TUJUAN PERKULIAHAN
Pada modul ini akan dijelaskan mengenai lini produksi. Setelah menyelesaikan perkuliahan,
mahasiswa diharapkan mampu:
1.1 Menjelaskan tentang definisi lini produksi.
1.2 Memahami macam-macam metode keseimbangan lini.
1.3 Memahami tata cara penggunaan module Assembly Line Balancing pada program POM.
DESKRIPSI MATERI
1.1 Definisi Line Produksi
Menurut (Sly, 2007) mengatakan bahwa keseimbangan lini ini digunakan untuk
mendapatkan lintasan perakitan yang memenuhi tingkat produksi tertentu. Line Balancing
merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu lini perakitan kestasiun
kerja untuk meminimumkan banyaknya stasiun kerja dan meminimumkan total harga idle time
pada semua sistem untuk tingkat keluaran tertentu, dimana yang dalam penyeimbangan tugas ini
adalah kebutuhan waktu atau unit produk yang dispesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan
sekuensial harus dipertimbangkan . tujuan perencanaan keseimbangan lintasan adalah
mendistribusikan unit-unit kerja atau elemen-elemen kerja pada setiap stasiun kerja agar waktu
menganggur dari stasiun kerja pada suatu lintasan produksi dapat ditekan seminimal mungkin,
sehingga pemanfaatan dari peralatan maupun operator dapat digunaka semaksimal mungkin.
Pembuatan suatu produk pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan proses
produksi pada beberapa departemen berupa aliran proses produksi. Aliran proses produksi disini
adalah yang diperlukan untuk memindahkan elemen-elemen produksi, seperti bahan atau
material, part, dan lain-lain, mulai dari awal proses sampai produk yang dikehendaki bisa melalui
lintasan produksi. Lintasan perakitan akan menjadi bagian utama dari manufacturing dan operasi
perakitan, walaupun pekerjaannya mungkin digantikan oleh robot. Pengaturan kerja sepanjang
lintasan perakitan akan bervariasi sesuai ukuran produk yang akan dirakit. Waktu siklus adalah
jumlah waktu masing-masing elemen untuk memproduksi satu unit produk pada kondisi operator
normal dalam melakukan tugas atau kerja. Adapun beberapa istilah yang lazim digunakan dalam
line balancing, yakni:
1. Precedence Diagram
Precedence Diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja serta
ketergantunga pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan
dan perencanaan kegiatan yang terkait didalamnya. Adapun tanda-tanda yang dipakai
sebagai berikut yakni:
a. Symbol lingkaran dengan huruf atau nomor didalamnya untuk mempermudah
identifikasi dari suatu proses operasi.
b. Angka diatas symbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap operasi.
c. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini,
operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada
pada ujung anak panah.
2. Assemble Product
Assemble product adalah yang melewati urutan work stasiun kerja dimana setiap work
stasiun (WS) memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.
𝑷
ti max ≤ CT ≤
𝑸
Dimana:
ti max : waktu operasi terbesar pada lintasan.
CT : waktu siklus (Cycle time).
P : jam kerja efektif perhari.
Q : jumlah produksi perhari.
∑𝐧
𝐢=𝟏 𝐭𝐢
𝐊𝐦𝐢𝐧 =
𝐂
Dimana:
Ti : waktu operasi atau elemen (I =1,2,3…,n).
C : waktu siklus stasiun kerja.
N : Jumlah elemen.
Kmin : jumlah stasiun kerja minimal.
√∑𝑲
𝒊=𝟏(𝑺𝑻𝒊 𝐦𝐚𝐱 − 𝑺𝑻𝒊)
2
Dimana:
St max : maksimum waktu di stasiun.
Sti : Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i.
𝐓
𝐐=
𝐂𝐓
Dimana:
T : jam kerja efektif penyelesaian produk.
C : waktu siklus terbesar.
9. Work Element
Elemen operasi atau elemen kerja merupakan bagian dari seluruh perakitan yang
dilakukan.
10. Station Time (ST)
Station time adalah jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun
kerja yang sama.
2. Metode Simulasi
Metode simulasi0, yaitu metode yang berdasarkan pengalaman (kuantitatif). Simulasi
ini sendiri adalah duplikasi dari persoalan dalam kehidupan nyata ke dalam model matematika
yang biasanya dilakukan dengan memakai computer. Adapun yang termasuk ke dalam metode
simulasi adalah sebagai berikut ini, antara lain:
a. COMSOAL ( Computer Method of Sequencing Operation far Assembly Lines).
b. CALB (Computer Assembly Line or Aided Keseimbangan lini)
c. ALBACA (Assembly Keseimbangan lini an Control Activity).
