Anda di halaman 1dari 30

NAILASARI

X-B PUTRI

SMA-TQ MUADZ BIN JABAL


DAFTAR ISI
Daftar isi……………………………………………………………………………………..…………..… 2

DIMENSI TIGA ….………….…………………………..…………………………….…………………... 3

A. Kedudukan Titik, Garis, Dan Bidang Dalam Ruang …………………………….……….. 3


1. Titik …………………………………………………………………………………………………………………………. 3
2. Garis ………………………………………………………………………..………………………………………………. 3
3. Bidang ………………………………………………………………………………………………….…………………. 4
4. Kedudukan Titik Terhadap garis ………………………………………………………..……………………. 4
5. Kedudukan Titik Terhadap Bidang ……………………..……………………………..……………………. 5
6. Kedudukan garis Terhadap garis Lain ……………………………………………….……………………. 5
7. Kedudukan garis Terhadap Bidang Lain …………………………………………...……………………. 5
8. Kedudukan Bidang Terhadap Bidang Lain ……………………………………...……...………………. 6
B. Volume Bangun Ruang …………………………………………………………….……………… 6
1. Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) ……………………………………………………………….…..…. 7
a. Tabung (Silinder) ………………………………………………………………………………………………. 7
b. Kerucut ……………………………………………………………………………………………………………… 8
c. Kerucut Terpancung ………………………………………………………………………………………….. 8
d. Bola …………………………………………………………………………………………………………………… 9
2. Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) …………………………………………………………………………….. 10
a. Kubus ………………………………………………………………………………………………………………… 10
b. Balok …………………………………………………………………………………………………………………. 11
c. Prisma Tegak .…………………………………………………………………………………………………….. 12
d. Limas (Piramida)…………….………………………………………………………………………………….. 13
C. Jarak Dari Titik Ke Titik, Titik Ke Garis, Dan Titik Ke Bidang …………………………..15
1. Jarak Dari Titik Ke Titik ……………………………………………………………………………………………. 15
2. Jarak Dari Titik Ke Garis …………………………………………………………………………………………… 16
3. Jarak Dari Titik Ke Bidang ………………………………………………………………………………………… 18
D. Jarak Antara Dua Garis Yang Bersilangan Pada Bangun Ruang ………………………19
E. Jarak Dua Garis Sejajar …………………………………………………………………………….19
F. Jarak Garis Dan Bidang Sejajar ………………………………………………………………….21
G. Jarak Antara Dua Bidang Sejajar ………………………………………………………………..23
H. Sudut …………………………………………………………………………………………………….24
1. Sudut Antara Garis Dan Bidang ………………………………………………………………………………. 24
2. Sudut Antara Dua Bidang ……………………………………………………………………………………….. 27
I. Irisan Suatu Bidang Dengan Bangun Ruang ………………………………………….….…. 27

Daftar Pustaka …………………………………………………………………….………….…….……. 29

2
A.Kedudukan Titik, Garis, Dan Bidang Dalam Ruang
1. Titik

Suatu titik ditentukan oleh letaknya, tetapi tidak memiliki ukuran (besaran), sehingga dikatakan
bahwa titik tidak berdimensi. Sebuah titik dilukiskan dengan tanda noktah dan dibubuhi nama
menggunakan huruf capital.

Contoh 1

. .
A B

Contoh 2

Perhatikan kubus ABCD.EFGH di samping.


 Titik-titik pada kubus ABCD.EFGH tersebut adalah :
A, B, C, D, E, F, G, dan H.

2. Garis

Garis adalah himpunan dari titik-titik yang mempunyai panjang tetapi tidak memiliki lebar atau
tebal sehingga dikatakan garis berdimensi satu.
Contoh 1

(a) garis l atau garis ⃡𝐴𝐵 (b) 𝐴𝐵 (dibaca sinar 𝐴𝐵) (c) 𝐴𝐵
̅̅̅̅̅(dibaca ssegmen 𝐴𝐵)
(dibaca garis 𝐴𝐵)

3
Contoh 2

Perhatikan Kubus ABCD. EFGH di samping.

 Garis-garis pada kubus ABCD.EFGH antara lainAB, CG, BG


(diagonal sisi), AG (diagonal ruang).

3. Bidang

Bidang adalah himpunan titik-titik yang memiliki


ukuran panjang dan luas, sehingga dikatakan bidang bidang α

berdimensi dua.

4. Kedudukan Titik Terhadap Garis

a. Titik terletak pada garis

Sebuah titik dikatakan terletak pada garis, apabila titik


tersebut dapat dilalui oleh garis.

b. Titik diluar garis

Sebuah titik dikatakan berada di luar garis, jika titik tersebut


tidak dapat dilalui oleh garis

5. Kedudukan Titik Terhadap Bidang

a. Titik Terletak pada Bidang

Sebuah titik dikatakan terletak pada bidang, jika titik tersebut


dapat dilalui oleh bidang.

b. Titik di Luar Bidang

Sebuah titik dikatakan berada di luar bidang, jika titik tersebut


tidak dapat dilalui oleh bidang.

4
6. Kedudukan garis terhadap garis lain

a. Dua Garis Berpotongan

Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu terletak pada sebuah bidang dan
memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini disebut titik potong. Jika dua buah garis
berpotongan pada lebih dari satu titik potong, maka kedua garis ini dikatakan berimpit

b. Dua Garis Sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis terletakpada sebuah bidang dan tidak
memiliki persekutuan.

c. Dua garis Bersilangan

Dua buah garis dikatankan bersilangan (tidak berpotongan dan tidak sejajar) jika kedua garis
tersebut tidak terletak pada sebuah bidang.

(a) Garis 𝑔 dan ℎ (b) garis 𝑔 dan ℎ berimpit (c) garis 𝑔 dan ℎ sejajar (d) garis 𝑔 dan ℎ
berpotongan di titik 𝐴 bersilangan

Perhatikan gambar di samping.

Titik 𝐴 berada di luar garis 𝑔, sehingga melalui titik 𝐴 dan garis 𝑔


dapat dibuang bidang 𝑎 dan melalui titik 𝐴 dapat dibuat sebuah garis
ℎ yang sejajar garis 𝑔.

7. Kedudukan garis terhadap bidang

a. Garis Terletak pada Bidang

Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika garis dan bidang itu sekurang - kurangnya
memiliki dua titik persekutuan.

b. Garis Sejajar Bidang

Sebuah garis dikatakan sejajar bidang, jika garis dan bidang itu tidak memiliki satupun titik
persekutuan.

c. Garis Memotong atau Menembus Bidang

Sebuah garis dikatakan memotong atau menembus bidang, jika garis tersebut dan bidang hanya
memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini dinamakan titik potong atau titik tembus..

5
d. Titik Tembus antara Garis dan Bidang yang Berpotongan

Jika sebuah garis memotong sebuah bidang maka terdapat sebuah titik tembus. Titik tembus
antara garis g dengan bidang α ditentukan sebagai berikut.

1) Buat bidang β melalui garis g.


2) Tentukan garis potong antara bidang α dan β, yaitu garis (α, β).
3) Titik potong gartis g dengan garis (α, β). Titik potongnya adalah titik T tembusnya adalah titik
T yang merupakan titik tembus yang diminta.

8. Kedudukan bidang terhadap bidang lain

a. Dua bidang Berimpit

Bidang α dan β dikatakan berimpit, jika setiap titik yang terletak pada bidang α juga terletak pada
bidang β atau setiap titik yang terletak pada bidang β juga terletak pada bidang α.

b. Dua Bidang Sejajar

Bidang α dan β dikatakan sejajar, jika kedua bidang itu tidak memiliki satupun titik persekutuan..

c. Dua Bidang Berpotongan

Bidang α dan β dikatakan berpotongan, jika kedua bidang itu memiliki tepat sebuah garis
persekutuan. Garis persekutuan sering dinamakan garis potong yang merupakan tempat kedudukan
dari titik-titik persekutuan. Garis persekutuan adalah bidang α dan β dinotasikan dengan (α, β).

6
d. Tiga bidang berpotongan

JIka tiga buah bidang berpotongan dan memiliki tiga buah garis persekutuan, maka kemungkinan
kedudukan dari ketiga garis persekutuan itu adalah berimpit, sejajar, atau melalui sebuah titik.

B. Volume Bangun Ruang


1. Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL)

Bangun ruang sisi lengkung adalah kelompok bangun ruang yang memiliki bagian-bagian yang
berbentuk lengkungan. Biasanya bangun ruang tersebut memiliki selimut ataupun permukaan bidang.
Yang termasuk ke dalam bangun ruang sisi lengkung adalah tabung, kerucut, dan bola.

a. Tabung (Silinder)

Tabung (silinder) merupakan sebuah bangun ruang yang dibatas oleh dua bidang berbentuk
lingkaran pada bagian atas dan bawahnya. Kedua lingkaran tersebut memiliki ukuran yang sama besar
serta kongruen. Keduanya saling berhadapan sejajar dan dihubungkan oleh garis lurus.

 Karakteristik Tabung

1) Mempunyai 3 bidang sisi, yaitu bidang alas,


bidang tutup, dan sisi tegak.
2) Sisi tegak pada tabung merupakan bidang
lengkung atau disebut selimut tabung.
3) Tabung mempunyai dua rusuk.
4) Tinggi tabung adalah jarak antara titik pusat
lingkaran alas dengan titik pusat lingkaran tutup.

 Dalam tabung (silinder) berlaku rumus-rumus:


1
1) d = 2r atau r= 𝑑
2
𝜋
2) 𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 𝜋𝑟 2 = 𝑑 2
4
3) 𝐿𝑠 = 2𝜋𝑟𝑡 = 𝜋𝑑𝑡
𝜋
4) 𝐿𝑝 = 𝐿𝑎 + L𝑏 + Ls = 2πr (r + t) = 𝑑 (𝑑 + 2𝑡)
4
𝜋
5) 𝑉 = Lb × t = L𝑎 × t = 𝜋𝑟 2 𝑡 = 𝑑 2 𝑡
4

Keterangan :

r = jari-jari alas/atas tabung 𝐿𝑏 = Luas bidang bawah/alas.dasar tabung

d = diameter alas/atas tabung 𝐿𝑠 = Luas selimut/selubung tabung

t = tinggi tabung 𝐿𝑝 = Luas permukaan tabung

𝐿𝑎 = Luas bidang atas tabung V = volume/isi tabung

7
b. Kerucut

Bangun ruang sisi lengkung kedua yang akan


dibahas adalah kerucut. Kerucut merupakan limas
dengan alasnya berbentuk lingkaran. Gambar kerucut
dapat dilihat seperti gambar di bawah.

 Karakteristik Kerucut

1) Mempunyai 2 bidang sisi, yaitu bidang alas


(lingkaran) dan bidang lengkung (selimut
kerucut).
2) Memiliki 1 buah rusuk.
3) Terdapat 1 buah titik sudut.

 Dalam kerucut berlaku rumus-rumus:


1
1) d = 2r atau r= 𝑑
2
2) 𝑠 2 = 𝑟 2 + 𝑟 2 𝜋
𝜋
5) 𝐿𝑝 = L𝑏 + Ls = πr (r + s) = 𝑑 (𝑑 + 2𝑠)
3) 𝐿𝑏 = 𝜋𝑟 = 𝑑
2 2 4
𝜋 𝜋
4
𝜋
6) 𝑉 = 𝑟 2 𝑡 = 𝑑2 𝑡
3 12
4) 𝐿𝑠 = 𝜋𝑟𝑠 = 𝑑𝑠 𝑟
2 7) 𝜑 = × 360°
𝑠

Keterangan :

𝑟 = jari-jari alas/atas kerucut 𝐿𝑝 = Luas permukaan kerucut

𝑑 = diameter alas/atas kerucut 𝑉 = volume/isi kerucut

𝑡 = tinggi kerucut 𝜑 = sudut pusat rebahan

𝑠 = panjang garispelukis atau apotema

𝐿𝑏 = Luas bidang bawah/alas/dasar kerucut

𝐿𝑠 = Luas selimut/selubung kerucut

c. Kerucut terpancung

Kerucut terpancung merupakan kerucut tegak


yang bagian ujung atasnya dipotong. Jika kita amati,
maka bentuknya mirip seperti ember terbalik
 Dalam kerucut terpancung berlaku rumus-
rumus:
1
1) 𝑑1 = 2𝑟1 atau 𝑟1 = 𝑑1
2
1
2) 𝑑2 = 2𝑟2 atau 𝑟2 = 𝑑2
2

8
𝜋
3) 𝐿𝑏 = 𝜋𝑟12 = 𝑑12
4
𝜋
4) 𝐿𝑎 = 𝜋𝑟22 = 𝑑22
4
𝜋
5) 𝐿𝑠 = πp (𝑟1 + 𝑟2 ) = 𝑝 (𝑑1 + 𝑑2 )
2
6) 𝐿𝑝 = 𝐿𝑏 + L𝑎 + Ls = πp (𝑟1 + 𝑟2 ) +π(𝑟12 + 𝑟22 )
𝜋
7) 𝑉 = 𝑡(𝑟12 + 𝑟22 + 𝑟1 𝑟2 )
3

Keterangan :

r1 = jari-jari bidang bawah/alas/dasar kerucut Lb =Luas bidang bawah/alas/dasar/kerucut


terpancung terpancung

d1 = diameter bidang bawah/alas/dasar Ls = Luas selimut/selubung kerucut terpancung


kerucut terpancung
Lp = Luas permukaan kerucut terpancung
r2 = jari-jari bidang atas kerucut terpancung
V = volume/isi kerucut terpancung
d2 = diameter bidang atas kerucut terpancung

p = panjang apotema/garis pelukis kerucut


terpancung

d. Bola

Selanjutnya adalah bangun ruang sisi


lengkung yang keempat yaitu Bola. Bola
digambarkan seperti gambar di bawah.

 Karakteristik Bola

1) Bola adalah bangun ruang yang


dibatasi oleh sebuah bidang sisi yang
berbentuk lengkung.
2) Bola tidak mempunyai rusuk dan tidak
mempunyai titik sudut.

 Dalam bola berlaku rumus-rumus:


1
1) 𝐷 = 2𝑅 atau 𝑅 = 𝐷
2 5) 𝐿𝑝 =4𝜋𝑅2 = 𝜋𝐷2
1
2) 𝑑 = 2𝑟 atau 𝑟 = 𝑑 4𝜋 𝜋
2 6) 𝑉 = 𝑅 2 = 𝐷3
3 6
3) ℎ2 = 𝑅2 − 𝑟 2 𝜋 𝜋
7) 𝑉𝑡 = 𝑟 2 (3𝑅 − 𝑡)= 𝑟 2 (3𝐷 − 2𝑡)
4) 𝐿𝑡 =2𝜋𝑅𝑡 = 𝜋𝐷𝑡 3 6

Keterangan :

𝑅 = jari-jari bola 𝑑 = diameter bidang lingkaran

𝐷 = diameter bola ℎ = OB = jarak pusat bola kebidang lingkaran

𝑟 = jari-jari bidang lingkaran 𝐿𝑝 = Luas permukaan bola

9
𝐿𝑡 = Luas bidang lengkung tembereng

𝑉 = volume/is ibola

𝑉𝑡 = volume/isi tembereng bola

2. Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD)

Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya berbentuk datar (tidak lengkung).
Coba soba amati dinding sebuah gedung dengan permukaan sebuah bola. Dinding gedung adalah
contoh sisi datar dan permukaan sebuah bola adalah contoh sisi lengkung. Jika sebuah bangun ruang
memiliki satu saja sisi lengkung maka ia tidak dapat dikelompokkan menjadi bangun ruang sisi datar.
Sebuah bangun ruang sebanyak apapun sisinya jika semuanya berbentuk datar maka ia disebut
dengan bangun ruang sisi datar.

a. Kubus

 Bagian-bagian Kubus

TIga bagian utama dalam bangun ruang kubus adalah sisi, rusuk, dan titik sudut. Selain itu masih
ada yang disebut dengan diagonal bidang dan diagonal ruang. Perhatikan gambar kubus di bawah ini.

Kubus ABCD.EFGH dibatasi oleh bidang ABCD, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE, dan EFGH. Bidang-
bidang tersebut disebut sisi-sisi kubus ABCD.EFGH. Selanjutnya, AB , BC , CD , AD , EF , FG , GH , EH ,
AE , BF , CG , dan DH disebut rusuk-rusuk kubus.

 Karakteristik kubus

1) Titik sudut 8 buah 4)


2) Sisi berjumlah 6 buah (luasnya sama) 5) Diagonal bidang berjumlah 12 buah
3) Rusuk berjumlah 12 buah sama 6) Diagonal ruang berjumlah 4 buah.
panjang 7) Bidang diagonal berjumlah 6 buah

 Dalam kubus berlaku rumus-rumus:

1) 𝑑𝑠 = 𝑎√2
2) 𝑑𝑟 = 𝑎√3
3) 𝐿𝑝 =6𝑎2
4) 𝑉 = 𝑎3

Keterangan : 𝒅𝒓
𝑎 = panjan grusuk kubus

𝑑𝑠 = panjang diagonal sisi kubus

𝑑𝑟 = panjang diagonal ruang kubus


𝒅𝒔
𝐿𝑝 = luas permukaan kubus

𝑉 = volume/isi kubus
𝒂

10
b. Balok

Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat (total 6 buah) dimana
sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

 Bagian-bagian Balok

Bagian-bagian dari bagung ruang sisi datar ini sama seperti bagian-baian kubus. Sebuah
balok terdiri dari sisi, sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, dan yang terakhir adalah bidang
diagonal. Berikut rincian jumlahnya

1) Titik sudut 8 buah


2) Sisi berjumlah 6 buah (luasnya beda-beda)
3) Rusuk berjumlah 12 buah
4) Diagonal bidang berjumlah 12 buah
5) Diagonal ruang berjumlah 4 buah.
6) Bidang diagonal berjumlah 6 buah

 Dalam balok berlaku rumus-rumus:


Titik Sudut
1) 𝑑1 = √𝑝2 + 𝑙 2
2) 𝑑2 = √𝑝2 + 𝑡 2
3) 𝑑3 = √𝑙 2 + 𝑡 2
Rusuk
𝒕
4) 𝑑𝑟 = √𝑝2 + 𝑙 2 + 𝑡 2 𝒅𝟐 𝒅𝟑
𝒅𝒓 Sisi
5) 𝐿𝑠 = 2(𝑝 + 𝑙)𝑡
6) 𝐿𝑝 = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡) 𝒅𝟏
𝒑 𝒍
7) 𝑉 = 𝑝𝑙𝑡

Keterangan :

𝑝 = panjang balok 𝑑3 = diagonal sisi samping kiri/kanan


𝑙 = lebar balok 𝑑𝑟 = diagonal ruang balok
𝑡 = tinggi balok 𝐿𝑠 = luas selimut/selubung balok
𝑑1 = diagonal sisi alas/atas 𝐿𝑝 = luas permukaan balok
𝑑2 = diagonal sisi depan.belakang
𝑉 = volume/isi balok

Contoh Soal

Sebuah kawat yang panjangnya 1,8 meter akan digunakan untuk membuat sebuah kerangka
balok. Jika lebar dan tinggi kerangka balok itu berturut turut adalah 17 cm dan 8 cm, maka panjang
kerangka balok tersebut sama dengan….

11
Penyelesaian

Untuk membuat sebuah kerangka P + l + t = 45


balok dibutuhkan 4 buah panjang, 4 buah
P + 17 + 8 = 45
lebar, dan dua buah kerangka. Jika kawat yang
tersedia adalah 1,8 meter, maka: P + 25 = 45

4(p + l + t) = 1,8 m P = 20

4(p + l + t) = 180 cm

c. Prisma Tegak

Gambar di atas menujukkan beberapa contoh dari bangun ruang prisma.Bangun-bangun


tersebut memiliki bidang alas dan bidang atas yang sejajar dan kngruen. Sisi lainnya berupa sisi tegak
berbentuk jajargenjang atau pesegi panjang yang tegak lurus ataupun titik dengan bidang alas dan
bidang atasnya. Itulah kurang lebih definisi prisma.

Jika dilihat lagi dari rusuk tegaknya, prisma dapat


dibedakan menjadi dua, yakni prisma tegak dan prisma
miring. Prisma tegak adalah prima yang rusuk-rusuknya
tegak lurus dengan bidang alas dan bidang atas. Prisma
miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak
tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas.

Jika dilhat dari bentuk alasnya aada yang namanya


prisma segitiga, prisma segi emapat, prisma segi lima, dan
seterusnya. Jika alasnya berbentuk segi n sobat bisa
memberikan nama prisma segi n.

 Bagian-Bagian Prima

Sebuah bangun ruang sisi datar yang bernama prisma


terdiri dari alas dan sisi atas yang sama dang kongruen, sisi
tegak, titik sudut, dan tinggi. Tinggi prisma adalah jarak
antara bidang alas dan bidang atas.

12
 Dalam prisma tegak berlaku rumus-rumus:
1) Luas selubung/selimut prisma tegak
= keliling alas × panjang rusuk tegak (tinggi)

𝐿𝑠 = (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷) × t

2) Luas permukaan prisma tegak


= luas selubung/selimut + luas bidang alas + luas
= bidang atas
= luas selubung/selimut + 2 × luas bidang alas
= luas selubung/selimut + 2 × luas bidang atas

𝐿𝑝 = (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷) × t + 𝐿𝑏 + 𝐿𝑎

𝐿𝑝 = (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷) × t + 2 × 𝐿𝑎

𝐿𝑝 = (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷) × t + 2 × 𝐿𝑏

3) Volume prisma tegak


= luas bidang bawah/alas/dasar × panjang rusuk tegak (tinggi)
= luas bidang atas × panjang rusuk tegak (tinggi)

𝑉 = 𝐿𝑏 × 𝑡 = 𝐿𝑏 × 𝑡

Keterangan :

t = tinggi prisma tegak 𝐿𝑠 = Luas selimut/selubung prisma tegak

𝐿𝑎 = Luas bidang atas prisma tegak 𝐿𝑝 =Luas permukaan prisma tegak

𝐿𝑏 =Luas bidang bawah/dasar/alas prisma V = volume/isi prisma tegak


tegak

d. Limas (Piramida)

Limas adalah bangun ruang dengan alas berbentuk segi banyak, bisa segi tiga, segi empat, segi
lima, dll dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik puncak. Ada
banyak macam bangun ruang limas. Penamaannya berdasarkan bentuk alasnya.

Limas Segitiga Beraturan

13
Limas Segiempat Beraturan

Limas Segitiga Sembarang

Limas Segiempat Sembarang

 Bagian-bagian Limas

Sebuah limas terdiri dari sisi alas, sisi tegak,


rusuk, titik puncak, dan tinggi. Jumlah sisi tegak akan
sama dengan jumlah sisi alas. Jika alasnya segitiga
maka jumlah sisi tegaknya adalah 3, jika alasnya
berbentuk segilima maka jumlah sisi tegaknya adalah
5. Jumlah rusuknyapun mengikuti bentuk alas. Jika
alasnya segitiga maka jumlah rusuknya 6, jika alasnya
segiempat maka jumlah rusuknya 8, pokoknya 2
kalinya.

Tinggi limas adalah jarak terpendek dari puncak


limas ke sisi alas. Tinggi limas selalu teka lurus
dengan titik potong sumbu simetri bidang alas.

 Dalam limas (piramida) berlaku rumus-


rumus:
1) Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi tegak
𝐿𝑝 = 𝐿𝑏 + 𝑛 × 𝑙
1
2) Volume limas = luas alas × tinggi
3
1
𝑉= 𝐿𝑏 × 𝑡
3

Keterangan :

𝑇𝑇1 = 𝑡 = tinggi limas 𝑇𝑃2 = 𝑇𝑇12 + 𝑇1 𝑃2

𝑇𝑃 = apotema 𝐿𝑏 = luas alas limas

14
𝑛 = banyak segitiga (segi banyak) 𝑉 = volume/isi limas

𝐿 = luas segitiga

C. Jarak Dari Titik Ke Titik, Titik Ke Garis, Dan Titik


Ke Bidang
1. Jarak dari Titik ke Titik

Jarak dari titik ke titik dinyatakan sebagai panjang garis


yang menghubungkan kedua titik tersebut. Untuk lebih
jelasnya, Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar di atas merupakan dua buah titik yaitu titik A
dan titik B. Jarak dari titik A dan titik B dapat dicari dengan
cara menghubungkan titik A ke titik B sehingga terjadi
sebuah garis. Jarak kedua titik tersebut ditentukan oleh
panjang garis itu. Jadi, jarak antara dua titik merupakan
panjang ruas garis yang menghubungkan kedua titik
tersebut.
Untuk memantapkan pemahaman kita tentang jarak titik ke titik pada bangun ruang dimensi tiga,
silahkan perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh Soal

Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di samping.

Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8 cm dan titik X


merupakan pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung jarak:
a) titik W ke titik P
b) titik W ke titik X
c) titik W ke titik Q
d) titik T ke titik X

Penyelesaian:

a) titik W ke titik P merupakan panjang garis PW. Garis PW merupakan panjang diagonal sisi kubus,
maka dengan menggunakan teorema phytagoras:
PW = √(TW2 + PT2)
PW = √(82 + 82)
PW = √(64 + 64)
PW = √128
PW = 8√2

15
b) titik W ke titik X merupakan panjang garis WX. Panjang PX sama dengan setengah panjang rusuk
PQ, maka:
PX = ½ PQ = ½ 8 cm = 4 cm
Dengan menggunakan teorema phytagoras:
WX = √(PW2 + PX2)
WX = √((8√2)2 + 42)
WX = √(128 + 16)
WX = √144
WX = 12 cm

c) titik W ke titik Q merupakan panjang garis QW. Garis QW merupakan panjang diagonal ruang
kubus, maka dengan menggunakan teorema phytagoras:
QW = √(PW2 + PQ2)
QW = √((8√2)2 + 82)
QW = √(128 + 64)
QW = √192
QW = 8√3 cm

d) titik T ke titik X merupakan panjang garis TX. Panjang PX sama dengan setengah panjang rusuk
PQ, maka:
PX = ½ PQ = ½ 8 cm = 4 cm
Dengan menggunakan teorema phytagoras:
TX = √(PT2 + PX2)
TX =√(82 + 42)
TX =√(64 + 16)
TX =√80
TX =4√5 cm

2. Jarak Titik ke Garis

Perhatikan gambar di samping.

Pada gambar di samping merupakan sebuah titik A


dan sebuah garis g. Jarak antara titik A dan garis g dapat
dengan membuat garis dari titik A ke garis g, memotong
garis di titik P sehingga terjadi garis AP yang tegak lurus
garis g. Jarak titik A ke garis g adalah panjang dari AP. Jadi,
jarak antara titik dengan garis merupakan panjang ruas garis
yang ditarik dari titik tersebut tegak lurus terhadap garis itu.

16
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang jarak titik ke garis pada bangun ruang
dimensi tiga, silahkan perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh Soal

Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di samping.

Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8 cm dan titik X


merupakan pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung
jarak:

a) titik X ke garis ST
b) titik X ke garis RT

Penyelesaian:
Perhatikan gambar di samping.
a) titik X ke garis ST merupakan panjang garis dari titik X ke titik
M (garis MX) yang tegak lurus dengan garis ST, seperti
gambar berikut.
ST = PW dan MT = ½ ST = ½ PW = 4√2
Dengan menggunakan teorema phytagoras:
MX =√(TX2 – MT2)
MX =√((4√5)2 – (4√2)2)
MX =√(80 – 32)
MX =√48
MX =4√3 cm

b) titik X ke garis RT merupakan panjang garis dari


titik X ke titik N (garis NX) yang tegak lurus dengan
garis RT, seperti gambar berikut.
RT = QW dan NT = ½ RT = ½ QW = 4√3
Dengan menggunakan teorema phytagoras:
NX =√(TX2 – NT2)
NX =√((4√5)2 – (4√3)2)
NX =√(80 – 48)
NX =√32
NX =4√2 cm

17
3. Jarak Titik ke Bidang

Perhatikan gambar di samping.

Gambar di samping merupakan sebuah tiktik A dan


bidang α. Jarak titik A ke bidang α dapat dicari dengan
menghubungkan titik A secara tegak lurus dengan bidang α.
Jadi, jarak suatu titik ke suatu bidang adalah jarak dari titik
tersebut ke proyeksinya pada bidang tersebut.

Untuk memantapkan pemahaman kita tentang jarak


titik ke bidang pada bangun ruang dimensi tiga, silahkan
perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh Soal
Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di bawah ini.

Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8 cm dan titik X


merupakan pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung
jarak titik X ke bidang RSTU!

Penyelesaian:
Perhatikan gambar di bawah ini
titik X ke bidang RSTU merupakan panjang garis dari titik
X ke titik Z (garis MX) yang tegak lurus dengan bidang
RSTU. XZ = ½ PW =4√2 cm

18
D.Jarak Antara Dua Garis Yang Bersilangan Pada
Bangun Ruang
Jarak antara dua garis yang bersilangan adalah panjang garis potong tegak lurus persekutuan
kedua garis itu, yaitu panjang ruas garis yang memotong kedua ruas garis secara tegak lurus.

Dua garis dalam ruang dikatakan bersilangan jika kedua garis tersebut tidak sejajar dan tidak
berpotongan.

Agar kita memahami pengertian garis bersilangan,


perhatikan gambar di samping.
Gambar di samping menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH.
Perhatikan garis AC dan garis HF. Tampak bahwa kedua garis
tersebut tidak terletak pada satu bidang datar. Garis AC terletak
pada bidang ABCD, sedangkan garis HF terletak pada bidang
EFGH. Selanjutnya apabila kedua garis tersebut, masing-masing
diperpanjang, maka kedua garis tidak akan pernah bertemu. Dengan kata lain, kedua garis itu tidak
mempunyai titik potong. Kedudukan garis yang demikian dinamakan pasangan garis yang saling
bersilangan.

“Dua garis dikatakan bersilangan apabila


garis-garis tersebut tidak terletak pada satu
bidang datar dan tidak akan berpotongan
apabila diperpanjang”

E. Jarak Dua Garis Sejajar


Dua garis dikatakan sejajar jika kedua garis itu tidak pernah berpotongan di titik manapun
meskipun diperpanjang sampai tak berhingga dan selalu terletak pada bidang yang sama. Perhatikan
dua garis sejajar g dan h di bawah ini.

Langkah-Langkah Menentukan Jarak antara Dua Garis Sejajar

Dari gambar yang tertera diatas, dapat kita tentukan jarak anatara garis g dan h dengan cara berikut.

1. Jarak antara garis g dan garis h adalah panjang ruas garis yang diperoleh dari titik T (yang terletak
pada garis g) ditarik tegak lurus ke garis h sehingga berpotongan di titik T’ (yang terletak pada

19
garis h). Dengan kata lain, jarak antara garis g dan garis h adalah d, yaitu panjang ruas garis lurus
dari titik T yang terletak di garis g ke titik proyeksinya di T’ pada garis h.
2. Untuk menghitung jarak antara garis g dan garis h, kita dapat membuat bidang yang memuat
garis g dan garis h. Kita dapat membuat bidang segitiga yang diperoleh dari satu titik pada garis
g dan dua titik dari garis h. Selanjutnya, dari segitiga yang diperoleh dapat digunakan rumus :

a. Teorema Pythagoras, jika segitiga yang terbentuk segitiga sama kaki


b. Luas segitiga, jika segitiga yang terbentuk segitiga siku-siku
c. Rumus perbandingan (dalil titik tengah segitiga / dalil intersep)

Contoh Soal

Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm. Hitung jarak antara :

a. ruas garis AB dan HG


b. ruas garis AC dan EG
c. ruas garis AK dan LG (titik K adalah perpotongan garis diagonal EG dan HF, sedangkan L
adalah perpotongan garis diagonal AC dan BD)

Penyelesaian:

a. Perhatikan gambar di bawah ini.

Untuk menghitung jarak garis AB ke garis HG, dari titik H


ditarik garis tegak lurus ke garis AB yaitu di titik H’ = A atau dari titik
G ditarik garis tegak lurus AB yaitu di titik G’ = B. Jarak titik H ke A
atau titik G ke B adalah jarak garis AB ke HG yaitu merupakan
diagonal bidang persegi dengan panjang rusuk 12 cm yaitu 12√2
cm.

b. Perhatikan gambar di bawah ini.

Untuk menghitung jarak garis AC ke garis EG, dari titik E ditarik


garis tegak lurus ke garis AC yaitu di titik E’ = A atau dari titik G
ditarik garis tegak lurus AC yaitu di titik G’ = C. Jarak titik E ke A
atau titik G ke C adalah jarak garis AC ke EG yaitu 12 cm.

20
c. Perhatikan gambar di bawah ini.

Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa jarak ruas garis AK dan LG adalah KK’.

Perhatikan ∆LCG (segitiga siku-siku di C).

̅̅̅̅= √𝐿𝐺
𝐿𝐺 ̅̅̅̅2 + 𝐶𝐺
̅̅̅̅̅2

2
̅̅̅̅= √(6√2) + (12)2
⇔ 𝐿𝐺

𝐿𝐺 = √72 + 144
⇔ ̅̅̅̅

̅̅̅̅= √216
⇔ 𝐿𝐺

̅̅̅̅=6√6 cm
⇔ 𝐿𝐺

Perhatikan ∆LKG (segitiga siku-siku di K).

1 1
̅̅̅̅ )
̅̅̅̅ ′ (𝐿𝐺
𝐾𝐾 = 𝐿𝐾 ̅̅̅̅ ) === Rumus Luas Segiriga
̅̅̅̅ (𝐾𝐺
2 2

𝐾𝐾′ (6√6 )
⇔ ̅̅̅̅̅̅ = 12 × 6√2

12×6√2
̅̅̅̅̅̅
⇔ 𝐾𝐾′ =
6√6

12√2 √6
⇔ ̅̅̅̅̅̅
𝐾𝐾′ = ×
√6 √6

𝐾𝐾′ (
⇔ ̅̅̅̅̅̅ = 2√12 = 4√3 cm

F. Jarak Garis Dan Bidang Sejajar


Jarak antara garis g dan bidang V yang sejajar adalah panjang ruas garis yang diperoleh dari garis
g dan proyeksinya (garis g’) pada bidang V.

Langkah-langkah untuk menghitung jarak antara garis


g dan bidang V yang sejajar, pada prinsipnya sama

21
dengan mencari jarak antara dua garis sejajar, yaitu ambil satu titik pada garis g misal titik T,
kemudian proyeksikan titik T pada garis g’ dan diperoleh T’. Jarak antara garis g dan bidang V adalah
TT’.

𝒅 = ̅̅̅̅̅
𝑻𝑻′ (adalah jarak antara garis 𝒈 dan bidang 𝑽

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut :

Contoh Soal

Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk


12 cm. Hitung jarak antara :

a) rusuk AB dan bidang DCFE


b) ruas garis AL dan bidang DBG

Penyelesaian:
Titik L

adalah
Untuk menghitung jarak rusuk AB ke bidang
DCFE, ambil salah satu titik dari garis AB, misal titik B, perpoton
kemudian proyeksikan titik B ke bidang DCFE sehingga gan garis
diperoleh titik potong B’. diagonal
Jarak garis AB ke bidang DCFE adalah BB’ = 6√2 cm.
EG dan

HF

Untuk menghitung jarak ruas garis AL ke bidang DBG, ambil salah satu titik pada garis AL,
misal titik T, kemudian proyeksikan titik T ke bidang DBG sehingga diperoleh titik potong S.
Jarak ruas garis AL ke bidang DBG adalah TS.

Menurut dalil Intersep yang pernah kita pelajari, bahwa :

𝐸𝑇 ∶ ̅𝑇𝑆
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ = 1 : 1 : 1
̅̅̅ ∶ 𝑆𝐶
sehingga :

̅̅̅ = 1 ̅̅̅̅
̅𝑇𝑆 𝐸𝐶
3

̅̅̅ = 1 × 12√3
̅𝑇𝑆
3

̅̅̅ = 4√3 cm
̅𝑇𝑆

22
G.Jarak Antara Dua Bidang Sejajar
Jarak antara bidang V dan bidang W yang sejajar adalah
panjang ruas garis yang tegak lurus pada bidang V dan
bidang W.

𝒅 = 𝑨𝑩
̅̅̅̅̅(adalah jarak antara bidang V dan bidang 𝑾

Langkah-langkah untuk menghitung jarak antara


bidang V dan bidang W yang sejajar, pada prinsipnya sama
dengan mencari jarak antara dua garis sejajar yang pernah
kita pelajari sebelumnya, yaitu ambil satu titik pada bidang
V misal titik A, kemudian proyeksikan titik A pada bidang W
dan diperoleh titik B
Jarak antara bidang V dan bidang W adalah AB.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut

Contoh Soal

Diketahui balok ABCD.EFGH dengan AB = 10 cm, AE = 8 cm dan


BC = 6 cm.
Hitung jarak antara :
a). bidang ADHE dan bidang BCGF
b). bidang PQRS dan bidang ABGH
(titik P, Q, R dan S masing-masing adalah titik tengah AE, BF, FG
dan EH)

Penyelesaian:

Untuk menghitung jarak bidang ADHE ke


bidang BCGF, ambil salah satu titik dari bidang
ADHE, misal titik A, kemudian proyeksikan titik A ke
bidang BCGF sehingga diperoleh titik B.
Jarak bidang ADHE ke bidang BCGF adalah AB =10
cm.

Untuk menghitung jarak bidang PQRS ke bidang ABGH, kita ambil salah satu titik pada bidang
PQRS, misal titik K, kemudian proyeksikan titik K ke bidang ABGH sehingga diperoleh titik L.

23
Jarak bidang PQRS ke bidang ABGH adalah KL.

Dalam ΔBFG (segitiga siku-siku di F) :

Dalam ΔQFR (segitiga siku-siku di F) :

Jadi jarak bidang PQRS ke bidang ABGH adalah

H. Sudut
1. Sudut Antara Garis dan Bidang

Kalian masih ingat hubungan antara garis dan bidang? Yaitu mempunyai kedudukan : garis
terletak pada bidang, garis sejajar bidang dan garis bepotongan dengan bidang. Tapi hanya garis
yang berpotongan dengan bidang saja yang mempunyai sudut.

Sebelum kita bahas materi pokok sudut antara garis dan bidang, akan kita ingatkan kembali
tentang proyeksi garis pada bidang.

Proyeksi ruas garis AB pada bidang V dapat diperoleh dengan cara menarik masing-masing titik
dan sehingga tegak lurus bidang V dan diperoleh A’ dan B’. Ruas garis A’B’ adalah proyeksi ruas garis
AB pada bidang V.

24
Sudut antara garis g dan bidang V adalah sudut yang dibentuk oleh garis g dan proyeksinya
g’ pada bidang V.

Untuk lebih jelasnya dalam menghitung besar sudut antara garis dan bidang mari kita cermati
contoh berikut.

Contoh

Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm.

Hitunglah :

a) nilai sinus sudut antara rusuk BF dan bidang BEG


b) nilai cosinus sudut antara rusuk AE dan bidang DBG

Penyelesaian:

a) Cara menentukan sudut antara rusuk BF dan bidang


BEG :

kemudian proyeksikan titik F pada bidang BEG


dengan cara menarik titik F ke titik D sehingga memotong
bidang BEG di titik F’ (yaitu proyeksi F pada bidang BEG).

Jadi proyeksi rusuk BF pada bidang BEG adalah BF’.


Sudut antara rusuk BF dan bidang BEG adalah α = ∠GBF’
atau α = ∠GBT

25
Dalam ΔTFB (segitiga siku-siku di F)

Kita ingat rumus luas segitiga :

b) Cara menentukan sudut antara rusuk AE dan bidang DBG :

Karena rusuk AE dan bidang DBG belum berpotongan,


maka AE kita geser ke CG sehingga berpotongan dengan
bidang DBG di titik G.
Kemudian kita proyeksikan titik G pada bidang DBG yaitu di
titik G sendiri, dan proyeksikan titik C pada bidang DBG
dengan cara menarik garis dari titik C ke arah E sehingga garis
memotong bidang DBG di titik C’.

Sudut antara rusuk AE dan bidang DBG adalah α = ∠CGC’ atau α = ∠CGT .

26
2. Sudut Antara Dua Bidang

Sudut antara bidang V dan bidang W


(yang berpotongan) adalah sudut yang
dibentuk oleh garis g yang terletak pada
bidang V dan garis h pada bidang W. Masing-
masing garis g dan h tegak lurus terhadap
garis potong bidang V dan bidang W.

Langkah – langkah menentukan sudut antara dua bidang :

1. Tentukan garis potong kedua bidang.


2. Ambil satu titik pada garis potong dua bidang, misal titik T.
3. Buat garis pada bidang pertama melalui titik T dan tegak lurus garis potong, misal garis g.
4. Buat garis pada bidang kedua melalui titik T dan tegak lurus garis potong, misal garis h.
5. Sudut antara garis g dan h adalah sudut antara dua bidang.

I. Irisan Suatu Bidang Dengan Bangun Ruang


Irisan bidang suatu bangun ruang, serta irisan antara bidang dengan bangun ruang yang di
definisikan sebagai suatu bangun datar yang dibatasi garis potong antar bidangnya dari bangun
ruang tersebut. Sehingga irisan tersebut membagi bangun ruang menjadi dua buah bagian.

Sebelum menggambar irisan bidang suatu bangun ruang, kita juga harus memahami
aksioma garis dan bidang yaitu :

27
1. Hanya dapat membuat satu garis lurus melalui dua buah titik sembarang yang tidak saling
berimpit
2. Hanya dapat membuat satu buah bidang melalui tiga titik sembarang
3. Hanya dapat membuat sebuah bidang melalui satu titik serta garis yang tidak melewati titik
tersebut
4. Hanya dapat membuat sebuah bidang melalui dua buah garis sejajar atau bisa melalui garis yang
berpotongan satu sama lain
5. Jika terdapat suatu garis atau suatu bidang yang memiliki dua titik persekutuan, garis tersebut
seluruhnya berada pada bidang

Agar lebih memahami irisan bidang suatu bangun ruang dimensi tiga, silahkan simak contoh soal
yang ada di bawah ini.

Contoh Soal

Balok ABCD dan balok EFGH memiliki titik R, S serta T berturut-turut berada di rusuk AE, BC serta CG.
Diketahui AR = 1/3 AE, dan BS = 1/2 BC, serta CT = 2/3 CG. Sekarang lukiskan irisan bidang yang
melalui titik R, S serta T dengan menggunakan balok ABCD dan EFGH!

Penyelesaian:

 Titik S serta titik T berada di bidang BCGF. Lalu hubungkan titik S dan T yang memotong panjang
garis BF pada titik V dan yang memotong panjang garis FG pada titik W.
 Hubungkan antara titik R dan titik V sehingga terbentuk sebuah garis RV dan juga memotong
garis AB pada titik X. Panjang garis RV nantinya
akan memotong garis EF pada titik U.
 Hubungkan antara titik U dan titik W sehingga
dapat memotong garis EH pada titik Z dan juga
memotoh garis GH pada titik Y.
 Hubungkan antara titik S dan titik X, serta titik T
dan titik Y, dan juga titik R dan titik Z.
Irisan yang akan di dapat adalah segienam RXSTYZ
seperti yang tampak pada gambar yang diarsir di
bawah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA
Dimensi tiga
Tampomas, Husein, 2008. SeribuPena Matematika jilid 1 untuk SMA. Jakarta: Erlangga

https://www.scribd.com/doc/92998851/Makalah-Ruang-Dimensi-3

http://matematika-hebat.blogspot.co.id/2013/04/bangun-ruang-dimensi-tiga.html

http://belajar-soal-matematika.blogspot.com/2013/08/rumus-matematika-bangun-ruang-
lengkap.html

https://rumushitung.com/2013/05/25/rumus-volume-bangun-ruang-lengkap/

https://www.teknokiper.com/2017/02/contoh-soal-dan-pembahasan-bangun-ruang.html

http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/01/materi-bangun-ruang-sisi-lengkung-smp-kelas-
9.html

http://www.madematika.net/2015/10/rumus-luas-selimut-dan-volume-kerucut.html

http://idschool.net/smp/bangun-ruang-sisi-datar/

https://rumushitung.com/2016/01/14/bangun-ruang-sisi-datar-smp-kelas-8/

https://mafia.mafiaol.com/2014/04/jarak-titik-ke-titik-garis-dan-bidang.html

http://idschool.net/sma/matematika-sma/dimensi-tiga-jarak-titik-ke-titik-pada-bangun-ruang/

http://rumus-matematika.com/kedudukan-dua-garis/

https://www.konsep-matematika.com/2017/12/jarak-dua-garis-pada-dimensi-tiga.html

https://yos3prens.wordpress.com/2015/08/23/jarak-antara-dua-garis-bersilangan/

https://mafia.mafiaol.com/2014/04/jarak-titik-ke-titik-garis-dan-bidang.html

https://mafia.mafiaol.com/2013/01/kedudukan-dua-garis.html

https://spendidikan.com/jarak-antara-dua-garis-sejajar/

https://spendidikan.com/jarak-antara-garis-dan-bidang-yang-sejajar/

https://spendidikan.com/jarak-antara-dua-bidang-yang-sejajar/

https://spendidikan.com/sudut-antara-dua-bidang/

http://bangkusekolah.com/2015/11/22/irisan-bidang-suatu-bangun-ruang-dimensi-tiga/

29
30

Anda mungkin juga menyukai