Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH DAN KEDUDUKAN

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGOTA :

1. GATRI MARZANDARIOLA YUZAZ (2102110411)

2. MUHAMMAD HAIKAL FAJRI (2102134586)

3. SYLVI CAHYANI (2102110416)

4. ZIKRI (2102134588)

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Sang pencipta alam semesta, manusia dan
kehidupan serta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan karunia dan
rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah analisis ini dengan tepat pada
waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini tidak lain untuk memenuhi tugas mengenai Sejarah
dan Kedudukan Bahasa Indonesia dan merupakan tugas dari Mata Kuliah “Bahasa
Indonesia” pada perkuliahan semester ini.
Demikian pengantar yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun sadar masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang terdapat didalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa menjadi koreksi bagi penyusun nanti dalam upaya
evaluasi diri.

Pekanbaru, 20 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

2.1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia...................................................................6

2.1.1. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan...................................7

2.1.2. Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan.....................................8

2.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.................................................................12

2.2.1. Kedudukan Bahasa Indonesia............................................................................13

2.2.2. Fungsi Bahasa Indonesia....................................................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................16

3.1. Kesimpulan................................................................................................................16

3.2. Saran...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan
oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia menjadi identitas bangsa
di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
berasal dari bahasa Melayu.Bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa perantara
(lingua franca) ataubahasa pergaulan, di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal ini
diperkuatdengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis
denganmenggunakan bahasa Melayu. Sejak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa
Indonesia dipakai resmi oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober1928 yang
bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian namabahasa Indonesia tersebut
bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikansebagai alat perjuangan oleh kaum
nasionalis yang sekaligus bertindaksebagai perencana bahasa untuk mencapai negara
Indonesia yang merdekadan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan
bahwa sebelumperistiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah
ada. Faktasejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada
gerakankebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan
sendirinyapada mereka telah ada suatu konsep tentang bahasa Indonesia.

Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun terus dibina dan dijaga oleh
bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi
disamping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional bangsa Indonesia, Indonesia
Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki
identitasnya sendiri sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya.

Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan bahasa


Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa Indonesia, kita perlu
mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena
itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai sejarah terbentuknya bahasa
Indonesia sampai perkembangannya saat ini, termasuk perkembangan ejaannya
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia ?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu
kuno yang dalam perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan
dialek sosial yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, bahasa melayu
yang menurut para pakar (Blust 1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari
wilayah Kalimantan Barat telah pula melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia, disamping dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu
di Singapura dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya
sejumlah prasasti yang di temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung
Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan menggunakan huruf pallawa, yakni aksara yang dibawah oleh orang-orang
Hindu ke Indonesia. Ada juga, menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan
huruf Arab, dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke
Indonesia. Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudah
teridentifikasi dan besar kemungkinan akan bertambah lagi.
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, bahasa Indonesia merupakan
salah satu dialek bahasa Melayu (melaya). Telah berabad-abad bahasa Melayu dipakai
sebagai alat perhubungan antar penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan
bahasa. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas. Bahkan komunikasi antara pemerintah Belanda dan penduduk
Indonesia yang memiliki berbagai macam bahasa juga menggunakan bahasa Melayu.
Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa
Belanda. Pelarangan ini mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan
bahasa Indonesia. Saat itu pemakaian bahasa Indonesia semakin meluas. Bahasa
Indonesia dipakai dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kehidupan politik dan
pemerintahan yang sebelumnya lebih banyak menggunakan bahasa Belanda.
2.11. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat
terbentuknya, yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah
Pemuda. Setelah terbentuk, bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya
ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan
(EYD).

Pada dasarnya Bahasa


Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu dipakai sebagai
bahasa penghubung
antar suku di Nusantara
dan sebagai bahasa yang
di gunakan dalam
perdagangan antara
pedagang dari dalam
Nusantara dan dari luar
Nusantara.Membahas
tentang sejarah
perkembangan bahasa
indonesia
sebelum merdeka tidak
terjadi dalam suatu waktu
yang singkat, tetapi
mengalami proses
pertumbuhan berabad-abad
lamanya
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Membahas tentang
sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum merdeka tidak terjadi dalam suatu
waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan berabad-abad lamanya
Masyarakat Nusantara sendiri telah terlebih dahulu menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa perhubungan di kepulauan Nusantara. Setidaknya dari bukti sejarah
yang ada penggunaan bahasa Melayu kuno ini sudah dipakai kurang lebih pada abad
ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu Kuno untuk kebutuhan
perdagangan, kebudayaan, hingga ditetapkan sebagai bahasa resmi kerajaan. Hingga
masa kolonialisme Belanda, bahasa Melayu masih tetap digunakan oleh masyarakat
Hindia belanda. Beberapa bangsa-bangsa asing yang datang ke Hindia Belanda pun
menggandalkan bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan masyarakat asli
Nusantara.
Penemuan beberapa prasasti juga menjadi sebuah bukti penggunaan Bahasa
Melayu telah digunakan di berbagai daerah di antaranya prasasti gandasuli di Jawa
Tengah (632 M), prasasti kedukuan bukit di Palembang (683 M), prasasti talang tuo di
Palembang (684 M), prasasti kota kapur di Palembang (686 M), prasasti karang brahi di
Jambi (688 M), prasasti bogor di Jawa Barat (942 M), dan prasasti pagaruyung (1356
M). Semua bukti penggunaan Bahasa Melayu tertulis dalam batu nisan di Minye Tujoh,
Aceh (1380 M).
Pada Masa Pergerakan Nasional, penggunaan bahasa Melayu mulai menjadi
perhatian serius bagi para tokoh pergerakan bangsa. Bahasa Melayu disepakati sebagai
alat perjuangan kaum nasionalis untuk mencapai negara Indonesia yang merdeka dan
berdaulat. Pada tahun 1901, terdapat upaya menyusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh
Van Ophuijsen yang kemudian dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan Van Ophuijsen ini kemudian dimuat kedalam
Kitab Logat Melayu. Tahun 1908, pemerintah kolonial memutuskan untuk mendirikan
sebuah badan penerbit buku-buku bacaan dengan nama Commissie Voor de
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Badan ini pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Tahun 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Peristiwa tersebut merupakan pidato pertama penggunaan bahasa Indonesia
dalam sidang Volksraad, atau Dewan Rakyat
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai
berikut:
a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa
perantara atau bahasa pergaulan dibidang perdagangan) di seluruh wilayah
Nusantara.
b. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakanfungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan
tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga
tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
Alasan ini yang dinilai cukup kuat menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan masyarakat Indonesia .
Pada perkembangannya, 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana. Hingga tahun 1936 Sutan takdir Alisyahbana menyusun Tata Bahasa Baru
Bahasa Indonesia. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia 1
di Solo. Berdasarkan hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan
budayawan Indonesia saat itu.

2.12. Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yangakan menjadi
bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong Sumatra atau
Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Budi Utomo,
misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini dirasakan
sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai
Mengingat kesulitan - kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa
di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah
sebagai media penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa melayu dipilih
sebagai Bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu menyatakan
dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang jugadisebut
Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat
yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen Bond masih ditulis
dalam bahasa Belanda
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas, akhirnya
tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia diJakarta, yaitu pada tanggal 28
Oktober 1928. Sebagai hasil yangpaling gemilang dari kongres itu, diadakan
ikrar bersama yangterkenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Pernyataan yang menggambarkan Bahasa Indonesia telah diakui sebagaimana
unsur dalam ikrar ketiga dengan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut merupakan bentuk resmi penetapan Bahasa
Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Bahasa Indonesia juga diresmikan sebagai Bahasa
Negara tepat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perkembangan tidak berhenti
sampai situ, berbagai perkembangan ejaan dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1947
ditandai dengan penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi yang telah
menggantikan Ejaan Van Ophuijsen (1901).
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah
buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaanVan Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaanitu disusun oleh Ch.A.Van
Ophuysen, yang dibantu oleh Tengku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para
penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan
konsonan, vokal,kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan
yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu. Beberapa hal yang cukup
menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j, misalnya:
Sayang → Sajang
Yakin → Jakin
Saya → Saja
2. Huruf u ditulis dengan oe, misalnya:
Umum → Oemoem
Sempurna → Sempoerna
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda komadiatas, misalnya:
Rakyat → Ra’yat
Bapak → Bapa’
Rusak → Rusa’
4. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :
Jakarta→ Djakarta
Raja → Radja
Jalan → Djalan
5. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :
Pacar → Patjar
Cara → Tjara
Setelah Ejaan Soewandi/Republik. disahkan pada tahun 1947 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 264/Bhg.A. Ejaan ini disusun oleh Mr. Raden Soewandi yang pada saat itu
menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ejaan ini masih
sangat terpengaruh pada ejaan sebelumnya, hanya saja gaya penulisan pada ejaan ini
sering kali menggunakan tanda baca kutip satu ('), /ra'yat/, dan /Jum'at/.
Ejaan Pembaharu, ini disahkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang
diadakan di Medan pada tahun 1954. Kongres ini dipimpin oleh Mohammad Yamin
untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya, yaitu ejaan Soewandi.
Ejaan Melindo, Pada tahun 1959 akhir, ejaan Melindo diwacanakan menurut
Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Ejaan tersebut diharapkan dapat
menyempurnakan ejaan sebelumnya yang dianggap menyulitkan dalam penulisannya.
Namun, ejaan tersebut gagal disahkan akibat terjadinya konfrontasi Indonesia dengan
Malaysia pada tahun 1962.
Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK), Untuk menggantikan
ejaan Melindo yang gagal disahkan, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan pada tahun
1967 mengeluarkan ejaan bahasa yang baru. Singkat cerita, ejaan ini adalah kelanjutan
dari Ejaan Melindo yang sebelumnya gagal diresmikan.
Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai 2015 adalah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972. Sebelum EYD,
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa),pada tahun 1967
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Barupada dasarnya merupakan lanjutan
dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di
samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia
itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru.
Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan Menteri pendidikan dan
kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasilyang
dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada
tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan
penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik
yang dipakai sejak bulan Maret 1947.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan
penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27
Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan
BahasaIndonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum PembentukanIstilah".
Kemudian EYD ini diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) pada tahun Pada
tahun 2015, upaya pemerintah menyempurnakan ejaan bahasa menemukan titik terang
pembaruan. Pada tahun tersebut diresmikanlah ejaan baru oleh Anies Baswedan yang
saat itu menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan tersebut dijadikan
pedoman berbahasa Indonesia dan juga kepenulisan sampai saat ini.
Maka dengan demikian, melalui proses panjangnya dalam menyempurnakan
bahasa, ejaan bahasa Indonesia dinilai menjadi alat utama komunikasi verbal untuk
menyatukan kemajemukan yang membangun bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah
eksis bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Bahasa Indonesia
dipelajari di beberapa negara, maka tidak ada alasan untuk tidak mempertahankan
bahasa Indonesia. Dan akan sangat relevan jika teks Sumpah Pemuda terus
dikumandangkan untuk menjaga semangat berbahasa Indonesia.