3. Metode Heuristic
Yaitu, suatu metode yang berdasarkan pengalaman atau intuisi. Metode heuristic ini
dapat terbagi atas sebagai berikut ini, antara lain:
a. Metode Wilayah (Region Approach).
b. Metode Kilbridge-Wester Heuristic.
c. Metode Bobot Posisi.
1. PT. Boeing 2702 ingin membuat diagram preseden untuk sebuah komponen pesawat
elektrostatis yang membutuhkan waktu perakitan total 66 menit. Adapun daftar tugas waktu
perakitan, dan langkah yang diperlukan untuk komponen adalah sebagai berikut:
Tugas Waktu ( Menit ) Tugas Sebelumnya
A 5 -
B 5 -
C 7 -
D 9 A
E 5 A
F 8 B
G 10 B
H 5 C
I 5 D
J 8 E, F
K 3 E, F
L 3 G, H
M 8 I, J
N 9 K, L
O 5 M
Boeing menetapkan bahwa terdapat waktu kerja produktif sebanyak 480 menit yang tersedia
per hari. Jadwal produksi mengharuskan 40 unit komponen sayap diselesaikan sebagai
output dari lini perakitan setiap harinya. Hitunglah:
a. Waktu siklus produk?
b. Jumlah stasiun kerja minimal yang memungkinkan dengan menggunnakan metode
Ranked Positional Weight?
c. Seimbangkan lini perakitan dengan memberikan tugas perakitan tertentu pada setiap
stasiun kerja
d. Berapakah efisiensi lini yang seimbang tersebut?
e. Gambarkan grafik precedent dari lini produksi PT. Boeing 2702?
Modul 2 PERENCANAAN PRODUKSI
Mata Kuliah Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Tim Laboratorium Teknik Industri
TUJUAN PERKULIAHAN
Pada modul ini dijelaskan mengenai perencanaan produksi. Setelah menyelesaikan perkuliah,
mahasiswadiharapkan mampu:
2.1 Menjelaskan tentang definisi perencanaan produksi.
2.2 Menjelaskan tentang material requirement planning (MRP).
2.3 Memahami tata cara penggunaan module Material Requirement Planning pada program
POM.
DESKRIPSI MATERI
2.1 Definisi Perencanaan Produksi
Perencanaan prouduksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah
yang dibutuhkan , kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan.
Pengendalian produksi adalah aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang
digunkan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan
perbaikan rencana. Tujuan utamanya terdiri dari sebagai berikut ini, antara lain:
1. Meminimalkan biaya atau memaksimalkan laba.
2. Memaksimalkan layanan nasabah.
3. Meminimalkan investasi inventaris.
4. Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi.
5. Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja.
6. Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan.
Berikut ini merupakan sistem pengendalian dan perencanaan produksi yang terbagi ke dalam
tiga tingkatan, yakni:
1. Perencanaan Jangka Pendek (Short Range Planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir (final
assembly schedule), perencanaan dan pengendalian input-output, pengendalian kegiatan
produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip MRP adalah memperoleh
material yang tepat pada tempat yang tepat dan diwaktu yang tepat filosofi Material Requirement
Planning (MRP) adalah material dipercepat pada saat penundaan jadwal produksi
menguntungkan dan ditunda pada saat jadwal ditunda. Secara umum, sistem Material
Requirement Planning (MRP) dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut, yaitu:
1. Meminimalkan Persediaan.
2. Komitmen Yang Realistis.
3. Mengurangi Resiko Karena Keterlambatan Produksi Atau Pengiriman.
4. Meningkatkan Efisiensi.
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan Material Requirement
Planning (MRP), yaitu:
1. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
2. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, yakni kapan pemesanan atau pembatalan
pemesanan harus dilakukan.
3. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, yakni kapan pekerjaan harus selesai atau
material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat terpenuhi.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus direncanakan
didasarkan pada kapasitas yang ada.
