Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Dosen Pembimbing

Dr. Muhammad Saleh, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 1

Asri Annisa (1712441008)


Nurul Arsyi (1712441007)
Indi Aeni Asri (1712442009)
Nursyahitna (1712441004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA ICP

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani kapada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah, kedudukan, dan Fungsi
Bahasa Indonesia” ini meskipun dengan sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan atau pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Makassar, 5 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.............................................


B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.............................................

BAB III PENUTUP............................................................................................

A. Simpulan.................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa kesatuan Negara Republik Indonesia, dan menjadi
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan sehari setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahasa Indonesia adalah gabungan bahasa Melayu,
sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca saat awal abad
penanggalan modern. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga
Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur
bahasa Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun
demikian, penggunaan bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-perguruan
tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum
publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh
seluruh warga Indonesia. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pada kesempatan kali
ini kita akan membahas Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia agar kita
semua makin mengetahui dan mencintai bahasa indonesia. Mari langsung saja kita awali
pembahasannya dari sejarah bahasa indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.


1. Bagaimana sejarah perkembangan bangsa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan dan Fungfsi bahasa Indonesia di Indonesia ?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini untuk mengetahui sejarah perkembangan
bahasa Indonesia, mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia yang diterapkan
di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

1. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei, Indonesia, Malaysia, dan


Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa perkembangan dan
bahasa resmi negara Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu di provinsi Riau Sumatra,
Indonesia). Nama Melayu mula-mula sekali digunakan sebagai nama kerajaan tua di
daerah Jambi di tepi Sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukan
oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatera
Selatan bagian timur dan dibawah pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja menjadi
pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar
suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Perkembangan dan
pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan
misalnya:
a) Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
b) Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
c) Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
d) Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
e) Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
a) Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup
dan sastra.
b) Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
c) Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang
yang berasal dari luar indonesia.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya


agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

2. Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda
dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
a) Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
b) Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
c) Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga
dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di
kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat
itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Didalam UUD 1945 disebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah
Bahasa Indonesia, (pasal 36). Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia dipakai oleh berbagai
lapisan masyarakat Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai
bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak
awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa
Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik
melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun
di pahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa Ibu.
Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian , bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-
perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai
forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan
oleh semua warga Indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana di wilayah nusantara
serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai di daerah-daerah di wilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi
oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28
Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang
dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping
fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri
cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan
dengan bangsa lain. Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat
menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
a) Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
b) Sistem bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
c) Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
d) Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

3. Peristiwa Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

a) Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda membangun badan penerbit buku bacaan
yang kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur atau Taman
Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit
tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti Nurbaya, buku penuntun
bercocok tanam, dan lain sebagainya yang membantu dalam penyebaran bahasa
Melayu.
b) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo memakai bahasa Indonesia didalam
pidatonya. Hal ini merupakan pertama kalinya di sidang Volksraad, terdapat
seseorang yang berpidato dengan memakai bahasa Indonesia.
c) Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan supaya
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.
d) Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah
sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan
sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis
karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak
lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
e) Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda,
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini
dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr.
Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam
kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
f) Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa
Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di
lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa
Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran
yang semakin penting.
g) Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa
negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa negara adalah
bahasa Indonesia".
h) Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan Republik
sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya berlaku.
i) Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan
nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi
Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat
Bahasa.
j) Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia II
di Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan mengenai tekad
bangsa Indonesia untuk tetap terus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi bahasa negara Indonesia.
k) Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu Presiden
Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dengan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR dan
dikuatkan dengan adanya Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
l) Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu
menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi diberlakukan di
Indonesia (Wawasan Nusantara).
m) Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia III
di Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-50. Selain
telah memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan pertumbuhan bahasa Indonesia,
juga telah berusaha untuk memantapkan kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu
sendiri.
n) Tanggal 21-26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia IV ini dilaksanakan untuk memperingati hari
Sumpah Pemuda ke-55. Dalam putusannya itu disebutkan bahwa pengembangan dan
pembinaan bahasa Indonesiab yang harus ditingkatkan sehingga amanat tercantum
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, dimana mewajibkan kepada warga negara
Indonesia untuk memakai bahasa Indonesia dengan benar dan dapat tercapai dengan
semaksimal mungkin.
o) Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia V
di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar 700s pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta tamu dari berbagai negara
sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan dipersembahkannya karya dari
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada para pencinta bahasa Indonesia
di Nusantara, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
p) Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI
di Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan terdapat 53 peserta
tamu dari mancanegara. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang Bahasa Indonesia.
q) Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan , (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu suku bangsa, (4) alat perhubungan antardaerah dan antar budaya. Keempat
fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di atas dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak tahun 1928 sampai sekarang.
a. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional.
Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang dipakai
secara luas dan di junjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat menyatukan
berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa
Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi
perbedaan yang ada. Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan
nasiona mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebanggaan. Seluruh suku bangsa di indonesia harus memiliki rasa kebanggaan
berbahasa nasional. Atas dasar kebanggaan inilah bahasa Indonesia harus
dipelihara dan dikembangkan. Bangsa Indonesia sebagai pemilik bahasa
Indonesia harus merasa bangga menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar.
b. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional.
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya
berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa
memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa bisa diwujadkan di antaranya
melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai
bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbada dapat mengidentikkan
diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut.
c. Bahasa indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa.
Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan
bahasanya berbeda akan mengalami masalah besar dalam melangsungkan
kehidupannya. Perbedaan dapat memecah bela bangsa tersebut. Dengan adanya
bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh semua suku bangsa
yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karene suku-suku bangsa tersebut
merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia, yang bis
menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa.
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya.
Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas bebagai suku bangsa dengan
budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi.Diperlukan sebuah bahasa
yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahasanya sehingga
mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah lama memenuhi kebutuhan
ini. Sudah berabad-abad bahasa ini menjadi lingua franca di wilayah Indonesia.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) bahasa kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan ditingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan,
dan (4) alat kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Bahasa indonesia sebagai Bahasa resmi kenegaran.
Dalam kaitan dengan fugsi ini, sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai
untuk urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini bahasa indonesia dipakai pada
semua upacara peristiwa dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisn maupun dalam
bentuk tulisan. Pidato-pidato resmi, dokumen-dokumen , keputusan-keputusan,
dan surat-surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara
kenegaraan juga dilangsungakan dengan bahasa indonesia. Pemakaian bahasa
indonesia dalam acara-acarakenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak harus
dilaksanakan.
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan.
Dunia pendidikan disebuah negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam
sehingga kelangsungan pendidik tidak terganggu. Pemakaian lebiah dri satu
bahasa dalam dunia pendidikan akan mengganggu keefektifan pendidikan. Biaya
pendidikan menjadi lebih hemat. Peserta didik dari tempat yang berbeda dapat
saling berhubungan. Bahasa indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang
dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di
Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan pemakaiannya sudah
tersebar luas.
c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional untuk
Kepentingan Pembangunan dan Pemerintahan.
Untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan ditingkat nasional
diperlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak
terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahaa yang dipakai sebagai alat
perhubungan. Keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan terganggu
karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa
Indonesia dapat mengatasi hambatan ini. Pada mulanya memang ada yang
meragukan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan interaksi manusia
Indonesia, tetapi ternyata bahasa ini mamapu mengungkapakan pikiran-pikiran
yang cukup rumit melalui kreatifitas pengguna bahasa yang bersangkutan
terutama dalam kepentingan pembangunan dan pemerintahan.
d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan,
dan Teknologi.
Untuk membangun kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi diperlukam
bahasa yang bisa dipakai untuk keperluan tersebut dan bahasa tersebut dapat
dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa bahasa seperti ini, pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi akan mengalami hambatan karena
proses pengembangannya akan memerlukan waktu yang lama dan hasilnyapun
tidak akan tersebar secara luas. Dalam kaitan dengan fungsi ini, bahasa indonesia
adalah alat yang memungkinkan untuk membina dan mengembangkan
kebudayaan Indonesia yang memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri yang
membedakan kebudayaan daerah dan kebudayaan asing.

3. Perkembangan Fungsi Bahasa Melayu/ Bahasa Indonesia


a. Abada ke-7 sampai abad ke-15, berfungsi sebagai:
1) bahasa perhubungan lokal
2) bahasa perdagangan
3) bahasa pemerintahan
4) bahasa pemerintahan
b. Abad ke-15 – awal abad XX (1920), berfungsi sebagai:
1) bahasa perhubungan/ pergaulan lokal
2) bahasa perdagangan
3) bahasa pemerintahan
4) bahasa pemerintahan
c. Awal abad XX (1920-1945), berfungsi sebagai:
1) lingua franca
2) bahasa pergaulan
3) bahasa perdagangan
4) bahasa sastra
5) bahasa pemerintahan
6) bahasa pergerakan
7) bahasa agama
8) bahasa surat kabar dan media komunikasi
9) bahasa kebudayaan

d. Tahun 1945 – sekarang, berfungsi sebagai:


1) lingua franca
2) bahasa pergaulan
3) bahasa surat-menyurat (resmi, tak resmi)
4) bahasa perdagangan
5) bahasa agama
6) bahasa sastra
7) bahasa kebudayaan
8) bahasa pemerintahan
9) bahasa politik
10) bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi
11) bahasa pendidikan
12) bahasa negara
13) bahasa persatuan
14) bahasa surat kabar dan media komunikasi
15) bahasa pembangunan
16) bahasa dokumentasi
17) bahasa pertemuan ilmiah

4. Kedudukan dan Fungsi Lain Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai
tugas pemakaian bahasa itu di dalam kedudukan yang diberikan kepadanya (Halim,
1976: 19). Rumusan ini kemudian menjadi rumusan seminar p olitik Bahasa Nasional
yang berlangsung di Jakarta 25 – 28 Februari1975, dengan menetapkan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Prof. Dr. Slametmulyana dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada
Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1959 mengemukakan tiga fungsi pokok
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yaitu:
a. sebagai alat menjalankan administrasi negara
b. sebagai alat merapatkan berbagai suku menjadi satu bangasa
c. sebagai alat untuk menampung kebudayaan baru nasional

Umar Junus merumuskan fungsi bahasa Indonesia dalam bukunya “Sejarah dan
perkembangan ke Arah Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia” (halaman 46 – 47 ),
sebagai berikut:

a. menyatukan seluruh suku bangasa yang ada di wilayah Republik Indonesi dalam
suatu kesatuan kebangsaan yang kokoh.
b. sebagai bahasa administrasi negara.
c. sebagai bahasa pengantar dalam lapangan pendidikan mulai dari tingkat terendah
sampai ke tingkat yang tertinggi dan juga merupakan bahasa yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menuliskan hasil-hasil penyelidikan yang
selanjutnya merupakan bahasa ilmu pengetahuan.
d. sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan.
e. sebagai bahasa pergaulan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum merdeka terjadi pada zaman


Sriwijaya. Dimana pada saat itu bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antar suku
di Nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan baik dalam negeri
maupun luar negeri. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama islam di Nusantara. Sementara Bahasa Indonesia sendiri lahir pada
tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok negeri
berkumpul dalam rapat dan mengikrarkan sumpah pemuda. Bahasa Indonesia resmi
digunakan tepatnya sehari setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia. Di negara
Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa
resmi/negara, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia memiliki
fungsi sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis, sebagai pemersatu, sebagai penanda
kepribadian, dan lain-lain.

B. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu,
olehnya itu sebagai bangsa yang besar selayaknya kita menghargai nilai-nilai sejarah
dari bahasa Indonesia dengan tetap menghormati bahasa melayu. Disamping itu
alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

M. Hum, Ramly. 2014. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadin Bahasa Indonesia.


Makassar: Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas
Bahasa dan Sastra.

Sejarah Fungsi dan Kedudukan Bahasa. 25 September 2013. Diakses 4 Februari 2018.
< http://coretanwnh.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa.html>

Sejarah Fungsi dan Kedudukan Bahasa. Markijar. 22 Mei 2017. Diakses 4 Februari
2018. < http://www.markijar.com/2017/05/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa.html.>

Sejarah Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Khamid, Abdul. Diakses 4 Februari
2018.< https://abdulkhamid12.wordpress.com/bahasa-indonesia/materi/sejarah-
fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/. >
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam
menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori
atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan bisa menjadi media yang efektif untuk
komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah
memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan,
formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.

1. Cendekia

Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya Bahasa Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat dan sesksama. Hal
ini sejalan dengan pendapat Soedradjad (2010) bahwa bahasa yang cendekia mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara
tepat oleh pembaca.

2. Lugas dan Jelas

Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara
jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan
adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan
kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan
mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu
dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat
panjang.

3. Menghindari Kalimat Fragmentaris


Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan
penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang
diungkapkan.

4. Formal

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam
tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal
adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan
predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.

5. Objektif dan Konsisten

Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga
diwujudkan dalam penggunaan kata seperti kosa kata, bentuk kata, dan struktur kalimat. Sementara sifat
konsisten yang ditampakkan pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain dan istilah yang
sesuai dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten.

6. Bertolak dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat
bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak
pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga
kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

7. Ringkas dan Padat

Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu
berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan
yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan
kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraph yang
berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Setiap ragam bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar (2004: 9), ciri ragam
Bahasa Indonesia Ilmiah sebagai berikut:

1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada bahasa Indonesia baku,
baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).

2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan
memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan efektif.

4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.

5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab itu, penggunaan kata dalam kalimat
seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.

6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju pada sasaran.

7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.

8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.

B. Berbagai Ragam Bahasa

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai kelainan jika
dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur bahasa
biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya
dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato
resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat panjang,
pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang benar. Brenstein menamakan
kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam
lengkap (elaborate code).

1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan dasarnya (Halim, 1998).
Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam
tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan
tulisan, tetapi pada dasrnya semua bahasa memiliki ragam lisan.

a. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai
unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam
bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan
atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan:

1) Memerlukan kehadiran orang lain;

2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;

3) Terikat ruang dan waktu; dan

4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Kelebihan ragam bahasa lisan adalah dapat menatap langsung ekspresi orang sebagai lawan
pembicara.
b. Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek
tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis:

1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;

2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;

3) Tidak terikat ruang dan waktu; dan

4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kekurangan ragam bahasa tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan antara pembaca dan penulis.
Selain itu, ragam bahasa tulis dapat menyebabkan kurang jelasnya penyampaian makna yang dimaksud.

Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan melambangkan
ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf
melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat.
Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur
lisan sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya
berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama.
Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan,
kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak
berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap
mungkin.

Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah
ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua ragam itu memrlukan pembakuan yang
berbeda, sesuai dengan perkembangannya sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar suku
selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim, 1998).

2. Ragam Baku dan Nonbaku

Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara,


dimana, tentang masalah apa, kapan dan dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan
semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983).

Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam berdiskusi, berpidato,
memimpin rapat resmi, dan sebagainya merupakan situasi/suasana resmi (formal). Dalam situasi/suasana
seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa
baku atau dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana seperti yang telah
disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi, administrasi pemerintahan, perundang-
undangan Negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir
jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/suasana yang
tak resmi (informal). Dalam suasana seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi
(informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa takbaku (nonbaku) atau dengan singkat
ragam takbaku (nonbaku). Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi
sebagai alat komunikasi antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya
digolongkan ke dalam ragam takbaku.

Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang
diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:

a. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman
yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan
sebagainya.

b. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.

c. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.

d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa
baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.

Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa

Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.

b. Penggunaan Kata-Kata Baku

Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata umum dan sudah lazim digunakan atau yang frekuensi
penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak
digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.

c. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan

Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka
penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.

d. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan

Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada
pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek
setempat atau lafal daerah.

e. Penggunaan Kalimat Secara Efektif

Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan denganlisan atau tulisan
kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.

Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa, dengan kata lain ragam-
ragam selebihnya (termasuk dialek) merupakan ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan, terdapat
perbedaan antara ragam baku dan nonbaku antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalmat.
Dalam BI ejaan yang diakui baku adalah EYD, sehingga penulisan yang tidak sesuai dengan EYD adalah
ejaan nonbaku. Sayangnya dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai pelafalan, sehingga
batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada batas-batas tertentu yang memisahkan
keduanya.

Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah ragam bahasa yang
dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya. Sebagai kerangka
rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan
maupun ragam tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi
norma/kaidah bahasa yang berlaku.

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional

a. Ragam Bahasa Ilmiah

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:

1) Bahasa Indonesia ragam baku;

2) Pengunaan kalimat efektif;

3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;

4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang
bermakna kias;

5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan; dan

6) Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.

b. Ragam Bahasa Sastra

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak
efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

c. Ragam Bahasa Iklan

Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain
itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.

d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu

Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi,
hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.

C. Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi Ilmiah

Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti
memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan
dari keempat hal tersebut secara hasil penelitian, secara tertulis, dan lisan. Itu berarti, pada saat menulis
tulisan ilmiah penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar
menunjukkan sifat yang cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian
ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam
penggunaan ejaan, tanda baca, dan aspek-aspek mekanik lainnya.

1. Menulis Karya Ilmiah

Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut.

a. Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data
di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.

b. Kertas kerja

Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan
data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk
disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk
disajikan dalam seminar atau lokakarya.

c. Laporan Praktik Kerja

Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau
instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang
diploma III (DIII).

d. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain
(karya ilmiah S1). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana.

e. Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian
terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S2). Karya ilmiah
ini ditulis untuk meraih gelar magister.

f. Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan
berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S3). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih
gelar doktor.

Bagaimana halnya dalam presentasi ilmiah? Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter dituntut
agar bahasa Indonesia lisan yang digunakan diwarnai oleh sifat-sifat ragam bahasa Indonesia ilmiah
sebagaiana dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap
bisa dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan
menggunakan intonasi, jeda, dan unsur suprasegmental lainnya.
2. Presentasi Ilmiah

Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan itu
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada
kiat-kiat yang perlu diterapkan, yakni:

1) Menarik minat dan perhatian peserta;

2) Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas; dan

3) Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.

Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar dengan warna yang menarik, ilustrasi,
dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar jelas oleh
seluruh peserta yang berada di suatu ruangan. Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah
yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat dan
padat terhadap butir-butir inti. Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal
yang dapat merugikan (menyinggung perasaan) orang lain.

Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji menaati tata cara
yang lazim. Pertama, penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai. Informasi tersebut
akan dipahami dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun bahasan
presentasi powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan. Apabila
bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa semua peserta dapat melihat layar dan dapat membaca tulisan
yang disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia. Untuk itu, penyaji perlu
merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji
menaati etika yang berlaku di forum ilmiah karena forum ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan
akademisi dari berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta bertukar berbagai informasi
akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam forum tersebut, ada beberapa
peran yang dimainkan oleh aktor yang berbeda, yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan
teknisi. Semua pihak wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya presentasi ilmiah dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

Dalam menyiapkan presentasi, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut.

a. Tentukan butir-butir terpenting bahan yang dibahas. Penyebutan butir hendaknya tidak boleh terlalu
singkat, tetapi juga tidak boleh terlalu elabratif karena elaborasi akan dilakukan secara lisan oleh penyaji.

b. Atur butri-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut (koheren dan kohesif).

c. Kerangka pikir perlu diungkapkan/disajikan dalam diagram atau bagan alir untuk menunjukkan alur
penalarannya.

Melaksanakan Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah pada dasarnya adalah mengomunikasikan bahan
ilmiah kepada peserta forum ilmiah. Oleh karena itu, dalam presentasi ilmiah berlaku prinsip-prinsip
komunikasi. Beberapa prinsip komunikasi,yaitu:
a. Mengurangi gangguan komunikasi secara antisipatif.

1) Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak.

2) Memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika memilih bahasa dan media.

3) Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.

4) Berpikir positif tentang peserta.

5) Membuat peserta dihormati dan dihargai.

6) Mempertimbangkan budaya peserta.

7) Bersikap terbuka terhadap perbedaan sikap dan pendapat orang lain.

8) Memastikan bahwa pakaian yang akan dipakai tepat pilihan dari segi situasi formal dan budaya setempat.

b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.

1) Memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh semua peserta.

2) Memastikan bahwa penyaji dapat melihat semua peserta.

3) Menjadi penyimak/pendengar yang baik jika ada peserta yang bertanya.

4) Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

5) Mendorong peserta untuk aktif terlibat.

Menggunakan media yang menarik dan tepat guna


KAIDAH BAHASA INDONESIA
Diposkan pada Desember 19, 2013 oleh It's me Diana

PEMBAHASAN

A. Pengantar

Dalam penggunaan Bahasa Indonesia, seseorang yang mempunyai sikap positif


cenderung akan menerima bahasa itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya
tanpa merasa kurang bergengsi menggunakannya . sebaliknya, ia justru akan merasa
bangga karena merasa memiliki bahasa kebangsaannya sendiri. Perasaan bangga
terhadap bahasa nasionalnya itu pada akhirnya akan mendorong seseorang untuk
berperan serta secara aktif dalam membina dan mengembangkannya secara sadar
sekaligus menggunakannya dengan baik dan benar.

Perasaan bangga yang ditimbulkan oleh sikap positif terhadap bahasa indonesia itu
memiliki kaitan yang erat dengan rasa setia terhadap bahasa indonesia. rasa setia itu
pula yang telah memungkinkan keberhasilan perjuangan nasional dalam menemukan
identitasnya sebagai bangsa yang berdaulat. Dengan demikian, rasa setia dan rasa
bangga itu pada dasarnya tidak terlepas dari sikap bahasa yang positif.

Berkenaan dengan hal tersebut, seseorang yang memiliki sikap positif terhadap Bahasa
Indonesia tentu tidak merasa terpaksa dalam menggunakan Bahasa Indonesia. bahkan
sebaliknya, dengan penuh kesadaran, ia akan berusaha secara terus-menerus untuk
meningkatkan mutu penggunaan bahasanya. Oleh Karena itu, sikap positif tersebut
perlu terus dipupuk, dibina, dan dikembangkan, terutama melalui
pembiasaanpenggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Salah satu wujud pembinaan dan pengembangan sikap positif adalah menerapkan
kaidah bahasa indonesia pada penulisan karya ilmiah. Kaidah ini meliputi tata tulis
(ejaan), tata pembentukan kata, tata penulisan kalimat efektif, dan tata penulisan
paragraf

B. Tata Tulis (Ejaan)

Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) telah diberlakukan sejak tahun
1972 berdasarkan Kepres No. 57 Tahun 1972. Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu
penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.

