Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Nama Kelompok:

Bella Afrienda Pangestu 18705 2236


Muhammad Dicky Putra 18705 2210
Billiam Palimbong 18705 2368

FAKULTAS VOKASI

DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang,Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah bahasa indonesia denganjudul "Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia" tepat pada waktunya.
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Balikpapan, 8 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi………………………………………........................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………..4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...5

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….5

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………… 6

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kemerdekaan……...6

2.2 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia…………………….7

2.3 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang


Disempurnakan)……………….11

2.4 Latarbelakang Bahasa Melayu Riau sebagai bahasa persatuan……………….15

2.5 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Masa Kemerdekaan……...16

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………18

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...18

3
3.2 Saran………………………………………………………………………….18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada


orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya
bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan
manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.
Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa,
karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat
membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama
bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa.
Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca),
maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka
tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan
informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi
alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas
suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu
mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu
mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam

4
yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui
makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan
makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan sejarah Bahasa Indonesia sebelum masa


kemerdekaan ?
2. Apa saja peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan sejarah Bahasa
Indonesia ?

3. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)?


4. Mengapa bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan ?
5. Bagaimanakah perkembangan sejarah Bahasa Indonesia setelah masa
kemerdeaan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sebelum masa


kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan bahasa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan).
4. Untuk mengetahui sejarah bahasa melayu Riau di pilih sebagai bahasa
persatuan.

5
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia setelah masa
kemerdekaan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kemerdekaan

Pada saat sebelum kemerdekaan, bahasa Melayu telah digunakan oleh


masyarakat sebagai alat perhubungan atau “lingua franca” di seluruh nusantara
bahkan di eluruh wilayah Asia tenggara. Bahkan, bangsa bangsa asing yang datang ke
Indonesia pun menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan masyarakat
di nusantara.

Buktinya adalah dengan adanya beberapa prasasti yang menggunakan bahasa


Melayu kuno, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Talang Tuo (684 M) di
Palembang, Prasasti Kota kapur (686 M) di Bangka, serta Prasasti Karang Berahi
(688 M) di dekat Sungai Musi. Prasasti tersebut di atas merupakan prasasti
peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Melayu kuno
merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat pada zaman Sriwijaya
(Halim, 1976:6-7). Selain di daerah Sumatra, prasasti berbahasa Melayu kuno juga
terdapat di Jawa yaitu Prasasti Gandasuli (832 M) dan Prasasti Bogor (942 M). Kedua
prasasti di pulau Jawa itu memperkuat dugaan bahwa bahasa Melayu kuno pada saat
itu bukan hanya digunakan di Sumatra, melainkan juga digunakan di Jawa (Arifin,
1988:3)

6
Beberapa hal yang bersejarah tentang bahasa Indonesia pada masa sebelum
kemerdekaan, antara lain :

1. Pada zaman kerajaan sriwijaya, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa


kebudayaan, bahasa perhubungan, bahasa perdagangan serta bahasa kerajaan
(Arifin, 1988:4).
2. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai
bahasa perhubungan masyarakat Indonesia. Pada masa ini, banyak surat kabar
yang diterbitkan dan ditulis dengan bahasa Melayu.
3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 saat diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu telah diubah namanya menjadi “Bahasa Indonesia” oleh seluruh
pemuda di tanah air. Sehingga saat itu, bahasa Indonesia telah resmi diakui
menjadi bahasa persatuan dan bahasa nasional.
4. Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah melarang penggunaan bahasa
Belanda. Sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan di bidang politik
maupun pemerintahan. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pengantar
dalam lembaga pendidikan serta untuk keperluan pengembangan IPTEK.