MRP banyak digunakan diberbagai jenis industri yang menggunakan aliran proses
intermiten dan tidak termasuk proses kontinu. MRP sangat bermanfaat pada perusahaan yang
beroperasi dalam perakitan dan kurang bermanfaat bagi perusahaan pabrikasi. Disisi lain, MRP
kurang menguntungkan digunakan untuk perusahaan yang memiliki jumlah produksi
pertahunnya rendah, terutama pada perusahaan yang menghasilkan produk yang mahal dan
kompleks dan yang membutuhkan riset serta design. Berdasarkan pengalaman yang terjadi
bahwa lead time menyebabkan terlalu lama dan ketidakpastian. MRP juga diterapkan
diperusahaan jasa, tetapi jarang sekali bukan karena teknik ini tidak dapat diterapkan tetapi
karena pertumbuhan MRP dibatasi oleh item persediaan.
Kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan adalah sistem MRP dapat diaplikasikan di
bidang jasa. Berikut merupakan komponen dari konsep MRP yang terdiri dari input, proses dan
output yang akan dijelaskan sebagai berikut ini, yaitu:
1. Input Material Requirement Planning (MRP)
Input yang dibutuhkan dalam konsep Material Requirement Planning (MRP) adalah
sebagai berikut ini, yaitu:
a. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)
Merupakan ringkasan schedule produksi produk jadi untuk periode mendatang
yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. MPS berisi
perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap
produk akhri beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan
memperhatikan kapasitasnya yang tersedia.
b. Struktur Produk (Bill Of Material)
Merupakan kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya yang
memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku
yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan
dan kuantias dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.
Semua keterangan itu mendukung penyusunan MRP yang tepat sehingga sesuai
dengan tujuan awalnya unutk merencanakan jumlah dan waktu pesanan bahan baku
yang teapt agar proses produksi tidak terlambat. Data ini menjadi landasan unutk
pembuatan MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku
dan barang jadi yang aman (minimum).
2. Prose Material Requirement Planning (MRP)
Proses MRP merupakan aktivitas yang dilakukan berdasarkan jadwal induk, struktur
produk dan file catatan yang tersedia. Berikut ini merupakan kegiatan yang dilakukan adalah
dengan mengetahui lead time setiap komponen, menentukan kebutuhan kotor, kenutuhan
bersih, persediaan on hand, rencana pemasaran, rencana penerimaan dan rencana realisasi
penerimaan. Kebutuhan kotor merupakan jumlah total setiap item yang dibutuhkan untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu. Kemudian, yang harus dilakukan oleh perusahaan
dalam menghasilkan produknya adalah menentukan kapan barang tersebut dibutuhkan.
Apabila waktunya sudah diketahui, maka perusahaan harus pula merancang waktu mulai
dari persiapan sampai penyelesaian dimana dalam penyelesaian ini akan berhadapan dengan
waktu menunggu, pemindahan, pembelian dan mempersiapkan komponen yang akan dibeli
dan waktu unutk kegiatan-kegiatan ini disebut dengan lead time. Adapun langkah-langkah
dalam penyusunan MRP adalah sebagai berikut ini, yaitu:
a. Netting, yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama
horizon perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan
jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
b. Offsetting, yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat
melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan
rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih
yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
c. Lotting, yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk
sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
d. Exploding, merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu
netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada
pada level dibawahnya berdasarkan atas rencana pemesanan.
Sebelum memasuki lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan material, dalam buku
(Gasperz, 2004) terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian dari tabel untuk perhitungan
MRP, Berikut ini dijelaskan tentang istilah yang biasa digunakan, yaitu:
1. Gross Requirement (GR, kebutuhan kasar), adalah total dari semua kebutuhan,
termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu. Berdasarkan
pengertian tersebut gross requirement merupakan bagian dari keseluruhan jumlah item
(komponen) yang diperlukam pada suatu periode.
2. Schedule Receipts (SR, penerimaan yang dijadwalkan), merupakan jumlah item yang
akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat.
3. Begin Inventory (BI, inventory awal), merupakan jumlah inventori diawal periode.
Selain itu, inventori awal bisa disebut juga dengan on hand invontery.
4. Net Requirement (NR, kebutuhan bersih), merupakan jumlah aktual yang diinginkan
untuk diterima atau diproduksi dalam periode bersangkutan.
5. Planned Order Receipt (PORt, penerimaan pemesanan yang direncanakan), adalah
jumlah item yang diterima atau diproduksi oleh perusahaan manufaktur pada periode
tertentu.
6. Planned Ending Inventory (PEI, rencana persediaan akhir periode), merupakan
suatu perencanaan terhadap persediaan terhadap pada akhir periode.
