Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIAYA MODAL

MATA KULIAH :

MANAJEMEN KEUANGAN PERUSAHAAN LANJUTAN

DOSEN PENGAMPU :

FITRI, SE., MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

FERDY FERDIANSYAH 2102111505


(PPT)
FINY ZAHRA PUTRI 2102125042
(PPT)
HANNY OLIVYA 2102134584
(Makalah materi 1&2)
NABILA RAJANI INDRARIA 2102124218
(Makalah materi 3,4, dan 5)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan banyak
nikmat, taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah singkat tentang
Biaya Modal dengan baik tanpa ada halamgan serta tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menginformasikan dan menambah wawasan kepada para
pembaca mengenai ringkasan yang kami bahas kali ini.
Makalah singkat ini telah kami selesaikan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki. Kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat, maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan serta keikhlasan hati, kami
sebagai penyusun menerima segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para
pembaca.
Dengan tulisan ini, kami berharap dapat berguna bagi para pembaca. Demikian yang
bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
kita sebagai mahasiswa terkhususnya dan manusia pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 18 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan masalah ............................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang ............................................................................... 2
B. Biaya Modal Marginal dan Biaya Modal Rata-Rata..................................................... 12
C. Lompatan Dalam Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dan Skedul Investas ............... 13
D. Pertimbangan Dinamis : Review Biaya Modal Secara Reguler ................................... 16
E. Menghitung Biaya Modal Untuk J.C.Penney ............................................................... 17
BAB III .................................................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................................................ 20
a. Kesimpulan ................................................................................................................... 20
b. Saran ............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biaya modal bisa diartikan sebagai tingkat keuntungan yang disyarat-kan. Bab
sebelumnya membicarakan hubungan positif antara risiko dengan tingkat kentungan.
Hubungan semacam itu juga berlaku untuk biaya modal. Biaya modal ini akan
membicarakan aplikasi konsep risiko pada penganggaran modal. Semakin tinggi
risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Biaya modal dipakai
sebagai discount rate untuk perhitungan analisis peng-anggaran modal. Biaya modal
membicarakan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost
of capital). Biaya modal tersebut merupaukan salah satu elemen dalam analisis
penganggaran modal. Penganggaran modal merupakan investasi yang berisiko, karena
itu manajer keuangan perlu menggabungkan konsep dalam bab sebelumnya dengan
penganggaran modal.
Lebih spesifik lagi, risiko akan mempengaruhi discount rate yang akan dipakai
dalam analisis NPV atau IRR. Semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi discount
rate yang dipakai dalam analisis investasi. Discount rate ter-sebut sering juga disebut
sebagai biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep biaya modal rata-rata tertimbang?
2. Apa yang dimaksud dengan biaya modal marginal dan biaya modal rata-rata?
3. Apa yang dimaksud dengan lompatan dalam biaya modal rata-rata tertimbang dan
skedul investasi?
4. Apa yang dimaksud dengan pertimbangan dinamis?
5. Apa yang dimaksud dengan menghitung biaya modal untuk J.C.Penney?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui konsep biaya modal rata-rata tertimbang.
2. Mengetahui biaya modal marginal dan biaya modal rata-rata.
3. Mengetahui lompatan dalam biaya modal rata-rata tertimbang dan skedul
investasi.
4. Mengetahui pertimbangan dinamis.
5. Mengetahui cara menghitung biaya modal untuk J.C.Penney.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang


Biaya modal bisa didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapakan atau
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita melakukan analisis investasi, biaya
modal akan digunakan sebagai discount ratedalam analisis NPV atau IRR. Biaya
modal tersebut pada dasarnya merupakan biaya modal rata – rata tertimbang dari
biaya modal individual. Untuk menghitung biaya modal rata – rata tertimbang
tersebut kita harus melakukan beberapa langkah :
1. Mengidenfikasi sumber – sumber dana.
2. Menghitung biaya modal individual (biaya modal untuk setiap sumber dana).
3. Menghitung proposi dari masing – masing sumber dana.
4. Menghitung rata – rata tertimbang dengan menggunakan proporsi dana sebagai
pembobot.

