TINJAUAN PUSTAKA
5
6
menyeimbangkan lintasan produksi maka tujuan utama yang ingin dicapai adalah
untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi disetiap stasiun kerja dan
berusaha untuk memenuhi produksi yang telah ditetapkan. Sehingga diupayakan
untuk mengurangi perbedaan waktu operasi antara stasiun kerja dan memperkecil
idle time .
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan
lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time)
dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance delay).
Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap work station
sehingga setiap work station selesai pada waktu yang seimbang dan
mencegah terjadinya bottleneck. Bottleneck adalah suatu operasi yang
membatasi output dan frekuensi produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancer.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
Dimana:
Ti = Waktu Operasi pada task
CT = Waktu siklus
13
N = Banyaknya task
Kmin = Banyaknya stasiun kerja minimal
4. Cycle time/waktu siklus (CT) merupakan waktu yang diperlukan untuk
membuat 1 unit produk per satu stasiun. Apabila waktu produksi dan
target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari
hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain
keseimbangan lini perakitan untuk sejumlah produksi tertentu, waktu
siklus harus sama dengan atau lebih besar dari waktu operasi terbesaryang
merupakan penyebab terjadinya bottleneck (kemacetan) dan waktu siklus
yangjuga harus sama ata lbih kecil darijam kerja efektif per hari dibagi
dengan jumlah produk si per hari yang secara otomatis dinyatakan sebagai
berikut:
Timaks ≤ ≤ ............................................................................... Pers 2.2
Dimana:
Timaks = Waktu operasi terbesar pada lintasan
CT = Waktu Siklus
P = Jam kerja efektif per hari
Q = Jumlah produksi per hari
5. Station Time (ST) adalah jumlah waktu dari elemen kerja/task yang
dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama.
6. Idle time adalah selisih (perbedaan) antara CT dikurangi dengan STI.
7. Balance Delay (BD) sering disebut balance loss, adalah ukuran dari
ketidaakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur
sebenarnya yang disebabkan oleh pengalokasian yang kurang sempurna di
antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dinyatakan dalam persentase.
Balance delay dapat dirumuskan sebagai berikut:
k i
BD = ............................................................... pers 2.3
k
Dimana:
k = Banyaknya stasiun kerja (WS)
CT = Waktu Siklus
14
Dimana:
k = Banyaknya stasiun kerja (WS)
CT = Waktu Siklus
STi = Stastion time Ws ke-1
9. Smoothness Index (SI) adalh suatu indeks yang menunjukkan kelancaran
relative dari suatu keseimbangan lini perakitan. Suatu smoothness index
dikatakan sempurna apabila nlainya sama dengan nol atau disebut juga
perfect balance.
Dimana:
CT = Waktu Siklus
STi = Stastion time Ws ke-1
Keterangan:
WN = Waktu Normal
WB = Waktu Baku
Operator harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa dengan kondisi dan
cara yang telah ditetapkan dan telah dibakukan untuk menyelesaikan
pekerjaan secara wajar.
5. Menguraikan Pekerjaan Atas Beberapa Elemen Pekerjaan
Pekerjaan dibagi menjadi beberapa elemen pekerjaan yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Pengukuran waktu
dilakukan atas elemen pekerjaan.
Ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam melakukan
pemisahan menjadi beberapa elemen pekerjaan yaitu:
a. Uraikan pekerjaan tersebut, tetapi harus dapat diamati oleh alat
ukur dan dapat dicatat dengan menggunakan jam henti.
b. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal karena jumlah waktu
elemen kerja tersebut merupakan siklus penyelesaian suatu
pekerjaan.
c. Antara elemen satu dengan elemen yang lain pemisahannya harus
jelas. Hal ini dilakukan agar tidak timbul keraguan dalam
menentukan kapan berakhirnya atau mulainya suatu pekerjaan.