1. Penulisan huruf
Penulisan huruf terdiri atas dua macam, yaitu penulisan huruf miring dan huruf kapital.

Huruf miring digunakan untuk


1. Menuliskan judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang terdapat dalam teks
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di dalam suatu teks
3. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah asing/daerah
Penggunaan huruf capital ada dua macam, yaitu capital seluruhnya dan capital
pada awal kata saja. Huruf kapital seluruhnya digunakan untuk menuliskan

1. Judul utama
2. Judul-judul bab
3. Judul kata pengantar
4. Judul daftar isi, dan
5. judul daftar pustaka.
Sementara itu, huruf Kapital pada awal kata digunakan sebagai huruf pertama

1. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan
2. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
3. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat
4. Nama bangsa, suku bangsa, bahasa dan geografi
5. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
6. Unsur nama orang, Negara, lemabaga organisasi, dokumen resmi, dll
B. Penulisan Kata

Penulisan kata dibedakan atas kata tunggal dan gabungan kata. Penulisan kata tunggal
tidak ada masalah karena kata-kata seperti itu ditulis terpisah dari unsur yang lain, baik
unsur yang terdapat di depan maupun di belakangnya.

Berbeda dengan gabungan kata yang unsur-unsurnya berupa unsur bebas atau yang
dapat berdiri sendiri sebagai kata yang ditulis terpisah, jika tidak berimbuhan atau
hanya berimbuhan awalan/akhiran, tetapi adapula yang ditulis serangkai, yaitu jika
mendapat imbuhan

1. Penggunaan Tanda Baca


Tanda Baca merupakan unsur yang sangat penting dalam penggunaan bahasa tulis,
lebih-lebih dalam tulisan resmi seperti pada penulisan karya ilmiah. Pada kesempatan
ini disajikan tiga tanda baca yang dianggap produktif, yaitu tanda titik, tanda koma,
dan tanda hubung.

Tanda titik digunakan untuk

1. Mengakhiri kalimat
2. Memisahkan angka jam, menit, dan detik
3. Memisahkan nama penulis, tahun penerbitan, dan judul buku dalam penulisan daftar pustaka
Tanda koma digunakan untuk

1. Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian


2. Memisahkan kalimat setara yang ditandai dengan kata penghubung tetapi,
melainkan, dan sedangkan. dll.
Adapun tanda penghubung digunakan untuk menghubungkan ke dengan angka
Arab atau angka biasa dan merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, angka dengan –an dan singkatan dengan imbuhan.
C. Tata Pembentukan Kata

Dalam penulisan karya ilmiah, penulis perlu memahami bentuk-bentuk kata yang
benar dalam Bahasa Indonesia, yaitu yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata.
Hal ini dikarenakan bentuk-bentuk kata yang benar atau baku itulah yang harus di
gunakan dalam penulisan karya ilmiiah.

Pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengimbuhan,


pengulangan, serta penggabungan kata dasar, atau penggabungan unsur terikat dan
kata dasar.

D. Tata Pilihan Kata

Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam penulisan karya ilmiah karena pilihan
kata yang digunakan akan menentukan kejelasan informasi yang disampaikan. Jika
pilihan kata yang tidak tepat, hal itu selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa
yang digunakan dan terganggunya kejelasan informasi, juga dapat menimbulkan
kesalahpahaman terhadap informasi yang disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih
kata secara tepat, kita perlu memahami criteria pemilihan kata bahasa indonesia, yaitu
ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat
pula oleh pembaca.

2. Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang
benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

3. Keserasian

Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan


menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemaikaiannya.

E. Tata Penulisan Kalimat Efektif

Penulisan kalimat efektif dalam karya ilmiah harus jelas, mudah dipahami, dan
tersusun secara sistematis sesuai dengan kaidah yang berlaku. Berkenaan dengan itu
suatu kalimat dapat disebut efektif jika memenuhi criteria:
1. Unsur-unsurnya lengkap
2. Informasinya jelas
3. Bentuk dan maknanya sejajar
4. Pilihan katanya cermat, dan
5. Polanya variatif
1. Kelengkapan unsur kalimat
Kalimat yang efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap, dan unsur-unsur
tersebut dinyatakan secara eksplisit. Untuk itu, kalimat yang efektif sekurang-
kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat.

Agar kelengkapan itu terpenuhi, subjek pada awal kalimat hendaknya tidak didahului
kata depan, predikat kalimatnya jelas, dan tidak terdapat pemenggalan bagian kalimat.

2. Kejelasan informasi

Kalimat dikatakan efektif selain karena mengandung unsur-unsur yang lengkap, juga
mengandung iinformasi yang jelas atau mudah dipahami.

3. Kesejajaran

Kalimat yang efektif juga harus mengandungkesejajaran antara gagasan yang


diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya. Kesejajaran itu dalam
penggunaan bahasa cukup penting. Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu
dapat menyebabkan keserasian. Sementara itu, jika dilihat dari segi makna atau
gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang
diungkapkan menjadi lebih sistematis sehingga mudah dipahami.

4. Kehematan

Kehematan merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan
kalimat, kehamatan ini dapata diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu
yang tidak perlu atau yang mubazir. Hal itu, antara lain, berupa penghilangan subjek
ganda, bentuk yang bersinonim, dan bentuk jamak ganda. Contoh:

 Sebelum surat ini dikirimkan, surat itu harus ditandatangani lebih dahulu
Seharusnya

ü Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu

1. Variatif
Kalimat efektif juga mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya
kalimatnya. Variasi semacam itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inverse,
bentuk pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek. Contoh:

 Biaya dua miliar rupiah diperlukan untuk melunasi utang perusahaan


Variasinya antara lain
ü Diperlukan biaya dua miliar rupiah untuk melunasi utang perusahaan

F. Tata Penulisan Paragraf Yang Baik

Paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan


gagasan. Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai paragraf
yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud adalah sebagai
berikut.

1. Adanya satu kesatuan gagasan


Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya mengandung
satu gagasan utama. Yang diikuti beberapa gagasan pengembang atau penjelas.

2. Adanya kepaduan hubungan antarkalimat

Sebuah paragraf harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin


didalamnya untuk mendukung satu kesatuan gagasan.

3. Adanya ketuntasan informasi

Sebuah paragraf yang baik juga harus dapat mengungkapkan gagasan atau informasi
secara tuntas. Artinya, paragraf itu harus dapat menyajikan informasi secara lengkap
sehingga pembaca tidak dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutan informasi yang
disampaikan.

4. Adanya konsistensi sudut pandang

Sudut pandang atau cara penulis menempatkan diri di dalam tulisannya harus
konsisten, termasuk dalam pelibatan pembaca. Kalau ia mewakili dirinya dengan
menggunakan kata penulis, pemeriksa, atau peneliti,kata itu hendaknya tetap
digunakan secara konsisten sampai dengan akhir tulisannya.

5. Adanya keruntutan penyajian

Informasi di dalam paragraf hendaknya disajikan secara runtut dalam pola urutan yang
mudah diikuti pembaca.

G. Teknik Pengembangan Paragraf

Dalam penulisan bahan ajar paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara
atau teknik yang digunakan dalam pengembangan paragraf itu umumnya bergantung
pada keluasan pandangan atau pengalaman penulis dan juga materi yang ditulis itu
sendiri. Meskipun demikian paling tidak, dapat disebutkan adanya beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf.
Cara-cara yang dimaksud, antara lain, adalah:

1. Pengembangan dengan klasifikasi


2. Pengembangan dengan defenisi
3. Pengembangan dengan analogi
4. Pengembangan dengan contoh, dan
5. Pengembangan dengan fakta
H. Simpulan
1. Kaidah Bahasa Indonesia mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata dan
penggunaan tanda baca
2. Penulisan huruf terdiri atas dua macam, yaitu penulisan huruf miring dan huruf kapital
3. Penulisan kata dibedakan atas kata tunggal dan gabungan kata
4. Tiga jenis tanda baa yang produktif, yaitu tanda titik, tanda koma, dan tanda hubung
5. Pembentukan kata dilakukan dengan pengimbuhan, pengulangan, penggabungan imbuhan
dan pengulangan, serta penggabungan kata dasar, atau penggabungan unsur terikat dan
kata dasar
6. kriteria pemilihan kata Bahasa Indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
7. kriteria kalimat efektif ada lima, yaitu unsur-unsurnya lengkap, informasinya jelas, bentuk
dan maknanya sejajar, pilihan katanya cermat, dan polanya variatif.
8. lima cara dalam mengembangkan paragraf, yaitu klasifikasi, defenisi, analogi, pemberian
contoh dan penyajian fakta
Pengertian Membaca Kritis
Posted by PengertianFriday, January 18, 20130 komentar

Pengertian Membaca Kritis

a. Pengertian dan Tujuan


Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta
yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu.
Agustina (2008:124). Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi
ia bersama- penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus
membaca secara analisis dan dengan penilaian.
Dalam membaca kritis pembaca harus terbuka terhadap gagasan orang lain. Pembaca
harus mengikuti pikiran penulis secara tepat, akurat dan kritis. Akurat artinya
dalam hubungan relevansi, membedakan yang relevan dan yang tidak relevan atau tidak
benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis dengan dasar yang baik, logis, benar
atau menurut realitas. Karena dalam membaca kritis membaca akan menganailis,
membandingkan dan menilai.

b. Kegiatan Dalam Membaca Kritis


Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam membaca kritis
1. Membaca Dengan Berpikir
Membaca hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang
ditampilkan dalam bacaan. Pembaca memikirkan maksud dan tujuan penulis
mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan pembaca dengan cara berpikir ini supaya
pembaca dapat menentukan batasab-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta
yang dikemukakan oleh pengarang
2. Membaca Dengan Menganalisis
Analisis merupakan kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca
dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta yang dikemukakan pengarang
sungguh di sokong oleh detail-detail yang diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya
dengan cara itu akan dapat memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, mana
detail yang cocok dan detail yang tidak cocok.
3. Membaca Dengan Penilaian
Tugas pembaca kritis adalah menilai fakta atau pernyataan yang dapat
menyokong gagasan pokok yang dikemukakan. Pembaca harus sanggup menentukan
apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya satu dengan yang lainnya atau mungkin
pembaca nenemukan dua atau lebih fakta yang seharusnya dipandang sebagai fakta yang
terpisah. Akhirnya pembaca menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan
oleh penulis.

c. Bahan-Bahan Membaca Kritis


Bahan-bahan yang dibaca secara kritis meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Esai
2. Biografi dan autografi
3. Drama
4. Laporan-laporan yang bertentangan atau kesimpulan-kesimpulan yang berbeda
dalam lapangan sejarah, ekonomi, hukum dan politik
5. Peristiwa-peristiwa yang dijumpai dalam koran, majalah, propaganda dan lain-lain.
d. Teknik Membaca Kritis

Menurut sudarso (1988:72) ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca
kritis.
1. Mengerti Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa-apa saja yang dibaca dengan kata
lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat membuat kesimpulan
serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta berguna untuk menambah
informasi sedangkan ide bermanfaat untuk menambah pemahaman. Mendapat informasi
bertujuan sekedar mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan
mengetahui segalanya tentang fakta..
2. Menguji Sumber Penulis
Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita harus mencari tahu kebenarannya
misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu berkompeten, dalam hal ini termasuk
uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk
membedakan apakah tulisan itu fakta atau opini.
3. Interaksi Antara Penulis Dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahu maksud penulis tetapi juga membandingkan
dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis lain. Pembaca juga perlu
menilai dan membandingkan isi bacaan dengan pengetahuan yang ada padanya
4. Terbuka Terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis kemudian
pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya penulis mempertimbangkan
dan mengujinya alasannya dengan alasan yang logis dan interprestasi yang berdasar.

B. PELATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan membaca kritis menurut pendapat Anda!
2. Jelaskanlah pengertian membaca kritis menurut Agustina!
3. Apa saja yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam membaca kritis
4. Menurut pendapat Anda apakah karya sastra seperti novel dan cerpen dapat
dijadikan sebagai
bahan dalam membaca kritis
5. Jelaskanlah teknik-teknik membaca kritis?
6. Jelaskanlah apa saja kegiatan yang dapat dilakukan dalam membaca kritis
7. Dalam kegiatan membaca kritis dikatakan bahwa membaca kritis dapat dilakukan
yaitu
membaca dengan penilaian. Coba Anda jelaskan apa maksud dari pernyataan itu!
8. Coba jelaskan bagaimana cara membaca dengan menganalisis?
9. Membaca kritis mengharuskan pembaca terbuka dengan pendapat orang lain. Coba
Anda
jelaskan apa maksud dari pernyataan itu!
10. Kenapa peristiwa-peristiwa dalam koran bisa dijadikan bahan membaca kritis.
Coba jelaskan
11. Apa yang membedakan membaca pemahaman dengan membaca kritis?
MENULIS AKADEMIK
HM Nur Fawzan Ahmad, S.S.,M.A.
Pengertian Menulis Akademik
Menulis akademik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun akademisi
untuk memperoleh gelar akademik, misalnya disertasi untuk mencapai gelar
doktor (S-3), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), skripsi untuk
mencapai gelar sarjana (S-1). Tulisan ilmiah bisa juga untuk memenuhi tugas-
tugas akademik, misalnya laporan penelitian, makalah untuk diskusi/ seminar/
simposium. Makalah untuk memenuhi tugas suatu mata kuliah pun termasuk
tulisan akademik.

Tahap-tahap Menulis
1. Tahap Prapenulisan
Yang harus dilakukan pada tahap pranulisan :

(a) pemilihan/ penentuan topik

(b) Merumuskan masalah dan tujuan

(c) penyusunan outline


(d) penentuan dan pengadaan bahan

(e) penyusunan kuesioner

Dalam pemilihan atau penentuan topik, pertimbangan yang penting ialah


apakah topik itu layak untuk dikerjakan atau tidak. Setelah ditentukan, topik
itu dikembangkan menjadi sebuah tema, dan selanjutnya dibuat judul atau
titlenya. Selanjutnya dipertanyakan apa permasalahannya. Permasalahan
akan muncul jika objek penelitian dihubungkan dengan variable (-variabel) di
luar objek. Berdasarkan hal-hal di atas dibuat kerangka atau outline. Pada
tahap penentuan dan pengadaan bahan, bahan hendaknya sesuai dengan
topik dan tema bahan yang berupa pustaka harus yang relevan dengan topik
dan tema. Untuk penelitian lapangan, pengadaan bahan bisa menggunakan
kuesioner dan jika diperlukan pengolahan bahan di laboratorim perlu
dipersiapkan instrumen dan tata kerjanya

2. Tahap Penulisan
 Pengolahan dan analisis data.
 Sebelum menulis hendaknya diperhatikan dulu, “Apa tujuan penulisan itu?
Jawabannya sudah barang tentu ialah memecahkan permasalahan atau
membuktikan hipotesis.
 Pertanyaan berikutnya ialah, “ Ditujukan kepada siapa tulisan itu?”
Jawabannya sudah barang tentu ditujukan pada orang-orang yang sebidang
ilmu. Hal ini membawa konsekuensi hendaknya diperhatikan kelaziman yang
berlaku dalam bidang ilmu yang bersangkutan
 Manfaatnya secara toritis dan praktis.
 Secara teoritis apakah ada sumbangannya bagi perkembangan ilmu yang
bersangkutan, dan secara praktis apakah ada manfaatnya bagi
pengguna/masyarakat.
 Dapat dimulai pembuatan draft.
 Dalam membuat draft meskipun dengan tulisan tangan, hendaknya ditulis
dengan jelas, memperhatikan segi keterbacaan. Demi keterbacaan, ejaan dan
tanda baca harus diterapkan secara konsisten.
 Agar memudahkan penulis pada saat memindahkannya ke dalam program
pengolah kata, hendaknya dihindari penyingkatan, kecuali yang sudah umum.
3. Tahap Revisi
Kegiatan menulis merupakan aplikasi keterampilan dalam menuangkan
pikiran, gagasan kedalam rangkaian kata-kata, kalimat-kalimat, alinea-alinea.
Dalam penulis, penyajiannya harus menggunakan format yang standar.

Setiap penulis sebaiknya dapat merevisi atau mengedit tulisannya sendiri, dan
nantinya diharapkan juga bisa mengedit tulisan orang lain. Dalam merevisi
atau mengedit yang perlu diperhatikan

1. ejaan

2.tanda baca

3.pilihan kata

4.sususan kalimat

5.susunan alinea

6.susunan wacana.

Yang juga perlu diperhatikan ialah format, layout, dan tipografi.

Menulis Makalah
Dalam dunia akademik para ilmuwan (dosen, peneliti) atau calon ilmuwan
(mahasiswa, karyasiswa) dituntut untuk mengembangkan kemampuan
intelektual pada disiplin ilmu yang ditekuninya. Tuntutan tersebut dapat
dipenuhi melalui berbagai kegiatan akademis seperti perkuliahan, penelitian,
diskusi, seminar, workshop, dan simposium. Kegiatan akademis memerlukan
kemampuan penulis secara terbuka dan/atau lisan mengomunikasikan
gagasan hasil temuannya. Penulis terlebih dahulu membuat kertas kerja
sehingga ketika mereka mempresentasikan gagasan dalam suatu forum, para
peserta yang hadir dalam forum tersebut tidak hanya mendengarkan paparan
saja, tetapi dapat membaca makalahnya.
Dalam proses perkuliahan, mahasiswa harus memiliki kemampuan menulis
makalah. Karena merupakan karya ilmiah akademik, makalah harus sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan penulisan akademis.

1. Pengertian Makalah
Makalah atau paper atau kertas kerja adalah karya tulis yang membahas
suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau fakta yang disajikan pada
sebuah diskusi, lokakarya, simposium, atau seminar. Isi makalah dapat berupa
gagasan atau pandangan penulis terhadap sesuatu yang belum dibuktikan
terlebih dahulu melalui proses penelitian atau bisa ditulis berdasarkan laporan
penelitian yang berupa intisari atau temuan hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis.

Makalah ilmiah dapat diterbitkan menjadi artikel ilmiah pada sebuah jurnal
ilmiah. Sebaliknya, artikel ilmiah bisa disajikan menjadi makalah ilmiah pada
pertemuan ilmiah. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyesuaikan
formatnya. Makalah ilmiah pada umumnya mengacu pada aturan tata tulis
ilmiah yang sudah baku, sedangkan jurnal ilmiah mempunyai syarat dan
format tertentu yang pada umumnya tiap-tiap jurnal mempunyai karakter
tersendiri.

2. Jenis Makalah
Dalam kegiatan akademik maupun nonakademik, secara umum, makalah
dibedakan menjadi dua, yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah
posisi (position paper).
Makalah biasa adalah makalah yang dibuat seseorang (mahasiswa) untuk
menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Penulis
makalah hanya mendeskripsikan berbagai aliran teori atau pandangannya
terhadap masalah yang dikaji atau dibicarakan. Penulis pada umumnya
memberi tanggapan, kritik, atau saran mengenai aliran tertentu atau pendapat
yang dikemukakan orang lain, tetapi tidak memihak pada salah satu aliran
teori tertentu atau pendapat orang lain tersebut. Di samping itu, makalah biasa
bisa juga berisi pendeskripsian suatu kebijakan, gagasan atau temuan penulis
makalah kepada masyarakat.

Adapun dalam makalah posisi, penulis tidak hanya dituntut mempelajari aliran
teori tertentu, tetapi juga berbagai aliran dan pandangan orang yang berbeda-
beda. Dari aliran yang bermacam-macam dan pandangan yang berbeda-beda
itulah, penulis dapat memihak salah satu aliran dan pendapat orang tertentu,
atau dapat membuat suatu sintesis dari beberapa aliran dan pandangan orang
lain tersebut. Jadi, dalam membuat makalah jenis ini, penulis harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi.

3. SistematikaMakalah
a.Judul Karangan dan Nama
Penulis
Judul merupakan nama sebuah karangan yang pada umumnya menjadi
pembuka untuk mengetahui isi karangan. Karena judul itu menjadi
kunci pembuka seseorang untuk membaca sebuah tulisan, maka judul itu
harus buat sebaik mungkin. Judul yang baik harus memenuhi lima syarat
berikut ini.

 Dapat mencerminkan isi karangan


 Dapat menunjukkan fokus
 Dapat membangkitkan rasa ingin tahu pembaca (provokatif)
 Dapat menjawab permasalahan pokok karangan.
 Harus disusun secara singkat yaitu berbentuk kelompok kata (frasa), bukan
bentuk kalimat panjang.
Nama penulis pada umumnya diletakkan di bawah judul karangan. Lazimnya,
nama pengarang tidak dicantumkan gelar akademiknya. Di samping nama
penulis, biasanya disertakan pula identitas penulis seperti asal penulis,
lembaga/instansi, dan keterangan lain yang diperlukan.

b. Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak atau ringkasan makalah merupakan intisari makalah secara


keseluruhan. Pada umumnya panjang abstrak makalah antara 100 – 200 kata
dan diketik satu spasi. Meskipun sangat singkat, tetapi isi abstrak harus
mencakup latar belakang dan masalah, tujuan, teori, hasil, dan simpulan.

Kata kunci (key words) ditulis di bawah abstrak; lima kata atau istilah penting
yang diambil dari makalah.
c. Pendahuluan

Pendahuluan makalah merupakan suatu uraian yang menyatakan adanya


kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi real, atau kesenjangan
antara teori dan praktik. Di samping itu, bagian pendahuluan dapat pula berisi
alasan-alasan logis tentang pentingnya topik itu dibicarakan.

d. Pembahasan

Bagian ini merupakan bagian utama atau inti dari makalah. Pada bagian ini
dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan
solusinya. Pada bagian ini, hal-hal yang dipermasalahkan dalam bagian
pendahuluan harus dianalisis berdasarkan teori, sehingga masalah yang
dipersoalkan menjadi jelas posisinya dan terpecahkan persoalanya.

e. Simpulan

Simpulan merupakan hasil akhir dari seluruh pembahasan yang berisi jawaban
atas semua permasalahan dalam pendahuluan.
f. Daftar pustaka
Daftar pustaka merupakan rujukan sumber yang diacu dalam makalah.
Rujukan ini disusun menurut abjad dari nama bagian akhir penulis pertama.
Penulisan rujukan yang berupa buku maupun majalah tidak dibedakan, tetapi
untuk sumber surat kabar dan internet sedikit berbeda. Untuk teknis penulisan
daftar pustaka akan diuraikan pada subbab laporan.
Menulis Proposal
By

Plengdut

April 10, 2013

Proposal artinya rencana kerja yang ditulis secara sistematis, terperinci, dan formal
mengenai rancangan suatu kerja atau kegiatan. Proposal berisi mengenai usulan mengenai
program kerja dan bagaimana teknis pelaksanaannya. Proposal bertujuan untuk
mendapatkan persetujuan atau tujuan tertentu dari pihak yang berkepentingan. Penulisan
sebuah proposal hendaknya menggambarkan program kerja secara jelas.

Pelajaran ini akan mengajakmu menyusun sebuah proposal untuk berbagai keperluan. Untuk
itu, mari kita ikuti pelajaran ini bersama-sama!