a. Mengidentifikasi Sumber-Sumber Dana


Secara umum ada dua jenis sumber dana yang paling sering digunakan, yaitu
utang dan saham. Utang bisa terdiri atas hutang bank atau hutang melalui obligasi.
Pemberi hutang memperoleh kompensasi berupa bunga. Saham merupakan bentuk
penyertaan. Saham bisa berupa private placement (penempatan dana tidak melalui
pasar modal), bisa juga dengan membeli saham yang diperjualbelikan di pasar
sekunder. Pendapatan saham berasal dari dividen dan capital gain. Capital gain
adalah selisih antara harga jual dengan harga beli.
Tetapi jenis saham preferen mempunyai ciri-ciri gabungan antara hutang
dengan saham. Saham preferen adalah saham (bentuk kepemilikan) dan berhak
memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut bersifat (secara umum) tetap,
sehingga mirip dengan bunga.
b. Menghitung Biaya Modal Individual
1. Biaya Modal Utang (kd)
Biaya Modal Hutang (kd) Biaya modal hutang merupakan tingkat
keuntungan yang disyaratkan yang berkaitan dengan penggunaan hutang.
Karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak, biaya modal hutang
dihitung net pajak. Misal perusahaan menggunakan utang untuk mendanai

2
suatu proyek, dengan bunga sebesar 20%, tingkat pajak adalah 30%.
Perusahaan tersebut dengan demikian mempunyai biaya modal utang sebesar
20% (1-0.3) = 14%. Disamping kupon bunga, ada biaya lain yang harus
dibayarkan oleh perusahaan.
Misalkan suatu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kupon bunga
dengan 20%, nilai nominal Rp1 juta, selama sepuliuh tahun. Biaya emisi
obligasi dan lainnya adalah Rp.50.000,00 perlembar obligasi.berapa biaya
modal hutang yang dibayarkan perusahaan tersebut? Aliran kas yang berkaitan
dengan emisi obligasi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut ini. Berapa
biaya modal hutang (kd)? Kd relatif mudah dihitung karena parameternya
cukup jelas (yaitu tingkat bunga). Kd=20% (sebelum pajak).
Jika pajak 30%, maka kd* (net pajak) = (1 – 0,3) 20% = 14%.

200 ribu 200 ribu 200 ribu


950 ribu = ------------- + -------------- + …… + -------------- +
(1+kd)1 (1+kd)2 (1+kd)10

Rp1 juta
-------------- …… (1)
(1+kd)10

Kas masuk bersih yang diterima perusahaan adalah Rp1 juta –


Rp50 ribu = Rp950.000. Biaya modal hutang (kd) sebelum pajak adalah,
dengan menggunakan tehnik perhitungan IRR, kd=21%. Perhatikan bahwa
kd, yang merupakan tingkat bunga efektif, lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan tingkat bunga nominal.

Bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Karena itu faktor


pajak bisa dimasukkan agar diperoleh biaya modal hutang net pajak. Biaya
modal hutang net pajak (dengan tingkat pajak 40%) dihitung sebagai.

kd* = kd (1 – t) ……… (2)

Untuk contoh di atas, kd* adalah.

kd* = 21% (1 – 0,4) = 12,6%

3
Utang dagang dan akrual tidak dimasukkan ke dalam perhitungan
biaya modal. Alasannya adalah karena untuk analisis penganggaran
modal, hutang dagang dan sejenisnya dikurangkan dari aset lancar.
Kemudian kita akan menghitung modal kerja bersih (aset lancar – utang
dagang dan akrual). Investasi modal kerja masuk dalam perhitungan kas dalam
pengaggaran modal, bukannya dalam perhitungan biaya utang. Untuk utang
jangka pendek yang mempunyai tingkat bunga yang eksplisit, kita akan
menghitung biaya utangnya. Contoh utang semacam itu adalah commercial
paper atau utang bank jangka pendek.

2. Biaya Modal Saham Preferen


Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara hutang
dengan saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi
dividen yang dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap (pada
umumnya). Perhitungan biaya modal saham preferen mudah dilakukan,
sama seperti perhitungan biaya hutang. Paramater yang akan diestimasi relatif
jelas
Biaya saham preferen (kps) adalah:

Dps
kps = -------------- ……… (3)
P
Dimana kps = biaya saham preferen
Dps = dividen saham preferen
P = harga saham preferen
Misal perusahaan menjual saham preferen, kas masuk yang diterima
adalah Rp.1.000,00 per lembar. Dividen saham preferen adalah Rp.250,00 per
lembar.

Biaya modal saham preferen dihitung :

Kps = 250 / 1000 = 25%

Karena dividen (termasuk untuk saham preferen) tidak mengurangi


pajak, maka net pajak tidak dihitung untuk biaya modal saham preferen.
Angka 25% yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya utang (20% dan

4
12,6% untuk net pajak) mencerminkan hal tersebut, disamping risiko saham
preferen yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko utang (dari sisi
investor).

