BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam
rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui
penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu
kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah
ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya
persoalan line balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa
adanya work in process pada beberapa workstation (Purnomo, 2004).
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi
adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula
keseimbangan waktu senggang (balance delay) (Gaspersz, 1998).
Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut (Gaspersz,
1998) :
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga
setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle
neck. (bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi.)
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar dan berlangsung terus menerus.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
Masalah yang sering dihadapi dalam lintasan produksi berikut ini adalah masalah-
masalah utama yang sering kali dihadapi yang dikemukakan oleh Biegel (1952):
1. Kendala sistem, hal ini berkaitan erat dengan perawatan atau maintenance.
2. Menyeimbangkan beban kerja pada beberapa stasiun kerja yang bertujuan untuk
mencapai suatu efisien yang tinggi dan memenuhi rencana produksi yang telah dibuat.
Untuk dapat menyelesaikan masalah line balancing, manajemen industri harus
mengetahui tentang metoda kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personil yang
digunakan dalam proses kerja, yang diperlukan adalah informasi tentang waktu yang
dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precedence relationship. Diantara aktivitas-
aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan,
Manajemen industri perlu menetapkan tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan
tingkat permintaan total, kemudian membaginya kedalam waktu produktif yang tersedia
perhari. Hasil ini adalah cycle time, yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada
setiap stasiun kerja (work station). Adapun tanda-tanda ketidak seimbangan pada suatu
lintasan produksi adalah sebagai berikut:
1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok.
2. Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
II-3
Buffa (1987) mengemukakan bahwa untuk mencapai keseimbangan lini dapat dilakukan
dengan cara, yang pertama adalah:
1. Penumpukkan material
2. Penggerakkan operator
3. Pemecahan elemen kerja
4. Perbaikan operasi
5. Perbaikan performasi operator
2.3.2 Metode Moodie-Young
Metode Moodie-Young terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah membuat
pengelompokan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan aturan bila
terdapat dua elemen kerja yang bias dipilih maka elemen kerja yang mempunyai waktu lebih
besar ditempatkan yang pertama. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P dan
F, yang menggambarkan elemen darj pendahulu (P) dan elemen kerja yang mengikuti (F)
untuk semua elemen kerja yang ada (Purnomo, 2004).
Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja hasil dari fase
satu. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase dua ini adalah sebagai berikut
(Purnomo, 2004) :
II-5
1. Mengidentifikasikan waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja terkecil.
2. Menentukan GOAL dengan rumus:
2.4 Utilisasi
Mengukur hasil suatu lini perakitan, digunakan pengukuran utilisasi. Pengukuran utilisasi
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran Efisiensi Lini dan Balance Delay,
II-6
Keterangan :
M = jumlah stasiun
C = waktu siklus
ti = waktu proses task ke-I
N = jumlah task
i = 1, 2, 3, ..., N
EL = Efisiensi Lini
2. Balance Delay (BD)
Pembagian kerja antarstasiun yang tidak merata. Penghitungan Balance Delay dilakukan
dengan menggunakan persamaan seperti berikut ini:
Keterangan :
C = waktu siklus
S = waktu stasiun rata-rata
Untuk stasiun kerja sejumlah M, persamaan BD dapat juga dituliskan seperti berikut ini :
Atau dengan selisih total waktu siklus di semua stasiun dan total waktu stasiun pasti positif :
II-7
Keterangan :
M = jumlah stasiun
C = waktu siklus
S = waktu stasiun rata-rata
ti = waktu proses task ke-i
N = jumlah task
i = 1, 2, 3, ..., N
3. Smoothness Index
Yaitu cara untuk mengukur tingkat waktu tunggu relatif dari suatu lini perakitan.
Semakin mendekati nol nilai Smoothness Index suatu lini, maka semakin seimbang suatu lini,
artinya pembagian task-task cukup merata. Lini dikatakan mempunyai keseimbangan
sempurna jika nilai Smoothness Index nol. Smoothness Index dinotasikan sebagai berikut:
Keterangan :
SI = Smoothness Index
M = jumlah stasiun
C = waktu siklus
Si = waktu stasiun kerja ke-i
i = 1, 2, 3, …, N