1. Bagian Bagian Proposal


Penulisan sebuah proposal mencantumkan bagian-bagiannya secara lengkap dan urut.
Adapun bagian bagian yang biasa ditulis dalam sebuah proposal meliputi berikut ini.

1. Kepala/judul proposal, berupa nama kegiatan yang akan dilaksanakan.


2. Jenis/nama kegiatan, berupa bagian apa yang akan dilaksanakan.
3. Latar belakang kegiatan, berupa uraian yang mendasari terbentuknya kegiatan.
4. Tema/topik kegiatan, berupa ide/gagasan yang diangkat dalam kegiatan.
5. Maksud/tujuan, berupa uraian mengenai sesuatu yang akan dicapai dalam
kegiatan yang telah direncanakan.
6. Pelaksanaan kegiatan, berupa tempat, waktu, suasana dalam kegiatan yang akan
digelar.
7. Peserta kegiatan, berupa penjelasan mengenai sasaran kegiatan (masyarakat).
8. Susunan panitia, berisi daftar susunan panitia yang bekerja, baik perorangan
maupun tim.
9. Estimasi dana, berisi uraian singkat mengenai biaya yang diperlukan dalam
kegiatan, baik gambaran pemasukan maupun pengeluaran biaya.
10. Penutup, berisi motivasi bagi pembaca (donatur, sponsor, dan pihak yang
berpartisipasi) untuk ikut ambil bagian.
11. Tempat dan tanggal proposal disusun, berupa tempat dan waktu proposal
disusun.
12. Nama terang dan tanda tangan pihak-pihak yang menyususun proposal.

2. Contoh Proposal Kegiatan


PROPOSAL PAMERAN REGIONAL FILATELI
DAN PELATIHAN FILATELIS REMAJA SE-BALI
Gianyar, 6 – 8 Juni 2007

A. Nama Kegiatan
Pameran regional filateli dan pelatihan filatelis remaja se-Bali

B. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan filateli saat ini, khususnya di Provinsi Bali sudah semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat tentang manfaat benda-
benda filateli. Namun, di satu sisi lain ancaman dari kegiatan-kegiatan negatif, seperti
narkoba senantiasa menghantui para generasi muda.

Untuk itu, dalam rangka membentengi para generasi muda khususnya remaja dari pengaruh
narkoba dan kegiatan negatif lainnya, maka dipandang perlu diselenggarakan kegiatan yang
mampu menggugah semangat dan kreativitas generasi muda. Kegiatan filateli sebagai
sebuah kegiatan positif bagi remaja. Filateli bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan
wawasan tentang ilmu pengetahuan, sejarah, budaya maupun lingkungan hidup. Filateli
juga menambah wawasan dan memupuk persahabatan antarbangsa dan budaya melalui
kegiatan tukar-menukar koleksi atau korespondensi.

Untuk lebih memperkenalkan filateli di kalangan masyarakat dan generasi muda, serta
meningkatkan pemahaman mereka tentang kegiatan filateli, maka Perkumpulan Filatelis
Indonesia akan menyelenggarakan Pameran Regional Filateli yang bertajuk BALI
ECOPHILEX 2007 bertempat di Balai Budaya Kabupaten Gianyar tanggal 6 – 8 Juni 2007.
Pameran ini dilaksanakan bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia serta instansi-instansi
terkait.

C. Tema
Melalui kegiatan filateli kita tingkatkan kreativitas generasi muda dalam turut
mensukseskan pembangunan nasional.

D. Tujuan
Tujuan diselenggarakan acara ini adalah sebagai berikut.

1. Mempromosikan segala aspek filateli di Bali pada umumnya dan Kabupaten


Gianyar pada khususnya.
2. Memperluas dan mengembangkan ikatan persaudaraan dan kerja sama yang erat
antarfilatelis se- Propinsi Bali.
3. Memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai perkembangan filateli
dalam seluruh aspeknya.
4. Meningkatkan studi, pengetahuan, dan riset filateli melalui koleksi yang
ditampilkan.
5. Membangkitkan minat filatelis untuk mengikuti kompetisi filateli dan
berprestasi di dalamnya.
6. Menunjukkan kepada masyarakat umum khususnya kaum generasi muda di
Gianyar, bahwa filateli merupakan sarana pendidikan, memperkaya
khazanah nilai budaya, bersifat historis, serta daya tariknya sebagai suatu
kegemaran universal yang menyenangkan dan bersifat aktif rekreatif.

E Topik Kegiatan

1. Pameran Regional Filateli PARFILA GIANYAR 2007 yang diikuti oleh filatelis
se-Bali.
2. Pelatihan Filatelis Remaja se-Bali.
3. Lomba menata prangko tingkat SLTP.
4. Penyuluhan filateli.
5. Bursa dan lelang filateli.
F. Pelaksanaan
Pameran Regional Filateli PARFILA GIANYAR 2007 bertajuk BALI ECOPHILEX 2007
merupakan pameran yang dilombakan atau dikompetisikan dan diikuti oleh para filatelis
remaja se-Bali.

Pelaksanaan:
Tempat : Balai Budaya Kab. Gianyar
Waktu : 6-8 Juni 2007
Waktu : Pukul 09.00-21.00

H. Kepanitiaan
Terlampir

I. Estimasi Dana
Terlampir

J. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini dibuat sebagai usulan kegiatan PARFILA BALI
ECOPHILEX 2007 untuk menjadi pertimbangan dalam penyelenggaraan kegiatan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan partisipasi dan peran serta Bapak/Ibu/Sdr dalam
kegiatan ini.

Latihan:

1. Apa yang dimaksud dengan proposal kegiatan?


2. Mengapa sebelum mengadakan kegiatan disusun sebuah proposal?
3. Apa tujuan dibuat proposal?
4. Untuk keperluan apa saja suatu proposal disusun?
5. Bagaimana mengetahui bahwa suatu proposal dikatakan sah atau valid?
6. Apa saja yang harus ditulis dalam proposal?
7. Mengapa harus ada lampiran dalam suatu proposal?
8. Unsur-unsur apa saja yang harus diperhatikan saat menyusun sebuah proposal?
Presentasi Ilmiah
Posted November 30, 2010 by muth14r4 in Uncategorized. Tinggalkan sebuah Komentar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah adalah kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan itu
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual
yang berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan
presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan.
Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan,
yakni :
(1) menarik minat dan perhatian peserta.
(2) menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, dan
(3) menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar dengan warna yang menarik,
ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan menjaga suara agar tidak monoton serta
terdengar jelas oleh seluruh peserta yang berada di suatu ruangan.
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah yang dibahas, penyaji harus menaati
bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir inti.
Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan
(menyinggung perasaan) orang lain. Butir-butir rinci tentang etika dan tata cara yang perlu
ditaati dalam forum ilmiah akan diuraikan berikut ini.
2.2. Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji menaati tata cara yang lazim. Pertama, penyaji
perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai. Informasi tersebut akan dipahami
dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun bahasan
presentasi powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan.
Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa semua peserta dapat melihat layer dan
dapat membaca tulisan yang disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang
tersedia. Untuk itu, penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan
yang diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji menaati etika yang berlaku di forum ilmiah.
Hal itu karena forum ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan akademisi dari berbagai
disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta bertukar berbagai informasi akademik, baik
sebagai hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam forum tersebut ada beberapa peran
yang dimainkan oleh aktor yang berbeda, yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis,
peserta, dan teknisi. Semua pihak wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya
presentasi ilmiah dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip mengenai mana yang benar dan mana yang
salah serta mana yang patut dan mana yang tidak patut. Satu nilai yang harus dipegang dalam
menjaga etika adalah “menjaga perilaku agar tidak merugikan orang lain”. Kerugian mencakup
hak atau kesempatan, kehilangan muka, dan tersinggung perasaannya. Hak dalam forum
ilmiah meliputi hak berbicara, hak membela dan mempertahankan pendapatnya, serta hak
untuk mendapatkan pengakuan. Kehilangan muka dapat terjadi apabila aib atau kekurangan
diungkapkan secara vulgar. Sementara itu, apabila seseorang telah melakukan sesuatu yang
sangat berharga, ia mempunyai hak untuk mendapatkan pengakuan. Etika dalam forum ilmiah
harus dijaga agar tujuan forum dapat tercapai dengan baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penyaji dalam etika adalah kejujuran. Dalam dunia
ilmiah, kejujuran merupakan butir etis terpenting. Setiap orang wajib bersikap sangat terbuka
dalam segala hal menyangkut informasi yang dsajikan. Jika menyajikan data, penyaji harus
secara jujur menyebutkan apakah data itu hasil penelitiannya ataukah diambil dari sumber
lain. Jika diambil dari sumber lain, harus disebutkan secara lengkap sesuai dengan kelaziman
dunia ilmiah.
Adapun etika yang harus dijaga oleh peserta antara lain adalah sebagai berikut. Pertama,
setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan bertanya jika memang tidak tahu,
akan mencari klarifikasi apabila masih bingung atau belum yakin, akan mengecek apakah
pemahamannya sudah benar ataukah belum, dsb. Selain itu, setiap peserta wajib menghargai
pendapat/gagasan orang lain dan hal ini mensyaratkan bahwa dia wajib menyimak apabila ada
orang yang berbicara (atau bertanya). Misalnya, ketika orang lain telah mengusulkan gagasan,
dia tidak akan berbicara seolah-olah dialah pengusul pertama gagasan tersebut. Ketika
pertanyaan telah diajukan oleh peserta lain, dia tidak akan mengulangi pertanyaan itu. Ketika
peserta lain telah menyatakan sesuatu dan dia menyetujuinya, dia dapat mengungkapkan
dukungannya.
Terkait dengan perilaku bertanya untuk memperoleh klarifikasi atau informasi, satu kewajiban
penanya adalah menyimak jawaban dari penyaji. Akan lebih bagus jika penanya menunjukkan
apresiasi positif terhadap jawaban yang telah diberikan. Apabila dengan terpaksa penanya
meninggalkan ruangan sebelum jawaban diberikan, dia wajib meminta maaf dan meminta izin
untuk meninggalkan ruangan.
Jalannya forum ilmiah banyak ditentukan oleh moderator sebagai pemandu. Etika yang harus
dijaganya adalah bahwa dia harus adil. Artinya, semua peserta sedapat-dapatnya memperoleh
kesempatan yang relatif sama dalam berpartisipasi aktif selama forum berlangsung.
Keseimbangan tempat duduk peserta dan kesetaraan gender harus benar-benar dijaga.
Demikian juga keseimbangan dalam hal waktu atau jumlah pertanyaan yang boleh diajukan
oleh peserta.
Selain adil, seorang moderator juga harus menaati jadwal atau waktu yang telah ditentukan.
Pertama, moderator seyogianya tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk berkomentar
yang tidak fungsional. Kedua, moderator harus mengatur waktu yang digunakan oleh semua
pihak, baik penyaji maupun peserta. Oleh sebab itu, moderator harus punya keberanian untuk
menginterupsi dengan santun pembicaran seseorang agar taat waktu.
Semua hal yang terungkap selama forum, baik inti uraian penyaji, pertanyaan, maupun
jawaban perlu dicatat secara rapi oleh notulis. Hasil catatan yang telah ditata ringkas
sebaiknya dicetak dan dibagikan minimal kepada semua orang yang terlibat dalam forum
tersebut. Hal ini memberi kesempatan bagi pemilik gagasan/konsep untuk meluruskannya jika
ada hal-hal yang kurang tepat.
Teknisi wajib memastikan bahwa peralatan teknologi yang digunakan bekerja dengan baik. Dia
harus melakukan cek terakhir sebelum forum dimulai dan secara teratur mengontrol jalannya
persidangan dari segi teknologi. Apabila terjadi sesuatu pada teknologi, dia harus secara cepat
bertindak menyelamatkan jalannya kegiatan.
2.3. Menyiapkan Bahan Presentasi Ilmiah dengan Multimedia
Dalam era teknologi informasi, presentasi ilmiah dengan memakai multimedia sudah menjadi
kebutuhan karena beberapa alasan. Pertama, presentasi akan menjadi menarik karena penyaji
dapat membuat manuver dalam memvariasi teknik penyajian bahan, termasuk melalui
animasi. Kedua, penyaji dapat menghemat waktu karena dapat mengoreksi bahan sewaktu-
waktu diperlukan. Ketiga, penyaji dapat memberikan penekanan pada butir permasalahan
yang dikehendaki secara menarik. Keempat, penyaji sangat dimudahkan karena membawa
bahan dalam bentuk flashdisc. Kelima, bahan presentasi dapat sangat ringkas sehingga
membantu peserta menangkap esensi bahan yang dibahas. Keenam peserta dapat langsung
mengopi file presentasi yang diperlukan.
Agar manfaat multimedia dapat dinikmati, presentasi multimedia perlu disiapkan dengan
baik. Dalam menyiapkan presentasi multimedia, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah
sebagai berikut.
1) Tentukan butir-butir terpenting bahan yang dibahas. Penyebutan butir hendaknya tidak
boleh terlalu singkat, tetapi juga tidak boleh terlalu elabratif karena elaborasi akan dilakukan
secara lisan oleh penyaji.
2) Atur butri-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut (koheren dan kohesif).
3) Kerangka pikir perlu diungkapkan/disajikan dalam diagram atau bagan alir untuk
menunjukkan alur penalarannya.
4) Tuliskan semuanya dalam bingkai power point dengan ukuran huruf atau gambar yang
memadai.
5) Pilih rancangan slide yang cocok (ingat, kontras warna dan animasi sangat penting. Namun,
jangan sampai bahwa terjadi dekorasi lebih menarik daripada butir bahasan).
6) Uji coba tayang untuk memastikan bahwa semua bahan yang disajikan dalam slide dapat
terbaca oleh peserta dalam ruangan yang tersedia.
7) Cetak bahan dalam slide tersebut untuk digunakan sebagai pegangan dalam penyajian.
2.4. Melaksanakan Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah pada dasarnya adalah mengomunikasikan bahan ilmiah kepada peserta
forum ilmiah. Oleh karena itu, dalam presentasi ilmiah berlaku prinsip-prinsip komunikasi.
Beberapa prinsip komunikasi berikut dapat dipertimbangkan.
1) Mengurangi gangguan komunikasi secara antisipatif.
a. Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak.
b. Memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika memilih bahasa dan media.
c. Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.
d. Berpikir positif tentang peserta.
e. Membuat peserta dihormati dan dihargai.
f. Mempertimbangkan budaya peserta.
g. Bersikap terbuka terhadap perbedaan sikap dan pendapat orang lain.
h. Memastikan bahwa pakaian yang akan dipakai tepat pilihan dari segi situasi formal dan
budaya setempat.
2) Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
a) Memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh semua peserta.
b) Memastikan bahwa penyaji dapat melihat semua peserta.
c) Menjadi penyimak/pendengar yang baik jika ada peserta yang bertanya.
d) Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
e) Mendorong peserta untuk aktif terlibat.
f) Menggunakan media yang menarik dan tepat guna.
—- boeditama@yahoo.co.id —–
Diposkan oleh sastra yogya di 20:50
Teknik Presentasi Ilmiah
Menghindari Stress
Warming Up. Anda dapat melakukan sedikit warming up untuk menghindari stress akibat
tekanan yang terjadi ketika tampil di depan publik. Gunakan trik berikut:
• Duduk santai dengan menyandarkan badan pada kursi.
• Tarik nafas dalam-dalam lewat hidung (mudah-mudahan anda tidak sedang pilek) dan
keluarkan lewat mulut. Ulangi beberapa detik sampai anda merasa lega (jangan terlalu lama,
karena akan menambah stress bagi anda)
• Lemaskan otot-otot leher (biasanya otot leher yang kaku menyebabkan tekanan pada
pikiran). Geleng-gelengkan kepala (kalau perlu putar kepala) beberapa kali (ini juga jangan
terlalu lama, karena anda akan keringatan!!!!)
• Sambil duduk, goyangkan badan anda kekiri dan kekanan (gerak menengok kebelakang
disertai badan) beberapa kali.
• Terakhir lemaskan pergelangan kaki dengan menggerakakan pergelangan kaki.
• Selanjutnya anda siap berdiri dan menyampaikan materi
Yang perlu diperhatikan dalam Presentasi
• Kuasai Lingkungan. Penguasaan lingkungan diperlukan untuk menghindari tambahan
tekanan mental ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Trik yang dapat dilakukan adalah:
datanglah sesaat sebelum presentasi dimulai, sehingga anda cukup waktu untuk:
mempersiapkan sarana presentasi (mencoba sound, LCD, Laptop, pointer, atau bahkan
sampai merancanakan akan berdiri dimana ketika anda presentasi). Atur skenario dengan
moderator (jika moderatornya teman anda) agar anda tidak kaget jika terjadi perubahan
skenario secara mendadak oleh moderator (termasuk alokasi waktu yang disediaakan
moderator untuk anda)
• Perhatikan audience. Tataplah audience secara merata dan bergantian, sehingga
mengesankan bahwa anda sangat memperhatikan mereka (jangan memelototi mereka ya!!!).
Jangan palingkan pandangan anda pada langit-langit atau lantai sehingga mengesankan anda
tidak percaya diri.
• Bicara lugas. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, yang mengesankan anda tidak
sombong (jangan memakai bahasa luar angkasa walaupun sebagian audience mengerti
maksudnya).
• Jelaskan media. Media presentasi hanya sebagai guiden (tuntunan) untuk menjaga alur
presentasi. Hindari membaca media presentasi kata-perkata (apalagi titik koma di baca
sekaligus.) Kalau perlu hapalkan penjelasan tiap pointer pada powerpoint untuk mengesankan
bahwa anda benar-benar menguasai yang anda tulis pada slide presentasi.
• Jika dipandang perlu. Berikan joke-joke segar yang membangkitkan suasana (banyak joke
yang dapat anda dapatkan di internet!!!!/ disini atau disini ). Hindari joke (humor) yang
berbau SARA, karena dapat menyinggung audience.
Bagaimana jika audience mulai bosan???
• Tarik perhatian audience. Joke adalah cara yang paling efektif untuk hal tersebut. Tetapi jika
anda tidak pengalaman atau anda bukan seorang yang terbiasa melakukannya, jangan
dipaksakan.
• Ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu merubah intonasi suara dari yang semula datar-
datar saja menjadi intonasi yang meledak-ledak. Atur intonasi tersebut beberapa kali sampai
audience tersadar perhatiannya.
• Atau, buat gerakan yang tidak terduga misalnya, mendekati audience untuk mencari
perhatian lebih. Jika perlu buat gerakan tersebut beberapa kali sampai perhatian audience
kembali kepada presentasi anda.
• Dan banyak trik yang dapat anda gunakan dengan menyesuaikan suasana presentasi.
Hindari hal-hal di bawah ini pada saat Presentasi
• Menerima Telpon (HP) pada saat presentasi. Disarankan mematikan HP atau menggunakan
mode meeting, sehingga tidak mengganggu konsentrasi audience (kecuali dengan sengaja anda
menginginkan perubahan yang monoton pada presentasi anda).
• Menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti audience. Maksud anda ingin mengesankan
kepada audience bahwa anda seorang yang canggih, internasionalis, dan smart, tetapi
beberapa audience akan memberikan kesan anda seorang yang sombong dan angkuh. Jadi,
pilih jalan yang aman…..
• Memperhatikan slide presentasi di dinding projector sehingga anda membelakangi audience.
Jika ingin melihat alur presentasi, gunakan layar laptop anda. Jika terpaksa anda
melakukannya, palingkan kepala secara singkat untuk melihat bagian-bagian presentasi tanpa
harus membaca keseluruhan materi presentasi.
• Berbicara seperti orang mengguman yang sebenarnya anda sendiri tidak yakin maksudnya.
Jelaskan dengan bahasa sederhana dengan intonasi yang normal (jangan terlalu cepat seperti
orang dikejar kereta, atau terlalu lambat).
Cara Memberikan Presentasi yang Menarik dan Efektif
Presentasi merupakan satu bagian tak terpisahkan dari kegiatan kita sebagai peneliti. Dengan
presentasi, kita berusaha mengkomunikasikan ide kita secara langsung kepada pendengar
yang berarti juga pada komunitas ilmiah (thought collective).
Beberapa kali terlihat banyak peneliti yang sebenarnya materinya sangat menarik, tetapi cara
mempresentasikan idenya membuat orang malas mengikuti. Ada yang presentasi sambil
membaca teks, ada yang terlalu banyak memakai animasi power point yang tidak perlu (huruf
loncat-loncat, bendera berkibar-kibar), ada juga yang presentasi seperti membaca hafalan
