sense  of belonging) pada
masyarakat bahasanya.
2.3.5. Fungsi membentuk karakter diri
Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri. Fungsi menciptakan berbagai
kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18). Masih  banyak  fungsi  bahasa yang lain dalam
bahasa  Indonesia  khususnya, fungsi bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke
dalam kedudukan atau  posisi  bahasa  Indonesia itu sendiri.

10
BAB III
SINTESIS
Menurut Prof. Dr. A. Teeuw, bahasa indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-
abad tumbuh dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah
bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada abad ke-20 dengan insyaf diangkat dan
dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia pun sudah digunakan
sebagai bahasa pergaulan dalam perdagangan sejak jaman Majapahit. Menurut Prof. Dr. R.
M. Ng. Purbatjakara, bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah
menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca di seluruh Asia Tenggara (dalam Minto Rahayu,
2006).
Dalam buku Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar, Bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928. Menurut (Arifin,dkk. 2008:12) Bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
tercantum pasal khusus (Bab XV, pasal 36). Dapat disimpulkan jika kedudukan bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara. Hal ini yang selama ini tidak diketahui
oleh semua kaum muda dan pelajar, dimana bahasa Indonesia begitu fital di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. Bahasa Indonesia menjadi jantung dari bangsa Indonesia yang sudah
menjadi keharusan sebagai generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkanya.
Menurut buku Arifin (2008:12) kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
memiliki fungsi, diantaranya: Lambang Kebanggaan Kebangsaan, Lambang Indentitas
Nasional, Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya, dan Alat Pemersatu
Suku Budaya dan Bahasanya.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia yang teramat penting di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,
sehingga memerlukan perjuangan yang tidak mudah untuk kita sebagai kaum muda
dan pelajar mempertahankan dan mengembangkannya. Bahasa Indonesia memiliki
fungsi dalam segala bidang, baik sosial, budaya, pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
Peranan bahasa Indonesia sebagai pengatar dan penghubung di masyarakat sangat
penting, sehingga masyarakat kita mampu mengembangkan pemikiran dan ide-ide
dengan baik. Bahasa Indonesia dalam kenyataannya sekarang ini mulai redup di
dalam jiwa kaum muda dan pelajar. Hal ini terlihat kenyataan di masyarakat, dimana
mereka lebih bangga dan senang apa bila mampu berbahasa asing ketimbang
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di campur-campur sehingga
tatanan atau Ejaan Yang Disempurnakan tidak diindahkan lagi, yang mengarah tidak
sesuainya lagi tatanan itu. Di lingkungan keluarga, orang tua sudah membiasakan
anakanak untuk menggunakan bahasa asing karena bahasa asing dianggap penting di
dunia pendidikan nantinya, sehingga tidak jarang remaja sekarang engan lagi
berbahasa Indonesia. Jadi dapat disimpulkan sekarang Indonesia mengalami darurat
atau krisisnya jiwa nasionalisme terhadap bahasa Indonesia.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ingin saya sampaikan
diantaranya:
Pertama: Sebagai kaum muda dan pelajar harus terus membekali diri dengan
kemampuan-kemampuan yang bermanfaat, terutama bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kedua: Kaum Muda dan Pelajar harus terus bangga menggunakan bahasa Indonesia
dan tidak terus mengeluelukan bahasa asing, karena dengan bangga terhadap bahasa
Indonesia berarti kita ikut berperan mengembangkan dan mempertahankan salah satu
jati diri NKRI.
Ketiga: Pembaca, harus mampu menjaga, mengembangkan dan mempertahankan
bahasa kebanggaan kita yaitu bahasa Indonesia dengan jiwa dan raga yang kita miliki.

12
Daftar Pustaka
Alek, dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Alwi, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKAPRESS.
Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan di PT. Jakarta:
Grasindo.

13

Anda mungkin juga menyukai