METADATA
Penulis :
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar-dasar
organisasi dan informasi. Dalam makalah ini dibahas tentang” Meta Data” dan meteriyaitu
pengertian metadata, skema metadata, macam-macam metadata dalam pengatalokan ,contoh
metadata dan keuntungan membangun metadata.
Tidak ada manusia yang sempurna. Sayai menyadari masih terdapat banyak kesalahan, walaupun
saya telah berusaha untuk menyajikan yang terbaik, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah
ini. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
saya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan digital adalah sebuah system yang memiliki beragam layanandan obyek
informasi yang mendukung akses obyek informasi tersebut melalui perangkat digital . Layanan ini
diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti
dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.
Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan
pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna diseluruh dunia.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metadata.
Definisi diatas menunjukkan bahwa metadata adalah data yang (1) terstruktur, (2) ditandai
dengan kode agar dapat diproses oleh komputer, (3) mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan
pembawa informasi, dan (4) membantu identifikasi, penemuan, penelitian, dan pengelolaan satuan
pembawa informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang yang
diciptakan dan harus diproses dengan bantuan komputer, atau pada data yang mendeskripsikan
sumber-sumber digital saja, seperti beberapa definisi lain.
Metadata pada prinsipnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan katalog di
perpustakaan yakni :
a. Merupakan perwakilan atau reperesentasi dari sebuah dokumen atau sumber informasi.
b. Fasilitator agar sumber informasi mudah di temukan dengan menggunakan kriteria yang
relevan.
c. Mengidentifikasi sumber.
Metadata merupakan kunci dari suatu perusahaan atau dalam hal ini adalah perpustakaan
karena semua kegiatan dan data-data perpustakaan dapat di berjalan dengan baik jika memiliki
metadata yang baik. Kegiatan perpustakaan ke depannya bergantung kepada metadata yang baik
agar dalam mengakses data di masa depan tidak mengalami kesulitan.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya metadata hanya istilah
baru, bukan konsep yang 100% baru. Suatu kartu katalog atau entri dalam bibliografi adalah
metadata, cantuman bibliografi berformat MARC adalah metadata,. Begitu pula suatu finding aid
bahan kearsipan yang disusun sesuai EAD (Encoded Archival Description). Memang sejak dulu
pustakawan dan arsiparis, dan juga kurator museum, telah menciptakan apa yang sekarang disebut
metadata untuk memungkinkan pengelolaan dan temu balik berbagai obyek warisan budaya yang
dipercayakan pada mereka. Yang baru adalah bahwa kini beragam komunitas mulai merasakan
perlunya format yang tersetruktur dan standar untuk data yang mendeskripsikan obyek-obyek yang
dikelola kemampuan komputer untuk memproses data semakin besar dan canggih. Komunitas yang
sibuk merancang format atau skema metadata punya latar belakang dan profesi yang berbeda-beda,
mencakup berbagai disiplin ilmu, dan melibatkan praktisi dari berbagai bidang seperti penerbit,
perancang dan produsen media interaktif dan perangkat lunak, ahli teknologi informasi. Ada yang
punya tujuan komersial, ada yang murni pelayanan, ada kombinasi. Jadi tidak terbatas pada
lingkugan perpustakaan, kerasipan, dan musium. Bahkan ketika istilah metadata pada tahun 1990-an
pertama-tama mulai digunakan dalam arti sekelompok data yang mendeskripsikan suatu obyek,
istilah ini digunakan untuk suatu standar data geospatial, yaitu CSDGM (Content Standar for Digital
Geospatial Metadata). Mari Berkenalan Dengan Keluarga Besar Metadata
1. Metadata deskriptif
Data yang dapat mengidentifikasi sumber informasi sehingga dapat digunakan untuk
memperlancar proses penemuan dan seleksi. Cakupan yang ada pada data ini adalah pengarang,
judul, tahun terbit, tajuk subjek atau kata kunci dan informasi lain yang proses pengisian datanya
sama dengan katalog tradisional.