7. Planned Order Releases (PORel, pelepasan pemesanan yang direncanakan), adalah
jumlah item yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan pada masa
yang akan datang atau order produksi yang dapat dilepas untuk dimanufaktur.
8. Lead Time, adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat) suatu
barang sejak saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang itu diterima (selesai
dibuat).
9. Lot Size (ukuran lot), merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan
MRP beberapa banyak kuantitas yang dipesan, serta lot sizing yang dipakai.
10. Safety sStock (stok pengaman), merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh
perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demand) dan penawaran
MRP untuk mempertahankan tingkat stok pada semua periode waktu.
1. PT. Chairs Chan memproduksi dua jenis kursi, yaitu kursi A dan kursi B. kursi A terdiri dari
komponen kaki kursi,jok, sandaran tangan, rangka, busa, dan kain jok. Sedangkan kursi B
terdiri dari komponen kaki kursi, jok, rangka, busa, dan kain jok. Diketahui jadwal induk
produksi untuk kursi A menunjukkan sebanyak 150 unit dan 150 unit yang masing-masing
pada minggu keenam dan minggu kesembilan. Sedangkan jadwal induk produksi untuk kursi
B menunjukkan sebanyak 100 unit dan 100 unit yang masing-masing pada minggu kelima
dan minggu kedelapan. Adapun data komponen dan persediaan barang dari kursi A dan
kursi B dalam satuan unit dan waktu dalam satuan minggu adalah sebagai berikut ini, yakni:
Item Level Description Lead Current Minimum Scheduled
Time Inventory Quantity Receipts
A 0 Kursi A 1 20 0 0
B 0 Kursi B 1 40 0 0
S-311 1 Kaki Kursi 1 60 10 50
P-313 1 Sandaran 1 30 170 200
Tangan
A-315 1 Jok A 2 0 0 200
A-317 1 Jok B 2 0 0 100
S-322 2 Rangka Jok 2 70 10 120
R-424 2 Busa 1 30 30 700
R-425 2 Kain Jok A 1 50 20 70
R-427 2 Kain Jok B 1 0 0 80
Berdasarkan data tersebut, tentukanlah analisis kebutuhan materials untuk setiap komponen
yang diperrlukan dalam memenuhi jadwal induk produksi pada PT Chairs Chan?
2. CV Defi Furniture membuat barang A untuk dijual kepada konsumen. Barang tersebut
dibuat dengan menggunakan 1 buah komponen B dan 2 buah komponen C. waktu untuk
merakit B dan C menjadi A adalah 1 minggu. Komponen B dibuat dengan menggunakan 3
buah subkomponen D an 2 buah subkomponen E. waktu untuk merakit subkomponen D dan
E menjadi komponen B adalah 2 minggu. Sedang untuk pengadaan sub komponen C adalah
2 minggu, sub komponen D memerlukan waktu selama 2 minggu dan E adalah 3 minggu.
Jumlah inventoru minimum untuk A sebanyak 20 buah, B sebanyak 30 buah, C sebanyak 40
buah, D sebanyak 75 buah, dan E sebanyak 50 buah. Persediaan awal setiap barang adalah
sebanyak persediaan minimumnya, kecuali komponen C sebanyak 60 buah. Kebutuhan
barang A dalam minggu ke-3 sebanyak 30 buah, minggu ke-5 sebanyak 30 buah, minggu ke-
6 sebanyak 50 buah, minggu ke-8 sebanyak 25 buah dan minggu ke-10 sebanyak 20 buah.
Buatlah MRP untuk produk A, komponen B dan C, serta sub komponen D dan E, dengan
ketentuan sebagai berikut, yaitu:
a. Buatlah diagram precedentnya?
b. Buatlah MRP, bila setiap pesanan untuk A sebanyak 40 buah, B sebanyak 50 buah, C
sebanyak 100 buah, D sebanyak 170 buah, dan E sebanyak 120 buah?
