ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan pada lini pembuatan rangka (frame) dan merancang usulan perbaikan lini perakitan
produksi pada pembuatan rangka (frame) pada PT. Bitzer Compressors Indonesia. Metode penelitian
yang dilakukan dalam hal ini peneliti menggunakan metode line balancing metode penelitian ini
mempunyai tujuan menyeimbangkan lini perakitan pada sebuah proses atau perakitan agar lebih efektif
dan efisien. Pengumpulan data diambil melalui sumber data primer yaitu melalui wawancara langsung
dan pengamatan secara langsung sebanyak 10 kali untuk mendapatkan waktu siklus pembuatan frame
serta dengan data sekunder melalui data pembuatan frame yang sudah di standarisasikan pada
perusahaan serta jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan keseimbangan lintasan. Hasil penelitian
yang diperoleh bahwa dari analisis keseimbangan lintasan pada pembuatan frame adalah dengan
membandingkan dari ketiga metode line balancing yang di gunakan yaitu metode Ranked Position
Weight, metode Largest Candidat Rule dan metode Region Approach memiliki hasil yang berbeda-beda
dan metode yang terbaik ialah metode Ranked Position Weight karena memiliki efisiensi yang tinngi dan
waktu menganggur yang rendah Dari hasil resume yang sudah didapat, dapat dikatakan bahwa metode
yang tepat untuk digunakan perusahaan yaitu metode Ranked Position Weight (RPW). Karena pada
metode ini memiliki nilai delay time kecil yaitu 65,00, presentase delay time terkecil, yaitu sebesar
9,03%, nilai efisensi yang besar yaitu 90,59%, dan nilai smothnees index terkecil yaitu 49,35. Jadi
simpulan yang diperoleh dari ketiga metode yang telah dianalisis dan dibandingkan yaitu metode ranked
position weight (bobot posisi), metode largest candidat rule (pembebanan berurut), dan metode region
approach (pendekatan wilayah). Metode yang paling tepat untuk digunakan pada departemen frame,
sandblasting frame, dan painting frame dalam membuat sebuah frame di PT. Bitzer Compressors
Indonesia yaitu metode ranked position weight dilihat beberapa faktor seperti efektifitas, efisiensi, waktu
menganggur, serta kelancaran pada perakitan.
Kata Kunci : Keseimbangan lini, proses pembuatan frame, Metode Ranked Position Weight, metode
Largest Candidat Rule dan metode Region Approach
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan di seluruh kegiatannya mempunyai tujuan dalam
membuat dan menjual berbagai produk tertentu, Untuk itu maka perusahaan harus
menyesuaikan dengan keinginan konsumen atau kemajuan zaman. Dalam
pengelolaan serta pengalokasian lintas perakitan produksi yang tersedia diperlukan
suatu kerangka atau sistem kerja yang saling mendukung. Salah satu bagian
tersebut adalah bagian produksi yang merupakan suatu kegiatan yang menjadi
fokus di dalam suatu fungsi perusahaan secara keseluruhan. Terjadinya bottleneck
pada lintas perakitan disebabkan oleh ketidaksamaan waktu stasiun dengan waktu
siklus atau dapat dikatakan tidak seragamnya waktu pengerjaan pada setiap stasiun
kerja, juga akibat dari kurangnya alat-alat pendukung pekerjaan perakitan yang
lebih otomatis sehingga menimbulkan waktu tunggu serta pengalokasian lintas
perakitan produksi yang tersedia dalam sistem kerja yang belum mendukung.
Oleh karena itu, peneliti ingin merancang sitem kerja yang efektif dan
efisien untuk keseimbangan lini pembuatan rangka (frame) di PT Bitzer
Compressors Indonesia dengan menggunakan 3 metode line balancing, yaitu
metode ranked position weight (bobot posisi), metode largest candidat rule
(pembebanan berurut), dan metode region approach (pendekatan wilayah). Dari
ketiga metode tersebut kemudian peneliti akan membandingan metode mana yang
paling baik dan menerapkannya di PT. Bitzer Compressors Indonesia.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan pada lini
pembuatan rangka (frame).
2. Merancang usulan perbaikan lintas perakitan produksi pada pembuatan rangka
(frame).
3. Mengetahui metode yang terbaik untuk meningkatkan keefektifan dan
keefisiensian lini pembuatan rangka (frame), dengan membandingkan metode
ranked position weight (bobot posisi), metode largest candidat rule
(pembebanan berurut), dan metode region approach (pendekatan wilayah).
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
1. Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang
pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam
sistem kerja terbaik (Sutalaksana dkk., 2006:131).
2. Teknik-teknik pengukuran waktu.
secara garis besar dibagi kedalam dua bagian (Sutalaksana dkk., 2006:131),
yaitu : a. Pengukuran waktu secara langsung, b. Pengukuran waktu secara
tidak langsung
3. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti
Metode ini sangat baik diaplikasikan untuk pekerjaan–pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive) dengan menggunakan
stopwatch sebagai alat pengukur waktu yang ditunjukan dalam penyelesaian
suatu aktivitas yang diamati (Wignjosoebroto, 2003:132).
4. Line Balancing
Terminologi Line Balancing, Tujuan Line Balancing, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Line Balancing, Masalah Line Balancing, Langkah
Pemecahan Line Balancing, Berapa Cara untuk Mencapai Keseimbangan
Lintasan
5. Metode Keseimbangan Lintasan Produksi
Metode Analitis, Metode Komputerisasi, Metode Heuristik
METODOLOGI PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini dilakukan
pada bulan Maret 2016 sampai dengan Mei 2016. enelitian dilaksanaakan di
perusahaan PT BCI
B. Metode Penelitian
1. Studi Pustaka dan Studi Lapangan, 2. Metode Pengamatan,
3. Wawancara, 4. Dokumentasi
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer, 2. Data Sekunder
D.Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengolahan data, kemudian hal yang dilakukan
yaitu menganalisis data-data yang telah didapat. Dari metode ranked
positional weight, metode largest candidate rule, dan metode region
approach yang diolah, kemudian mencari kelebihan dan kelemahan metode
dalam penerapannya di perusahaan. Peneliti memilih satu metode terbaik
dengan melihat pada nilai delay time dan smoothing index terkecil dan nilai
presentase efisiensi stasiun kerja terbesar. Setelah itu menggunakan atau
menerapkan metode line balancing yang telah dipilih dan kemudian
mencoba mengaplikasikannya pada lintasan produksi pembuatan frame
pada bagian proses frame, sanblasting, dan painting frame di PT Bitzer
Compressors Indonesia.
B. Pengolahan Data
1. Pengukuran Waktu Kerja
Menghitung Waktu Baku: a. Waktu Siklus (Cycle Time, faktor
penyesuaian, Waktu Normal, Kelonggaran (allowance) lelah (fatigue) dan
gangguan-gangguan lain yang tidak dapat dihindari oleh operator. Waktu
baku: Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sudah mencakup kelon
ggaran waktu (allowance time).
Gambar 4.1
Precedence Diagram Proses Frame
Dan berikut keterangan dari gambar precedence diagram di atas:
Tabel 4.2. Waktu operasi pada proses frame
No. Waktu Waktu
Ope Proses Frame proses aktual Keterangan
rasi (Menit) (Menit)
1 Persiapan alat kerja 10.07 10.07 -
2 Pengambilan bahan baku 9.72 9.72 -
Pengukuran desain sesuai
3 17.11 17.11 -
drawing
4 Pemotongan bahan baku 10.67 10.67 -
5 Penyetingan bahan baku 29.12 29.12 -
6 Pemeriksaan 8.82 8.82 -
7 Pengelasan frame 20.00 21.31 bottleneck
8 Penggerindaan frame 20.00 23.46 bottleneck
Proses penitikan lubang pada
9 15.00 17.77 bottleneck
frame
Pemeriksaan dan pembersihan
10 9.93 9.93 -
frame
11 Pembuatan fixing rail 25.00 30.44 bottleneck
12 Pemeriksaan frame 9.49 9.49 -
13 Persiapan alat kerja 19.45 19.45 -
Pengambilan frame ke ruang
14 7.17 7.17 -
sandblast
1,2,3,4,5,6,7, 9,10,12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,2
9 430.06 17.77
8 4,25,26
1,2,3,4,5,6,7, 10,12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,
10 412.29 9.93
8,9 25,26
11,12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,
11 - 432.80 30.44
25,26
1,2,3,4,5,6,7, 12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,
12 402.35 9.49
8,9,10 26
13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,
13 - 412.32 19.45
26
1,2,3,4,5,6,7,8,9, 14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,2
14 392.87 7.17
10,11,12,13 5,26
1,2,3,4,5,6,7,8,9, 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,2
15 385.70 31.56
10,11,12,13,14 6
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
16 10,11,12,13,14,1 16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26 354.14 7.51
5
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
17 10,11,12,13,14,1 17,18,19,20,21,22,23,24,25,26 346.63 8.33
5,16
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
18 10,11,12,13,14,1 18,19,20,21,26 132.97 10.45
5,16,17
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
19 10,11,12,13,14,1 19,20,21,26 122.51 44.92
5,16,17,18
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
20 10,11,12,13,14,1 20,21,26 77.59 17.48
5,16,17,18,19
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
21 10,11,12,13,14,1 21,26 60.11 50.64
5,16,17,18,19,20
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12,13,14,1
22 22,23,24,25,26 214.81 9.47
5,16,17,18,19,20
,21
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12,13,14,1
23 23,24,25,26 205.33 38.06
5,16,17,18,19,20
,21,22
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12,13,14,1
24 24,25,26 167.27 10.45
5,16,17,18,19,20
,21,22,23
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12,13,14,1
25 25,26 156.82 147.34
5,16,17,18,19,20
,21,22,23,24
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12,13,14,1
26 26 9.47 9.47
5,16,17,18,19,20
,21,22,23,24,25
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Urutkan elemen pekerjaan mulai dari bobot tertinggi hingga bobot
terendah (decreasing).
3) Lakukan pengelompokan elemen pekerjaan menjadi stasiun kerja sesuai
dengan urutan bobot posisinya dengan tetap memperhatikan precedence
constraints dan waktu siklus.
Tabel 4.5. Alokasi Operasi Kerja Pada Stasiun Kerja
Stasiun No. Waktu Stasiun
Nama Operasi Kerja Waktu
Kerja Operasi (St)
1 Persiapan alat kerja 10.07
2 Pengambilan bahan baku 9.72
3 Pengukuran desain sesuai drawing 17.11
4 Pemotongan bahan baku 10.67
5 Penyetingan bahan baku 29.12
6 Pemeriksaan 8.82
7 Pengelasan frame 21.31
I 8 Penggerindaan frame 23.46 224.54
11 Pembuatan fixing rail 30.44
9 Proses penitikan lubang pada frame 17.77
10 Pemeriksaan dan pembersihan frame 9.93
13 Persiapan alat kerja 19.45
12 Pemeriksaan frame 9.49
Pengambilan frame ke ruang
14 7.17
sanblast
15 Proses sandblasting 31.56
16 Pemeriksaan frame 7.51
17 Pembersihan frame 8.33
22 Proses epoxy II 9.47
II 23 Pengeringan epoxy II 38.06 178.25
24 Proses pengecatan warna hijau II 10.45
18 Proses epoxy I 10.45
19 Pengeringan epoxy I 44.92
20 Proses pengecatan warna hijau I 17.48
25 Pengeringan cat hijau II 147.34
III 21 Pengeringan cat hijau I 50.64 207.45
26 Pemeriksaan frame 9.47
Sumber : Hasil pengolahan data
K =3
STmax = 232,06
Sehingga nilai yang didapatkan menggunakan rumus presentase
delay time sebesar 12,34%.
c) Efesiensi stasiun kerja
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi
tiap stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar
(Ws). Lintas produksi yang baik adalah yang memiliki nilai line
efficiency yang tinggi yang menunjukkan bahwa seluruh stasiun
kerja memiliki waktu yang sama dengan waktu siklus yang telah
ditetapkan.
Tabel 4.9 Perhitungan efiensi stasiun kerja
Stasiun
STk Stmax % ( STmax - STk )2
Kerja
1 232.06 232.06 100% 0.00
2 210.92 232.06 91% 446.84
3 167.27 232.06 72% 4197.20
Σ 263% 4644.05
Sumber : Hasil Pengolahan Data
263%
Efisiensi rata-rata lintasan =
3
Keterangan :
K = Jumlah stasiun kerja
STmax = Waktu stasiun kerja terbesar
STk = Waktu statiun kerja i
i = 1, 2, 3, …, n
Berdasarkan pengolahan data line balancing yang dilakukan dengan
metode Largest Candidat Rule (Helgeson Birnie) ini didapatkan
nilai (STmax -STk)2 = 4644,05. Sehingga nilai yang didapatkan
menggunakan rumus Smoothes index sebesar 68,15 menit.
d. Perhitungan line balancing metode pendekatan daerah (region approach)
Region Approach merupakan metode heuristik yang menempatkan
elemen pekerjaan pada stasiun kerja berdasarkan posisi pada Precedence
Diagram. Elemen yang terletak lebih awal pada diagram ditempatkan lebih
dulu pada stasiun kerja pertama.
Hal ini mengatasi kelemahan pada metode Largest Candidate Rule
dimana elemen yang terletak di ujung precedence diagram dapat menjadi
kandidat pada stasiun pertama akibat nilai waktu elemen yang besar.
Gambar 4.2
Pendekatan Wilayah
Sumber : Hasil Pengolahan Data
1 10.07
2 9.72
3 17.11
4 10.67
5 29.12
6 8.82
7 21.31
I
8 23.46
9 17.77
10 9.93
11 30.44
12 9.49
13 19.45
14 7.17
15 31.56
16 7.51
17 8.33
18 10.45
19 44.92
II
20 17.48
21 50.64
22 9.47
23 38.06
24 10.45
25 147.34
III
26 9.47
Sumber : Hasil Pengolahan Data
3) Lakukan evaluasi dan pertukaran elemen kerja antar stasiun kerja bila
perlu dan pengalokasian operasi kerja pada stasiun kerja.
Tabel 4.11
Alokasi Operasi Kerja Pada Stasiun Kerja
Waktu
Stasiun No.
Nama Operasi Kerja Waktu Stasiun
Kerja Operasi
(St)
1 Persiapan alat kerja 10.07
2 Pengambilan bahan baku 9.72
3 Pengukuran desain 17.11
4 Pemotongan 10.67
5 Penyetingan 29.12
6 Pemeriksaan 8.82
7 Pengelasan frame 21.31
I 8 Penggerindaan 23.46 224.54
Proses penitikan lubang
9 17.77
pada frame
10 Pemeriksaan frame 9.93
11 Pembuatan fixing rail 30.44
12 Pemeriksaan frame 9.49
13 Persiapan alat kerja 19.45
14 Pengambilan frame 7.17
15 Proses sandblasting 31.56
16 Pemeriksaan frame 7.51
17 Pembersihan frame 8.33
18 Proses epoxy I 10.45
II 228.89
19 Pengeringan epoxy I 44.92
20 Proses pengecatan I 17.48
21 Pengeringan cat I 50.64
22 Proses epoxy II 9.47
23 Pengeringan II 38.06
24 Proses pengecatan II 10.45
25 Pengeringan II 147.34
III 156.82
26 Pemeriksaan frame 9.47
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Stasiun
STk STmax % ( STmax - STk )2
Kerja
1 224.54 224.54 100% 0.00
2 228.89 224.54 102% 18.87
3 156.82 224.54 70% 4586.83
Σ 272% 4605.70
Perhitungan efiensi stasiun kerja
Berdasarkan pengolahan data line balancing yang dilakukan dengan
Region Approach (Killbridge Wester) ini didapatkan nilai :
Σ efisiensi
Efisiensi rata-rata lintasan =
Jumlah stasiun
272%
Efisiensi rata-rata lintasan =
3
Dari hasil resume yang sudah didapat, dapat dikatakan bahwa metode yang
tepat untuk digunakan perusahaan yaitu metode Ranked Position Weight. Karena
pada metode ini memiliki nilai delay time kecil yaitu 65,00 menit, presentase delay
time terkecil, yaitu sebesar 9,03%, nilai efisensi yang besar yaitu 90,59%, dan nilai
smothnees index terkecil yaitu 49,35 menit.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis
keseimbangan lini pada departemen frame, sandblasting frame, dan painting frame
dalam membuat sebuah frame pada PT Bitzer Compressors Indonesia. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Setelah melakukan penelitian, faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak
efisien dan efektif pada proses frame tersebut yaitu adanya beban kerja yang
terlalu berlebihan dapat dilihat dari banyaknya nilai delay time (waktu
menganggur) dan smoothness index atau kelancaran pada lintasan perakitan
dimana jika nilai smoothness index semakin jauh dari nilai 0 (nol) maka dapat
dikatakan lintasan perakitan tersebut dan tidak lancar serta sedikitnya nilai
efesiensi lintasan sangat berpengaruh karena semakin kecil nilai efisiensi
lintasan tersebut maka semakin tidak efisien.
2. PT Bitzer Compressors Indonesia mempunyai waktu standar yang dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan. Khususnya di departemen frame, sandblasting
frame, dan painting frame dalam membuat sebuah frame, waktu standar ini
digunakan untuk membuat sebuah frame dengan operasi sebanyak 26 operasi
kegiatan. Dari data waktu standar tersebut peneliti melakukan pengamatan
secara langsung untuk mendapatkan waktu actual sebagai pembanding, dan
dari hasil pengamatan terdapat 4 (empat) operasi yang melewati dari waktu
standar perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan rancangan usulan
perbaikan lintas perakitan produksi pada pembuatan rangka (frame) dengan
menerapkan line balancing metode ranked position weight (bobot posisi).
3. Dari ketiga metode yang telah dianalisis dan dibandingkan yaitu metode
ranked position weight (bobot posisi), metode largest candidat rule
(pembebanan berurut), dan metode region approach (pendekatan wilayah).
Metode yang paling tepat untuk digunakan pada departemen frame,
sandblasting frame, dan painting frame dalam membuat sebuah frame di PT
Bitzer Compressors Indonesia yaitu metode ranked position weight (bobot
posisi), karena pada metode ini memiliki nilai delay time terkecil yaitu 65,00
menit, presentase delay time sebesar 9,03%, nilai efisensi yang besar yaitu
90,59%, dan nilai smothnees index terkecil yaitu 49,35 menit.
B. Saran
1. Pada sebuah perusahaan sangat disarankan untuk menggunakan atau
menerapkan keseimbangan lini (line balancing), serta merekrut karyawan
(engineer) atau seorang pekerja yang berkompeten pada bidang tersebut.
Karena, metode ini banyak menguntungkan bagi perusahaan jika digunakan.
2. Mengurangi faktor-faktor penyebab yang berdampak pada perakitan frame,
seperti menerapkan keseimbangan lini pada proses pembuatan sebuah frame,
mengerjakan pekerjaan semaksimal mungkin untuk para karyawan di PT Bitzer
Compressors Indonesia.
3. Untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan lini proses pembuatan sebuah
frame pada PT Bitzer Compressors Indonesia sangat tepat menggunakan
metode Ranked Position Weight (Helgeson Birnie).
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, T. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Gaspersz, V. (1998). Production Planning and Inventory Control. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Ginting, R. (2007). Sistem Produksi Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haming, M., & Nurnajamuddin, M. (2011). Manajemen Produksi Modern Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusrianto, A. (2013). Excel. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kusuma, H. (2004). Manajemen Produksi. Yogyakarta: ANDI.
Nasution, A. H., & Prasetyawan, Y. (2008). Perencanaan & Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Permana, B. (2014). Microsoft Office 2007. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Prasetya, H., & Lukiastuti, F. (2009). Manajemen Operasi. Yogyakarta: Media
Presindo.
Render, B., & Heizer, J. (2001). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (2006). Teknik
Perancangan Sistem Kerja Edisi Kedua. Bandung: ITB.
Team APK & E. (2006). Petunjuk Praktikum Analisa Perancangan Kerja I.
Jakarta: UNINDRA.
Gozali, L., Widodo, L., & Bernhard, M. (n.d.). Jurnal Teknik Industri,
ISSN:1411-6340. ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA DEPARTEMEN
CHASSIS PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN
ALGORITMA ANT COLONY, RANK POSITIONAL WEIGHT, DAN
ALGORITMA GENETIKA, 119-126.