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Di sana,pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
negara Indonesia pasca kemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri,
Jawa ( yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pasda saat itu), namun beliau memilih
Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

7
2.2 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi
Soetan Ma’moer. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial Belanda mendirikan badan penerbit buku


bacaan yang kemudian diberi nama yaitu Commissie voor de Volkslectuur
atau Taman Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.
Badan penerbit tersebut menerbitkan berbagai macam novel, seperti Siti
Nurbaya, buku penuntun bercocok tanam, dan lain sebagainya yang
membantu dalam penyebaran bahasa Melayu.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia di


dalam pidatonya. Hal ini merupakan pertamakalinya dalam sidang Volksraad
(dewan rakyat), terdapat seseorang yang berpidato dengan memakai bahasa
Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 Muhammad Yamin secara resmi mengusulkan


supaya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia.

5. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane,
Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah
sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa
dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan
untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh
masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh
Balai Pustaka.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa


Indonesia.

8
7. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah.
Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu,
seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan
Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam Badan Perwakilan.

8. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian


bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang
terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk
kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak
dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa
Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.

9. Tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai


bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: "Bahasa
negara adalah bahasa Indonesia".

10. Tanggal 19 Maret 1947 melalui SK No. 264/Bhg. A/47, Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan penggunaan ejaan
Republik sebagai pengganti dari ejaan Van Ophuijsen yang sebelumnya
berlaku.

11. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa
dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya
menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi

9
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal
dengan sebutan Pusat Bahasa.

12. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia II di Medan. Kongres Bahasa Indonesia II ini adalah perwujudan
mengenai tekad bangsa Indonesia untuk tetap terus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat menjadi bahasa kebangsaan serta ditetapkan menjadi
bahasa negara Indonesia.

13. Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia pada masa itu yaitu
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan EYD atau Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang
DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972..

14. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
masa itu menetapkan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
diberlakukan di Indonesia (Wawasan Nusantara).

15. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia III di Jakarta. Kongres tersebut untuk memperingati hari Sumpah
Pemuda ke-50. Selain telah memperlihatkan kemajuan, perkembangan, dan
pertumbuhan bahasa Indonesia, juga telah berusaha untuk memantapkan
kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia itu sendiri.

16. Tanggal 21 - 26 November 1983 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia IV


di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

10
17. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia V ini dihadiri oleh sekitar
700s pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia serta terdapat peserta
tamu dari berbagai negara sahabat. Kongres tersebut ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada para pencinta bahasa Indonesia di Nusantara, yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia serta Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

18. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya yaitu 770 pakar bahasa dari Indonesia dan
terdapat 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Amerika Serikat, Rusia,
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, Italia, India, Jepang, Korea
Selatan dan Singapura. Kongres ini mengusulkan supaya Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa untuk lebih ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, dan mengusulkan agar disusun Undang-Undang
Bahasa Indonesia.

19. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di


Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

20. Tanggal 28 Oktober - 1 November 2008 dilaksanakan Kongres Bahasa


Indonesia IX di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan tidak lepas dari peringatan
100 tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun
berdirinya Pusat Bahasa. Sehingga pada tahun tersebut juga dicanangkan
sebagai Tahun Bahasa. Dalam kongres ini dibahas 5 hal utama, yaitu bahasa
Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan
sastra, serta bahasa media massa

2.3 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)


1. Ejaan Van Ophuysen

11
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa
Indonesia. Ejaan ini ditetapkan tahun 1901. Perancang ejaan Van Ophuysen adalah
orang Belanda yakni Charles Van Ophusyen dengan dibantu Tengku Nawawi yang
bergelar Soetan Ma’moer dan M. Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini menggunakan huruf
latin dan bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip
dengan tuturan Belanda, antara lain:

1. huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.
2. huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-
kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
3. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi
hamzah, seperti pada kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama


yang dimiliki bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk
mengganti ejaan Van Ophuysen yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan
ejaan resmi pertama yang disusun oleh orang Indonesia.
Ejaan republik juga disebut dengan ejaan Soewandi. Mr. Soewandi merupakan
seorang menteri yang menjabat sebgai menteri Pendidikan dan
kebudayaan. Perbedaan ejaan Soewandi dengan ejaan Van Ophuysen ialah:
a. Huruf oe diganti dengan u.