Biaya Modal Saham Biasa Biaya modal saham lebih sulit dihitung
karena melibatkan biaya kesempatan (opportunity cost) yang tidak bisa
diamati secara langsung. Sebagai contoh, pemegang saham mempunyai
alternatif menginvestasikan dananya ke deposito bank pemerintah (risiko
dianggap nol) dengan tingkat bunga 15%. Dengan demikian biaya kesempatan
pemegang saham tersebut adalah 15%. Tetapi investasi di suatu perusahaan
biasanya melibatkan risiko, sehingga angka 15% barangkali harus dinaikkan
untuk mengkompensasi kenaikan risiko tersebut. Berapa kenaikan yang
pantas? Bagian ini akan membicarakan biaya modal saham melalui
beberapa metode: DCF, bond-yiled, dan CAPM.

3. Biaya Modal Saham Biasa


Discounted Cash Flow (Aliran Kas yang Didiskontokan).
Pada waktu kita membicarakan penilaian saham dengan
pertumbuhan konstan, harga saham bisa dituliskan sebagai berikut ini
(modul mengenai Nilai Waktu Uang)

D1

PV = ----------

r–g

Dengan merubah r menjadi ks (biaya modal saham), PV menjadi P


(harga saham), persamaan di atas bisa dirubah menjadi berikut ini.

D1

ks = ----------- + g ……… (4)

Dimana :

ks = biaya modal saham

D1 = dividen pada tahun pertama

5
P = harga saham saat ini

g = tingkat pertumbuhan

Biaya modal saham sama dengan dividend yield ditambah tingkat


pertumbuhan. Untuk menggunakan rumus di atas, beberapa parameter harus
diestimasi, yaitu harga saham, dividen yang dibayarkan, dan tingkat
pertumbuhan. Harga bisa kita peroleh dengan mudah, terutama untuk perusahaan
yang sudah go – public dan listing di Bursa Keuangan. Data dividen juga bisa kita
peroleh dengan mudah. Yang lebih sulit diperkirakan adalah menghitung tingkat
pertumbuhan.

Misalkan perusahaan diperkirakan membayar dividen tahun mendatang (D1)


sebesar Rp. 200,00 per lembar. Harga pasar saham saat ini adalah Rp. 1.000,00
per lembar. Tingkat pertumbuhan diperkirakan 8%. Dengan informasi tersebut,
biaya modal saham bisa dihitung sebagai berikut ini.

ks = (200 / 1000) + 0,08 = 0,28 atau 28%

Tingkat pertumbuhan bisa dihitung melalui beberapa cara. Pertama, kita bisa
menggunakan formula berikut

g = ( 1 – DPR ) ( ROE )

Dimana

DPR = dividend payout ratio

ROE = return on equity

Persamaan di atas mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan merupakan fungsi


dari pembayaran dividend dan return on equity. Jika perusahaan membayarkan
dividen yang kecil (yang berarti menanamkan sebagian besar labanya kembali ke
perusahaan), tingkat pertumbuhan diharapkan menjadi lebih tinggi. Tingkat
pertumbuhan akan semakin kecil jika dividen yang dibayarkan semakin besar.

Kedua, tingkat pertumbuhan juga bisa dihitung melalui data historis.


Penggunaan data historis mempunyai asumsi bahwa pola di masa lalu akan
sama dengan pola di masa mendatang (pola konstan). Misalkan suatu perusahaan

6
mempunyai data dividen dan earning per lembar selama lima tahun sebagai
berikut ini.

Tabel 1. EPS dan DPS Selama Lima Tahun Terakhir

Pertumbuhan dividen bisa dihitung melalui dua cara: (1) pertumbuhan


aritmatika, dan (2) pertumbuhan geometris.

