Anda di halaman 1dari 39

Penentuan Jadwal Jangka

Pendek

KELOMPOK 11

DOSEN PENGAMPU :
Sharnuke Asrilsyak, S.K.M., M.M
ANGGOTA :
• Siti Aminah 2102110412
• Tasya Putri Maharani 2102110414
• Dwi Joyandanila 2102111120
• Finy Zahra Putri 2102125042
Topik Pembahasan
1. Konsep Penjadwalan Jangka Pendek
2. Penjadwalan Mundur (backward scheduling) & Penjadwalan maju
(Forward scheduling)
3. Loading Jobs In Work Centers
4. Assigment Method
5. Aturan Pengurutan Pekerjaan (sequencing rule)
6. Teori Kendala (theory of constraint)
7. Bonttleneck Work Cender
1. Konsep Penjadwalan
Jangka Pendek
More details
Penjadwalan jangka pendek : penterjemahan keputusan kapasitas, perencanaan
agregat, serta jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan pekerjaan tertentu atas
karyawan, material, dan permesinan (untuk memenuhi permintaan karyawan dan
peralatan tertentu dalam basis harian atajam).
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaaskan permintaan
yang dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Dua
factor penting dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1) jenis
penjadwalan, maju atau mundur, dan (2) kriteria prioritas
Tiga Faktor Penting Dalam Penjadwalan

1. Menghasilkan jadwal 2. Pemuatan terbatas dan tak


maju atau mundur terbatas

3. Kriteria (prioritas)
untuk mengurutkan
pekerjaan.
2. Penjadwalan Mundur
(bacward scheduling) & Penjadwalan maju (fodward
scheduling)
More details
Penjadwalan Mundur (Backward scedulling)
Penjadwalan mundur adalah penjadwalan yang dimulai dari batas
waktu, dan menjadwalkan operasi yang terakhir terlebih dahulu
dan urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi satu dalam urutan
terbalik.
Metode ini digunakan dalam banyak lingkungan manufaktur
seperti : lingkungan jasa yang menyajikan sebuah penjamuan
katering atau menjadwalkan operasi.
Penjadwalan maju (fodward scheduling)

Penjadwalan maju (fordward scheduling) adalah penjadwalan


yang memulai jadwal setelah persyaratan suatu pekerjaan
diketahui.
Penjadwalan maju digunakan dalam berbagai organisasi
seperti : rumah sakit, klinik, rumah
makan mewah, dan produsen peralatan mesin.
3. Loading Jobs In Work
More details
Pemuatan yang Terbatas dan Tak terbatas
Pemuatan (loading) merupakan proses penugasan pekerjaan kepada
sentra kerja atau proses.

Teknik penentuan jadwal yang memuat (menugaskan) pengerjaan


hanya sampai pada kapasitas proses yang disebut dengan pemuatan
yang terbatas (finite loading).

Teknik yang memuat pengerjaan tanpa mengacu pada kepastian dari


proses adalah pemuatan yang tak terbatas.
1. Meminimalkan waktu penyelesaian
2. Memaksimalkan pemanfaatan
3. Meminimalkan persediaan dalam
proses (work-in-process-WIP
inventory
4. Meminimalkan waktu tunggu
konsumen
Kriteria Penentuan
Jadwal
4. Assigment Method
More details
Menurut Zulian Zamid (1995) “Masalah
penugasan berkaitan dengan penugasan atas
sejumlah item untuk sejumlah item yang lain
secara satu persatu agar dicapai efektivitas
optimum (minimum biaya atau maksimum
keuntungan)
metode penugasan ada 2 :