2.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam sistem pendidikan mulai tingkat
pendidikan dasar hingga pada tingkat pendidikan tinggi sangatlah penting untuk
dipelajari dan dipahami. Selain sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
merupakan bahasa pengantar dalam setiap kegiatan pembelajaran yang ada di Indonesia
Khususnya di jenjang perguruan tinggi. Dengan demikian, penguasaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sangat penting untuk melancarkan proses pembelajaran
di tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, bahasa Indoncsia ditunjuk
schagai mata kuliah wajib yang ada disetiap perguruan tinggi di Indonesia.
Pada dasarnya secara umum bahasa Indonesia menjadi alat untuk berinteraksi atau
berkomunikasi berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh ucapan manusia, untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan seseorang. Bahasa sendiri
terdiri dari kumpulan kata-kata yang bila digabungkan akan memiliki arti tersendiri.
Bahasa diciptakan sebagai alat komunikasi universal yang diharapkan dapat dipahami
oleh setiap manusia untuk melakukan interaksi sosial dengan manusia lainnya.
Sedangkan interaksi adalah "pertukaran antar pribadi di mana setiap orang
menunjukkan perilaku satu sama lain di hadapan mereka dan setiap perilaku
memengaruhi yang lain.
Melihat pentingnya pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi, dosen yang
mengajar secara luring atau daring harus lebih memahami bagaimana perkembangan
pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga dikemudian hari para mahasiswa dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam bentuk lisan maupun tulis.
2.21. Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan dicirikan sebagai status umum suatu bahasa sebagai susunan lambang
kualitas-kualitas sosial yang dirumuskan berdasarkan kualitas-kualitas sosial bahasa
yang dirujuk. Padahal kapasitas adalah nilai guna bahasa yang rinci sebagai tugas
penggunaan bahasa dalam posisi yang diturunkan kepadanya.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa umum dan bahasa negara.
Situasi bahasa Indonesia sebagai bahasa umum telah diadakan sejak sumpah pemuda
dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan situasi sebagai bahasa negara
telah diadakan sejak inisiasi UUD 1945 (18 Agustus
1945). Dalam UUD 1945, Bagian XV, Pasal 36 menyatakan "Bahasa negara adalah
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional, Kedudukan bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa nasional. Kedudukan tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak
dilahirkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini
dimungkinkan olch kenyataan bahwa bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa
Indonesia, telah digunakan schagai lingua franca selama berabad-abad di seluruh
kawasan Indonesia. Di dalam masyarakat juga tidak terjadi persaingan bahasa antara
bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukan
sebagai bahasa nasional.
Dalam kedudukan bahas Indonesia diamanatkan sebagai bahasa nasional, dan
berfungsi sebagai (I) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional. (3)
alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa
yang berbeda, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebanggaan bangsa Indonesia. Melalui bahasa nasional, bangsa
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya asas dan
pegangan hidup. Begitu pula rasa bangga dalam memakai bahasa Indonesia wajib
disosialisasikan terus menerus. Rasa bangga merupakan wujud sikap positif terhadap
bahasa Indonesia.
Sebagai lambang identitas nasional, menimbulkan wibawa bangsa Indonesia, harga
diri, dan teladan bagi bangsa-bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia
selalu dilestarikan dan dikembangkan secara baik schingga tidak tercampuri oleh unsur-
unsur bahasa asing (terutama bahasa Inggris). Untuk itu kesadaran akan penggunaan
kaidah bahasa Indonesia harus selalu ditingkatkan.
Percampuran bahasa Indonesia dengan asing (terutama bahasa Inggris) dalam
berbahasa masih sering ditemukan, seperti contoh berikut ini.
Penulisan pada sebuah papan usaha:
Aditama Tailor, Service Televisi.
Pengujaran dalam kehidupan schari-hari:
"Aku lebih suka belanja di supermarket daripada di pasar tradisional."
Bahasa yang bercampur seperti di atas tidak baik dipandang dari segi kebanggaan
statu bangsa dan tidak benar dari segi kehahasaan. Agar penggunaan dapat dijadikan
teladan dan dihormati orang lain terutama orang asing. pemakaian bahasa seperti
contoh di atas harus diubah dan diperbaiki menjadi seperti contoh berikut ini.
Penulisan pada sebuah papan usaha:
Penjahit Aditama, Perbaikan Televisi.
Pengujaran dalam kehidupan sehari-hari:
"Aku lebih suka belanja di swalayan dari pada di pasar tradisional."
Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia mampu menunjukkan fungsinya yaitu
mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, adat
istiadat, dan bahasa ibunya (bahasa pertama). Hal itu nampak jelas sejak diikrarkannya
sumpah pemuda. Pada zaman Jepang yang penuh kekerasan dan penindasan, bahasa
Indonesia digembleng menjadi alat pemersatu yang ampuh bagi bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia diletakkan di atas kepentingan daerah atau golongan.
Sebagai alat perhubungan, bahasa Indonesia dapat menghubungkan bangsa
Indonesia yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa ibu (bahasa pertama) yang
berbeda-beda. Berkat bahasa Indonesia, suku-suku bangsa yang berbeda-beda bahasa
ibu (bahasa pertama) dapat berkomunikasi secara akrab dan lancar sehingga
kesalahpahaman antarindividu dan antarkelompok tidak pernah terjadi. Karena bahasa
Indonesia pula kita dapat menjelajah ke seluruh pelosok.

2.21. Fungsi Bahasa Indonesia


Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional
yangdiselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
1. Bahasa resmi kenegaraan. Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraanadalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasikemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia
digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
2. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.Bahasa Indonesia
dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Untuk memperlancar
kegiatan belajar mengajar, materi pelajaranyang berbentuk media cetak hendaknya
juga berbahasa Indonesia. Halini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-
buku yang berbahasaasing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu
peningkatanperkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan
danteknologi (iptek).
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional
untukkepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah.Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan denganitu hendaknya
diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutumedia komunikasi massa.
Tujuan penyeragaman dan peningkatan mututersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dantepat diterima oleh masyarakat.
4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatanilmu
pengetahuan serta teknologi modern. Kebudayaan nasional yang beragam yang
berasal dari masyarakatIndonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan
ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran
ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-bukupopuler,
majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa
Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya
sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewatlembaga-lembaga pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
dapatmenjadi dasar menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan
pelajar.Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional
bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,indentitas nasional,
alat perhubungan antar warga, antardaerah danantarbudaya, dan alat pemrsatu
suku, budaya dan bahasa di Nusantara. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara bahasa Indonesiaberfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar pendidikan,alat perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat pentingnya kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan pelajar untuk menjaga
dan terus mengembangkan agar bahasa Indonesia terus bertahan dan
berkembang dalam masa yang akan datang. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi
Republik Indonesia sebagaimanadisebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945,
Pasal 36”bahasa Negaraadalah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia
telah tumbuh danberkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dahulusudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan hanya di
KepulauanNusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.
Ada beberapa ejaan yang pernah digunakan di Indonesia, antara lain ejaan Van
Ophuysen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai sekarang yaitu
ejaan yang disempurnakan atau biasa disingkat EYD.
Kedudukan sebagai Bahasa Nasional:
1. Lambang kebanggaan Nasional
2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat pemersatu
4. Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4. Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Subakti, Hani, dkk. (2021). Asas Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Yayasan Kita
Menulis
Nasution, Ade Suryani, Anis Syafa Wani, Edi Syahputra. (2022). Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia. Multi Disip;in Dehasen (MUDE).
Pramuki, Esti. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Modul 1

Anda mungkin juga menyukai