(1) Dengan pertumbuhan aritmatika, tingkat pertumbuhan setiap tahun bisa


dihitung sebagai: ( (Dt + 1 – Dt) / Dt) × 100%. Untuk setiap tahun, tahun 2,
tahun 3, tahun 4, dan tahun 5, tingkat pertumbuhan adalah 0, 10, dan 9,091%.
Rata -rata pertumbuhan setiap tahun adalah 4,77%. Sedangkan untuk
pertumbuhan EPS, diperoleh rata – rata sebesar 6,33%.
(2) Dengan pertumbuhan geometris, tingkat pertumbuhan dividen bisa dihitung
sebagai berikut ini:
500 (1 + g)4 = 600
g = 4,6%
sedangkan untuk EPS, dengan cara yang sama, perhitungan dengan tingkat
pertumbuhan geometris menghasilkan angka 5,7%
1.500 (1 + g)4 = 1.000
g = 5,7%
Meskipun pertumbuhan dividen adalah tingkat pertumbuhan yang seharusnya
dihitung, dalam beberapa situasi, barangkali kita ingin menghitung tingkat
pertumbuhan earning, bukannya dividen. Beberapa perusahaan tidak pernah
membayar dividen, meskipun mempunyai earning yang baik. Dalam situasi
tersebut, kita menghitung tingkat pertumbuhan earning, bukannya dividen.
Tetapi pada akhirnya dividenlah yang akan diterima oleh investor. Tingkat

7
pertumbuhan mana yang akan dipilih pada akhirnya tergantung dari
pertimbangan analis atau manajer keuangan.

Pendekatan Bond – Yield


Didasarkan pada argumen bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk investasi yang lebih berisiko akan lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat keuntungan investasi yang lebih kecil risikonya. Saham mempunyai
risiko yang lebih tinggi dibandingkan obligasi. Jika terjadi kebangkrutan,
pemegang saham mempunyai prioritas klaim yang lebih kecil dibandingkan
dengan obligasi.
Pendekatan yield obligasi bisa dituliskan sebagai berikut.
ks = yield obligasi + premi risiko ……… (5)

Jika kita menggunakan rumus di atas, kita memerlukan estimasi yield


dari obligasi perusahaan (atau obligasi yang mempunyai kelas risiko yang
sama), dan premi risiko saham atas obligasi.

Misalkan suatu perusahaan mengeluarkan obligasi yang membayar kupon


bunga sebesar Rp. 2.000,00, dengan nilai nominal Rp.10.000,00. Saat ini harga
pasar obligasi tersebut adalah Rp. 9.500,00. Selisih tingkat keuntungan saham di
atas obligasi selama lima tahun terakhir adalah 7%.

Dengan pendekatan yield obligasi, ks bisa dihitung berikut ini. Pertama, kita
akan menghitung yield obligasi.

Yield obligasi = bunga / harga pasar obligasi

= 2.000 / 9.000 = 22,22%

ks = 22% + 7% = 29%

Tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk pemegang saham adalah 29%.

Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).

Model CAPM menggunakan argumen yang sama dengan pendekatan yield


obligasi. Menurut CAPM, tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah premi risiko.

Secara spesifik, model CAPM bisa dituliskan sebagai berikut ini.

8
ks = Rf + B ( Rm - Rf )

Dimana :

ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham

Rf = tingkat keuntungan bebas risiko

B = risiko sistematis

Rm = tingkat keuntungan pasar

Tingkat keuntungan bebas risiko adalah tingkat keuntungan dari aset


yang mempunyai risiko (kebangkrutan atau default dalam hal ini) yang bisa
dikatakan nol. Sebagai contoh: T-Bills, T-Bond di Amerika Serikat. SBI
(Sertifikat Bank Indonesia), deposito pada bank pemerintah. Aset-aset
tersebut mempunyai risiko default nol karena diterbitkan oleh pemerintah
(yang tidak mungkin bangkrut). Untuk tingkat keuntungan pasar, kita bisa
menggunakan tingkat keuntungan dari portofolio pasar. Contoh portofolio
pasar yang bisa kita gunakan adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
untuk kasus di Bursa Efek Jakarta. Di Amerika Serikat, portofolio pasar sering
digunakan adalah indeks S&P 500 (indeks dihitung oleh Standard & Poor yang
mencakup 500 perusahaan besar listing di Amerika Serikat) dsan indeks Dow
Jones. Beta bisa dihitung melalui teknik regresi model pasar market model
Misal, berdasarkan estimasi dengan model pasar , estimasi beta (rirko
sistematis) suatu saham menghasilkan koefisien regersi (beta) sebesar 0,686.
Misalkan tingkat bunga tabungan di bank pemerintah (dipakai sebagai pengukur
tingkat keuntungan bebas risiko) adalah 15% dan premi ririko adalah 10% (misal
tingkat keuntungan pasar adalah 25%), maka tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham (biaya modal saham) adalah :

Ks = 15% + 0,686 (10%) = 22%

9
Keputusan Biaya Modal Saham.

Perhitungan biaya modal saham yang dihasilkan oleh ketiga metode di atas
akan menghasilkan angka yang berbeda-beda.