12
Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’, dalam ejaan
Republik menjadi ‘satu’.
b. Huruf Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf K.
Contohnya: maklum, pak, tak, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
Contohnya: kupu2, main2.
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan ‘di-‘ pada dibeli, dimakan.

3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan
Melayu (Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama
yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena
perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya maka diurungkan peresmian
ejaan tersebut.

4. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, atas kerja sama dua negara
yakni Malaysia dan Indonesia yang masing-masing diwakili oleh para menteri
pendidikan kedua negara tersebut. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menerbitkan buku yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang tercatat pada tanggal 12 Oktober 1972. Pemberlakuan Ejaan
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ditetapkan atas dasar
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0196/U/1975.
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada
tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya
merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh Ejaan Melindo. Para
pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan

13
dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian
diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.

Ejaan Baru di Malaysia disebut Ejaan Rumi Bersama (ERB) sementara


Indonesia menggunakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD mengalami dua
kali revisi, yakni pada tahun 1987 dan 2009.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

a. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
b. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
c. Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di”
pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi,
sementara “di-” pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
d. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

a. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.


b. Penulisan kata.
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan.

14
5. Ejaan Bahasa Indonesia
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan EYD adalah:

a. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu
ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya
pada kata geiser dan survei).
b. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta
menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

2.4 Latarbelakang Bahasa Melayu Riau sebagai bahasa persatuan

Menurut Satata, dkk (2012: 19-20) bahasa melayu riau dipilih sebagai bahasa
persatuan negara republik indonesia atas beberapa pertimbanga sebagai berikut:

1. Jika bahasa jawa digunakan, suku-suku bangsa atau pulau lain akan merasa
dijajah oleh suku jawa yang merupakan golongan mayoritas di republik
indonesia.
2. Bahasa jawa lebih sukar di pelajari dibandingkan dengan bahasa melayu riau.
Bila pengguna kurang memahami budaya jawa, ia dapat menimbulkan kesan
negatif yang lebih besar.
3. Bahasa melayu riau yang dipilih, dan bukan bahasa melayu pontinak, banjar,
samarinda, maluku, jakarta, ataupun kutai, dan pertimbangan pertama suku
melayu berasal dari riau,Sultan Malaka yang terakhir pun lari ke Riau selepas
malaka direbut oleh portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca banahsa melayu

15
riau yang paling sedikit karena pengaruh misalnya dari bahasa cina hokkien, tio
ciu, ke,ataupun dari bahasa lainnya.
4. Pengguna bahasa melayu bukan hanya terbatas di republik indonesia. Pada
tahun 1945, pengguna bahasa melayu selain Republik Indonesia masih dijajah
Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan, diharapkan negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei dan
Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara
Jiran di Asia Tenggara.

2.5 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Masa Kemerdekaan

Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus


ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal 36
yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan
demikian, di samping berkedudukan sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintah dan
Negara.

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkmebangan


yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia
bertambah. Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara juga makin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia, baik dari
pemerintah maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa
Indonesia di antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus
masalah kebahasaan yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan
penyelenggaraan kongres bahasa Indonesia Perubahan ejaan bahasa Indonesia

16
dari Ejaan Van Ophuijsen ke ejaan Soewandi, ejaan Soewandi ke Ejaan yang
Disempurnakan, hingga ejaan bahasa Indonesia selalu mendapat tanggapan
dari masyarakat.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat


saingan dari bahasa Inggris. Makin banyak orang Indonesia belajar dan
menguasai bahasa Inggris yang tentu saj merupakan hal yang positif dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, ada gejala makin
mengecilkan perhatian orang terhadap bahasa Indonesia. Tampak orang lebih
bangga memakai bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
yang di pakai juga banyak dicampur dengan bahasa Inggris.Kekurangpedulian
terhadap bahasa Indonesia akan menjadi tantangan yang berat dala
perkembangan Bahasa Indonesia.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia)
karena :

18
 Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
 Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

3.2 Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu
memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa
pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi
penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar
tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.

19

Anda mungkin juga menyukai