2. Metadata administratif
Data yang tidak hanya dapat mengidentifikasi sumber informasi tapi juga cara
pengelolaanya. Cakupan dari data ini adalah sama dengan data deskriptif hanya saja ditambah
dengan pembuat data, waktu pembuatan, tipe file, data teknis lain. Selain itu data ini juga
mengandung informasi tentang hak akses, hak kekayaan intelektual, penyimpanan dan pelestarian
sumber informasi.
3. Metadata Struktural
Data yang dapat membuat antara data yang berkaitan dapat saling berhubungan satu sama
lain. Secara lebih jelas, Metadata ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan
halaman, halaman dan bab dan bab dengan buku sebagai produk akhir. Inilah kemudian
memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab yang
dipilih (dengan click) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”. Contoh
lain: Obyek multimedia yang terdiri atas komponen audio dan teks perlu sinkronasasi, dan untuk ini
harus ada metadata struktural.
Koleksi digital dan koleksi fisik tentunya berbeda, untuk itu diperlukan metadata sebagai
pengganti katalog tradisional. Alasannya adalah:
a. Koleksi digital merupakan sumber yang intangible yang artinya tidak dapat disentuh seperti
koleksi fisik yang tangible sehingga secara tidak langsung ini akan mempengaruhi metode
pengumpulan data, pengelolaan dan temu kembali.
b. Koleksi digital merupakan sumber informasi dinamis yang berbeda dengan koleksi fisik yang
statis.
c. Koleksi digital berbeda dalam hal kepemilikan, bila koleksi fisik kepemilikannya adalah
perpustakaan sedangkan koleksi digital bisa saja yang memiliki adalah penyedia sumber
informasi dari tempat lain. Jadi perpustakaan hanya menyediakan akses ke sumber informasi
digital tetapi yang memiliki sumber informasi tersebut adalah instansi atau lembaga lain.
a. Semantic
Dalam kaitannya dengan metadata, semantik dapat diartikan sebagai makna kata. Lebih
jelasnya adalah kesepakatan untuk membuat istilah yang digunakan untuk mewakili suatu makna.
Selain itu, terkadang juga diberi keterangaan tentang status pada istilah tersebut.
b. Content
Dalam hal ini, konten bisa diartikan sebagai cara mengisi semantic. Content tersebut bisa
berupa peraturan untuk kriteria pengisian unsur skema atau peraturan untuk nilai-nilai unsur.
c. Sintaksis
Sintaksis dalam skema metadata dapat berarti sebagai machine readible (dapat dibaca
mesin) atau dengan kata lain bahasa pemrogaman. Sehingga semantic dan content yang telah dibuat
dapat dibaca oleh mesin.
a. Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus
salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar
metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of
Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data
katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat.
Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis
bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
b. Metadata indoMARC ini sudah lama dipakai di kalangan perpustakaan sebagai
standar katalogisasi. Di Indonesia MARCH diadopsi menjadi INDOMARCH agar
memudahkan identifikasi proses katalogisasi yang sesuai dengan kaidah dan
kesepakatan para pustakawan di Indonesia. Format INDOMARC merupakan
implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk
Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format
digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya.
c. Dublin Core merupakan salah satu metadata yang digunakan untuk web resource
description and discovery. Dublin Core dihadirkan karena ada beberapa pihak yang
merasa kurang sesuai untuk menggunakan bentuk MARC sehingga diadakan suatu
kesepakatan menyusun sebuah metadata baru yang lebih mudah dan fleksibel serta
mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dibanding MARC.
b) DCMES (Dublin Core Metadata Element Set), skema umum untuk deskripsi berbagai
macam sumber digital.
c) EAD (Encoded Archival Description), skema untuk menciptakan sarana temu kembali
pada bahan kearsipan (archival finding aids) dalam bentuk elektronik.
f) METS (Metadata Encoding and Transmission Standard), skema metadata untuk obyek
digital yang kompleks dalam koleksi perpustakaan
g) MODS (Metadata Object Description Standard), skema untuk deskripsi rinci sumber-
sumber elektronik
h) MPEG (Moving Pictures Experts Group) MPEG-7 dan MPEG-21, skema untuk rekaman
audio dan video dalam bentuk digital.