6. Menyiapkan Alat Pengukuran
Alat yang digunakan melakukan pengukuran waktu baku tersebut yaitu:
a. Jam henti (stopwatch)
b. Lembar pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan
-
√ ..................................................................................... Pers 2.9
n-
b. Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB)
BKA = ̅ ...................................................................... Pers 2.10
BKB = ̅ - ...................................................................... Pers 2.11
Keterangan:
̅ = Waktu rata-rata
= Simpangan baku
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
K = Tingkat kepercayaan (95%)
2. Uji Kecukupan Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
pengamatan mencukupi untuk dilakukan perhitungan. Rumus uji kecukupan data
adalah sebagai berikut (Wignojosoebroto, 2008):
√ ( )
N′ = ........................................................................... Pers 2.12
Keterangan:
N’ = Banyaknya pengamatan
N = Jumlah pengamatan
k = tingkat kepercayaan (95% = 2)
s = Precision (tingkat ketelitian 5% = 0,05)
x = waktu pengukuran
Apabila ’ < N, maka jumlah data pengamatan sudah mencukupi dan
apabila ’ > N, maka jumlah data pengamatan belum mencukupi.
seperti diatas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau
terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
baku yang diselesaikan secara wajar (Sutalaksana, 2005).
1. Konsep tentang bekerja wajar
Ketidakwajaran pekerja harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu
normal. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut wajar
itu. Dengan standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang
operator. Biasanya, melalui pengamatan pengukur dapat melihat cara
kerja operator. Dalam kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa
dirasakan, yaitu bila suatu waktu melihat seorang yang sedang bekerja.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dapat menyatakan bahwa orang
tersebut bekerja dengan lambat atau sangat cepat. Ketepatan pengukur
akan lebih teliti apabila dia telah cukup berpengalaman bagi jenis
pekerjaan yang sedang diukur. Semakin berpengalaman seseorang
pengukur, indera yang dimiliki akan semakin peka melakukan
penyesuaian. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang
pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap
normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman, bekerja
tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara
kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan
pekerjaannya. Ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja,
dan konsistensi. Walaupun usaha- usaha membakukan konsep bekerja
wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap tampak sebagai hal yang
subjektif.
alma dan kadang target produski perakitan untuk suatu permintaan kadang
tidak tercapai.Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas
yang dapat dicapai pada keseimbangan lintasan produksi menggunakan
metode Region approach dan ranked positional weight. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efisiensi lintasan awal adalah 68% dan setelah
dilkaukan penerapan metode region approach dan ranked positional
weight maka didapatkan efisiensi lintasan 91% dengan metode region
approach dan 90% dengan metode ranked positional weight.
5. Maria, Helmi dan Fransiskus, (2020), P n liti n ini b rjudul “M tod
region approach untuk keseimbangan lint s n”. t siun k rj y ng
memerlukan waktu operasi yang lama dapat mengganggu kerja dari
stasiun kerja ynag lain, karena proses selanjutnya baru dapat berjalan
setelah proses stasiun kerja tersebut selesai, sehingga terjadilah waktu
menunggua. Lamanya waktu penyelesaian pekerjaan pada stasiun kerja
akan mempengaruhi keseimbangan lintasan produksi menjadi kurang
lancer dan kurang efisien. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diatasi
dengan menyeimbangkan lintasan produksi agar efisiensi kerja dan waktu
kelancaran proses produksi yang diinginkan tercapai. Dalam penelitian ini
digunakan metode region approach untuk keseimbangan lintasan produksi
terhadap waktu menunggu (balance delay), efisiensi lintasan, dan waktu
kelancaran proses produksi (smoothing index). Keseimbangan diperlukan
untuk merencanakan dan mengendalikan suatu proses produksi sehingga
dapat berjalan dengan lancer dan penyelesaian produk tepat pada
waktunya, memaksimalkan efisiensi kerja dan meminimalkan
ketidakseimbangan beban kerja antar stasiun kerja yang ada. Metode
region approach dapat mengelompokkan operasi kerja ke dalam wilayah
sehingga memudahkan pengurutan operai kerja berdasarkan priositas
operasi kerja dan operasi kerja yang memiliki waktu operasi kerja terbesar
dikerjakan terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan metode region approach pada percetakan Koran diperoleh
jumlah stasiun kerja sebanyak 3 stasiun kerja yang pada kondisi awal
29
sebanyak 6 stasiun kerja, serta penurunan balance delay dari 66% menjadi
32%, sementara efisiensi lintasan meningkat dari 33% menjadi 67% dan
smoothing index dari 222,40 menit menjadi 87,20 menit.