Tabel 2. Ringkasan Biaya Modal Saham

Hal semacam itu merupakan hasil yang wajar. Untuk memutuskan


berapa biaya modal saham yang seharusnya, pertimbangan kita (sebagai
analis) diperlukan. Hasil – hasil di atas menunjukkan bahwa biaya modal saham
nampaknya berada di antara 22% - 29%. Misalkan biaya modal saham (ks)
dipilih sebesar 25%

Survey Pengguna Metode Penetuan Harga Saham

Metode – metode apa saja yang bisa dan biasa dipakai untuk menghitung
biaya modal saham? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bagan berikut ini
menunjukkan hasil survei mengenai penggunaan telnik – teknik menentukan
biya modal saham.

Bagan tersebut menunjukkan bahwa CPAM merupakan metode paling populer


untuk menaksir biaya modal saham 70% respoden menggunakan metode CPAM.
Sementara itu hanya sekitar 15% responden menggunakan metode Discounted

10
Cash Flow (Dividend Discount Model). Metode kedua yang paling populer
menggunakan teknik yang sederhana, yaitu menghitung rata – rata aritmatika
return historis.

c. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)


Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi sumber dana yang
dipakai oleh perusahaan. Idealnya, nilai pasar yang sebaiknya dipakai
sebagai dasar perhitungan proporsi sumber dana. Misalkan perusahaan
mempunyai sumber pendanaan sebagai berikut ini.
Tabel 3. Perhitungan Biaya Modal Rata – Rata Tertimbang

WACC perusahaan tersebut adalah 20,78%. Angka tersebut kemudian bisa


dipakai sebagai discount rate (cut – off rate) dalam keputusan penganggaran
modal atau yang lainnya (misal perhitungan struktur modal).
Meskipun nilai pasar idealnya merupakan pilihan terbaik untuk
menghitung komposisi sumber dana, tetapi informasi tersebut tidak tersedia
dengan mudah. Salah satu alternatif adalah menggunakan nilai buku. Nilai
buku bisa diambil dari neraca keuangan perusahaan. Saham biasa masuk dalam
kategori total modal saham (saham biasa + laba yang ditahan + agio).
d. Biaya Modal Saham Eksternal
Jika perusahaan menerbitkan saham baru, biaya emisi (flotation cost)
akan muncul. Biaya tersebut dipakai untuk membayar biaya yang berkaitan
dengan penerbitan saham, seperti biaya akuntan, mencetak saham, dan
lainnya. Penerimaan kas bersih dengan demikian akan lebih kecil setelah biaya
emisi tersebut dimasukkan.
Model kas yang didiskontokan (discounted cash flow) bisa
mengakomodasi biaya emisi seperti berikut ini.

11
D1
ke = -------------- + g
P (1-f)

Dimana :
ke = biaya modal saham eksternal
D1 = dividen pada tahun pertama
p = harga saham saat ini
f = flotation cost
g = tingkat pertumbuhan

Misalkan harga saham saat ini adalah Rp.1.000,00, dividen tahun ini (awal
tahun) adalah Rp.200,00 perlembar, tingkat pertumbuhan adalah 8%, biaya emisi
adalah Rp. 50,00 per lembarnya, biaya modal saham eksternal bisa dihitung :

ke = {[ 200 (1 + 0,08)] / [1.000 (1 + 0,05)]} + 0,08


ke = 216 / 950 +0,08
= 0,23 + 0,08 = 0,31 atau 31%
Biaya modal saham eksternal lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan biaya
modal saham. Model CAPM dan yield obligasi tidak secara langsung bisa
mengakomodasi biaya emisi eksternal, karena formula CAPM atau yield obligasi
tidak memasukkan faktor biaya emisi. Tetapi model CAPM dan yield obligasi
secara eksplisit memperhitungkan risiko dalam estimasi biaya modal.