MODUL 3 PERENCANAAN PERSEDIAAN
Mata Kuliah Pratikum Perencanaan Dan Pengendalian Produksi
Tim Laboratorium Teknik Industri
TUJUAN PERKULIAHAN
Pada modul ini akan dijelaskan mengenai perencanaan persediaan. Setelah
menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
3.1 Menjelaskan tentang definisi perencanaan persediaan.
3.2 Menjelaskan tentang teknik ukuran lot.
3.3 Memahami tata cara penggunaan module Lot Sizing pada progam POM.
DESKRIPSI MATERI
3.1 Definisi Perencanaan Persediaan.
Manajemen persediaan merupakan bagian dari manajemen keuangan yang dalam
kegiatannya bertugas untuk mengawasi aktiva perusahaan. Sebelum membuat keputusan tentang
persediaan tentu bagian ini harus memahami konsep persediaan. Keputusan persediaan yang
bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi tugas utama dalam penentuan persediaan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Fien Zulfiarijah (2005:9), dalam manajemen
persediaan terdapat 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dengan teknis pemasaran yang
mengarah pada analisis data secara desriptif. Keputusan kualitatif bertujuan untuk
mengetahui hal-hal berikut, anatara lain:
a. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang dipesan perusahaan?
b. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan?
c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan perusahaan?
2. Keputusan kuantitatif adalah keputusan yang berkaitan dengan teknis pemesanan yang
mengarah pada analisis data secara matematis. Keputusan kuantitatif bertujuan untuk
mengetaui hal-hal berikut, antara lain:
a. Barang apa yang akan di stock?
b. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang
akan dipesan?
c. Kapan pembuatan barang dilaksanakan dan kapan melakukan pemesanan?
d. Kapan melakukan pemesanan ulang (Reorder Point)?
e. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan?
Adapun pengertian manajemen persediaan itu sendiri, yaitu menurut Martin dan Pretty
(1996:719) adalah “inventory management involves the control of assets are used in the
production procces or produced to be sold in the normal course of the firms operations”. Yang
dapat diartikan bahwa manajemen persediaan mencakup pengendalian dari aktiva dengan di
produksi untuk dijual dalam skala normal dari operasi perusahaan. Adapun tujuan manajemen
persediaan menurut D.T. Johns dan H.A Harding (2001:77) adala menimalkan investasi dalam
persediaan namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta.
Sedangkan, menurut Lukas Setia Atmaja (2003:405) bahwa tujuan manajemen perdiaan adalah
mengadakan persiediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang
minimum.
Menurut Sofian Assauri (2004:170) persediaan dapat diklarifikasikan adalah sebagai berikut
ini, yakni:
1. Berdasarkan Fungsi
a. Batch Stock atau Lot size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Adapun keuntungan yang
diperoleh dari adanya lot sizing inventory adalah sebagai berikut ini, yakni:
1) Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.
2) Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economis) karena adanya operasi
atau “production run” yang lebih lama.
3) Adanya pengematan didalam biaya angkutan.
b. Fluctuation Stock, adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
c. Anticipation Stock, adalah pesediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untu menghadapi pergunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.
Menurut Lukas Setia Atmaja (2002:405), adapun rumus dari biaya pemesanan atau
ordering costs adalah sebagai berikut :
Biaya Pemesanan (TOC) = F x N
Dimana, F adalah biaya tetap atau fixed costs untuk satu pemesanan dan N adalah
frekuensi pemesanan dalam 1 tahun. Adapun N adalah S/Q, dimana S adalah unit yang
dibutuhkan dalam satuan dan Q adalah unit yang dipesan setiap order.
1. PT. Pen Devi adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam memproduksi produk pulpen.
Berikut ini merupakan data kebutuhan bersih tiap periode (bulan) sebagai berikut:
Periode (t) Kebutuhan permintaan
Januari 1.200
Februari 1.100
Maret 1.250
April 1.300
Mei 1.740
Juni 1.650
Juli 1.540
Agustus 1.350
September 1.280
Oktober 1.130
November 1.270
Desember 1.230
TUJUAN PERKULIAHAN
Pada modul ini akan dijelaskan mengenai penjadwalan produksi. Setelah menyelesaikan
perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
4.1 Menjelaskan tentang definisi penjadwalan produksi.
4.2 Menjelaskan tentang metode sekuens operasi.
4.3 Memahami tata cara penggunaan module Job Shop Scheduling pada program POM.
DESKRIPSI MATERI
4.1 Definisi Penjadwalan Produksi
Menurut L. Bethel dalam bukunya “Industrial Organization and Management” memberikan
definisi penjadwalan atau scheduling sebagai berikut ini, yaitu penjadwalan produksi merupakan
penentuan pekerjaan yang akan dilakukan. Penjadwalan (scheduling) adalah salah satu tahapan
dari pengawasan produksi yang menetapkan pekerjaan dalam urut-urutan yang sesuai dengan
proritasnya dan kemudian dilengkapi pelaksanaan rencana tersebut pada waktu yang tepat
dengan urutan yang benar, sehingga berhubungan dengan kapan suatu pekerjaan dilaksanakan
pada suatu bagian produksi. Penjadwalan merupakan alat yang penting dalam dunia manufaktur
dan rekayasa, di mana hal ini dapat memiliki dampak besar pada produktivitas dari suatu proses.
Dalam dunia manufaktur, tujuan dari penjadwalan tersebut adalah untuk meminimalkan waktu
produksi dan biaya. Penjadwalan dalam produski sangat mengungguli dari metode penjadwalan
manual yang yang lebih tua. Ini memberikan produksi scheduler dengan antar muka grafis yang
kuat yang mana dapat digunakan untuk mengoptimalkan visual real-time pada beban kerja dalam
berbagai tahap produksi, dan pengenalan pola memungkinkan perangkat lunak secara otomatis
menciptakan peluang penjadwalan yang mungkin tidak jelas tanpa pandangan ini dalam sebuah
data. Berikut ini merupakan manfaat dari penjadwalan produksi, yaitu:
1. Proses perubahan pengurangan terbesar.
2. Persediaan pengurangan yang bersifat meratakan.
3. Mengurangi upaya penjadwalan.
4. Peningkatan efesiensi produksi.
5. Meratakan beban buruh.
6. Tanggal pengiriman yang akurat dan informarsi yang bersifat real time.
Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam system produksi. Adapun aktifitas
fungsi tersebut adalah sebagai berikut ini yaitu:
1. Loading (Pembebanan) yakni bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta
dengan kapasitas untuk menetukan fasilitas, operatoe dan peralatan.
2. Sequencing (penentuan urutan), yakni bertujuan membuat prioritas urutan pengerjaan dalam
permrosesan orde-order yang masuk.
3. Dispathing, yakni pemberian perintah perintah kerja setiap mesin atau fasilitas lainnya.
4. Pengendalian kinerja penjadwalan.
5. Updating schedule, yakni pelakasanaan jadwal selalu ada masalah baru yangt berbeda
dalam proses pembuatan jadwal.
Berikut ini merupakan penjadwalan produksi dimana terdapat dan macam tipe produksi,
yaitu:
1. Job Shop, adalah proses pengurutan untuk lintasan produksi yang tidak beraturan. Secara
umum penjadwalan job shop dikenal dengan sekumpulan mesin-mesin dan sekumpulan
pekerjaan yang akan di jadwalkan.
2. Flow Shop, adalah proses penentuan urutan pekerjaan yang memiliki lintasan produk yang
sama. Model flow shop operasi dari suatu pekerjaan hanya dapat bergerak satu arah yaitu
dari proses awal sampai dengan proses akhir, diantara proses-proses tersebut tidak
memungkinkan untuk kembali ke proses sebelumnya.
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaskan permintaan yang
dihasilkan oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Berikut ini merupakan
beberapa jenis penjadwalan, antara lain:
1. Teori Batasan
Teori batasan adalah suatu imu yang berkaitan dengan segala sesuatu yang membatasi
kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Batasannya dapat berupa bentuk fisik
(ketersediaan proses produksi atau karyawan dan bahan baku atau persediaan) throughtput
datau volume adalah suatu konsep penting dalam system oprasi yang dimana jumlah unit
yang di proses melalui fasilitas dan terjual. Batasan-batasan ini digunakan dalam perusahaan
manufaktur dan perusahaan jasa. Berikut ini adalah langkah-langkah mengelola batasan-
batasan, yaitu:
a. Mengindentifikasi batasan.
b. Membuat rencana mengatasi batasan.
c. Memusatkan tujuan pada sumber daya setelah membuat rencana batasan.
d. Mengurangi dampak selanjutnya dari batasan yang telah di tuju.
e. Setelah batasan telah teratasi dengan baik, maka melakukan indemtifikasi batasan baru.
2. Diagram Gantt
Diagram Gantt (gantt chart) merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam
pembebanan dan penjadwalan. Nama diagram tersebut berasal dari henry gantt, yang
ditemukan pada akhir tahun 1800-an. diagram gantt menunjukan penggunaan sumber daya,
seperti pusat kerja dan tenaga kerja. ketikan digunakan dalam pembebanan, diagram gantt
menunjukan pembebanan dan waktu luang pada beberapa departemen, mesin atau fasilitas.
diagram gantt menunjukan beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manager
mengetahui penyesuaian yang tepat. Sebagai contoh, ketika sebuah pusat kerja dibebani
secara berlebihan maka karyawan dari pusat kerja yang memiliki beban rendah dapat
dipindahkan sementara agar dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja.
