PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan produksi sering kali terdapat permasalahan dalam proses
produksi terutama jika produksi padat karya (menggunakan tenaga manusia). Dalam
suatu departemen terdiri dari beberapa stasiun kerja untuk menyelesaikan suatu produk
tertentu diperlukan kerjasama yang baik antar stasiun kerja dalam departemen tersebut.
Namun pada kenyataannya sering ditemukan kasus antara satu stasiun kerja dengan
stasiun kerja lainnya memiiliki kecepatan proses produksi yang berbeda sehingga
cinderung terjadi penumpukan yang mengkibatkan antrian pada salah satu atau beberapa
stasiun kerja sehingga tidak berjalan dengan maksimal.
Untuk itu diperlukan suatu metode untuk menciptakan keseimbangan dalam
proses produksi agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Salah
satu metode yang digunakan adalah metode penyeimbangan lini atau yang sering
disebut metode line balancing yakni metode yang mengelompokkan tugas produksi
kedalam beberapa stasiun kerja, untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses
produksi. Konsep ini lebih memaksimalkan bagaimana merancang metode kerja yang
meminimalkan waktu mengnganggur (idle time) dan mengurangi delay (waktu tunggu)
antara stasiun kerja satu dengan yang lainnya.
Metode line balancing akan diusulkan sebagai metode kerja baru untuk
memperbaiki metode kerja lama dalam praktikum pembuatan dompet. Yang menjadi
acuan dalam perbaikan metode ini adalah waktu standart proses produksi setiap stasiun
kerja di satu departemen produksi tertentu. Sehingga diharapkan dengan penerapan
metode ini output produksi meningkat, memperlancar proses produksi, efisiensinya
tinggi dan mampu meminimasi waktu nganggur (idle time) dalam proses produksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengantar Line Balancing
Menurut purnomo (2004). Dalam proses produksi terdiri dari beberapa aspek
aspek dasar seperti biaya, tenaga kerja, keuntungan, peralatan, sumber daya alam,
sumber daya manusia dsb. Untuk membuat keseimbangan diantara aspek-aspek tersebut
perlu adanya suatu metode, metode yang umum digunakan adalah metode line
balancing (keseimbangan lini). Metode ini digunakan untuk menentukan waktu standart
yang sama antara departemen dengan departemen lain sesuai dengan kecepatan waktu
produksi (waktu siklus) yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini untuk
meminimumkan waktu tunggu (delay time).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang line balancing yang baik
adalah dengan memeprhatikan hal-hal berikut ini seperti produksi yang continue atau
berkelanjutan agar tidak ada penumpukan benda kerja distaiun lain kareena menunggu
dari departemen lain. Arah aliran material harus tetap terjaga agar mengurangi
keterlambatan waktu tunggu, pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap
stasiun kerja yang terdapat di dalam satu lintasan.
(Baroto, 2002).
2.2 Precedence Diagram
Untuk
memudahkan
perencanaan
dan
pengontrolan
kegiatan
produksi
menggunakan precedence diagram yakni urutan operasi kerja yang digambarkan dalam
bentuk grafis atau lingkaran-lingkaran yang terhubung satu dengan yang lainnya.
Simbol-simbol yang digunakan untuk membuat precedence diagram diantaranya simbol
lingkaran dengan huruf dan nomer dari suatu proses operasi, angka yang berada diatas
simbol lingkaran yang menunjukkan waktu standart operasi dan tanda panah sebagai
urutan proses operasi (Baroto, 2002).
2.3 Penentuan Cycle Time (CT)
Waktu siklus atau yang sering disebut cycle time merupakan alokasi waktu yang
diberikan kepada stasiun kerja untuk menyelesaikan task-task yang telah diberikan
kepada stasiun kerja tersebut. Penentuan baik tidaknya waktu siklus berdasarkan tingkat
produksi (production rate) yakni berapa jumlah produk yang ingin dihasilkan dalam
jangka waktu tertentu.
Untuk menetapkan waktu siklus berdasrkan beberapa hal yakni antara lain:
1.
Berdasarkan tingkat produksi yakni menjumlahkan seluruh waktu yang tersedia tiap
2.
3.