1. Masalah Minimasi = Dasarnya


Tujuan untuk memecahkan persoalan, Biaya
penempatan sumber-sumber yang ada pada
2. Masalah Maksimasi = Dasarnya
kegiatan-kegiatan yang dituju, sehingga
Keuntungan
kerugiannya agak minimal dan keuntungannya
maksimal.
Masalah Minimasi
Sebuah perusahaan pengecoran logam mempunyai 4 jenis mesin yaitu M1, M2,
M3, dan M4. Setiap mesin mempunyai kapasitas yang berbeda dalam
pengoperasiannya. Dalam minggu mendatang perusahaan mendapatkan pesanan
untuk menyelesaikan 4 jenis pekerjaan yaitu P1, P2, P3, dan P4. Biaya
pengoperasian setiap pekerjaan oleh keempat masin dapat dilihat dalam tabel
berikut :

Bagaimana menugaskan keempat mesin untuk menyelesaikan keempat jenis


pekerjaan agar total biayanya minimum (dalam rupiah) ?
Langkah Pengerjaan
Langkah 1
Mengubah matriks biaya menjadi matriks oppurtunity cost (biaya karena adanya
kesempatan yang hilang). Ini dicapai dengan memilih elemen terkecil dari setiap
baris dari matriks biaya mula-mula. Kemudian kurangi setiap elemen dalam setiap
baris dengan angka terkecil tadi.
Hasil setelah dilakukan pengurangan

Langkah 2
Karena dalam setiap kolom masih ada kolom yang belum ada angka nolnya, maka matriks itu
perlu dilanjutkan untuk mendapatkan total oppurtunity cost matriks. Hal ini dapat dicapai dengan
memilih elemen terkecil pada setiap kolom.
Kemudian lakukan pengurangan pada seluruh elemen kolom tersebut dengan angka terkecil tadi.
Pada contoh diatas, hanya dilakukan pada kolom 3 karena kolom lainnya sudah memiliki
minimal 1 angka nol.
Hasil dari pengurangan kolom

Langkah 3
Melakukan test for optimalitaty atau mencari skedul penugasan. Caranya dengan
menarik sejumlah minimum garis horizontal dan atau vertical untuk meliput semua
angka 0 dalam total oppurtinity cost matriks.

Ketentuannya :
Jumlah minum garis = jumlah baris/kolom
Langkah 4
Karena pada test pertama jumlah garis tidak sama dengan jumlah baris/kolom, maka
penugasan belum optimal sehingga perlu diadakan revisi. Caranya :
• Memilih bilangan terkecil yang tidak tercoret garis
• Mengurangkan seluruh bilangan yang tidak tercoret garis dengan bilangan terkecil
tadi
• Bilangan bilangan pada garis 2 yang berpotongan ditambah dengan bilangan kecil
tadi
• Lakukan tes lagi seperti pada langkah ke-3. Jika jumlah garis = jumlah baris/kolom
maka penugasan optimal tercapai.
Langkah 5
Lakukan penugasan dengan dasar nilai-nilai nol tersebut. Dahulukan yang hanya
punya 1 angka 0
P1 dikerjakan di M4 dengan biaya =130
P3 dikerjakan di M1 dengan biaya =150
P4 dikerjakan di M2 dengan biaya = 115
P2 dikerjakan di M3 dengan biaya =200
595
Dengan informasi seperti itu, perusahaan akan
mendapatkan biaya paling minimal yaitu Rp.595
Masalah Maksimasi

Contoh :
Sebuah perusahaan mempunyai 5 orang karyawan yang harus ditempatkan di 5
pekerjaan yang berbeda. Kontribusi keuntungan dari masing-masing karyawan bila
ditempatkan di tugas-tugas yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut:

Bagaimana menugaskan ke-4 karyawan untuk menyelesaikan ke empat jenis tugas


agar total keuntungannya maksimum (dalam rupiah)?
Langkah pengerjaan
Langkah 1
Mengubah matriks biaya menjadi matriks oppurtunity loss (kerugian karena adanya
kesempatan hilang). Ini dicapai dengan memilih elemen terbesar dari setiap baris dari
matriks biaya mula-mula. Kemudian kurangi setiap elemen dalam setiap baris dengan
angka terbesar tadi.
Hasil setelah dilakukan pengurangan