tanpa sekalipun eye-contact dengan pendengar. Sebaliknya, ada juga presentasi yang disajikan
amat menarik, efektif, mampu berkomunikasi dengan audience, kadang diselingi humor,
sehingga mampu meraih perhatian pendengarnya.
Cara yang mudah untuk menilai presentasi kita adalah dari pertanyaan yang diajukan.
Presentasi yang menarik, akan memancing banyaknya pertanyaan dan komentar dari
pendengar, walau komentar yang bersifat kontra/serangan balik sekalipun. Sebaliknya, kalau
tidak ada pertanyaan sama sekali dari pendengar, berarti presentasi kita gagal, penelitian kita
tidak menarik, atau membosankan (pendengar mungkin ingin agar sesi kita cepat selesai
untuk beralih ke pembicara berikutnya).
Prof. Hasegawa menyampaikan rangkuman beliau ttg. tips-tips dalam presentasi ilmiah.
Rangkuman tersebut bersumber dari artikel di Bio Nikkei business bulan November 2001, dan
dimodifikasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai peneliti di bidang medical imaging.
7 tips agar anda sukses dalam presentasi
1. Untuk meyakinkan pendengar, jangan memilih cara inkonvensional (tidak lazim), tapi
sampaikan presentasi yang “berisi” agar bisa difahami oleh pendengar.
Hal yang sangat penting dalam memberikan presentasi, adalah kemampuan persuasi dari
materi yang disajikan. Hindarkanlah memakai trik atau cara inkonvensional yang kurang
perlu, agar tidak mengurangi reliability dari materi yang disampaikan. Jika pendengar
presentasi anda terdiri dari para ekspert, presentasi yang bersifat “menyerang”, “straight”,
“smash” lebih efektif. Sebalikya, jika presentasi anda terlalu bertele-tele, berakibat
menurunnya konsentrasi ekspert pendengar yang berusaha memahami penelitian anda. Untuk
meningkatkan reliability, tidak ada jalan lain kecuali meningkatkan mutu dari materi yang
dipresentasikan. Untuk itu, sebelum melakukan presentasi, diperlukan kerja keras untuk
memilih, merangkai materi yang akan disajikan.
Salah satu cara yang sering ditempuh, adalah memberikan penekanan pada isi yang dianggap
penting. Misalnya mengatakan “Temuan yang paling penting dalam penelitian ini adalah ….”,
selanjutnya diikuti dengan penjelasan bagian yang dimaksud. Cara lain misalnya dengan
beberapa kali memperlihatkan data yang penting, agar pendengar memberikan perhatian lebih
terhadap data tsb. Dengan cara tersebut, ide anda dapat tersampaikan secara efektif pada
pendengar.
2. Faktor penting dalam presentasi adalah keseluruhan ide yang disampaikan harus dapat
difahami oleh pendengar
Dalam presentasi, sangat penting bahwa ide yang disampaikan dapat difahami secara
keseluruhan oleh pendengar. Untuk itu, saat menyiapkan slide, pada bagian awal jelaskan
item-item apa saja yang akan dibahas. Selanjutnya jelaskan secara detail masing-masing item
tersebut. Hal yang sama dilakukan juga saat menjelaskan tiap item/sub bahasan. Pertama-
tama jelaskan secara singkat hal apa saja yang akan dibahas, baru diikuti dengan penjelasan
detail masing masing sub bahasan.
Misalnya anda ingin menjelaskan karakteristik metode yang anda teliti. Pertama-tama
jelaskan ada berapakah karakteristik dari metode tsb. Setelah itu, diikuti dengan menjelaskan
masing-masing karakteristik tersebut secara berurutan dan terstruktur.
Jika anda menjelaskan hasil eksperimen, pertama-tama jelaskan bagian terpenting dari hasil
tersebut dengan kalimat yang sederhana dan mudah ditangkap. Baru kemudian siapkan slide
yang menjelaskan secara detail karakteristik hasil yang diperoleh.
Dengan membuat slide terstruktur seperti ini, saat anda menyampaikan presentasi, ide
keseluruhan/outline dengan sendirinya akan dijelaskan pada awal dari slide presentasi.
Misalnya “Pada metode ini ada tiga karakteristik yang penting. Ketiga hal tsb. masing-masing
A, B dan C. Penjelasan selengkapnya dari ketiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
…… “.
3. Pada akhir presentasi, sangat dianjurkan untuk mengulas kembali point-point penting yang
dipresentasikan
Pada slide terakhir, sangat dianjurkan untuk mengulas kembali bagian-bagian penting yang
perlu “digarisbawahi”. Anda dapat mengawalinya dengan kalimat sbb. “Demikian telah kami
jelaskan penelitian mengenai W. Sebelum menutup presentasi ini, kami ingin mengulang
kembali beberapa hal dan temuan penting dalam penelitian ini”. Untuk menjelaskan per point,
anda dapat memakai kalimat misalnya sbb. “Pada studi ini, ada tiga temuan penting, yaitu X, Y
dan Z.” Diikuti dengan menjelaskan masing-masing X, Y dan Z. Pemakaian kata “tiga” pada
kalimat di atas, yang menunjukkan “banyaknya point” akan sangat membantu pendengar
untuk memahami dan mengingat hal-hal yang akan disampaikan.
Dalam penyampaian tsb., anda perlu memikirkan cara pengungkapan yang paling jitu, dan
paling berkesan, akan tetapi tidak jangan sampai terkesan tergesa-gesa. Fikirkan dengan
sebaik-baiknya point-point penting mana yang akan anda sampaikan.
– Misalnya tujuan presentasi tersebut. adalah menjelaskan suatu metode, maka point
yang penting untuk diulang adalah segi : keunggulan dan originality.
– Misalnya anda ingin menyampaikan hasil yang menarik dari suatu eksperimen,
maka anda dapat mengulang angka-angka yang mendukung hasil akhir
eksperimen tsb. seperti misalnya recognition rate, error-rate.
Yang manapun yang akan anda sampaikan, anda harus membuat alur cerita yang logis, dengan
menyampaikan data yang dapat meyakinkan pendengar. Data seperti ini janganlah
ditampilkan secara tiba-tiba pada slide yang terakhir, melainkan harus disampaikan pada
tengah alur presentasi.
Penyampaian pada slide terakhir harus bersifat hanya sebagai ulangan. Kalau pada slide
terakhir tersebut anda justru menampilkan hasil eksperimen yang sama sekali baru dan belum
pernah diperkenalkan pada slide sebelumnya, justru akan berakibat membingungkan
pendengar dalam menangkap bagian penting presentasi anda.
4. Pemakaian demonstrasi eksperimen merupakan hal yang menarik. Siapkan beberapa
alternatif yang akan didemonstrasikan pada pendengar.
Catatan : tulisan ini dibuat untuk Hasegawa Laboratory, yang salah satu penelitiannya adalah
virtual reality (VR). Jadi yang dimaksud “demonstrasi” di sini adalah memperlihatkan cara
kerja software yang telah dibuat tentang tema-tema VR, simulasi virtual endoscopy, dsb. Bisa
juga demonstrasi dalam bentuk peragaan alat yang telah dibuat dsb.
Anda dianjurkan agar dalam prentasi (di tengah atau akhir) dapat menyajikan demonstrasi
software atau menunjukkan cara kerja alat yang telah dibuat. Demonstrasi yang memakai
animasi, moving picture, akan memberikan sentuhan tersendiri yang efektif bagi peningkatan
kualitas presentasi. Hal ini akan membuat pendengar lebih yakin atas hasil eksperimen yang
telah anda jelaskan.
Jika tujua presentasi adalah untuk memberikan impresi pada metode, pada bagian
demonstrasi, tunjukkan contoh hasil yang memberikan impact kuat atas hasil eksperimen.
Jangan lupa, sebelumnya anda perlu jelaskan secara lisan kepada pendengar, bahwa anda
akan memperlihatkan sebuah demonstrasi. Hal ini penting karena akan membuat perhatian
pendengar terfokus pada demo yang akan anda perlihatkan.
Biasanya cukup 1 jenis demonstrasi saja yang diperlihatkan. Akan tetapi, untuk mengantisipasi
terjadinya kegagalan, sebaiknya disiapkan beberapa jenis demonstrasi yang memiliki
karakteristik berlainan, sekitar 2 sampai 4. Dengan demikian anda memiliki kesempatan
memilih jenis demonstrasi mana yang akan anda sampaikan dengan memperhatikan reaksi
pendengar, dan juga ada cadangan sekiranya salah satu dari demonstrasi tersebut gagal. Jika
anda masih punya cukup waktu, tentu saja anda dapat memperlihatkan semua demonstrasi
yang telah disiapkan.
Agar anda tidak lupa timing untuk memperlihatkan demonstrasi tersebut, bisa juga disiapkan
1 slide dengan tulisan sederhana “video”, sekedar untuk mengingatkan anda bahwa saat tsb.
waktunya untuk menampilkan video (atau demonstrasi software) kepada pendengar.
5. Perhatikan pengaturan waktu/scheduling dalam menyampaikan presentasi. Jika presentasi
terasa berjalan lambat, anda perlu untuk meringkas materi yang disajikan.
Biasanya waktu untuk presentasi dibatasi, sehingga untuk menyampaikan materi penelitian,
anda perlu memperhatikan pembagian waktu untuk tiap slide. Terutama sekali presentasi di
seminar, conference maupun interview pekerjaan, bila presentasi anda melewati batas waktu
yang ditetapkan akan berakibat kurang baik pada penilaian.
Jadi, rancanglah pembagian waktu untuk tiap hal yang akan disampaikan. Jika presentasi
ternyata berjalan terlambat dari semestinya, ringkaslah bagian-bagian yang dapat diringkas,
sehingga presentasi dapat berakhir sesuai pada waktu yang direncanakan. Untuk hal ini, saat
anda membuat persiapan presentasi, urutkan prioritas hal yang tertulis pada slide, sedemikian
hingga bagian atas pada suatu slide berisi hal yagn paling penting, semakin ke bawah
prioritasnya lebih rendah daripada yang di atas. Hal ini akan membantu anda saat harus
melewati bagian-bagian yang tidak penting, yaitu yang berada di bagian bawah, agar
presentasi selesai tepat waktu.
Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah anda harus memperhitungkan terlebih dahulu,
waktu untuk memperlihatkan demonstrasi dan waktu untuk tanya jawab.
t = total waktu yang diberikan pada anda
– waktu untuk tanya jawab
– waktu untuk demonstrasi
Hasil pengurangan tsb. adalah t, yaitu sisa waktu yang anda pergunakan untuk menyiapkan
slide presentasi. Dari slide presentasi teresbut anda bagi ke dalam beberapa blok, dan
alokasikan waktu t tersebut ke dalam tiap blok. Jika anda tidak dapat memperkirakan jatah
waktu tiap blok, maka cobalah untuk presentasi sambil mengukur waktu untuk tiap blok.
Dengan demikian anda akan dapat memperkirakan, berapa waktu yang diperlukan untuk
masing-masing blok, dan seterusnya aturlah sebagaimana dijelaskan di atas.
Selanjutnya, jika hal di atas terjadi dan anda harus men-skip slide, sampaikan pada audience,
misalnya “Karena keterbatasan waktu, rencana presentasi ini
sedikit saya ubah….. Hal ini memberikan kesan yang jauh lebih baik daripada anda diam saja
saat melewati topik-topik tertentu dalam pembicaraan.
6. Perlunya berlatih presentasi di depan teman/kolega.
Jika seseorang belum terbiasa melakukan presentasi, dan tiba-tiba diharuskan memberikan
presentasi pada seminar atau forum resmi, seringkali yang bersangkutan. gagal dikarenakan
kata-kata macet di tengah-tengah, atau penjelasan yang diberikan ternyata salah. Jika
penampilan anda seperti ini, bagaimana pun bagusnya materi yang akan disajikan, kegagalan
tsb. akan membuat pihak pendengar presentasi anda menjadi kurang percaya dan sulit untuk
menerima argumen anda.
Untuk menghindari kegagalan ini, tidak ada jalan lain kecuali berlatih presentasi berulang kali.
Ajaklah teman anda di lab. sebagai sparring partner. Mintalah agar dia bersedia menjadi
pendengar, dan berlatihlah seolah-olah anda berada pada situasi formal yang sebenarnya.
Sebaiknya teman yang dipilih adalah orang yang terbiasa melakukan presentasi. Dengan
demikian, dia cukup berpengalaman untuk dapat melihat sisi-sisi lemah yang perlu dikoreksi,
maupun memberikan masukan bagi presentasi anda.
Lakukan latihan ini berulang-ulang sampai teman anda tidak dapat menemukan
kelemahannya Jika anda belum terbiasa melakukan presentasi, sekurang-kurangnya anda
harus berlatih tiga kali. Perbaikilah slide anda jika ada kritikan terhadap urutan slide maupun
kekuranglengkapan lay out presentasi. Usahakan agar anda dapat merekam latihan presentasi
tersebut, agar anda dapat meneliti kembali hal-hal mana yang perlu dikoreksi. Karena latihan
seperti ini karena makan waktu beberapa hari, maka sebaiknya anda mulai berlatih sejak 3
minggu sebelum hari-H.
Salah satu manfaat berlatih presentasi di depan orang ini adalah meningkatkan rasa
keberanian dan percaya diri anda. Tidak ada obat untuk menumbuhkan keberanian dan rasa
percaya diri selain membiasakan diri berbicara dan berpendapat di depan umum.
7. Cek lah projector sebelum melakukan presentasi
Tidak ada artinya jerih payah anda menyiapkan slide atau demo software, jika anda tidak
dapat mempresentasikannya pada hari H. Jangan sampai presentasi anda gagal hanya gara-
gara alat tidak dapat bekerja dengan baik. Untuk menghindari kegagalan semacam ini,
sebelum presentasi, periksalah apakah alat-alat tersebut dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan.
Jika untuk presentasi tersebut, anda harus meminjam projector, periksalah spesifikasi dan
cara instalasinya. Selanjutnya, datanglah lebih awal daripada jadwal presentasi, dan periksalah
sekali lagi apakah alat tersebut bekerja dengan benar. Ini untuk mengantisipasi, bila terdapat
kerusakan, anda masih memiliki waktu untuk memperbaiki atau mencari alternatif solusi yang
lain.
Saat anda men-set tampilan proyektor, sebaiknya jangan memakai slide-slide yang akan
dipresentasikan. Disarankan untuk menyiapkan beberapa slide yang berfungsi sebagai “test-
pattern” di halaman-halaman awal file presentasi anda.
Tips-tips dalam presentasi ilmiah adalah catatan Prof.Hasegawa (Chukyo Univ) disampaikan
ke anggota lab. Rangkuman tsb. bersumber dari artikel di Bio Nikkei business bulan November
2001, dan dimodifikasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai peneliti di bidang medical
imaging.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Presentasi ilmiah adalah kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan itu
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual
yang berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan
presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan.
Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan,
yakni :
(1) menarik minat dan perhatian peserta.
(2) menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, dan
(3) menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar dengan warna yang menarik,
ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan menjaga suara agar tidak monoton serta
terdengar jelas oleh seluruh peserta yang berada di suatu ruangan.
SARAN
Diharapkan setelah berpedoman pada tata cara presentasi ilmiah dalam makalah ini,
mahasiswa dapat melaksanakan presentasi ilmiah dengan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar dengan warna yang menarik,
ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan menjaga suara agar tidak monoton serta
terdengar jelas oleh seluruh peserta yang berada di suatu ruangan.
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah yang dibahas, penyaji harus menaati
bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir inti.
SUMBER REFRENSI
Source : http://asnugroho.blogspot.com/2004/09/bagaimana-memberikan-presentasi-
yang.html
—- boeditama@yahoo.co.id —–
Diposkan oleh sastra yogya di 20:50
Pengertian Pidato
Pidato merupakan suatu kegiatan berbicara di depan khalayak ramai atau
berorasi dalam menyatakan pendapatnya, atau memberikan suatu gambaran
mengenai suatu hal. Biasanya pidato dibawakan oleh seorang yang memberikan
orasi serta pernyataan tentang hal-hal atau peristiwa penting dan juga patut untuk
diperbincangkan. Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin guna
memimpin dan berorasi di depan khalayak ramai atau anak buahnya.