Untuk mengatasi keseimbangan lini dalam suatu stasiun kerja juga dapat
menggunakan metode killbrigdge and wester. Prinsip kerja dari metode ini dengan
mengelompokkan task-task yang memiliki keterhubungan yang sama antar satu task
dengan task lain.
Langkah-langkah untuk menerapkan metode killbridge wester adalah sebagai
berikut ini:
1. Mengelompokkan sejumlah task ke dalam sebuah kelompok yang sama.
Misalnya kelompok yang tidak mempunyai task pendahulu, kelompok yang
mempunyai task pendahulu 1, kelompok yang mempunyai task pendahulu 2 dan
seterusnya.
2. Menggabungkan task-task ke sebuah kelompok. Penggabungan ini berdasarkan
penjumlahan waktu total dari masing-,masing kelompok yakni yang memiliki
nilai mendekati atau sama dengan total waktu siklus. Pindahkan task-task dari
departemen satu ke lainnya sesuai dengan nilai waktu standart yang mendekati
waktu siklus.
3. Jika suatu task task waktu totalnya kurang dari waktu siklus gabungkan dengan
kelompok task lainnya.
4. Lakukan langkah-langkah diatas sampai semua task masuk di stasiun kerja.
(Baroto, 2002).
2.4.3 Metode Largest Candidate Ruler
Metode largest candidate ruler dapat menyelesaikan masalah dengan
pertimbangan waktu urutan secara sekaligus hal ini menjadi salah satu keunggulan
dari metode largest candidate ruler dibandingkan dengan metode lainnya. Prosedur
yang dilakukan dalam menrapkan metode largest candidate ruler adalah dengan
membuat bagan predecessor tiap elemn kerja. Lalu diurutkan berdasarkan waktu
elemen, setelah itu menghitung waktu siklus (time cycle) dan menempatkan elemen
kerja dalam stasiun kerja dngan prioritas waktu elemen dan banyaknya kegiatan.
(Ramadhan S, 2012).
2.4.4 Metode J-Wagon
Metode j-wagon merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
keseimbangan lini (line balancing) yang menitik beratkan pada pengelompokan
elemen kerja terbanyak dalam stasiun kerja. Jika ada dua elemen kerja yang
memiliki bobot sama yang lebih diprioritaskan adalah yang memiliki waktu
pengerjaan lebih besar.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Dalam pembuatan dompet, berikut ini alat dan bahan yang
digunakan.
3.1.1
Alat
Spidol (1 buah)
2.
3.
Gunting (4 buah)
4.
5.
Lem (5 buah)
6.
Checksheet (7 buah)
7.
Stopwatch (7 buah)
8.
3.1.2
Bahan
waktu siklus terkecil yang digambarkan dalam sebuah precedence diagram baru
berdasarkan perhitungan cycle time.
4. Mengelompokkan setiap operasi pembuatan dompet berdasarkan metode ranced
positional weight. Yakni dengan mengelompokkan dan mengurutkan operasi
berdasarkan posisi terbesar ke posisi terkecil dari etiap operasi. Kemudian membuat
precedence diagram baru sesuai pengelompokkan posisi berdasarkan metode
ranced positional weight.
5. Membuat precedence diagram dengan metode killbridge and wester (region
approach) yakni dengan membagi vertikal wilayah operasi yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Hasil pembagian setiap wilayah tersebut dihitung nilai efficiency
balancing, delay balancing dan smoothness index setelah perhitungan menunjukkan
tingkat efisiensi tinggi maka hasil pembagian operasi kerja tersebut dibuat
precedence diagram baru.
6. Membuat precedence diagram dengan metode largest candidate rule yakni
pengelompokkan operasi dengan menentukan constraint atau batasan tertentu
seperti waktu dan operasi pendahulunya serta mengurutkan berdasarkan waktu
operasi terbesar yang sudah ditetapkan sebelumnya.
7. Membuat precedence diagram dengan menggunakan metode J-Wagon yakni dengan
mengurutkan operasi berdasarkan jumlah elemen kerja terbesar ke jumlah elemen
kerja terkecil.
8. Dari beberapa metode yang digunakan untuk membuat precedence diagram baru
dipilih salah satu metode yang paling baik yang sesuai dengan pembagian stasiun
kerja yang diinginkan.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
4.2
Rekap Data
4.2.1 Rekap data waktu tiap operasi (30 data)
4.2.1.1 Departemen pengukuran
Pada depertemen pengukuran terdapat beberapa aktivitas yang terdiri dari pengukuran kain denim, pengukuran kain furing dan
pengukuran mal :
A. Pengukuran kain denim
Berikut adalah data yang diambil saat operator melakukan pengukuran kain denim di departemen pengukuran. Berikut 30 data
sampling untuk waktu pengukuran pada bahan (kain denim) saat pembuatan dompet :
Tabel 4.1 Operasi 1 pengukuran kain denim
C. Pengukuran mal
Berikut adalah data yang diambil saat operator melakukan pengukuran kain denim di departemen pengukuran. Berikut 30 data
sampling untuk waktu pengukuran pada bahan (mal) saat pembuatan dompet :
Tabel 4.3 Operasi 3 pengukuran mal
C. Pemotongan mal
Berikut adalah data yang diambil saat operator melakukan pemotongan mal di departemen pemotongan. Berikut 30 data sampling
untuk waktu pemotongan pada mal saat pembuatan dompet :
Tabel 4.6 Operasi 6 pemotongan mal
B. Pembuatan skat 2
Berikut adalah data yang diambil saat operator melakukan pembuatan skat 2 di departemen perakitan 1. Berikut 30 data sampling
untuk waktu pembuatan skat 2 saat pembuatan dompet :
Tabel 4.8 Operasi 8 pembuatan skat 2
4.2.2
WN x
100
100 allowance
detik/unit
Dari data modul 1 kemaren diketahui waktu normal, allowance dan waktu
standart. Berikut adalah rekapannya:
Tabel 4.18 perhitungan waktu standart
1.
2.
3.
4.4 Penentuan Cycle Time (Waktu Siklus) dan Stasiun Kerja Minimum
Cycle time atau disebut juga waktu siklus merupakan waktu rata-rata yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan dua assembly secara berturut-turut, dengan asumsi
setiap assembly mempunyai kecepatan yang konstan.
Berdasarkan tingkat produksi
CT =
Keterangan :
STi
Line Efficiency
LE
STi x 100
k x CT
= Waktu siklus
1,3692
x 100
10 x 0,1674
81,79
Smoothness index
WS 1
CT
WS 2
CT
WS 3
CT
WS 4
CT
WS
5
SI =
CT
WS 6
CT
WS 7
CT
WS 8
CT
WS 9
CT
WS10
CT
0,02243197
= 0,149773061
3. Delay Time
DT = k x STmax -
ST i
= 10 x 0,1674 - 1,3692
= 0,3048
DT
x 100
k x ST Max
0,3048
x 100
10 x 0,1674
18,21
4.5.2
Keterangan :
STi
STi x 100
k x CT
= Waktu siklus
1,3692
x 100
10 x 0,1674
81,79
b. Smoothness index
WS 1
CT
WS 2
CT
WS 3
CT
WS 4
CT
WS
5
SI =
CT
WS 6
CT
WS 7
CT
WS 8
CT
WS 9
CT
WS10
CT
0,02243197
= 0,149773061
c. Delay Time
DT = k x STmax -
ST i
= 10 x 0,1674 - 1,3692
= 0,3048
DT
x 100
k x ST Max
0,3048
x 100
10 x 0,1674
18,21
4.5.3
1. Urutkan seluruh elemen pekerjaan berdasarkan waktu elemen mulai dari waktu
elemen terbesar.
2. Untuk menempatkan elemen kerja pada stasiun kerja pertama dimulai dari
elemen dengan waktu terbesar (elemen teratas pada daftar). Kemudian
masukkan elemen kerja yang berada pada urutan dibawahnya. Elemen kerja
yang dimaksukkan tidak boleh melanggar presedence constraint dan jumlah
waktu elemen-elemen tersebut tidak boleh melebihi waktu siklus.
3. Lanjutkan proses pengelompokkan seperti pada no 2.
4. Ulangi langkah kerja no 2 dan 3 hingga semua operasi kerja telah
dikelompokkan.
Keterangan :
STi
STi x 100
k x CT
1,3692
x 100
12 x 0,1674
68,16
2. Smoothness index
= Waktu siklus
WS 1
CT
WS 2
CT
WS 3
CT
WS 4
CT
WS
5
SI =
CT
WS 6
CT
WS 7
CT
WS 8
CT
WS 9
CT
WS10
CT
WS 11
CT
WS12
CT
(0,16740,1674)2 +(0,16740,0609)2
=
(0,0549)2+(0,0479)2+(0,024)2 +(0,0402)2 +(0,1166)2 +(0,0363)2+(0,0774)2 +( 0,0452)2 +(0,0062)2 +
(0,0844)2 +( 0)2+(0,1065)2
=
0,04895156
= 0,221249994
3. Delay Time
DT = k x STmax -
ST i
= 12 x 0,1674 - 1,3692
= 2,0088 1,3692
= 0,6396
4. Presentase Waktu Menganggur (% DT)
%DT =
DT
x 100
k x ST Max
0,6396
x 100
12 x 0,1674
31,85
4.5.4
Metode J Wagon
Urutan langkah-langkah pada metode j-wagon adalah sebagai berikut:
Keterangan :
STi
STi x 100
k x CT
1,3692
x 100
10 x 0,1674
81,79
= Waktu siklus
2. Smoothness index
WS 1
CT
WS 2
CT
WS 3
CT
WS 4
CT
WS
5
SI =
CT
WS 6
CT
WS 7
CT
WS 8
CT
WS 9
CT
WS10
CT
(0,00131769)+ ( 0,00217156 )
=
0,01418092
= 0,119083668
3. Delay Time
DT = k x STmax -
ST i
= 10 x 0,1674 - 1,3692
= 0,3048
4. Presentase Waktu Menganggur (% DT)
%DT =
DT
x 100
k x ST Max
0,3048
x 100
10 x 0,1674
18,21
Dari keempat metode line balancing diatas didapatkan suatu metode yang sangat
efisien dan memiliki prosentase delay yang paling sedikit yaitu metode j wagon, dimana
dengan nilai efisiensinya sebesar 81,79 %, smoothing indeks 0,1191 dan prosentase
delay sebesar 18,21 %, metode ini sangat direkomendasikan untuk perancangan stasiun
kerja yang baru. Ada juga metode yang kurang direkomendasikan yaitu metode Largest
Candidate Rule (LCR), metode ini memiliki nilai efisiensi yang kecil yaitu 68,16 %,
smoothing indeks 0,2212 dan prosentase delay yang besar yaitu 31,85 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum analisis dan perancangan sistem kerja modul 3 kali ini
yaitu tentang line balancing dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Didapatkan perhitungan manual pada ke-4 metode line balancing yang pertama
metode RPW didapatkan efisiensi lintasan sebesar 81,79 %, smoothing indeks
0,1409, delay time 0,3048, prosentase menganggur 18,21 %, pada metode KW
didapatkan efisiensi lintasan sebesar 81,79 %, smoothing indeks 0,1409, delay time
0,3048, prosentase menganggur 18,21 %, pada metode LCR didapatkan efisiensi
lintasan sebesar 68,16 %, smoothing indeks 0,2163, delay time 0,6396, prosentase
menganggur 31,85 % dan yang terakhir pada metode j wagon didapatkan efisiensi
lintasan sebesar 90,88 %, smoothing indeks 0,0666, delay time 0,1374, prosentase
menganggur 9,11 %.
2. Metode yang sangat efisien dan memiliki prosentase delay yang paling sedikit yaitu
metode j wagon, dimana dengan nilai efisiensinya sebesar 90,88 % dan prosentase
delay sebesar 9,11 %, metode ini sangat direkomendasikan untuk perancangan
stasiun kerja yang baru. Ada juga metode yang kurang direkomendasikan yaitu
metode Largest Candidate Rule (LCR), metode ini memiliki nilai efisiensi yang
kecil yaitu 68,16 % dan prosentase delay yang besar yaitu 31,85 %.
3. Perbaikan metode kerja baru pada produksi pembuatan dompet ini agar
mendapatkan hasil efektifitas yang tinggi dan waktu delay yang sedikit yaitu dapat
menggunakan 9 departemen seperti pada metode j wagon.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum analisis dan perancangan sistem kerja modul 3 kali ini
yaitu tentang line balancing didapatkan suatu saran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan tabel yang kurang digunakan, tabel sebaiknya berupa data rekapan
yang diperlukan saja sehingga memperhemat kertas dan halaman laporan.
DAFTAR PUSTAKA