B. Biaya Modal Marginal dan Biaya Modal Rata-Rata


Biaya modal rata-rata berbeda dengan biaya modal marjinal. Biaya
modal marjinal merupakan biaya modal yang diperoleh sebagai akibat
bertambahnya dana modal yang diperoleh. Sebagai contoh, misal perusahaan
menggunakan dua jenis hutang, pertama dengan nilai Rp200 juta dengan tingkat
bunga 10%, kedua dengan nilai Rp200 juta dengan tingkat bunga 15%.
Misalkan perusahaan melakukan pinjaman lagi sebesar Rp200 juta dengan tingkat
bunga 20%. Biaya modal hutang marjinal adalah 20%, karena biaya tersebut
merupakan biaya modal yang diperoleh dengan masuknya modal baru. Jika kita

12
menghitung biaya modal rata-rata, maka biaya modal hutang rata-rata adalah (10% +
15% + 20%) / 3 = 15%.
Dalam perhitungan biaya modal, biaya modal marjinal adalah biaya modal
yang relevan, karena biaya tersebut mencerminkan biaya di masa mendatang
(yang akan diperoleh). Biaya modal rata-rata mencerminkan informasi masa
lampau, yang tidak relevan lagi. Tetapi dalam beberapa situasi kita
menggunakan biaya modal masa lampau, karena beberapa alasan, seperti mudah
dilakukan, biaya modal masa lampau bisa dipakai untuk estimasi biaya modal
marjinal (masa mendatang). Perhitungan biaya modal di atas mengasumsikan
penggunaan biaya modal marjinal. Tetapi dalam praktek, biaya modal sering
diestimasi berdasarkan laporan keuangan, yang berarti biaya modal diestimasi
dengan menggunakan data masa lampau.

C. Lompatan Dalam Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dan Skedul Investasi


Jika biaya modal salah satu komponen berubah, maka akan ada lompatan
dalam biava modal rata-rata tertimbang. Misalkan saja struktur modal yang dilakukan
oleh perusahaan adalah modal saham, utang, dan saham preferen sebesar 60%, 30%,
dan 10%, berturut-turut. Biaya modal Wlang (sesudah pajak), saham preferen, dan
saham biasa adalah 12,6% (sesudah pajak), 20%, dan 25%, berturut-turut. WACC
untuk komposisi tersebut adalah:

WACC = (0,3 x 12,6) + (0,1 x 20) + (0,6 x 25) = 20,78%

Misalkan perusahaan mempunyai kesempatan investasi sebesar Rp200 juta.


Jika perusahaan ingin memperiahankan struktur modalnya, maka untuK mendanai
Rp200 juta tersebut, berikut ini komposisi sumber dana yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan.

Lompatan WACC bisa terjadi karena meningkatya biaya modal individual.


Sebagai contoh, perusahaan bisa menggunakan tang dengan tingkat bunga 12,6% (net
pajak) sampai dengan R40 juta. Karena utang yang. diperlukan adalah Rp60 juta,

13
melebihi batas Rp40 juta, perusahaan terpaksa memperolen lingkat bunga baru yang
lebih mahal, yaitu misal 15% (net pajak). Peningkatan ini terjadi karena tang yang
semakin meningkat, yang berarti tingkat risiko yang semakin tinggi. Lompatan karena
penggunaan utang yang baru bisa dihitung sebagai berikut.

Batas dana = utang saat ini/persentase utang


= 40 juta/0,3 = 133 juta

Alokasi dana sebesar Rp133 juta tersebut adalah sebagai berikut ini:

WACC = (0,3x15) + (0,1x20) + (0,6x25) = 21,5 %

WACC meningkat dari 20,78% menjadi 21,5%. Lompatan WACC bisa terjadi
lagi jika komponen biaya modal yang lain mengalami perubahan. Misalkan laba yang
ditahan tahun ini sebesar Rp100 juta. Jika perusahaan mempertahankan struktur
modal seperti itu, maka jumlah dana maksimum yang bisa digunakan oleh
perusahaan adalah.

Batas dana = laba yang ditahan/persentase laba yang ditahan


= 100 juta/0,6 = Rp167 juta

Komposisi dana sebesar Rp167 juta tersebut adalah sebagai berikut ini.

Utang = 30% x Rp167 juta = Rp50 juta


Saham preferen = 10% x Rp167 juta = Rp17 juta
Laba yang ditahan = 60% x Rp167 juta = Rp100 juta
Total = Rp167 juta

Kesempatan investasi yang menarik cukup banyak, yaitu Rp200 juta, melebihi
Rp167 juta. Misalkan perusahaan memutuskan untuk menambah modal dengan
mengeluarkan saham baru untuk menutup kekurangan tersebut. Biaya modal saham
baru (eksternal) lebih tinggi dibandingkan dengan biaya modal saham internal (yang
diperoleh melalui laba perusahaan atau laba yang ditahan). Misalkan biaya modal

14
saham eksternal tersebut adalah 27%. Biaya modal rata-rata tertimbang
yang baru adalah :

WACC = (0,3 x 15) + (0,1x20) + (0,6x27) = 22,7%

WACC meningkat dari 21,5% menjadi 22.7%.