Langkah 2
Karena dalam setiap kolom masih ada kolom yang belum ada angka nolnya, maka matriks itu
perlu dilanjutkan untuk mendapatkan total oppurtunity loss matriks. Hal ini dapat dicapai dengan
memilih elemen terkecil pada setiap kolom.
Kemudian lakukan pengurangan pada seluruh elemen kolom tersebut dengan angka terkecil tadi.
Pada contoh diatas, hanya dilakukan pada kolom 1, 2, dan 3 karena kolom lainnya sudah
memiliki minimal 1 angka nol.
Hasil dari pengurangan kolom

Langkah 3
Melakukan tes for oppurtunity atau mencari skedul penugasan. Caranya dengan
menarik sejumlah minimum garis horizontal dan atau vertical untuk meliput semua
angka 0 dalam total oppurtunity cost matriks.
Jumlah miminum garis = jumlah baris/kolom.
Langkah 4
Karena pada test pertama jumlah garis tidak sama dengan jumlah baris/kolom, maka
belum optimal sehingga perlu diadakan revisi. Caranya (seperti pada minimasi).
• Memilih bilangan terkecil yang tidak tercoret garis
• Mengurangkan seluruh bilangan yang tidak tercoret garis dengan bilangan terkecil
tadi
• Bilangan-bilangan pada 2 garis yang berpotongan ditambah dengan bilangan
terkecil tadi
• Lakukan tes lagi seperti pada langkah ke-3. Jika jumlah garis = jumlah baris/kolom
maka penugasan optimal telah tercapai
Langkah 5
Lakukan penugasan dengan dasar nilai-nilai nol tersebut. Dahulukan yang hanya
punya 1 angka 0
E mengerjakan tugas 3 dengan keuntungan = 14
A mengerjakan tugas 2 dengan keuntungan = 12
C mengerjakan tugas 1 dengan keuntungan = 14
D mengerjakan tugas 4 dengan keuntungan = 16
68
Sehingga maksimal keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan dengan
informasi tersebut adalah sebesar Rp. 68
5. Aturan Pengurutan Pekerjaan
(sequencing rule)
More details
Pengurutan (sequencing – disebut pembagian tugas atau dispatching) menentukan urutan
pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja.
Berikut aturan prioritas yang paling populer.
• FCFS ( first come, first served ): yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan
pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu.
• SPT ( shortest processing time ): waktu pemrosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu.
• EDD ( earliest due date ): batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu yang
paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
• LPT ( longest processing time ): waktu pemrosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan
terlebih dahulu.
6.Teori Kendala
(theory of constrant)
More details
Teori Kendala (Theory of Constraint)
adalah suatu filosofi dan metode untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan
secara terus-menerus dengan fokus
terhadap identifikasi faktor pembatas
yang disebut constraint (kendala).
Jenis-jenis Kendala
Adapun menurut Kaplan dan Atkinson (2000), kendala dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Kendala sumberdaya (resource constraint). Kendala ini dapat
berupa kemampuan factor input produksi seperti bahan baku,
tenaga kerja dan jam mesin.
2. Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan
tingkat minimal dan maksimal dari penjualan yang mungkin
selama dalam periode perencanaan.
3. Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi
sebagai produksi dalam siklus produksi
.
Manfaat TOC
Menurut Hansen dan Mowen (2000), penerapan
Theory of Constraint (TOC) memiliki beberapa
manfaat dan keunggulan, antara lain yaitu sebagai
berikut:

1. Produk yang lebih baik


2. Harga yang lebih rendah
3. Daya tanggap.
7. Bonttleneck Work Center

More details
.
Secara sederhana, kondisi bonttleneck atau leher botol
diilustrasikan sebagai ketidakmampuan suatu unit usaha dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik.
Kondisi ini dapat terjadi karena dua factor ;

1. Faktor pertama, jumlah bahan baku yang perlu diolah oleh unit
usaha jauh lebih tinggi dari pada sumber daya manusia atau
peralatan yang tersedia untuk mengolah bahan baku tersebut.
2. Faktor kedua, unit usaha tidak memiliki proses pengolahan
produk yang efektif dan efisien
THANK YOU!!
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai