Anda di halaman 1dari 8

A.

DEFINISI TEKS CERITA SEJARAH 


Teks Cerita Sejarah Indonesia adalah Teks Cerita yang mengisahkan sebuah
peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan
daya rohani yang menceritakan kisah masa lampau, studi tentang sebab dan akibat
dalam bentuk teks cerita sejarah.

Illustrasi Teks Cerita Sejarah

2. STRUKTUR TEKS CERITA SEJARAH 


        Dalam Teks Cerita sejarah terdapat struktur yang membangun teks cerita
sejarah itu sendiri diantaranya.

a. Orientasi. (Merupakan bagian awal dari sebuah teks cerita sejarah yang berisi
suatu gambaran tentang sebuah peristiwa sejarah.)

b. Peristiwa dan Masalah. (Merupakan bagian dari suatu kejadian atau peristiwa


yang dialami. Pada bagian ini dijelaskan tentang sebuah pristiwa yang terjadi pada
sebuah kehidupan di masa lalu.)

c. Reorientasi. (Merupakan bagian penutup, bagian ini berisi pandang dari penulis


terhadap kejadian yang diceritakan. Reorientasi sendiri bersifat opsional, boleh ada,
boleh juga tidak ada.
3. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS CERITA
SEJARAH
         Dalam teks cerita sejarah tidak lepas dari kaidah kebahasaan. Dan dalam
menulis sebuah teks cerita sejarah perlu diperhatikan beberapa ciri kebahasaan
antara lain, yaitu sebagai berikut.

a. Kalimat Kompleks 

        Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri lebih dari satu aksi, peristiwa,
atau keadaan, sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama (kata yang
menggambarkan keadaan, proses, atau perbuatan) dalam lebih dari satu struktur.
Di dalam teks tanggapan kritis ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat
majemuk), baik kalimat majemuk setara ataupun kalimat majemuk bertingkat.

b. Kata Hubung

        Kata hubung atau sering disebut juga konjungsi, adalah sebuah kata yang
berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam satu kalimat.
Macam-macam konjungsi ada 5 yaitu sebagai berikut :

          1. Konjungsi Koordinatif atau kata penghubung koordinatif adalah konjungsi


yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya setara atau
sederajat. misalnya :
                    - Penanda hubungan penambahan misalanya : dan
                    - Penanda hubungan pendampingan misalnya : serta
                    - Penanda hubungan pemilihan misalnya : atau
                    - Penanda hubungan pertentangan misalnya : padahal, sedangkan,
bahkan, namun.
                  
                    + Contoh Kalimat : Karena dari pengalaman ini mengajariku untuk selalu
mendengarkan dan menaati nasihat orang tua.

          2. Konjungsi Subordinatif atau kata penghubung Sub ordinatif adalah


konjungsi yang menghubungkan antara anak kalimat dengan induk kalimat atau
menghubungkan bagian dari kalimat subordinatif. Konjungsi sub-ordinatif juga
menghubungkan 2 kalimat (clausa) yang kedudukannya tidak sederajat. Berikut ini
contoh konjungsi subordinatif.

- Penghubung subornatif atributif : yang


- Penghubung subornatif syarat : jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
- Penghubung subornatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika,
sementara itu, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah,
sebelum, sehabis, seusai, hingga, sampai.
- Penghubung subornatif perbandingan : sama...dengan, lebih...daripada
- Penghubung subornatif komplementasi : bahwa
- Penghubung subornatif cara : dengan, tanpa
- Penghubung subornatif alat : dengan, tanpa
- Penghubung subornatif hasil : sehingga, sampai, maka(nya)
- Penghubung subornatif pembandingan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, dll.
- Penghubung subornatif konsesif : biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun,
kendati(pun)
- Penghubung subornatif pengandaian : andaikan, seandainya, umpamannya,
sekiranya

c. Kata Keterangan 

- Kata keterangan waktu. Merupakan kata keterangan yang menggambarkan kapan


terjadinya suatu peristiwa. misalnya kemarin, sekarang, besok, lusa, besok lusa,
pagi, siang, malam.

- Kata keterangan tempat. Merupakan kata keterangan yang menunjukan dimana


dan diruang mana suatu perbuatan atau peristiwa itu terjadi. misalnya di rumah, di
sekolah, dari pasar, dll.

d. Kata Rujukan 

         Kata Rujukan ialah kata yang merujuk pada kata lain yang telah diungkapkan
sebelumnya. Kata rujukan dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut.

         1. Rujukan benda atau hal


Rujukan suatu benda atau hal yaitu kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, seperti ini, itu, tersebut.

         2. Rujukan tempat


Rujukan tempat yaitu kata yang menyatakan atau merujuk kepada kata tempat,
dimana kejadian itu berlangsung, seperti kata rujukan tempat di sini, di situ, di sana.

         3. Rujukan personil atau orang atau yang diperlakukan seperti orang.
Rujukan personil yaitu kata yang merujuk pada sebuah tokoh dalam sebuah cerita.
tokoh yang mengalami kejadiaan atau peristiwa tertentu. Contoh kata rujukan
personil atau orang atau yang diperlakukan seperti orang adalah aku, dia, ia,
mereka, beliau.
4. STRUKTUR YANG MEMBANGUN
TEKS CERITA SEJARAH 
a. Intuisi 

        Intuisi adalah kemampuan untuk memahami atau mengetahui sesuatu secara


langsung dari suatu topik yang sedang kita teliti. Dalam penelitian sejarahwan
membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkan intuisi tersebut sejarahwan harus
berkerja keras dengan data yang ada. Seorang sejarahwan atau peneliti harus ingat
akan data-datanya, harus bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa
yang terjadi sesudahnya. Berbeda jauh dengan seorang seniman yang bisa saja
dengan berjalan-jalan untuk mendapatkan ilham sebelum melanjutkan membuat
seni.

b. Emosi 

        Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang. Emosi diperlukan untuk


mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan si penulis itu tetap setia pada faktanya.
Dengan adanya emosi maka penulis dengan sengaja atau tidak mengajak para
pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu.

c. Gaya Bahasa

         Gaya bahasa merupakan cara khas dari seorang penulis untuk menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa sangat
diperlukan oleh sejarahwan untuk menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa adah
yang menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit

d.Imajinasi

         Imajinasi merupakan daya pikir untuk penulis membayangkan kejadian


berdasarkan kenyataan atau pengalaman dari seseorang (khayalan). Imajinasi
diperlukan sejarahwan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa
yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.

5. UNSUR INTRISIK DAN EKSTRINSIK


DALAM TEKS CERITA SEJARAH
a. Unsur Intrinsik

        Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun suatu karya sastra itu sendiri.
unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra dan khususnya dalam teks cerita sejarah
meliputi : tokoh dan penokohan, alur (plot), gaya bahasa, sudut pandang, latar
(setting), tema dan amanat.

      1. Tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran  mengenai suatu hal, salah
satu nya dalam membuat tulisan. Dalam sebuah tulisan pasti ada tema, karena
tema sendiri adalah fondasi dari sebuah tulisan. Tema juga termasuk hal yang
paling utama dilihat oleh para pembaca. Jika tema nya menarik maka tulisan atau
karya tersebut memiliki nilai lebih.

      2.  Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan pada hukum sebab-akibat.


Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi melainkan juga menjelaskan
mengapa hal ini terjadi. alur juga biasa disebut dengan jalan cerita atau susunan
cerita. ada 2 cara yang digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita. Pertama,
penulis dapat menyusun tema mulai dari tahap pengenalan sampai tahap
penyelesaian. Atau yang Kedua yaitu Penulis atau pengarang menyusun peristiwa
secara acak atau tidak berurutan. atau susunan yang kedua biasanya juga disebut
dengan alur sorot balik (Flashback). Adapun Tahapan dalam alur maju yaitu sebagai
berikut :

          a. Memulai dengan melukiskan keadaan (situation)


          b. Peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses)
          c. Keadaan mulai memuncak (rising action)
          d. Mencapai titik puncak (klimaks)
          e. Pemecahan masalah atau penyelesaian masalah (denouement)

     3. Latar atau setting. latar dalam sebuah cerita dapat dibedakan ke dalam tiga
unsur yaitu :
          a. Latar waktu. yaitu yang berhubungan dengan kapan terjadinya suatu
peristiwa
          b. Latar tempat, yaitu yang berhubungan dengan dimana atau lokasi terjadi
nya suatu peristiwa
          c. Latar sosial, yaitu yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat.

      4. Tokoh dan Penokohan. 

Tokoh adalah istilah yang merujuk pada si pelaku atau pada orangnya. sedangkan
watak, perwatakan, karakter, menunjukan pada sifat dan sikap dari seorang tokoh.
Secara umum, yang sudah anda kenal yaitu terdapat tokoh protagonis dan tokoh
antagonis. Protagonis yaitu tokoh yang membawa nilai-nilai, norma-norma atau
kebaikan yang ideal bagi anda. sedangkan Antagonis merupakan tokoh yang
melawan atau yang menyebabkan konflik dengan tokoh protagonis.
Penokohan merupakan watak tokoh-tokoh dalam suatu cerpen atau karakter yang
menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi
seorang tokoh. Penokohan karakter dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
penokohan langsung dan penokohan tidak langsung. Penokohan langsung yaitu
pengarang menyebutkan secara langung sifat atau sikap si tokoh dalam sebuah
cerita sehingga pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan dari tokoh
tersebut. Penokohan tidak langsung adalah penokohan yang pengarangnya tidak
menyebutkan secara langsung sifat si tokoh melainkan melalui tingkah laku tokoh,
sikap tokoh, ucapan tokoh, maupun gerakan fisik tokoh, dalam hal ini si pembaca
harus menyimpulkan sendiri perwatakan dari tokoh tersebut.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik termasuk ke dalam unsur yang tidak kalah penting juga
dibandingkan dengan unsur instrinsik. Unsur-unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur
yang berada diluar cerita tersebut, namun secara tidak langsung juga berpengaruh
dalam sebuah cerita atau sebuah karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik yang
dimaksud adalah sebagai berikut.

     1. Biografi
     2. Psikologi
     3. Keadaan masyarakat di tempat pengarang

6. MENGABSTRAKSI TEKS CERITA


SEJARAH
Mengabstraksi sama seperti merangkum atau meringkas sebuah bacaan atau teks.
Jadi hanya mengambil inti dari sebuah bacaan atau teks saja. Berikut ini langkah-
langkah dalam mengabstraksi teks cerita sejarah.

a. membaca isi teks secara keseluruhan.


b. menentukan ide pokok
c. menentukan kalimat utama
d. menentukan kata kunci
e. merangkai kata kunci
f.  menyusun menjadi abstraksi

7. MENGONVERSI TEKS CERITA


SEJARAH 
Mengonversi artinya mengubah secara keseluruhan isi sebuah cerita atau teks
bacaan tanpa mengubah makna atau maksud teks. Langkah-langkah mengonversi
sebuah teks cerita sejarah adalah sebagai berikut.

a. pilih teks
b. mengubah kata-kata nya menjadi suatu pembicaraan
c. setelah menjadi pembicaraan baru ubahlah menjadi drama
d. setelah diubah menjadi drama, daramanya tidak melingkupi semua teks

8. MENULIS ATAU MELENGKAPI TEKS


CERITA SEJARAH
Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodidjo dalam bukunya Pendekatan Ilmu Sosial Dalam
Metodologi Sejarah (1993: 60-62) menyebutkan bahwa dalam penyusunan sebuah
cerita sejarah ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu antara lain
sebagai berikut.

a. Kejadian-kejadian diceritakan dalam urutan kronologis dari awal sampai akhir.


Beberapa peristiwa juga perlu diatur menurut urutan kronologis
b. Dari sekelompok fakta (peristiwa) perlu ada penentuan fakta kausal (penyebab)-
fakta peristiwa-fakta penyebab.
c. Bila uraian berupa deskritif-naratif, maka perlu ada proses serialisasi, ialah
mengurutkan peristiwa-peristiwa berdasarkan prinsip-prinsip diatas.
d. Dua peristiwa atau lebih yang terjadi secara bersamaan perlu dituturkan secara
terpisah.
e. Apabila satu peristiwa sangat kompleks, terjadi atas banyak kejadian kecil, maka
perlu dikoreksi mana yang perlu disoroti karena dipandang penting.
f. Unit waktu dan unit ruang dapat dibagi ats sub unit tanpa menghilangkan
kaitannya atau dalam kerangka umum suasana terjadinnya.
g. Untuk memberi struktur pada waktu maka perlu dilakukan periodisasi waktu
berdasarkan kriteria tertentu, seperti ciri-ciri khas yang ada pada periode tertentu
h. Suatu peristiwa dengan lingkup waktu dan ruang yang cukup besar sering
memerlukan pembabakan atau episode-episode, seperti gerakan sosial tentu
mengalami masa awal penuh keresahan sosial, munculnya pemimpin dan ideologi,
masa akselerasi politik, konfrontasi, dan massa reda
i. Perkembangan ekonomi sering memerlihatkan garis pasang-surut, semacam
gelombang yang lazim disebut konjunktur. Di samping itu, perubahan sosial makan
waktu lebih lama sebelum tampak jelas perubahan strukturalnya. Perubahan yang
radikal, total dan mendesat lebih cepat disebut revolusi. Yang jelas ialah bahwa
perkembangan historis mempunyai iramanya sendiri, secara esensial berbeda
dengan perkembangan evolusioner menurut terori evolusi
j. Dalam perkembangan metodologi sejarah mutakhir ternyata pengkajian sejarah
tidak lagi semata-mata membuat deskripsi-naratif tetapi lebih banyak menyusun
deskripsi-analisis. Dalam melaksanakan proses penulisan, satu hal yang juga
penting untuk diperhatikan adalah pemakaian pendekatan. Pada umumnya
pendekatan yang dipakai harus bersifat multidimensional, sehingga
pembahasannya lebih bulat dan utuh. Pendekatan multidimensional ini juga
penting untuk menghindarkan dari determinisme tertentu yang hanya memandang
bahwa satu peristiwa atau permasalahan seolah-olah hanya disebabkan oleh satu
faktor tertentu saja.

9. THANKS TO :
1. www.ghozaliq.com
2. Buku ajar araminta sains kurikulum 2013

Anda mungkin juga menyukai