Lompatan-lompatan dalam WACC tersebut bisa kita gambarkan berikut ini :

Informasi lompatan dalam WACC bisa digabungkan dengan kesempatan investasi


yang ada. Misalkan kesempatan investasi perusahaan bisa diidentifikasi sebagai
berikut:
Tabel 5. Skedul investasi dan IRR
Anggaran investasi A B C D
Investasi Rp50 juta Rp40 juta Rp60 juta Rp100 juta
IRR 30% 25% 23% 19%

Informasi biaya modal marginal dan kesempatan investasi yang ada bisa digabungkan
sebagai berikut.

Bagan di atas menyajikan gabungan antara skedul WACC dengan skedul


investasi. Dari bagan di atas nampak bahwa hanya usulan investasi A, B, dan C yang
mash layak dilakukan, karena ketiganya menghasilkan IRR yang berada di atas

15
WACC. Usulan investasi C menghasilkan IRR sebesar 23%., yang masih lebih tinggi
dibandingkan dengan WACC sebesar 21,5%, untuk dana antara 133 juta-167 juta.
Secara teoritis perusahaan akan melakukan investasi sampai MCC (marginal cost of
capital) sama dengan marginal rate of return (MRR) seperti terlihat dalam bagan
berikut in. Bagan berikut ini menyajikan kurva MCC dan MRR yang berbentuk garis
kontinyu. Dalam dunia nyata, kurva yang terpatah-patah (discrete) seperti dalam
bagan sebelumnya yang akan kita jumpai. Investasi optimal diperoleh jika MCC =
MRR seperti terlihat dalam bagan berikut ini.

D. Pertimbangan Dinamis : Review Biaya Modal Secara Reguler


Seberapa sering biaya modal (WACC) dihitung? Kondisi perusahaan dan
lingkungannya selalu berubah. Risiko dan kesempatan investasi perusahaan berubah.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan komposisi struktur modal yang baru dan
juga perubahan tingkat keuntungan yang disyaratkan (biaya modal). Kondisi
lingkungan yang berubah juga mengakibatkan perubahan biaya modal, misal inflasi
yang berubah mengakibatkan kenaikan tingkat Keuntungan yang disyaratkan secara
umum. Perubahan risiko (misal semakin tinggi, terjadi jika kondisi ekonomi
memburuk) mengakibatkan premi risiko meningkat.
Karena situasi berubah secara dinamis, perusahaan perlu mengevaluasi biaya
modal rata-rata tertimbangnya secara periodik. Berapa sering? Nampaknya tidak ada
formula yang pasti. Perhitungan bisa dilakukan setiap tahun, bisa juga setiap lima
tahun. Tetapi hal yang jelas, jika kondisi perusahaan dan lingkungan secara
fundamental berubah, maka sudah saatnya menggunkan hitung biaya modal rata-rata
tertimbang kembali.

16
E. Menghitung Biaya Modal Untuk J.C.Penney
J.C.Penney adalah perusahaan retailer pakaian. J.C.Panney ingin menghitung
biaya modal rata-rata tertimbang. Neraca keuangan bisa dilihat pada table berikut.

Data neraca di atas meringkaskan aset menjadi dua: lancar dan tetap,
sementara untuk kewajiban diringkas menjadi empat jenis. Utang dagang, akrual, dan
pajak tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya modal. Utang jangka pendek
lainnya yang mempunyai tingkat bunga yang eksplisit dimasukkan ke dalam
perhitungan.
Tabel berikut ini menyajikan sumber dana yang masuk dalam perhitungan
untuk proporsi sumber dana. Utang jangka pendek tidak diperdagang-kan di pasar,
dengan demikian tidak ada nilai pasarya. Tetapi diasumsikan bernilai $1.452. Nilai
buku saham adalah $4.353,5, tetapi nilai pasamya mencapai $8.044,8. Seperti pada
kebanyakan perusahaan, nilai saham selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai
bukunya. Saham preferen, karena nilainya terlalu kecil, digabungkan ke dalam saham
biasa. Perhitungan proporsi sumber dana menunjukkan bahwa tang mencapai sekitar
34%, sementara saham biasa mencapai sekitar 66%. Penney ingin mempertahankan
struktur modal semacam itu untuk masa mendatang.