Tidak ada satu pun aturan pengurutan yang unggul dalam semua kriteria. Kenyataan
dalam metode sekuen operasi menunjukan hal-hal berikut, antara lain:
a. EDD meminimalkan keterlambatan maksimal yang mungkin perlu untuk pekerjaan
yang memiliki pinalti setelh tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja baik ketika
keterlambatan manjadi sebuah isu.
b. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kinerja (tetapi juga
tidak begitu buruk). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil oleh
pelanggan; suatu hal yang sangat penting dalam sistem jasa.
c. SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk meminimalkan aliran pekerja dan
meminimalkan jumlah pekerja rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamnya adalah
pekerja yang memiliki wakyu pemprosesan panjang dapat tidak dikerjakan secara terus
menerus, karena pekerja yang meiliki waktu pemprosesan pendek selalu didahulukan.
Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar, dan penyesuaian berkala untuk pekerjaan
yang panjang harus dilakuakan.
5. Aturan Johnson
Aturan Johnson bisa digunakan untuk meminimalkan waktu pemrosesan untuk
mengurutkan suatu kelompok pekerjaan melalui dua fasilitas. Berikut ini merupakan
tahapan Aturan Johnson, yakni:
a. Semua pekerjaan harus dicantumkan dan masing-masing waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah mesin harus ditunjukkan.
b. Pilih pekerjaan dengan waktu aktifitas yang paling pendek.
c. Sekali suatu pekerjaan telah dijadwalkan, sisihkanlah pekerjaan itu.
d. Terapkan tahap 2 dan tahap 3 ke perkerjaan yang tersisa, berkerja kearah pusat urutan
itu
Adapun keterbatasan aturan yang berbasis sistem yang terdiri atas hal-hal berikut ini,
antara lain:
a. Penjadwalan adalah dinamis dengan demikian aturan perlu untuk direvisi menyesuaikan
perubahan dalam proses, peralatan , bauran produk dan sebagainya.
b. Aturan tidak melihat ke hulu atau ke hilir, sumber daya yang menganggur dan
kemampatan sumber daya di departemen yang lain mungkin saja tidak diakui.
c. Aturan tidak melihat lewatnya dari tanggal jatuh tempo.
1. PT Coolan Dry adalah perusahaan yang memproduksi minuman. Terdapat lima produk
minuman yang ingin diproduksi oleh perusahaan dengan hari awal diasumsikan 20 dalam
satuan minggu yang susunannya adalah sebagai berikut ini daam satuan waktu minggu yaitu:
Produk Waktu Terima Waktu Produksi Operasi Due Date
The 98 25 10 104
Kopi 87 45 30 113
Soda 93 85 50 110
Susu 95 65 70 107
Jus 82 45 90 115
Berdasarkan data penjadwalan tersebut, maka tentukanlah:
a. Nilai utilisasi dan waktu kerja proses dengan menggunakan metode First Come First
Served (FCFS) dan Earliest Due Date (EDD) dalam satuan waktu hari?
b. Urutan prioritas produk dari PT Coolan Dry?
c. Buat gambar diagram Gantt dari PT Coolan Dry?
2. La Phar Cafe menjual berbagai macam jenis makanan. Adapun makanan yang dijual oleh
cafe tersebut yang ditunjukan dalam table sebagai berikut ini data waktu dalam satuan bulan
(1 bulan = 4 minggu), yaitu:
Produk Waktu Terima Waktu Produksi Operasi Due Date
Ayam 80 25 20 104
Telur 75 45 40 113
Daging 85 85 60 110
Kentang 90 65 80 107
Sosis 65 45 1000 115
Diketahuai dari awal adalah 25 dalam satuan bulan. Berdasarkan data penjadwalan tersebut,
maka tentukanlah:
a. Nilai utilisasi dan waktu kerja proses dengan menggunakan metode First Come First
Served (FCFS) dan Earliest Due Date (EDD) dalam satuan minggu?
b. Urutan prioritas produk dari La Phar Cafe?
c. Buat gambar diagram gantt dari La Phar Cafe?