i) ONIX (Online Information Exchange), skema untuk data bibliografi pada penerbit dan
pedagang buku.
j) TEI (Text Encoding Initiative): skema untuk encoding teks dalam bentuk elektronik
menggunakan SGML dan XML, khususnya untuk peneliti teks di bidang humaniora.
k) VRA (Visual Resources Association ) Core, skema untuk deskripsi karya visual dan
representasinya.
b. Menghindari adanya duplikasi karena data yang sudah dibuat tercatat dengan baik dan
diketahui.
c. Pengguna dapat mengetahui lokasi penyimpanan data spatial dan cakupan areal yang
dipetakan.
d. Koleksi metadata dibuat berdasarkan dan diperkuat oleh prosedur data management
oleh komunitas geospatial.
Metadata terdiri atas beberap jenis standar dalam menampilkan data. Secara sederhana
yang dimaksud dengan standar metadata adalah satu set terminologi serta definisi umum yang
digunakan dalam metadata serta dipresentasikan dalam format terstruktur. Standar metadata
spasial dibuat dan dikembangkan untuk mendefinisikan informasi yang diperlukan oleh seorang
pengguna prospektif untuk mengetahui ketersediaan suatu set data spasial, mengetahui kesesuaian
set data spasial untuk penggunaan yang diinginkan, mengetahui cara-cara pengaksesan data spasial
serta untuk mentransfer set data spasial dengan sukses. Walaupun demikian standar tidak
menetapkan tatacara bagaimana informasi diorganisasikan dalam suatu sistem komputer atau
dalam suatu transfer data, tidak juga menetapkan tatacara bagaimana informasi tersebut
ditransmisikan, dikomunikasikan atau disampaikan kepada pengguna. Jika standar metadata
geospatial terkesan sangat komplek itu karena standar tersebut didesain untuk mendeskripsikan
seluruh data geospasial yang bisa dideskripsikan.
Indonesia termasuk negara yang belum meng-adopsi standar ISO untuk pembuatan
metadata geospasial-nya. Saat ini, masyarakat data spasial Indonesia yang tergabung ISDN, masih
menggunakan Content Standards for Digital Geospatial Metadata, yaitu standar yang berisi
sekumpulan istilah dan definisi umum untuk mendokumentasikan data spasial digital yang telah
disetujui oleh Federal Geographic Data Committee (FGDC). Standar ini juga menetapkan nama,
definisi unsur data dan group data dalam penyusunan metadata geospasial.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan,
atau setidaknya membuat menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan,
atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.
Metadata ini mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan
manajemen file/data itu nantinya dalam suatu basis data. Metadata di bagi menjadi tiga jenis utama,
yaitu: Metadata deskriptif, Metadata struktural dan Metadata Administrasi. Dan keuntungan
membangun metadata: 1. Metadata membantu mengorganisasi mengelola data.2. Menghindari
adanya duplikasi karena data yang sudah dibuat tercatat dengan baik dan diketahui.3. Pengguna
dapat mengetahui lokasi penyimpanan data spatial dan cakupan areal yang dipetakan. Dan lain-
lainya.
3.2 Saran
Dalam penggunaan metadata ini diharapkan dapat membantu dan memudahan pengguna
dalam menemukan informasi baik dalam system otomasi maupun perpustakaan digital, dan
dengan ini pula pengguna dapat menemukan informasi tersebut secara efektif dan efisien dengan
bantuan metadata.
DAFTAR PUSTAKA
Irma U. Aditrto. 2006. Metadata untuk perpustakaan Digital : suatu pengantar singkat. Akses
online http://pustakawan.typepad.com/
Putu Laxman Pendit. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi
Indonesia. Jakarta: Sagung Seto
Putu Laxman Pendit. 2008. Perpustakaan Digital : dari A sampai Z. Jakarta : Cita Karyakarsa Mandiri