17
a. Menghitung Biaya Modal Utang
Biaya utang untuk Penney adalah biaya bunga yang harus dibayar
Penney jika perusahaan tersebut memperoleh tambahan utang. Rating yang
diperoleh Penney oleh Moody's adalah A+. Tingkat bunga obligasi dengan
rating semacam itu adalah 9,5%. Penney juga bisa menghitung yield to
malurity untuk obligasi yang ada saat ini. Pendekatan pertama dipilih karena
lebih sesuai dengan biaya modal marginal. Biaya utang sesudah pajak adalah
(tingkat pajak = 39%)

Kd* = 9,5(1-0,39) = 5,8%

Tingkat bunga untuk pinjaman jangka pendek adalah 8,1%(net-pajak


menjadi 4,94%). Tingkat bunga jangka pendek tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat bunga jangka panjang. Biaya leasing adalah
sama dengan biaya utang jangka panjang yaitu 9,5%.
b. Menghitung Biaya Modal Saham
Selama ini, Penney menggunakan dana internal. Dengan demikian
emisi saham eksternal mempunyai kemungkinan kecil untuk dilakukan
Perhitungan biaya modal saham dilakukan dengan tiga pendekatan: DCF,
CAPM, dan wield-obligasi. Berikut in informasi yang relevan.
Tingkat pertumbuhan dividen dan earning per lembar selama 10 tahun
terakhir adalah 14% dan 10%. Scdangkan untuk lima tahun terakhir ini
adalah 17% dan 14%. Publikasi Value Line memproyeksikan tingkat
pertumbuhan sebesar 14%. Harga saham saat in adalah 66 7/8. Dividen tahun
lalu adalah $2,24 per lembar. Tingkat bunga bebas investasi bebas risiko
adalah 8.1%. Tingkat keuntungan untuk portofolio pasar dihitung atas tiga
komponen : inflasi, pertumbuhan ekonomi ril, dan premi risiko, sebagai
berikut.

Tingkat keuntungan portofolio pasar


= inflasi yang diperkirakan + pertumbuhan ekonomi rill + premi risiko yang
diharapkan
= 8,1% +3% + 5%
= 16,10%

18
Beta perusahaan berdasarkan publikasi dari Value Line adalah 1,15.
Premi risiko saham atas obligasi adalah 5%. Dengan informasi tersebut,
Penney menghitung biaya modal saham dengan ketiga pendekatan yang
sudah kita bicarakan. Untuk pendekatan DCF, tingkat pertumbuhan yang
dipakai adalah tingkat pertumbuhan yang dipublikasikan oleh Value Line.
Tingkat ini diperkirakan merupakan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan oleh investor.

DCF: ks = {2,24(1+0,14)}/(66 7/8) + 0,14 = 17,81%


CAPM: ks = 8,1 + 1,15(16,10 -8,10) = 17,30%
Yield obligasi ks = 9,5% + 5% = 14,5%

Penney mengambil rata-rata dari ketiga pendekatan tersebut. Biaya


modal saham dihitung menjadi (17,8+17,3+14,5)/3 = 17 %.

c. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang


Setelah biaya modal individual dihitung, langkah berikutnya adalah
menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dengan menggunakan proporsi
masing-masing sumber dana sebagai pembobotannya.

Biaya modal rata-rata tertimbang J.C.Penney pada januari 27,1990


adalah 13,15%. Angka tersebut dipakai sebagai tingkat keuntungan yang
disyaratkan dalam penganggaran modal, dan lainnya.

19
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
WACC bisa diaplikasikan dalam banyak situasi seperti penentuan tingkat
keuntungan minimal dalam evaluasi investasi. WACC diestimasikan melalui beberapa
langkah yaitu : mengidentifikasi sumber-sumber, menghitung biaya modal individual,
menghitung proposi dari masing-masing sumber dana, menghitung rata-rata
tertimbang dengan menggunakan proposi dana sebagai pembobot.

Ada 3 jenis modal saham yang sering digunakan yaitu utang, saham preferen,
dan saham biasa.

Biaya modal saham bisa dicari dengan menggunakan pendekatan bond-


yield,CAPM, dan model discounted cash flow.

b. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Demikian makalah ini, semoga dapat memberikan wawasan kepada
pembaca dan penulis. Sekian dan terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku Manajemen Keuangan Dr. Mamduh M. Hanafi.,M.B.A

iii

Anda mungkin juga menyukai