Pidato merupakan suatu ucapan yang memiliki susunan yang baik guna
disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato penting seperti pidato
kenegaraan, pidato dalam menyambut hari besar, pidato untuk membangkitkan
semangat, dan lain sebagainya.

Pidato yang baik adalah suatu pidato dapat memberikan kesan positif bagi orang-
orang banyak yang mendengarkan pidato yang disampaikan tersebut.
Kemampuan dalam berpidato atau berbicara di depan publik dapat membantu
dalam meraih jenjang karir yang baik.

Berpidato merupakan salah satu


wujud dalam kegiatan berbahasa lisan. Oleh karena itu itu, berpidato
mementingkan ekspresi gagasan serta penalaran dengan memakai bahasa lisan
yang didukung aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, pelafalan, kontak
pandang, dan intonasi suara. Pidato yang baik memerlukan beberapa kriteria.
Berikut kriteria dalam berpidato.

Kriteria Berpidato

 Isi pidato yang akan disampaikan memiliki kesesuaian dengan kegiatan atau acara yang
berlangsung.
 Isinya bersifat menggugah serta dapat bermanfaat bagi para pendengar pidato tersebut.
 Isi pidatonya tidak menimbulkan pertentangan.
 Isinya benar, objektif, dan jelas.
 Bahasa yang dipakai dapat dengan mudah dipahami pendengar.
 Bahasanya disampaikan dengan santun, bersahabat, dan rendah hati.

Tata Cara dan Etika Berpidato


Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-
langkah serta urutan darimana untuk memulai
berpidato, mengembangkan, dan mengakhiri pidato.
Etika berpidato lebih merujuk pada nilai-nilai kepatutan yang harus diperhatikan
serta dijunjung ketika pada saat seseorang sedang berpidato.

Urutan dalam berpidato biasanya diawali dari pembukaan, sajian isi pidato, dan
penutup. Pembukaan berisi sapaan kepada pihak-pihak yang telah diundang dan
hadir dalam acara atau kegiatan tersebut. Sajian isi pidato merupakan hasil dari
penjabaran gagasan pokok-pokok yang akan disampaikan pada saat berpidato.
Sajian isi perlu diperinci sesuai dengan kondisi waktu yang disediakan. Penutup
pidato berisi tentang penyegaran kembali dari gagasan pokok yang telah
disampaikan, harapan, dan ucapan terima kasih kepada para pendengar atas
partisipasinya.

Etika berpidato menjadi pegangan penting bagi orang yang akan berpidato. Pada
saat berpidato, tidak boleh menyinggung perasaan orang lain dan berupaya untuk
menghargai serta membangun rasa optimisme bagi para pendengarnya. Selain
itu, diperhatikan juga keterbukaan, kejujuran, empati, serta persahabatan yang
perlu diusahakan dalam berpidato.
Tujuan Pidato

Tujuan pidato antara lain :

1. Mempengaruhi orang lain supaya mau mengikuti apa kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberikan suatu pemahaman atau sebuah informasi kepada orang lain.
3. Membuat orang lain merasa senang dengan pidato yang disampaikan dan menghibur
sehingga orang lain senang dengan apa yang disampaikan.

Metode Pidato
Metode pidato antara lain :

1. Impromptu yaitu suatu metode dalam berpidato yang serta merta tanpa persiapan terlebih
dahulu.
2. Memoriter yaitu metode berpidato yang dengan menghapalkan naskah teks pidato terlebih
dahulu.
3. Naskah yaitu suatu metode dalam berpidato dengan membacakan teks pada saat berpidato.
4. Ekstemporan yaitu metode berpidato yang terlebih dahulu menyiapkan secara garis besar
konsep pidato yang akan disampaikan pada saat berpidato.
Ciri-Ciri Pidato yang Baik

1. Memiliki tujuan yang jelas


2. Isinya mengandung kebenaran
3. Cara penyampaiannya sesuai dengan para pendengar
4. Menciptakan suasana efektif dengan pendengar
5. Penyampaiannya jelas dan juga menarik
6. Menggunakan intonasi, artikulasi, dan volume yang jelas
 Artikulasi merupakan bagaimana cara melafalkan bunyi bahasa
 Intonasi merupakan naik turunnya lagu kalimat
 Volume yaitu kuat lemahnya dalam mengucapkan suatu kata-kata atau kalimat

Fungsi Pidato

1. Mempermudah komunikasi antara atasan dengan bawahan.


2. Mempermudah komunikasi antara sesama anggota dalam suatu organisasi.
3. Menciptakan keadaan yang kondusif dimana cukup 1 orang saja yang melakukan orasi
tersebut.
4. Mempermudah komunikasi.

Sistematika Berpidato
1. Pendahuluan atau pembukaan
2. Salam pembuka
3. Sapaan kepada para pendengar yang disampaikan secara runtut
4. Ucapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Pengantar ke topik
6. Isi
7. Penutup
8. Ucapan terimakasih
9. Salam

Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan khalayak umum, alangkah baiknya untuk
melakukan berbagai persiapan. Berikut persiapan sebelum berpidato.
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui durasi lama waktu pada saat berpidato
3. Menyusun kata-kata sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh para
pembaca
4. Mengetahui jenis pidato serta tema acara.
5. Menyiapkan berbagai bahan dan perlengkapan pidato

Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat, pidato dapat dibedakan menjadi :

1. Pidato pembukaan merupakan suatu pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara
atau dapat disebut dengan mc.
2. Pidato pengarahan merupakan pidato guna mengarahkan pada suatu acara pertemuan.
3. Pidato sambutan merupakan pidato yang disampaikan pada acara kegiatan yang dapat
dilakukan beberapa orang dan dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato peresmian merupakan pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh dalam
meresmikan sesuatu.
5. Pidato laporan merupakan pidato yang isinya tentang melaporkan suatu kegiatan.
6. Pidato pertanggungjawaban merupakan pidato yang berisi mengenai laporan
pertanggungjawaban.

Penulisan Teks Naskah Pidato


Menulis suatu naskah pidato pada hakikatnya yaitu menuangkan gagasan ide ke
dalam bentuk tulisan yang siap untuk dibacakan. Pilihan, kosakata, kalimat, serta
paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan
menulis naskah lain. Dalam keadaan resmi atau kurang resmi akan menentukan
jenis kosakata dalam menulis.
Penyuntingan Teks Naskah Pidato

Seperti halnya makalah atau suatu


artikel, naskah pidato perlu disunting. Melalui penyuntingan tersebut, naskah
pidato dapat diharapkan menjadi lebih sempurna. Apa saja yang disunting? Yang
disunting dapat dibagian isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato itu
sendiri. Isi dari naskah pidato dicermati kembali apakah sudah sesuai dengan
tujuan pidato yang akan diorasikan, sesuai dengan calon pendengar, serta sesuai
dengan acara kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga harus dipastikan
apakah sudah benar, representative, dan juga mengandung informasi yang
relevan dengan konteks naskah pidato.

Kemudian, penyuntingan terhadap bahasa lebih difokuskan kepada pilihan jenis


kosakata, kalimat, dan paragraph. Ketepatan dalam pilihan kata, kalimat, dan
satuan gagasan dalam paragraph menjadi pokok penting. Lalu, penalaran dalam
naskah pidato juga harus disunting kembali untuk lebih memastikan apakah isi
naskah pidato tersebut telah dikembangkan dengan menggunakan penalaran
yang sudah tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, ataupun campuran.

Penyempurnaan Teks Naskah Pidato

Penyempurnaan aspek bahasa dapat dilakukan dengan cara mengganti kosakata


yang lebih tepat serta menyempurnakan beberapa kalimat dengan memperbaiki
struktur dan gagasannya. Penyempurnaan paragraph dengan memperbaiki
koherensi serta kohesi paragraph. Penambahan kalimat, penyempurnaan kalimat,
maupun penghilangan suatu kalimat perlu untuk dilakukan.

Penyampaian Teks Naskah Pidato


Menyampaikan pidato berarti membacakan naskah
pidato yang sebelumnya telah disiapkan. Namun,
menyampaikan pidato bukan hanya sekadar
membacakan naskah pidato itu saja, alangkah baiknya perlu juga untuk
menghidupkan, menghangatkan suasana, dan menciptakan interaksi kepada para
pendengar. Untuk itu, seseorang yang akan menyampaikan orasi harus dapat
menganalisis situasi dan juga memanfaatkan hasil analisisnya tersebut untuk
menghidupkan suasana.

Apabila pidato yang disampaikan bukan atas nama orang lain, naskah pidato
tersebut dapat ditambah-tambahkan sepanjang waktunya masih memadai. Hal
yang terpenting, penambahan tersebut bertujuan untuk memperkaya isi pidato,
dapat menghangatkan suasana, bermanfaat, dan dapat memperjelas isi dalam
naskah pidato yang disampaikan.

Itulah pengertian pidato, tujuan pidato, metode pidato, dan ciri-ciri pidato yang
baik.

Read more: http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-pidato-tujuan-pidato-


metode-pidato.html#ixzz5FyzwmGjYc

Anda mungkin juga menyukai